Sigit Hermawan
Wiwit Hariyanto
Sumartik
http://dx.doi.org/DOI: 10.18202/jamal.2015.12.6031
385
386 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 385-398
pasar ekspor ASEAN. Padahal pasar tunggal Penelitian dengan tema IC dan KM
farmasi ASEAN sudah berjalan dan semakin dapat dilakukan pada semua sektor indus-
memberikan peta persaingan yang lebih be- tri. Namun demikian Sharabati et al. (2010),
rat lagi. Kondisi ini harusnya memaksa pe- dan Chen et al. (2004) merekomendasikan
rusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia penelitian IC untuk dilakukan di perusahaan
untuk memanfaatkan peran IC dan KM seb- manufaktur yang padat pengetahuan den-
agai strategi baru di era knowledge economy. gan tingkat penelitian yang tinggi dan ino-
IC dan KM perlu diintegrasikan karena vatif dibandingkan dengan perusahaan lain-
keduanya terbukti mampu untuk mening- nya atau tipe perusahaan highly intensive IC.
katkan nilai tambah bagi perusahaan (Zhou Salah satu perusahaan tersebut adalah pe-
dan Fink 2003) dan meningkatkan efektifi- rusahaan farmasi. Hal ini juga sejalan den-
tas organisasi (Hsu 2006). Ada dua konsep gan rekomendasi Daum (2005), Boekestein
integrasi IC dan KM terhadap kinerja bisnis (2006), dan Kamath (2008) yang menyatakan
(Hermawan 2014). Konsep pertama, me- perusahaan farmasi adalah perusahaan
nyatakan bahwa HC memiliki peran sentral yang memiliki seluruh karakteristik sebagai
ke semua variabel yang ada. HC berperan perusahaan berbasis pengetahuan karena
terhadap SC, RC, business performance, dan banyak menggunakan riset. Selain itu, pe-
KM enablers. IC terdiri dari HC, SC, dan RC.
rusahaan farmasi juga banyak melakukan
KM terdiri dari KM enablers dan KM process.
inovasi, banyak menggunakan pengeta-
IC baik secara individual ataupun kelompok
huan, dan banyak melakukan interaksi an-
berperan pada peningkatan business perfor-
tara manusia dan teknologi, serta bergan-
mance perusahaan farmasi. Demikian juga
tung pada IC sebagai sumber pembaruan.
dengan KM baik secara individual ataupun
Alasan Bramhandkar et al. (2007) melaku-
kelompok juga berperan pada peningkatan
kinerja business performance. Sementara itu kan penelitian terkait IC pada perusahaan
secara khusus HC berperan pada pembentu- farmasi dikarenakan perusahaan farmasi
kan KM enablers. Hasil penelitian seperti ini secara tradisional masih membutuhkan aset
mendukung penelitian-penelitian yang telah fisik untuk riset dan pengembangan, serta
dilakukan sebelumnya, seperti penelitian produksi sebagaimana investasi berat di in-
Sharabati, et al (2010), Chen et al (2004), tellectual property. Perusahaan farmasi juga
Cabrita dan Bontis (2007), Gold et al (2001), secara khusus membutuhkan HC untuk ri-
Choi (2002), Zhou and Fink (2003), dan Hsu set dan pengembangan, produksi, pemasa-
(2006). Konsep kedua, menyatakan bahwa ran dan penjualan, dan juga area lainnya.
yang paling berperan adalah KM Enablers, Perusahaan farmasi juga membutuhkan SC
KM Process, yang kemudian akan menentu- untuk sistem teknologi infromasi, budaya
kan peran pada komponen IC (HC, SC, dan perusahaan, dan area yang lebih spesifik la-
RC), serta ketiga komponen IC tersebut akan gi. Demikian pula dengan RC bahwa perusa-
berperan pada peningkatan kinerja bisnis haan farmasi juga sangat membutuhkannya
perusahaan farmasi. Pada tipe kedua ini terkait dengan kerja sama penelitian, target
bahwa KM sebagai faktor pembentuk dari penjualan, dan hubungan dengan masyara-
pengelolaan IC. KM enablers yang terdiri dari kat. Hal inilah yang menjadikan penelitian
strategi dan kepemimpinan, budaya organ- IC dan KM di perusahaan farmasi sangat
isasi, teknologi informasi, dan sistem insen- bermanfaat untuk dilakukan.
