2014
halaman
I. PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................6
B. Filosofi Pelatihan ................................................................................................6
IX. EVALUASI................................................................................................................4
X. SERTIFIKASI PELATIHAN......................................................................................4
XI. PENUTUP................................................................................................................4
Ba
A. Dasar Hukum
- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063)
- Permenkes No 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik
- Permenkes No 43 tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik
yang Baik
- Kepmenkes No 1647 Tahun 2005 tentang Pedoman Jejaring Pelayanan
Laboratorium Kesehatan
- UU KLB
- Emerging disease
B. Latar Belakang
Difteri merupakan penyakit lama/kuno yang telah ada sejak Hippocrates.
Hippocrates memberikan gambaran klinis pertama difteri pada abad ke-4 SM.
Gambaran klinis modern dibuat oleh Joost van Lom pada tahun 1560 dan Baillou
tahun 1576. Mereka menyebut penyakit sebagai ’quinsy’ dan ’croup’. Epidemik
penyakit pertama terjadi di Spanyol, dikenal dengan nama ’morbus suffocans’ atau
garrotillo’ atau mati lemas menyerupai garroting, yaitu metode eksekusi kriminal
yang dijalankan Spanyol. Dari Spanyol penyakit menyebar ke Italia tahun 1618
dan dikenal sebagai ’male in canna’ atau ’gullet diseases’. Pertama kali outbreak di
Nepal dan kemudian menyebar ke Italia Selatan termasuk Sicilia. Penyakit
menghilang pada abad ke-17 dan kembali berkembang pada abad ke-18 di Inggris
dan Amerika. Epidemik besar terjadi tahun 1735 sampai 1740 di New England,
dikenal dengan ’throat distemper’. New Hampshire kehilangan ribuan penduduk
(5% dari populasi) dan New England sekitar 5000 meninggal (2,5% dari populasi).
Difteri pertama kali dikenal sebagai sebagai kumpulan gejala yang berbeda
oleh patolog dan klinisi dari Perancis, Pierre Bretonneau tahun 1826. Dia
menggunakan kata diphtherete untuk kondisi penyakit menular, yang ditandai
dengan adanya membran palsu pada faring dan laring. Kata diphtherete berasal
dari bahasa Yunani diphthera yang artinya kulit atau tersembunyi.
Difteri adalah penyakit saluran nafas atas yang ditandai dengan sakit
tenggorokan, panas, dan adanya pseudomembran pada tonsil, faring, dan atau
rongga hidung yang disebabkan Corynebacterium diphtheriae dengan
memproduksi toksin difteri. Toksin difteri yang diproduksi Corynebacterium
2 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman
Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
diphtheriae dapat menyebabkan myocarditis, polyneuritis, dan efek sistemik lainnya.
Gejala difteri yang lebih ringan dapat terjadi pada kulit. Difteri ditularkan melalui
kontak fisik secara langsung atau cairan aerosol dari penderita. Difteri merupakan
penyakit fatal yang sangat serius dengan CFR 5-10%. Pada usia di bawah 5 tahun
dan dewasa lebih 40 tahun case fatality rate (CFR) bisa mencapai 20%.
Diagnosis yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan pada kasus penyakit
difteri agar penganggulangannya dapat diberikan dengan cepat dan tepat serta
dapat mencegah terjadinya penularan. Untuk itu diperlukan laboratorium kesehatan
yang dapat menghasikan diagnosis bermutu dengan hasil yang cepat.
ToT tenaga pelatih pengambil, pengemasan dan pengiriman spesimen difteri untuk
tenaga medis dan paramedis diselenggarakan dengan memperhatikan:
1. Prinsip andragogi, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:
A. Peran
Peran tenaga ToT pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen difteri untuk
tenaga kesehatan antara lain :
1. Tenaga pelatih tenaga kesehatan untuk mengambil, menangani dan mengirim
spesimen difteri di wilayah kerjanya
B. Fungsi
C. Kompetensi
Untuk melaksanakan peran dan fungsinya, setelah mengikuti pelatihan ini peserta
memiliki kompetensi sebagai berikut :
1. Dokter
a. Menjelaskan penyakit difteri
b. Menjelaskan media dan bahan pengambilan, penanganan dan pengiriman
specimen difteri
c. Melakukan persiapan pasien untuk pengambilan specimen difteri
(komunikasi kepada pasien)
d. Melakukan pengambilan, penanganan dan pengiriman specimen difteri
(rujukan specimen)
e. Melakukan pemeriksaan mikroskopis corynebacterium diphtheriae
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus difteri (koordinasi ke dinkes)
g. Melakukan keselamatan dan keamanan kerja laboratorium
2. Perawat
a. Menjelaskan penyakit difteri
b. Menjelaskan media dan bahan pengambilan, penanganan dan pengiriman
specimen difteri
c. Melakukan persiapan pasien untuk pengambilan specimen difteri
(komunikasi kepada pasien)
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu sebagai pelatih pada pelatihan
pengambilan, penanganan, pengiriman spesimen dan / atau pemeriksaan
mikroskopis difteri untuk tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangannya.
2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan penyakit difteri
2. Menjelaskan media dan bahan pengambilan, penanganan dan pengiriman
specimen difteri
3. Melakukan persiapan pasien untuk pengambilan specimen difteri (komunikasi
kepada pasien)
4. Melakukan pengambilan, penanganan dan pengiriman specimen difteri (rujukan
specimen)
5. Melakukan pemeriksaan mikroskopis bakteri corynebacterium diphtheriae
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus difteri (koordinasi ke dinkes)
7. Melakukan keselamatan dan keamanan kerja laboratorium
B. Materi Inti
1 Penyakit difteri 2 0 0 2
2 Media transport dan reagen pewarnaan
2 1 0 3
corynebacterium diphtheriae
3 Pengambilan, penanganan dan pengiriman
4 2 6 12
specimen difteri (rujukan specimen)
4 Pemeriksaan mikroskopis corynebacterium
2 2 4 8
diphtheriae
5 Pemantapan mutu laboratorium 1 0 0 1
6 Pencatatan dan pelaporan kasus difteri
1 2 0 3
(koordinasi ke dinkes)
7 Keselamatan dan Keamanan Laboratorium 2 2 0 4
C. Materi Penunjang
1 Micro Teaching 5 7 0 12
2 Building Learning Commitment (BLC) 0 3 0 3
3 Anti Korupsi 2 0 0 2
4 Rencana Tindak Lanjut di tempat kerja 0 2 0 2
Jumlah Jam pelatihan (Jpl) 25 21 10 56
Keterangan:
T = Teori
P = Penugasan
PL = Praktik Lapangan
1JPL = 45 menit.
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 57
Nomor : MD.1
Materi : Kebijakan Penyakit Emerging dan Re emerging (Subdit ISPA, P2PL; Balitbangkes)
Waktu : 2 Jpl (T = 2 Jpl; P = 0 Jpl; PL : 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
(TPU)
Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MD.2
Materi : Kebijakan ttg SKDR (PKR)
Waktu : 2 Jpl (T = 2 Jpl; P = 0 Jpl; PL : 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
(TPU)
12 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MI.1
Materi : Media transport specimen dan reagensia pewarnaan Corynebacterium diphtheriae
Waktu : 2 Jpl (T = 2 Jpl; P = 0 Jpl; PL : 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan media transport spesimen dan reagensia pewarnaan
(TPU) corynebacterium diphtheriae
13 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MI.2
Materi : Pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen
Waktu : 2 Jpl (T = 2 Jpl; P = 0 Jpl; PL : 0 Jpl)
Tujuan : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen
Pembelajaran
Umum (TPU)
14 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
pengiriman spesimen b. Cara pengambilan spesimen
c. Labeling specimen
2. Penanganan
a.Penyimpanan sementara
3. Pengiriman spesimen
a. Pengemasan
b. Labelling
c. Pengiriman
15 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MI.3
Materi : Pemeriksaan mikroskopis Corynebacterium diphtheriae
Waktu : 2 Jpl (T = 2 Jpl; P = 0 Jpl; PL : 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis Corynebacterium
(TPU) diphtheriae
16 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
- Pembacaan sediaan Bahan
- Interpretasi
- Verifikasi dan validasi
Nomor : MI.4
17 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Materi : Pemantapan mutu laboratorium (mikroskopis : dr nelly)
Waktu : 5 Jpl (T = 2 Jpl; P = 3 Jpl; PL : 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemantapan mutu di laboratorium
(TPU)
18 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MI.3
Materi : Pencatatan dan Pelaporan Hasil
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pencatatan dan pelaporan hasil
1.
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu:
19 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MI.5
Materi : Keselamatan dan Keamanan Laboratorium
Waktu : 5 Jpl (T = 2 Jpl; P = 3 Jpl; PL : 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan upaya kesehatan dan keselamatan kerja di
(TPU) laboratorium
1. Menjelaskan Standar sarana, 1. Standar sarana, prasarana - Ceramah - Powerpoint - Kepmenkes no.835/2009
prasarana dan tata ruang dan tata ruang laboratorium - Tanya jawab - Proyektor tentang Pedoman
laboratorium a. Sarana, Keselamatan dan Keamanan
- Demonstrasi - Laptop
prasarana dan tata ruang
- Praktikum - Flipchart Laboratorium Mikrobiologi
laboratorium.
b. Peralatan - Whiteboard dan Biomedik
2. Menjelaskan peran dan fungsi laboratorium - Modul - Permenkes no.15/2015
petugas dalam melakukan - Petunjuk tentang Pelayanan
upaya keselamatan dan 2. Peran dan fungsi petugas Laboratorium Pemeriksaan
praktikum
keamanan kerja di laboratorium dalam melakukan upaya HIV dan Infeksi Oportunistik.