tif organisasi akan membentuk proses SECI Perlunya penelitian IC dan KM sebagai
sebagai indikator KM process. Hal ini sesuai intangible assets yang harus diintergrasi-
dengan penelitian (Gold et al. 2001) dan Choi kan terkait dengan kinerja bisnis sangat
(2002). Berikutnya dengan proses SECI akan dirasakan oleh perusahaan farmasi seperti
memudahkan dalam proses peningkatan PT. Kimia Farma, Tbk, dan PT Indofarma,
kinerja IC baik secara keseluruhan atau ju- Tbk. Bahkan hal integrasi keduanya menja-
ga IC secara individual yang terdiri dari HC, di sebuah kebutuhan yang tidak dapat di-
SC, dan RC. Akhirnya IC akan dapat menin- tawar-tawar lagi (Kaef 2011a). Manajemen
gkatkan kinerja business performance baik PT. Kimia Farma, Tbk menyatakan bahwa
secara individual ataupun secara kelompok intangible asset yang dimilikinya belum
seperti halnya hasil penelitian Huang dan banyak dikelola dan dimaksimalkan untuk
Hsueh (2007), Bontis et al (2000), Cabrita meningkatkan kinerja serta sebagai satu-sa-
dan Bontis (2008), dan Cabrita et al (2007), tunya keunggulan perusahaan yang bersifat
Wang dan Chang (2005), Sharabati, et al riil dan berkesinambungan. Banyak hidden
(2010), Chen et al (2004).
value yang belum dioptimalkan dengan baik.
Hermawan, Hariyanto, Sumartik, Integrasi Intellectual Capital dan Knowledge Management... 387
Intangible assets tidak hanya sumber daya antar variabel dan menjelaskan pengaruh
manusia dalam arti HC, tetapi juga kerja sa- antar variabel intergrasi IC dan KM terhadap
ma tim yang bagus, tata nilai, budaya peru- kinerja bisnis perusahaan farmasi di Jawa
sahaan, dan teknologi sebagai structural cap- Timur. Variabel-variabel yang dimaksud
ital (SC). Brand image PT. Kimia Farma, Tbk adalah human capital (HC), structural capi-
diyakini juga sebagai intangible asset karena tal (SC), relational capital (RC), knowledge
adanya anggapan dari masyarakat mengenai management (KM) enablers, knowledge man-
bagusnya produk dan layanan dari apotek agement (KM) process, dan business perfor-
kimia farma (Kaef 2011a). Dalam terminologi mance (BP). Adapun penjelasan dimensi tiap
IC hal ini disebut sebagai relational capital variabel ada pada Tabel 1
(RC). Pengelolaan intangible value dalam Dengan demikian berdasarkan hubun-
bentuk IC diyakini dapat meningkatkan kin- gan antar variabel integrasi IC dan KM ter-
erja dan meraih laba sampai 300 milyar ru- hadap kinerja bisnis perusahaan farmasi
piah dari 150 milyar rupiah yang ditargetkan dapat diketahui rerangka penelitian pada
pada tahun 2011 (Kaef 2011b). Kebutuhan Gambar 1.
atas pengelolaan intangible asset dalam ben- Metode pengumpulan data pada pene-
tuk IC tidak hanya dirasakan oleh PT. Kimia litian ini adalah dengan metode survei. Se-
Farma, Tbk, tetapi juga dirasakan oleh PT. mentara itu populasi penelitian ini adalah
Indofarma, Tbk yang sempat merugi sebe- perusahaan farmasi di Indonesia. Sampel
sar 58,5 milyar rupiah di tahun 2002 (Oasis penelitian adalah perusahaan farmasi di Ja-
2009) merumuskan berbagai strategi mela- wa Timur yang menjadi anggota Gabungan
kukan pengelolaan capacity building bukan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi)
dalam konteks fisik, tetapi yang lebih ber- Wilayah Jawa Timur. Anggota dari organisa-
sifat intangible. Dengan melihat fakta yang si ini adalah sebanyak 44 perusahaan (www.
ada di PT. Indofarma., Tbk dan PT. Kimia gpfarmasi.org). Dengan demikian responden
Farma, Tbk nampak jelas bahwa IC dan KM penelitian ini adalah manajer keuangan dan
memang harus dikelola dan diintegrasikan akuntansi perusahaan farmasi yang men-
di perusahaan farmasi. jadi anggota GP Farmasi Jawa Timur. Survei
Penelitian terkait integrasi IC dan KM dilakukan dengan membagi kuisioner ke-
di Indonesia masih sangat jarang dilakukan. pada responden penelitian, baik dilakukan
Beberapa penelitian IC dan KM yang ada secara langsung, melalui pos, dan saat GP
di Indonesia, masih terfokus pada peneli- Farmasi Jawa Timur melakukan rapat atau
tian IC saja atau KM saja. Penelitian inipun pertemuan.
berbeda dengan penelitian Hsu (2006) yang Teknik analisis data yang digunakan
hanya menggunakan KM process capability dalam penelitian ini adalah dengan pendeka-
saja untuk mewakili variabel KM. Sedan- tan Structural Equation Modelling (SEM).
gkan perbedaan dengan penelitian Choi Alasannya karena semua variabel yang di-
(2002) adalah Choi hanya menggunakan KM gunakan dalam penelitian ini tidak dapat
enabler dan knowledge creation process un- diukur secara langsung atau variabel laten.
tuk menghubungkan dengan organizational SEM juga dapat digunakan untuk mengana-
performance, sementara variabel intellectual lisis pola hubungan antara konstruk laten
capital tidak diteliti oleh Choi (2002). Dengan dan indikatornya, konstruk laten yang satu
demikian, penelitian integrasi IC dan KM dengan yang lainnya, serta kesalahan pen-
serta dampaknya terhadap kinerja bisnis pe- gukuran secara langsung (Yamin dan Kur-
rusahaan farmasi penting dan masih sangat niawan 2010).
jarang dilakukan. Atas dasar pemikiran dia-
tas, tujuan penelitian ini adalah untuk men- HASIL
guji pengaruh integrasi IC dan KM terhadap Hasil analisis yang telah dilakukan ter-
kinerja bisnis perusahaan farmasi di Jawa hadap uji pengaruh antar konstruk tersebut
Timur. seperti diuraikan memperhatikan diagram
jalur hasil analisis PLS pada tahap akhir
METODE maka untuk mempermudah melihat secara
Penelitian ini menggunakan pendeka- sederhana dapat digambarkan hubungan
tan eksplanatori (explanatory research) kare- antar konstruk tersebut seperti dalam Gam-
na bertujuan untuk menganalisis hubungan bar 2.
388 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 385-398
adalah SC yang harus dijalankan dengan getahuan, pengunaan umum teknologi infor-
ketat sesuai aturan pemerintah dan tidak masi, dan kapasitas pembelajaran organisa-
boleh salah. SC atau modal struktural di- si (CIMA, 2005:2). SC berupa budaya organ-
artikan sebagai pengetahuan yang berada isasi, struktur organisasi, dan sistem dan
di dalam perusahaan. Hal tersebut terdiri teknologi informasi. Farmasis selalu menjadi
dari rutinitas organisasi, prosedur, sistem, pengendali komposisi obat yang dikeluarkan
budaya dan database. Misalnya fleksibilitas perusahaan farmasi. Dengan demikian HC
organisasi, jasa dokumentasi, keberadaan berperan dan berpengaruh pada pengelolaan
pusat pengetahuan, keberadaan pusat pen- SC di perusahaan farmasi. Hasil penelitian
yang berpengalaman dan med rep yang be- Cabrita et al (2007) juga menghasilkan hal
lum haruslah dilakukan. knowledge transfer yang sama.
antar karyawan harus dilakukan oleh peru- Selanjutnya, untuk hasil perhitun-
sahaan farmasi dalam rangka untuk dapat gan pengaruh RC terhadap BP diketahui
meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila bahwa koefisien path adalah sebesar 0,239
kinerja semua karyawan dapat dikombina- dan P < 0,001. Ini berarti bahwa hasil per-
sikan dan ditingkatkan maka kinerja bisnis hitungannya signifikan. Dengan demikian
perusahaan farmasi akan meningkat pula. dapat disimpulkan bahwa RC berpengaruh
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terhadap BP. Hal tersebut dapat dijelaskan
Huang dan Hsueh (2007) menyatakan bah- bahwa apabila perusahaan mampu menge-
wa HC berhubungan secara positif dengan lola RC dengan baik, maka BP akan menin-
BP. Demikian pula dengan penelitian Bollen gkat. Hal tersebut karena RC yang langsung
et al (2005), dimana salah satu hasil peneli- berkaitan dengan BP. RC berkaitan dengan
tian menunjukkan bahwa HC berpengaruh masalah hubungan dengan pihak ekster-
signifikan terhadap company performance nal, yakni konsumen, pelanggan, supplier,
yang indikatornya adalah market leadership, masyarakat, dan lembaga-lembaga lainnya.
future outlook, overall performance, and suc- Termasuk dalam wilayah RC ini adalah men-
cess of new product. Penelitian Seleim et al gelola image produk, image jasa dan peru-
(2007) juga menunjukkan hasil yang sama sahaan, kepuasan konsumen dan loyalitas
bahwa indikator yang ada di HC berpenga- pelanggan. Dan apabila perusahaan mampu
ruh positif dan signifikan dengan kinerja pe- mengelola RC dengan baik, misalnya den-
rusahaan software yang ada di Arab. gan memberikan kepuasan pada konsumen
Untuk perhitungan pengaruh SC terha- sehingga konsumen menjadi loyal terha-
dap BP diketahui bahwa koefisien Path sebe- dap produk atau jasa perusahaan maka BP
sar 0,017 dan P < 0,001. Ini berarti bahwa dapat meningkat. Demikian pula dengan
hasil perhitungannya signifikan. Dengan terciptanya hubungan yang baik dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa SC ber- masyarakat sehingga perusahaan memiliki
pengaruh terhadap BP. Jika perusahaan citra yang baik di mata masyarakat maka BP
farmasi mampu untuk mengkodifikasikan akan mudah untuk ditingkatkan dan men-
pengetahuan perusahaan dan mengembang- jadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan.
kan SC misalnya menciptakan rutinitas dan Hasil penelitian ini mendukung penelitian
tata kerja yang baik, maka kesuksesan BP Sharabati et al (2010), Mageza (2004), Wang
akan mudah untuk dicapai. Dua hal yang dan Chang (2005) yang menyatakan bahwa
harus dipatuhi dan dijalankan oleh perusa- RC berpengaruh secara positif dan langsung
haan farmasi adalah CPOB dan CDOB seb- terhadap BP.
agaimana aturan pemerintah terkait dengan Untuk perhitungan pengaruh HC terh-
obat yang sudah diatur oleh BPOM RI. SC adap KM Enablers diketahui bahwa koefisien
juga sangat penting bagi perusahaan karena Path adalah sebesar 0,384 dan P < 0,001. Ini
akan berisikan mekanisme dan struktur or- berarti bahwa hasil perhitungannya signifi-
ganisasi yang dapat membantu karyawan kan. Dengan demikian dapat disimpulkan
untuk mencapai kinerja intelektual yang bahwa HC berpengaruh terhadap KM en-
optimal dan kinerja bisnis secara keseluru- ablers. HC sebagai roh IC tentunya sangat
han (Bontis 1998:66). Organisasi dengan SC berperan untuk dapat menciptakan dan
yang kuat akan mendukung upaya individu- mengorganisasikan dimensi atau indikator
individu untuk mencoba hal-hal baru, untuk KM Enablers, seperti strategi dan kepemimp-
belajar, untuk gagal dan mencoba lagi. Ini- inan, budaya organisasi, teknologi informasi,
lah yang memungkinkan perusahaan untuk dan sistem insentif organisasi. Dengan ad-
menciptakan peluang-peluang baru, kreasi anya indikator KM enablers tersebut maka
dan inovatif. Sebuah organisasi yang penuh seluruh kebijakan perusahaan farmasi baik
dengan IC tetapi tanpa adanya SC , maka hal yang strategis dan operasional utamanya
itu hanyalah HC (Bontis 1998:66). Penelitian dalam hal pengelolaan pengetahuan dapat
yang menguji pengaruh SC dan BP adalah dilakukan dengan segera dan juga baik.
penelitian Bontis (1998) yang menyatakan Penelitian ini mendukung penelitian yang
bahwa SC berpengaruh secara langsung dan dilakukan oleh Hsu (2006), Zhou dan Fink,
signifikan terhadap BP. Penelitian Bontis et (2003), dan Marr et al, (2003), yang me-
al (2000), Cabrita dan Bontis (2008), dan nyatakan bahwa HC berpengaruh terhadap
KM Enablers
Hermawan, Hariyanto, Sumartik, Integrasi Intellectual Capital dan Knowledge Management... 393
Selanjutnya, untuk perhitungan pen- KM creation process (SECI) untuk dapat me-
garuh KM Enablers terhadap BP diketahui ningkatkan kinerja perusahaan. Misalnya
bahwa koefisien Path adalah sebesar 0,141 berbagai kebijakan baru di CPOB yang harus
dan P < 0,001. Ini berarti bahwa hasil per- diterapkan oleh perusahaan farmasi maka
hitungannya signifikan. Dengan demikian hal tersebut dapat dilakukan dengan SECI,
dapat disimpulkan bahwa KM enablers ber- yakni merubah eksplisit knowledge menjadi
pengaruh terhadap BP. KM enablers adalah tacit knowledge dan diubah kembali menjadi
sebagau “pengupaya” yang focus pada eksplisit knowledge melalui peraturan baru
pengembangan infrastruktur organisasi di- di perusahaan farmasi. Hasil penelitian ini
mana lingkungan kerja dengan teknologi in- mendukung penelitian yang dilakukan oleh
formasi atau budaya sangat mendukung ak- Ho (2009), Choi (2002), dan Gold et al (2001)
tivitas pengetahuan karyawan. Sebagaimana yang menyatakan bahwa KM enablers ber-
dimensi atau indikator KM enablers sangat pengaruh terhadap KM creation process.
memungkinkan untuk dikaitkan dengan BP. Sementara itu, untuk perhitungan
Misalnya strategi dan kepemimpinan ten- pengaruh KM Creation Process terhadap BP
tunya sangat mempunyai arti penting bagi menunjukkan koefisien Path sebesar 0,217
perusahaan. Demikian juga dengan indika- dan P < 0,001. Ini berarti bahwa hasil per-
tor yang lainnya, seperti budaya organisasi, hitungannya adalah signifikan. Dengan
teknologi informasi, dan sistem insentif or- demikian dapat disimpulkan bahwa KM cre-
ganisasi. Hasil penelitian ini mendukung ation process berpengaruh terhadap BP. KM
penelitian yang dilakukan oleh adalah Hsu creation process yang terdiri atas Socializa-
(2006) yang menyatakan bahwa KM enablers tion, Externalization, Combination dan Inter-
berpengaruh terhadap BP. nalization (SECI) akan melakukan pemros-
Berikutnya, untuk perhitungan penga- esan terhadap pengetahuan yang ada di or-
ruh KM Enablers terhadap KM Creation Pro- ganisasi perusahaan. Pengetahuan yang di-
cess diketahui bahwa koefisien Path adalah peroleh dari KM enablers akan diproses yang
sebesar 0,530 dan P < 0,001. Ini berarti bah- kemudian akan mempengaruhi organization
wa hasil perhitungannya signifikan. Dengan creativity dan organizational performance.
demikian dapat disimpulkan bahwa KM en- Jadi pada kondisi seperti ini SECI sebagai
ablers berpengaruh terhadap KM creation pemroses berbagai kebijakan dan menyam-
process. Dimensi atau indikator KM creation paikannya kepada para anggota organisasi
process adalah SECI (Socialization, External- perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung
ization, Combination, dan Internalization). penelitian yang dilakukan oleh Choi (2002)
Dimensi-dimensi ini dapat berjalan dengan yang menyatakan bahwa KM creation pro-
lancar karena adanya dukungan dari KM cess berpengaruh terhadap BP. Untuk perhi-
enablers. Inti dari SECI adalah perubahan tungan pengaruh IC yang terdiri dari HC, SC,
dari eksplisit knowledge ke tacit knowledge dan RC secara simultan terhadap BP dapat
atau juga sebaliknya, atau juga dari eksplisit diketahui :
knowledge ke eksplisit knowledge dan juga Berdasarkan perhitungan diatas dapat
dari tacit knoweldge ke tacit knowledge. disimpulkan bahwa peran IC (HC, SC dan
Hal ini jelas membutuhkan kepemimpinan RC) secara simultan berpengaruh terhadap
visioner yang melihat perlunya knowledge BP sebesar 0.05 dan variabel intervening
sebagai intangible yang harus dikembang- berfungsi sebagai pemediasi parsial karena
kan oleh perusahaan utamanya perusahaan nilai VAF bernilai 40%. Komponen HC, SC,
farmasi. Sebagai perusahaan yang berbasis dan RC pada saat diintegrasikan menjadi
pengetahuan (knowledge based company), IC akan menjadi kekuatan baru bagi peru-
perusahaan farmasi juga harus mengelola sahaan untuk menang dalam berkompetisi.
Pengaruh tidak langsung = 0.38 * 0.53 * 0.22 (HC – KME – KMCP – BP) 0.044
Pengaruh langsung (HC – BP) 0.03
Pengaruh total = 0.044 + 0.03 0.074
VAF = Pengaruh tidak langsung/pengaruh total = 0.044/0.74 0.594
Hal tersebut dapat dipahami apabila peru- Kasim (2008). Berikutnya untuk perhitun-
sahaan farmasi memiliki HC dalam bentuk gan pengaruh IC (HC, SC, dan RC), dan KM
farmasis dan med rep yang sangat baik dan (KM enablers dan KM creation process) se-
berkompeten, serta ditunjung oleh SC yang cara simultan terhadap BP dapat diketahui
memungkinkan perusahaan memiliki bu- sebagai berikut :
daya oganisasi, sistem informasi, dan prose- Berdasarkan data di atas dapat dis-
dur kerja yang baik dalam bentuk CPOB dan impulkan bahwa ada pengaruh integrasi IC
CDOB sesuai rekomendasi BPOM RI, serta dan KM terhadap BP secara simultan sebe-
memiliki RC yang sangat bagus dengan pihak sar 0.094% dan variabel mediasi berfungsi
eksternal maka kinerja bisnis (BP) perusa- sebagai pemediasi parsial karena nilai VAF
haan farmasi dapat dicapai dengan mudah. bernilai 68%. Integrasi IC dan KM melibat-
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang kan tiga variabel dari IC, yakni komponen
dilakukan oleh IFAC (1998); Bontis (1998); HC, SC, dan RC sedangkan KM terdiri dari
Belkaoui (2003); Mageza (2004); Chen et al dua variabel, yakni KM enablers dan KM
(2004); Cabrita et al (2007); Sharabati et al creation process. IC diartikan sebagai aset
(2010); Khalique et al (2011). Selanjutnya tersembunyi yang sukar dipahami oleh pe-
untuk perhitungan pengaruh KM yang terdi- rusahaan, tetapi sekali ditemukan dan diek-
ri dari KM enablers dan KM creation process splotasi, IC akan berguna bagi organisasi se-
terhadap BP dapat diketahui pada Tabel 5. bagai sebuah sumber daya baru yang dapat
Berdasarkan perhitungan diatas dapat digunakan untuk memenangkan kompetisi
disimpulkan bahwa peran KM (KME dan (Bontis 1996). Hal senada disampaikan oleh
KMCP) secara simultan terhadap BP sebe- Brooking (1997) yang mendefinisikan IC se-
sar 0.074 dan variabel intervening berfungsi cara operasional sebagai bahan intelektual
sebagai pemediasi parsial karena nilai VAF yang diformalkan, diperoleh, dan dikelola
bernilai 59,46%. Integrasi KM yang terdiri untuk menghasilkan aset yang bernilai tinggi
dari KME dan KMCP sangat berperan dalam bagi perusahaan. Berdasarkan rangkuman
meningkatkan kinerja bisnis perusahaan Hermawan (2013) tersebut juga diketahui
farmasi, terlebih lagi perusahaan farmasi bahwa IC terbagi menjadi tiga komponen,
adalah perusahaan dengan tipe knowledge yakni Human Capital (HC), Structural Capital
based dan highly intensive IC. Apabila knowl- (SC), dan Relational Capital (RC).
edge ini tidak dikelola dengan baik akan Sementara itu KM diartikan sebagai
sangat merugikan bagi perusahaan farmasi. pendekatan yang dinamis yang secara op-
Misalnya terkait dengan knowledge sharing timal mengelola pengetahuan bisnis yang
harus terus diadakan agar knowledge dari penting dan bertujuan untuk menghasilkan
para karyawan yang berpengalaman dapat nilai. KM juga merupakan seni menciptakan
ditransfer ke karyawan yang masih yunior. nilai dari aset tidak berwujud organisasi
Hasil penelitian ini mendukung penelitian (Sveiby 1998). Sementara itu KM process
yang telah dilakukan oleh Choi (2002) dan adalah operasionalisasi KM melalui proses
Cabrita, M.D.R; J.L. Vas; dan N. Bontis. Resource Based Theory. Jurnal EKUI-
2007. “Modelling The Creation of Value TAS. STIESIA Surabaya, Vol 17 No 2,
From Intellectual Capital : A Portuguese pp 256 – 275.
Banking Perspective.” Int. J. Knowledge Hermawan, S. 2014. The Concept of Integra-
and Learning. Vol. 3, No. 2/3, hlm 266 tion of Intellectual Capital and Knowl-
– 280. edge Management and Its Relationship
Chartered Institute of Management Accoun- With Business Performance. Proceed-
tants (CIMA). 2005. Understanding Cor- ing. The Third International Conference
porate Value : Managing dan Reporting on Entrepreneurship and Business
Intellectual Capital. www.cimaglobal. Management. Penang. Malaysia.
com. Diunduh pada 8 Januari 2015. Hsu, H.Y. Sonya F. 2006. Knowledge Man-
Chen, J; Z. Zhu; dan H.Y. Xie. 2004. “Mea- agement and Intellectual Capital. Un-
suring Intellectual Capital : A New published Dissertation. Carbondale,
Model and Empirical Study.” Journal of Southern Illinois University. USA.
Intellectual Capital, Vol. 5, No. 1, hlm Ho, C.T. 2009. “The Relationship Between
195 – 212. Knowledge Management Enablers and
Choi, B. 2002. Knowledge Management En- Performance.” Industrial Management
ablers, Processes, and Organizational and Data System, Vol. 109, No. 1, hlm
Performance : An Integration and Em- 98 - 117.
pirical Examination. Unpublished Dis- Huang, C.F. and S.L. Hsueh. 2007. “A Study
sertation. Korea Advanced Institute od On The Relationship Between Intellec-
Science and Technology. tual Capital And Business Performance
Daum, J.H. 2005. Intangible Assets Based In The Engineering Consulting Indus-
Enterprise Management : A Practical try: A Path Analysis.” Journal of Civil
Approach. Proceedings of 2005 PMA IC Engineering and Management, Vol. 13,
Symposium, Stern School of Business, No. 4, hlm 265–271.
New York University Manhattan, 15 De- International Federation of Accountants
sember 2005. (IFAC). 1998. The Measurement And
Kaef, G. 2011a. Optimalkan Pengelolaan Management of Intellectual Capital : An
Aset-Aset Intangible. Edisi Special HUT Introduction. New York. USA.
Kimia Farma. PT. Kimia Farma, Tbk. Kamath, G.B. 2008. “Intellectual Capital and
Jakarta. Corporate Performance in Indian Phar-
Kaef, G. 2011b. Melangkah Dengan Optimis. maceutical Industry.” Journal of Intel-
Edisi 20. PT. Kimia Farma, Tbk. Jakar- lectual Capital, Vol. 9, No. 6, hlm 684-
ta. 704.
Gold, A.H; A. Malholtra., dan A.H. Segars. Kasim, R.S.R.. 2008. The Relationship of
2001. “Knowledge Management : An Knowledge Management Practices,
Organizational Capabilities Perspec- Competencies and Organizational Per-
tive.” Journal of Management Informa- formance of Government Departments
tion System, Vol. 18, No. 1, hlm 185 – in Malaysia. World Academy of Science,
214. Engineering and Technology, hlm 53 -
Handzic, M., and Mark Chaimungkalano- 59.
nt. 2004. Enhancing Organizational Khalique, M., J.A.N. Shaari., A.B.M. Isa, dan
Creativity Through Socialization. The A. Ageel. 2011. “Role of Intellectual
Electronic Journal of Knowledge Man- Capital on the Organizational Perfor-
agement Volume 2 Issue 1, pp 57-64, mance of Electrical SMEs in Pakistan.”
available online at www.ejkm.com. International Journal of Business and
Hermawan, S; W. Hariyanto; H. Ernandi; S. Management, Vol. 6, No. 9, hlm 253-
Iswati, dan Z. Fanani. 2012. Model Pen- 257.
gelolaan dan Pengembangan Intellectu- Mageza, P.Z. 2004. Intellectual Capital As A
al Capital Guna Meningkatkan Kinerja Creator of Wealth and Shareholder Val-
Bisnis Industri Farmasi dan Meraih ue For An Organization. Short Disserta-
Keunggulan Bersaing Tingkat Global. tion. Rand Afrikaans University. USA.
Laporan Penelitian Hibah Pekerti DP2M Marr, B. 2008. Make The Invisible Visible:
DIKTI Kemendikbud. Identify Intellectual Capital. http://
Hermawan, S. 2013. Makna Intellectual Capi- www.cimaglobal.com. Diunduh pada
tal Perspektif The Role Theory dan The 23 Maret 2015.
398 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 385-398
Marshall, M.N. 1996. “Sampling for Qualita- lectual Capital in Banking Industry.”
tive Research.” Family Practice an Inter- Journal of Intellectual Capital, Vol 11,
national Journal, Vol. 13, No. 6. No 1, hlm 74-89.
Miles, M.B., dan A.M. Huberman. 1984. Sveiby, K.E. 1998. What Is Knowledge Man-
Qualitative Data Analysis. Sage Publi- agement ?. http: //www.sveiby.com/
cation Inc. USA. articles/ KnowledgeManagement.html.
Moon, Y.J, and H. GunKym. 2006. “A Model Diunduh pada tanggal 17 Oktober
for The Value of Intellectual Capital.” 2015.
Canadian Journal of Administrative Wahono, R.S. 2008. Knowledge Management
Sciences; Vol. 23, Vol. 3, ABI/INFORM dan Kiat Praktisnya. http://romisatri-
Global. hlm 253. awahono.net/2008/05/06/. Diunduh
Oasis. 2009. Memacu Perubahan. Media Ko- 25 April 2010.
munikasi dan Informasi Internal Indo- Wang, W.Y, dan C. Chang. 2005. “Intellec-
farma. Edisi Februari – Maret. PT. Indo- tual Capital and Performance In Casual
farma, Tbk. Jakarta. Models. Evidence from The Informa-
Oasis. 2007. Indofarma Tahun 2011 Raih Rp. tional Technology Industry in Taiwan.”
2,6 Triliun. Media Komunikasi & Infor- Journal of Intellectual Capital, Vol. 6,
masi Internal Indofarma. Edisi Mei – No. 2, hlm 222 – 236.
Juni. PT. Indofarma, Tbk. Jakarta. Yamin, S dan H. Kurniawan. 2010. Struc-
Sampoerno, 2007. “Kapabilitas Teknologi tural Equation Modeling. Belajar Lebih
dan Penguatan R & D : Tantangan In- Mudah Teknik Analisis Data Kuisioner
dustri Farmasi Indonesia.” Majalah dengan Lisrel dan PLS. Buku Aplikasi
Farmasi Indonesia, Vol. 18, No. 4, hlm Statistik Seri 2. Penerbit Salemba In-
199 – 209. fotek. Jakarta.
Sharabati, A.A.A; S.N. Jawad; dan N. Bontis. Zhou, A.Z., dan D. Fink. 2003. “Knowledge
2010. “Intellectual Capital and Busi- Management and Intellectual Capital :
ness Performance in The Pharmaceuti- An Empirical Examination of Current
cal Sector of Jordan.” Management De- Practice in Australia.” Knowledge Man-
cision, Vol. 48, No. 1. hlm 105 – 131. agement Research & Practices, Vol. 1,
Shih, K. H, C.J. Chang dan B. Lin. 2010. “As- hlm 86 – 94.
sessing Knowledge Creation and Intel-