keselamatan dan keamanan - Alat dan bahan
laboratorium - Modul pelatihan mikroskopik
3. Melakukan upaya keselamatan kerja di laboratorium
dan keamanan kerja di TB 2011
laboratorium. 3. Upaya keselamatan dan
keamanan kerja di
laboratorium
a. Universal Precautions
b. Penanganan specimen
mulai dari pengambilan,
20 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
pembuatan sediaan,
sampai dengan
pewarnaan sediaan
c. Pengelolaan limbah
d. Penanganan kecelakaan
laboratorium
21 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MP.1
Materi : Building Learning Commitment (BLC)
Waktu : 2 jpl (T: 0, P:2 )
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu dan penyelenggara/panitia saling mengenal serta menyepakati
(TPU) apa yang akan dilakukan selama pelatihan berlangsung
22 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MP.2
Materi : Anti korupsi
Waktu : 2 jpl (T: 0, P:2 )
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
(TPU)
23 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
3. Upaya Pencegahan dan 4. Peraturan Pemerintah
3. Menjelaskan upaya Pemberantasan Korupsi No 61 tahun 2010
pencegahan dan a. Upaya Pencegahan Pelaksanaan Undang-
pemberantasan korupsi Korupsi undang Nomor 14
b. Upaya Tahun 2008
Pemberantasan 5. Permenpan Nomor 5
Korupsi tahun 2009
c. Strategi Komunikasi 6. Permenkes No 49
Anti Korupsi tahun 2012 tentang
Pedoman Penanganan
4. Tata Cara Pelaporan Pengaduan
4. Menjelaskan Tata Dugaan Pelanggaran Masyarakat terpadu di
Cara Pelaporan Dugaan Tindak Pidana Korupsi lingkungan
Pelanggaran Tindakan a. Laporan Kementerian
Pidana Korupsi (TPK) b. Penyelesaian Hasil Kesehatan.
Penanganan 7. Permenkes nomor 134
Pengaduan tahun 2012 tentang
Masyarakat Tim Pengaduan
c. Pengaduan Masyarakat
d. Tata Cara 8. Permenkes Nomor 14
Penyampaian tahun 2014 Kebijakan
Pengaduan tentang Gratifikasi
e. Tim Penanganan bidang Kesehatan
Pengaduan 9. Keputusan Menteri
Masyarakat Terpadu Kesehatan Nomor:
di Lingkungan 232/ Menkes/ SK/ VI/
Kemenkes 2013 Tentang Strategi
f. Pencatatan Komunikasi
Pengaduan Penkerjaan dan
Budaya Anti Korupsi
5. Gratifikasi 10. Dr. Uhar
5. Menjelaskan a. Pengertian Gratifikasi Suharsaputra, M.Pd
Gratifikasi b. Landasan Hukum Budaya Korupsi dan
Gratifikasi Pendidikan Tantangan
24 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
c. Gratifikasi merupakan bagi Dunia Pendidikan
Tindak Pidana Korupsi 11. KPK, Buku Saku
d. Contoh Gratifikasi Gratifikasi
e. Sanksi Gratifikasi
6. Kasus-kasus Korupsi
6. Menjelaskan Kasus-
kasus Korupsi
25 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Nomor : MP.3
Materi : Rencana Tindak Lanjut
Waktu : 2 jpl (T: 0, P:2 )
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut
(TPU)
26 Kurikulum Modul ToT Tenaga Pelatih Pengambil, Pengemasan Dan Pengiriman Spesimen Difteri Untuk Tenaga Medis Dan Paramedis
Ba
PEMBUKAAN
Wawasan: Ketrampilan:
1. Penanganan spesimen
1. Kebijakan Program (pengambilan, penyimpanan
Pengendalian Resistensi dan pengiriman spesimen)
Antimikroba. 2. Pemeriksaan laboratorium
2.
corynebacterium diphtheriae
3. Media dan reagensia
3. Melakukan pencatatan dan
pewarnaan
pelaporan hasil pemeriksaan.
corynebacterium
4. Melakukan pemantapan mutu
diphtheriae
laboratorium .
5. Melakukan keselamatan dan
keamanan kerja laboratorium
Evaluasi
PENUTUPAN
PELATIH/FASILITATOR
PESERTA DAN
b 7
A. Peserta
1. Kriteria peserta:
Tenaga Kesehatan yang akan menangani kasus difteri
1. Dokter/perawat/ATLM
2. Tidak dipindahtugaskan minimal selama 2 tahun
3. Bersedia ditugaskan sebagai pelatih….. di wilayah kerjanya
2. Jumlah Peserta:
Setiap angkatan pelatihan, peserta maksimal berjumlah 30 (tiga puluh) orang.
B. Pelatih/Fasilitator/Instruktur
Pelatih/Fasilitator dalam pelatihan ini memiliki kriteria berikut:
1. Latar belakang pendidikan minimal S1
2. Menguasai materi yang dilatihkan atau mempunyai pengalaman dan
pengetahuan sesuai dengan materi yang dilatihkan.
3. Untuk MOT, harus memiliki kemampuan melatih, yaitu widyaiswara atau telah
mengikuti AKTA atau pernah mengikuti Training of Trainer (TOT) secara umum,
atau Pelatihan Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK).
A. Penyelenggara
Penyelenggara kegiatan Direktorat Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI.
B. Tempat Penyelenggaraan
RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta