Anda di halaman 1dari 15

Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 248

ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL


DESA BUGELAN, KISMANTORO, WONOGIRI

EDUCATIONAL ASPIRATIONS OF SOCIETY, IN REMOTE AREAS BUGELAN


VILLAGE, KISMANTORO, WONOGIRI

Oleh: Irvandra Kalismaya, Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta
irvandrakalismaya@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspirasi pendidikan masyarakat dan faktor
pendukung serta penghambatnya, tepatnya pada masyarakat daerah terpencil Desa Bugelan, Kismantoro,
Wonogiri. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah dapat menempuh pendidikan
setinggi-tingginya, berharap memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak serta berusaha untuk
mewujudkannya. Faktor pendukungnya adalah faktor keluarga yang berupa dukungan finansial dan moral
berupa motivasi atau bimbingan, serta pengaruh teman sebaya dan bantuan dari pihak lain. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah faktor keluarga yang tidak memiliki aspirasi yang sama dengan aspirasi
pendidikan anak, faktor ekonomi yang menunjukkan sebagian besar masyarakat masih tergolong ekonomi
lemah, faktor geografis karena akses dari dan menuju ke Desa Bugelan yang sulit dan faktor lingkungan
yaitu sulitnya mendapatkan informasi tentang jenjang pendidikan yang diinginkan.

Kata kunci : Aspirasi Pendidikan, Daerah Terpencil, Desa Bugelan

Abstract
This research aim to describe the educational aspirations and enabling and inhibiting factors,
precisely in remote areas rural communities Bugelan, Kismantoro, Wonogiri. Data collection technique
using observation, interviews and documentation. Data analysis technique using data reduction, data
presentation and conclusion. The results showed that the aspirations of the people is can reached as high
as possible they can, so they can get a better job and better live. The supporting factors are family, the
form is financial support and moral support, and also influence of close friends and help from others.
While the inhibiting factors are the differences between parent aspirations and kid aspirations, economic
factor wich shows that most people in Bugelan are classified into weak economy, geografic factor because
of adversity acces and from Bugelan, and also the difficulty of information about higher educational stage
that they want.

Keywords: Educational Aspirations, Remote areas, Bugelan Village


249 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol.VI Tahun 2017

PENDAHULUAN pendidikan tidak sebesar yang diberikan

Pendidikan merupakan hal yang tidak pemerintah pada daerah perkotaan yang

bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena di notabene lebih mudah dijangkau. Harian

mana ada kehidupan manusia pasti ada kompas 8 Juni 2015, juga menyebutkan

manusia untuk mengembangkan dirinya bahwa masih banyak daerah di Indonesia

sendiri. Sedangkan menurut UU No. 20 yang dapat dikategorikan dalam daerah

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan terpencil, perbatasan provinsi-provinsi

Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan tertentu. Sebagian masalah pendidikan yang

terencana untuk mewujudkan suasana belajar ada di daerah terpencil antara lain kurangnya

dan proses pembelajaran agar peserta didik sarana dan prasarana pendidikan seperti

secara aktif mengembangkan potensinya gedung sekolah atau media-media

untuk memiliki kekuatan spiritual pendukung lainnya. Selain itu, kualitas

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, pendidik yang ”pas-pasan” juga merupakan

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan penyebab pendidikan di daerah terpencil

yang diperlukan oleh dirinya sendiri, terkesan tertinggal.

masyarakat, bangsa dan negara. Desa Bugelan sebagai daerah

Saat ini Sistem Pendidikan Nasional terpencil juga mempunyai masalah

Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah pendidikan khas daerah terpencil. Salah

melalui Kementerian Pendidikan dan satunya adalah masalah sarana dan

Kebudayaan. Di dalam penyelenggaran prasarana. Desa Bugelan mempunyai 3 (tiga)

pendidikan, selama masa awal kemerdekaan sekolah dasar negeri yaitu SD N 1 Bugelan,

hingga sekarang, pemerintah tentu saja telah SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan

menghadapi berbagai macam masalah yang 1(satu) sekolah menengah pertama satu atap

mempengaruhi perkembangan pendidikan di yaitu SMPN 4 Satap Kismantoro. SMPN 4

Indonesia. Masalah-masalah pendidikan Satap Kismantoro berada atau tergabung

secara umum di Indonesia antara lain adalah, dengan SD N 1 Bugelan. Desa Bugelan,

pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, Kecamatan Kismantoro, kabupaten Wonogiri

relevansi pendidikan, efektifitas dan efisiensi merupakan salah satu desa yang masih

pendidikan. Permasalahan-permasalahan ini tergolong daerah terpencil. Hal tersebut

merupakan hal yang selalu menjadi fokus dibuktikan dengan ditetapkannya Sekolah

dari pemerintah dalam upaya mewujudkan Dasar Negeri yang ada di desa tersebut

salah satu tujuan nasional yaitu, sebagai salah satu sekolah daerah terpencil

mencerdaskan kehidupan bangsa. Perhatian atau daerah khusus. Penetapan tentang

pemerintah di daerah terpencil dalam bidang sekolah daerah terpencil berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Wonogiri Jawa Tengah
Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 250

nomor 289 tahun 2015 tentang penetapan dengan pendidikan, aspirasi merupakan
satuan pendidikan dalam daerah khusus di kesadaran akan pentingnya pendidikan,
wilayah Kabupaten Wonogiri tahun 2015. harapan atau keinginan seseorang untuk
Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan menempuh pendidikan sesuai dengan yang
bahwa SD N 2 Bugelan yang berada di diharapkannya dan usaha dalam
Dusun Setren Desa Bugelan termasuk ke mewujudkan harapannya tersebut. Aspirasi
dalam satuan pendidikan yang berada di pendidikan pada masyarakat tersebut
daerah khusus Berbagai masalah pendidikan berpengaruh terhadap penyelenggaraan
daerah terpencil yang telah diungkapkan pendidikan di Indonesia terutama pada
diatas, dipengaruhi oleh berbagai masalah daerah terpencil. Keberadaan aspirasi
eksternal diluar sistem pendidikan tersebut. pendidikan pada masyarakat di daerah
Masalah-masalah eksternal yang dimaksud terpencil menunjukkan bahwa sebenarnya
antara lain, perkembangan IPTEK. masyarakat daerah terpencil juga memiliki
Perkembangan IPTEK dibagi menjadi tiga kesadaran dan kepedulian terhadap
aspek yaitu, perkembangan ilmu pendidikan. Hal ini yang membuat
pengetahuan, perkembangan tekhnologi dan masyarakat daerah terpencil berminat untuk
perkembangan seni. Masalah eksternal yang bersekolah dengan keterbatasan yang ada.
kedua yaitu laju pertumbuhan penduduk Begitu juga sebaliknya apabila aspirasi
yang pesat. Laju pertumbuhan penduduk pendidikan pada masyarakat terpencil masih
yang pesat akan menyebabkan kurang, partisipasi pendidikan di daerah
perkembangan masalah pemerataan, terpencil juga akan berkurang.
misalnya jumlah anak usia sekolah akan Berdasarkan pernyataan di atas,
semakin besar atau banyak, jika daya aspirasi berpengaruh terhadap
tampung sekolah tidak bertambah maka berkembangnya masalah pendidikan, tidak
secara otomatis sebagian dari mereka tidak terkecuali di daerah terpencil. Maka dari itu
akan terlayani dalam bidang pendidikan. peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana
Masalah eksternal yang ketiga yaitu, aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa
keterbelakangan budaya dan sarana Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten
kehidupan. Masyarakat yang umumnya Wonogiri yang masih tergolong dalam
berada di daerah terpencil dengan ekonomi daerah terpencil.
lemah dan kurang terdidik akan mengalami
keterbelakangan budaya dan sarana
kehidupan. Masalah eksternal yang terakhir
adalah aspirasi masyarakat. Kaitannya
251 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol.VI Tahun 2017

METODE PENELITIAN transportasi umum membuat Desa Bugelan


Jenis Penelitian jauh dari keramaian.
Jenis penelitian yang akan digunakan
Target/Subjek Penelitian
adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan
Pemilihan subjek bukan berdasarkan
dan Taylor yang dikutip oleh Andi Prastawa
atas strata, random atau kewilayahan, akan
(2011: 22), metodologi kualitatif adalah
tetapi berdasarkan atas tujuan yakni untuk
penelitian yang menghasilkan data
meneliti mengenai aspirasi pendidikan pada
dekskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis
masyarakat di daerah terpencil di Desa
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri,
diamati. Penelitian ini menggunakan metode
Jawa Tengah. Maka dari itu penelitian ini
penelitian lapangan (Field Research) yang
menggunaka teknik serial selection of
menurut Moh. Nazir (2005:65) dalam
sample units. Lincoln dan Guba dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Sugiono (2009: 54-55) menjelaskan bahwa
adalah: ”Penelitian lapangan yaitu penelitian
Serial selection of sample units adalah
yang dilakukan dengan cara mendatangi
keadaan dimana peneliti memilih orang
langsung tempat yang menjadi objek
tertentu yang dipertimbangkan akan
penelitian. Peneliti datang langsung ke lokasi
memberikan data yang diperlukan;
penelitian dan berinteraksi secara langsung
selanjutnya berdasarkan data atau informasi
untuk mengamati pola kepribadian, perilaku
yang diperoleh dari subjek penelitian itu,
dan sosial yang diamati.
peneliti dapat menetapkan sampel lainnya
Setting Penelitian yang dipertimbangkan akan memberikan
Latar atau setting dari penelitian ini data lebih lengkap. Berdasarkan teknik
adalah di Desa Bugelan Kecamatan tersebut maka didapat subjek penelitian yaitu
Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Bapak BJ beserta anaknya yang bernama
Jawa Tengah. Desa Bugelan berjarak 15 AG, Bapak WR beserta anaknya WS, Ibu
kilometer dari pusat kecamatan dan berjarak MR beserta anaknya EG dan Ibu TM beserta
73 kilometer dari pusat kabupaten. Sehingga anaknya JL. Sedangkan objek penelitian
Desa Bugelan terbilang cukup jauh dari berdasarkan rumusan masalah yang telah
pusat pemerintahan. Kondisi geografis Desa ditetapkan, dan fokus penelitian adalah
Bugelan adalah perbukitan sehingga cukup mengenai aspirasi pendidikan pada
sulit untuk ditempuh. Maka dari itu tidak ada masyarakat di daerah terpencil.
transportasi umum menuju pusat kecamatan
maupun ke pusat kabupaten. Tidak adanya
Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 252

Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data individu tersebut berusaha untuk


Teknik pengumpulan data yang mewujudkan cita-citanya
digunakan berupa metode observasi, a. Cita-cita masyarakat Desa Bugelan
wawancara dan dokumentasi. Intrumen terhadap Pendidikan
penelitian adalah peneliti. Aspek cita-cita masyarakat Desa
Bugelan dalam pendidikan tergambar
Teknik Analisis Data
dalam pernyataan yang diungkapkan oleh
Analisis data dalam penelitian ini
subjek penelitian. Aspek cita-cita
menggunakan model Miles & Hubermeman
masyarakat Desa Bugelan
yaitu pengumpulan data, reduksi data,
menggambarkan bahwa orang tua
penyajian dan penarikan kesimpulan.
menginginkan pendidikan yang lebih
tinggi dari pendidikan yang sedang
Uji Keabsahan Data
ditempuh anaknya sekarang maupun cita-
Uji keabsahan data dalam penelitian
cita anak itu sendiri yang menginginkan
ini dilakukan melalui trianggulasi dan
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
ketekunan peneliti sebagai instrumen.
yang lebih tinggi. Rata-rata masyarakat
Trianggulasi yang digunakan dalam
Desa Bugelan mencita-citakan pendidikan
penelitian ini menggunakan trianggulasi
sampai jenjang perguruan tinggi baik dari
data.
orang tua terhadap anak ataupun anak
terhadap pendidikannya. Cita-cita tersebut
HASIL PENELITIAN DAN
lebih tinggi dari pendidikan yang sedang
PEMBAHASAN
ditempuh sekarang. Adanya cita-cita
Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa tersebut menggambarkan bahwa
Bugelan masyarakat Desa Bugelan sadar akan
Aspirasi memiliki tiga aspek yaitu pentingnya pendidikan. Jadi dapat diambil
cita-cita yang merupakan sesuatu yang kesimpulan bahwa masyarakat Desa
dianggap penting dan ingin dicapai oleh Bugelan memiliki cita-cita untuk
individu, harapan atas cita-cita yang ingin mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
dicapai atau hasrat atau harapan akan sesuatu dari pendidikan yang ditempuh saat ini
yang dapat diperoleh apabila cita-cita baik cita-cita dari orang tua terhadap anak
terwujud, dan ketetapan hati yang dan cita-cita anak itu sendiri. cita-cita
menunjukkan seberapa penting cita-cita dan tersebut terbentuk karena orang tua
harapan tersebut bagi seseorang. Ketetapan menginginkan anaknya agar memiliki
hati seseorang dapat dilihat dari bagaimana pendidikan yang lebih tinggi dari orang
253 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol.VI Tahun 2017

tua dengan harapan dapat meningkatkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
taraf hidup keluarga. setelah cita-citanya tercapai. Hasrat
b. Hasrat Masyarakat Desa Bugelan terhadap tersebut timbul karena kebanyakan
Cita-cita dalam Pendidikan masyarakat Desa Bugelan masih
Hasrat pada masyarakat Desa tergolong dalam ekonomi lemah dan harus
Bugelan dapat dilihat dari adanya harapan pergi ke kota besar untuk mendapatkan
masyarakat Desa Bugelan setelah pekerjaan yang terkesan seadanya. Maka
nantinya cita-citanya tercapai. Dari cita- dari itu masyarakat Desa Bugelan
cita yang ingin memperoleh pendidikan berhasrat untuk memiliki pekerjaan yang
yang lebih tinggi, masyarakat Desa layak dan kehidupan yang lebih baik
Bugelan memiliki harapan untuk dapat setelah cita-citanya tercapai.
mempunyai kehidupan yang lebih baik, c. Ketetapan Hati Masyarakat Desa Bugelan
agar mudah mendapat pekerjaan dan dari Cita-cita dan Hasratnya terhadap
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pendidikan.
Masyarakat Desa Bugelan menganggap Ketetapan hati merupakan bagaimana
bahwa nantinya jika memperoleh individu menganggap cita-citanya begitu
pendidikan yang lebih tinggi akan penting untuk diwujudkan. Penting atau
mendapatkan kehidupan dan pekerjaan tidaknya cita-cita tersebut, dapat diketahui
yang lebih layak. Harapan tersebut sangat dari bagaimana individu memperjuangkan
wajar mengingat di zaman sekarang ini dan mengusahakan cita-citanya untuk
pendidikan sangat penting bagi kehidupan dapat ia capai. Ketetapan hati masyarakat
manusia untuk menjadi manusia yang Desa Bugelan dapat dilihat dari keyakinan
mandiri. Pendidikan juga dapat dijadikan masyarakat Desa Bugelan untuk dapat
sarana sebagai mengangkat derajat dan mencapai cita-citanya dalam pendidikan.
ekonomi manusia. Semakin tinggi Masyarakat Desa Bugelan cukup yakin
pendidikan seseorang, maka kemungkinan akan dapat mewujudkan cita-citanya
besar akan lebih mudah mendapatkan dalam pendidikan. Tidak hanya keyakinan
pekerjaan dan penghasilan yang lebih saja, tetapi juga berusaha agar dapat
baik. Pendidikan yang tinggi juga dapat mewujudkan cita-cita. Usaha masyarakat
dijadikan dasar seseorang untuk Desa Bugelan dilakukan sesuai dengan
membangun usaha atau berwirausaha. Jadi porsinya, yaitu porsi sebagai orang tua
dapat diketahui bahwa hasrat dari dan porsi sebagai anak. Sebagai orang tua
masyarakat Desa Bugelan adalah yaitu berusaha untuk membiayai anak
memperoleh kehidupan yang lebih baik, untuk dapat terus bersekolah dan
mudah mendapatkan pekerjaan dan memenuhi sarana dan prasarana
Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 254

pendukung sekolah. Selain itu juga yang dibahas salah satunya adalah tentang
memotivasi anak agar terus semangat pengurusan surat keterangan tidak mampu
untuk sekolah. Sebagai anak yaitu yang dikeluarkan oleh pemerintah desa.
berusaha untuk belajar yang rajin agar Surat tersebut dapat digunakan sebagai
dapat lulus dari sekolahnya yang sekarang persyaratan untuk mendapatkan beasiswa
dan diterima di sekolah atau perguruan pendidikan. Selain itu juga dapat sebagai
tinggi yang diinginkan. Jadi dapat persyaratan mendapatkan bantuan sosial dari
diketahui bahwa ketetapan hati pemerintah sehingga membantu ekonomi
masyarakat Desa Bugelan adalah yakin masyarakat kurang mampu. Media
akan dapat mencapai cita-cita dalam penyampaian aspirasi pendidikan masyarakat
pendidikan dan berusaha supaya cita- juga dilakukan melalui komite sekolah.
citanya tersebut tercapai. Menurut keterangan Bapak WR, beliau
Berdasarkan pembahasan hasil selaku anggota komite di salah satu sekolah
penelitian tersebut dapat ditarik yang ada di Desa Bugelan berkali-kali telah
kesimpulan bahwa aspirasi pendidikan menyampaikan kepada pihak sekolah untuk
masyarakat Desa Bugelan adalah dapat dapat memperbaiki sarana dan prasarana
menempuh pendidikan setinggi-tingginya sekolah dengan mengajukan bantuan kepada
yang mereka inginkan dan berharap dinas terkait. Selain itu juga Bapak WR
memperoleh pekerjaan dan kehidupan mengusulkan agar guru yang berstatus
yang lebih layak serta berusaha sebisa pegawai negeri sipil jumlahnya dapat
mungkin untuk mewujudkannya dengan ditambah. Hal tersebut berhubungan dengan
berusaha sesuai dengan porsi masing- kualitas pendidik yang ada di sekolah di
masing sebagai orang tua dan anak supaya lingkup Desa Bugelan. Dengan kualitas
anak dapat memperoleh pendidikan pendidik dan sarana prasarana sekolah yang
setinggi-tingginya atau lebih tinggi dari baik maka diharapkan kegiatan belajar
orang tua sehingga mudah mendapatkan mengajar dapat berjalan dengan maksimal
pekerjaan yang layak untuk meningkatkan sehingga mampu menyiapkan peserta didik
taraf hidup keluarga. untuk dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Penyampaian Aspirasi Pendidikan
Masyarakat Desa Bugelan Faktor Pendukung Aspirasi Pendidikan
Penyampaian aspirasi pendidikan pada Masyarakat Desa Bugelan
masyarakat dilakukan dalam rapat desa di Berkaitan dengan usaha untuk
balai Desa Bugelan. Pada rapat tersebut hal mewujudkan aspirasi pendidikan tentunya
255 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol.VI Tahun 2017

dipengaruhi oleh faktor pendukung dan mengingatkan anak untuk selalu rajin dan
faktor penghambat aspirasi pendidikan. bersungguh-sungguh. Motivasi atau
Banyak faktor yang dapat menjadi faktor pengertian orang tua terhadap anak juga
pendukung aspirasi pendidikan. Untuk sangat penting mengingat anak usia sekolah
masyarakat Desa Bugelan, faktor yang masih sangat memerlukan bimbingan dari
mendukung aspirasi pendidikannya dapat orang tua dalam kehidupannya tak terkecuali
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dalam pendidikan seperti contoh untuk
orang tua atau keluarga dan faktor memilih sekolah yang baik. Faktor
lingkungan. Dari keterangan narasumber, pendukung aspirasi pendidikan masyarakat
banyak yang mengatakan bahwa faktor Desa Bugelan yang lain adalah faktor dari
pendukung aspirasi pendidikannya adalah teman sebaya yang menginginkan sekolah
faktor orang tua. Orang tua yang memiliki hingga jenjang tertentu sehingga memotivasi
aspirasi pendidikan terhadap anaknya selalu anak untuk dapat sekolah sampai jenjang
memberikan dukungan kepada anak. yang sama dengan temannya. Sangat wajar
Dukungan tersebut dapat berupa dukungan apabila anak sangat menginginkan jenjang
secara finansial dengan memenuhi biaya pendidikan tertentu yang sama dengan teman
sekolah hingga sarana dan prasarana yang sebayanya karena pada usia sekolah, anak-
mendukung aktifitas sekolah. Dukungan anak lebih sering berkumpul dengan teman
finansial menjadi sangat krusial dalam usaha sebaya dan ingin melakukan sesuatu secara
mewujudkan aspirasi pendidikan. Orang tua bersama-sama dalam segala hal tidak
dengan ekonomi yang tergolong mampu terkecuali dalam pendidikan. Keinginan
tentunya akan lebih mudah dalam menempuh jenjang pendidikan yang sama
mewujudkan aspirasinya. Berlaku sebaliknya dengan teman sebaya dapat juga
dengan orang tua dengan ekonomi yang menunjukkan kompetisi positif antar anak di
tergolong kurang mampu. Keadaan ekonomi dalam pendidikan. Kompetisi tersebut tentu
orang tua juga akan berpengaruh terhadap sangat memacu anak untuk dapat menempuh
aspirasi pendidikan anak. Aspirasi jenjang pendidikan yang paling tidak sama
pendidikan anak akan lebih mudah dicapai dengan teman sebayanya.
apabila orang tua memiliki ekonomi yang Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor
tergolong mampu. Sedangkan keadaan pendukung aspirasi pendidikan Masyarakat
ekonomi yang kurang mampu akan Desa Bugelan adalah faktor keluarga yang
menyulitkan anak untuk dapat mewujudkan berupa dukungan finansial dan moral yang
aspirasinya. Selain itu juga berupa motivasi berupa motivasi atau bimbingan, serta faktor
atau memberikan pengertian kepada anak pengaruh teman sebaya dan bantuan dari
akan pentingnya pendidikan dan
Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 256

pihak lain yaitu bantuan dari pemerintah ekonomi tersebut yang membuat masyarakat
maupun sekolah. kesulitan untuk dapat menempuh pendidikan
tinggi mengingat biaya pendidikan yang
Faktor Penghambat Aspirasi Pendidikan
semakin hari semakin mahal dan juga
pada Masyarakat Desa Bugelan
kehidupan di kota besar yang semakin hari
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
semakin mahal juga. Hanya golongan
menemukan faktor penghambat aspirasi
tertentu saja yang mampu memperoleh
pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah
pendidikan tinggi.
adanya perbedaan aspirasi antara orang tua
Faktor penghambat selanjutnya
dan anak. Hal ini ditemukan pada aspirasi
adalah faktor geografis. Desa Bugelan
Bapak WR dan Aspirasi anaknya yaitu WS.
merupaka desa yang lokasinya sangat jauh
Aspirasi pendidikan WR terhadap anak
dari perkotaan. Keadaan geografis desa yang
menginginkan anaknya untuk meneruskan
berupa bukit-bukit dan lereng-lereng
pendidikan sampai jenjang perkuliahan.
membuatnya sangat sulit untuk diakses.
Tetapi ternyata aspirasi pendidikan WS
Untuk dapat meneruskan ke jenjang SMA
menginginkan untuk dapat meneruskan ke
atau SMK, masyarakat harus menempuh
jenjang SMK supaya dapat langsung bekerja.
perjalanan sekitar 30 sampai dengan 60
Apabila orang tua bersikeras untuk
menit atau sekitar 15 km untuk mencapai
menyekolahkan anak hingga jenjang
pusat kecamatan atau harus menuju ke
perguruan tinggi, tentunya akan menghambat
sekolah yang berada di provinsi lain yaitu
aspirasi pendidikan anak. Tetapi juga apabila
Provinsi Jawa Timur yang memerlukan
anak tidak berminat meneruskan ke jenjang
perjalanan sekitar 30 sampai dengan 45
perguruan tinggi dan lebih memilih ke
menit. Kondisi itu diperparah dengan tidak
jenjang SMK supaya langsung bekerja, dapat
adanya kendaraan umum dari dan menuju
dipastikan aspirasi pendidikan orang tua
Desa Bugelan. Jauh dan sulitnya perjalanan
terhadap anak akan sulit untuk dicapai.
yang ditempuh membuat orang tua
Faktor penghambat yang lain adalah
mengeluarkan biaya lebih untuk biaya
kondisi ekonomi. Tidak mengherankan
transportasi anak untuk bersekolah. Maka
apabila kondisi ekonomi menjadi faktor
dari itu hanya masyarakat tertentu saja yang
utama yang menghambat tercapainya
memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda
aspirasi pendidikan pada masyarakat Desa
motor yang mampu mengakses pendidikan
Bugelan. Sebagian besar masyarakat Desa
yang lebih tinggi. Kondisi itu lah yang
Bugelan berprofesi menjadi petani dan
menghambat aspirasi pendidikan masyarakat
tergolong dalam ekonomi lemah. Kondisi
Desa Bugelan. Faktor lain yang menghambat
257 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol.VI Tahun 2017

aspirasi pendidikan Masyarakat Desa Baik kebijakan pendidikan dari pusat


Bugelan adalah informasi dan komunikasi. maupun daerah. Kebijakan tersebut antara
Peneliti menemukan salah seorang informan lain kebijakan tentang tunjangan khusus bagi
yang menyatakan keluhannya dalam guru yang bertugas di daerah khusus yang
menemukan atau memilih perguruan tinggi diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
yang sesuai dengan minat dan Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
kemampuannya. Dia mengaku bahwa tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan
informasi mengenai perguruan tinggi sangat khusus guru dan dosen serta tunjangan
minim ia dapatkan. Di tempat ia sekolah kehormatan professor. Beberapa guru di
dulu juga sangat sulit untuk mendapatkan keempat sekolah negeri yang ada di Desa
informasi mengenai perguruan tinggi. Di Bugelan tersebut sudah mendapatkan
Desa Bugelan juga cukup kesulitan untuk tunjangan khusus sesuai dengan ketentuan
menggunakan internet karena jaringan yang yang berlaku. Guru-guru yang mendapatkan
sangat terbatas dan hanya di tempat-tempat tunjangan khusus adalah guru yang tidak
tertentu saja. hanya bertugas di sekolah yang berada di
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah khusus, akan tetapi guru tersebut juga
faktor penghambat aspirasi pendidikan harus memenuhi kualifikasi dan persyaratan
masyarakat Desa Bugelan adalah adanya yang telah diatur.
perbedaan aspirasi dari orang tua dan Kebijakan selanjutnya adalah
aspirasi anak, kondisi ekonomi yang kebijakan dari daerah yaitu Keputusan
menunjukkan sebagian besar masyarakat Bupati Wonogiri nomor 289 Tahun 2015
masih tergolong ekonomi lemah, faktor tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam
geografis karena akses dari dan menuju ke Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten
Desa Bugelan yang sulit dan sulitnya Wonogiri Tahun 2015. Dalam keputusan
mendapatkan informasi tentang perguruan tersebut, keempat sekolah yang ada di Desa
tinggi/jenjang pendidikan yang diinginkan. Bugelan ditetapkan sebagai sekolah yang
berada di daerah terpencil atau khusus oleh
Kebijakan Pendidikan di Desa Bugelan
Bupati Wonogiri. Tidak mengherankan
Berdasarkan observasi yang
apabila Bupati Wonogiri menunjuk keempat
dilakukan oleh peneliti, Desa Bugelan
sekolah tersebut merupakan sekolah yang
memiliki empat sekolah negeri, diantaranya
berada dalam daerah khusus, karena memang
adalah SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan,
kondisi gegrafis Desa Bugelan yang
SD N 3 Bugelan dan SMP N 4 Satu Atap
berbukit, jauh dari pusat keramaian, rawan
Kismantoro. Keempat sekolah tersebut tentu
bencana dan akses transportasi yang sulit
saja tak luput dari kebijakan pendidikan.
dengan akses jalan yang sukar ditempuh.
Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 258

Isu Pendidikan di Desa Bugelan Pemerataan pendidikan menjadi isu


Sebagai daerah yang tergolong pendidikan yang paling mencolok di Desa
daerah terpencil, Desa Bugelan tentu Bugelan. Berdasarkan data yang didapat oleh
memiliki isu atau permasalahan pendidikan peneliti, dari 4258 warga hanya sekitar
khas daerah terpencil. Berdasarkan observasi separuhnya saja yang pendidikannya sampai
yang dilakukan oleh peneliti, isu yang tamat sekolah dasar, sedangkan yang tamat
mencolok di Desa Bugelan adalah SMP sederajat hanya 482 orang, tamat
permasalahan kualitas pendidik, sarana dan SMA/SMK sederajat hanya 189 orang.
prasarana, dan pemerataan pendidikan. Dari Sedangkan yang dapat melanjutkan
segi kualitas pendidik, keempat sekolah yang pendidikan hingga jenjang diploma dan
ada di Desa Bugelan yaitu SD N 1 Bugelan, strata hanya 21 orang. Data tersebut
SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan SMP diperoleh dari Laporan Pertanggungjawaban
N 4 Satu Atap Kismantoro belum Kepala Desa Bugelan tahun 2015. Dari data
mempunyai kualitas pendidik yang tersebut terlihat bahwa pemerataan
seharusnya dibutuhkan di daerah terpencil. pendidikan di Desa Bugelan masih sangat
Terutama untuk sekolah dasar di Desa rendah.
Bugelan, menurut pengakuan Bapak WR
Relevansi Kebijakan Pendidikan dengan
selama bapak WR bersekolah di sekolah
Isu Pendidikan di Desa Bugelan
dasar tersebut hingga sekarang ini hanya ada
Pemerintah pusat sudah membuat
3 sampai 4 guru sekolah dasar termasuk
kebijakan yang ditujukan kepada daerah
kepala sekolah yang berstatus pegawai
terpencil seperti Desa Bugelan yaitu melalui
negeri sipil.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Sedangkan dari segi sarana dan
Nomor 41 Tahun 2009 tentang tunjangan
prasarana, sekolah yang ada di Desa Bugelan
profesi guru dan dosen, tunjangan khusus
masih kekurangan sarana dan prasarana yang
guru dan dosen serta tunjangan kehormatan
bersifat sebagai penunjang seperti
professor. Melihat isu pendidikan yang ada
perpustakaan, laboratorium, computer dan
di Desa Bugelan, yakni kualitas pendidik,
koneksi internet. Terutama pada SMP N 4
sarana dan prasarana, dan pemerataan
Satu Atap Kismantoro untuk standar sekolah
pendidikan kebijakan pendidikan tersebut
menengah pertama, sarana dan prasarana di
masih kurang maksimal dalam menangani
sekolah tersebut masih sangat kurang.
isu pendidikan yang ada. Faktanya sekolah
Laboratorium yang kekurangan alat prakter,
dasar yang ada di Desa Bugelan
jumlah computer dan koneksi internet yang
membutuhkan tenaga pendidik yang lebih
kurang memadai menjadi masalah utama.
259 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol.VI Tahun 2017

baik karena dari apa yang disampaikan oleh Kismantoro. Dengan dibangunnya sekolah
Bapak WR bahwa hanya 3 sampai 4 guru tersebut, masyarakat Desa Bugelan yang
saja yang berstatus pegawai negeri. Hal ini notabene mengalami kesulitan akses
menunjukkan sekolah dasar yang ada masih pendidikan karena kendala geografis dan
kekurangan tenaga pendidik yang lebih baik. transportasi dapat terakomodir dengan
Kebijakan pendidikan dari daerah adanya SMP N 4 Satu Atap di Desa Bugelan.
yang berkaitan dengan daerah terpencil Desa Selain itu juga dapat membantu
Bugelan adalah Keputusan Bupati Wonogiri memfasilitasi aspirasi pendidikan masyarakat
nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Desa Bugelan untuk dapat menempuh
Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di jenjang pendidikan yang diinginkan. Dengan
Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015. demikian masyarakat Desa Bugelan
Keputusan tersebut berisi rekomendasi yang diharapkan dapat menempuh pendidikan
diajukan oleh Bupati Wonogiri bahwa serendah-rendahnya adalah sampai jenjang
sekolah-sekolah yang disebutkan dalam surat sekolah menengah pertama.
keputusan tersebut merupakan sekolah yang Kebijakan pemerintah berkaitan
termasuk ke dalam daerah khusus. dengan daerah terpencil dalam Peraturan
Keputusan Bupati yang menunjuk keempat Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41
sekolah di Desa Bugelan sebagai sekolah Tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru
dalam daerah khusus memang tepat. Akan dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen
tetapi harus ada upaya lain agar dapat serta tunjangan kehormatan professor dan
memajukan pendidikan di Desa Bugelan. Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289
Diantaranya adalah dengan lebih Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan
memperhatikan sarana dan prasarana sekolah Pendidikan dalam Daerah Khusus di
yang ada di Desa Bugelan. Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015
kurang begitu relevan dengan aspirasi
Relevansi Kebijakan Pendidikan dengan
pendidikan masyarakat Desa Bugelan. Hal
Aspirasi Pendidikan Masyarakat
ini karena kebijakan tersebut lebih
Kebijakan pendidikan yang ada di
menyangkut masalah kesejahteraan pendidik
Desa Bugelan yang berkaitan dengan daerah
dari pada peningkatan kualitas pendidik.
terpencil semestinya dapat mengakomodir
Padahal aspirasi pendidikan masyarakat
aspirasi pendidikan masyarakat daerah
Desa Bugelan adalah dapat menempuh
terpencil seperti masyarakat Desa Bugelan.
pendidikan setinggi apa yang mereka
Dalam hal ini pemerintah Kabupaten
inginkan sehingga hal yang harus
Wonogiri sudah mengakomodir dengan cara
diperhatikan adalah aspek pemerataan
mambangun SMP N 4 Satu Atap
pendidikan dengan cara memberikan
Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 260

beasiswa pendidikan penuh khusus untuk pendidikan anak, faktor ekonomi yang
peserta didik yang bertempat tinggal di menunjukkan sebagian besar masyarakat
daerah terpencil seperti Desa Bugelan. masih tergolong ekonomi lemah, faktor
geografis karena akses dari dan menuju ke
SIMPULAN DAN SARAN Desa Bugelan yang sulit dan faktor
Simpulan lingkungan yaitu sulitnya mendapatkan
Berdasarkan penelitian yang telah informasi tentang jenjang pendidikan yang
dilakukan menganai aspirasi pendidikan diinginkan.
pada masyarakat daerah terpencil di Desa Kebijakan pendidikan yang berkaitan
Bugelan, maka dapat diperoleh kesimpulan dengan daerah terpencil dan telah
sebagai berikut: diimplementasikan di Desa Bugelan yaitu
Aspirasi pendidikan masyarakat Desa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Bugelan yang meliputi cita-cita, hasrat dan Nomor 41 Tahun 2009 tentang tunjangan
ketetapan hati adalah dapat menempuh profesi guru dan dosen, tunjangan khusus
pendidikan setinggi-tingginya yang mereka guru dan dosen serta tunjangan kehormatan
inginkan dan berharap memperoleh professor dan Keputusan Bupati Wonogiri
pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan
serta berusaha sebisa mungkin untuk Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di
mewujudkannya. Aspirasi tersebut Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015
merupakan aspirasi pendidikan dari orang belum dapat menanggulangi isu-isu
tua terhadap pendidikan anak maupun pendidikan di Desa Bugelan yaitu kualitas
aspirasi pendidikan anak itu sendiri. Media pendidik, sarana dan prasarana, dan
penyampaian aspirasi dilakukan melalui pemerataan pendidikan.
rapat desa dan melalui komite sekolah. Kebijakan pemerintah berkaitan
Faktor pendukung aspirasi dengan daerah terpencil dalam Peraturan
pendidikan Masyarakat Desa Bugelan adalah Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41
faktor keluarga yang berupa dukungan Tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru
finansial dan moral yang berupa motivasi dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen
atau bimbingan, serta pengaruh teman serta tunjangan kehormatan professor dan
sebaya dan bantuan dari pihak lain. Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289
Faktor penghambat aspirasi Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan
pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah Pendidikan dalam Daerah Khusus di
faktor orang tua atau keluarga yang tidak Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015
memiliki aspirasi yang sama dengan aspirasi kurang begitu relevan dengan aspirasi
261 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol.VI Tahun 2017

pendidikan masyarakat. Akan tetapi Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan
dibangunnya SMP N 4 Satu Atap Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kismantoro dapat membantu memfasilitasi Driyakarya. (1980). Tentang Pendidikan.


aspirasi pendidikan masyarakat Desa Yogyakarta: Kanisius.
Bugelan untuk dapat menempuh jenjang Dwi Siswoyo, Dkk. (2007). Ilmu Pendidikan.
pendidikan yang diinginkan. Yogyakarta: UNY PRESS.

Fuad Ihsan. (2003). Dasar-Dasar


Saran Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bagi pemerintah, khususnya
Hasbullah. (2006). Dasar-Dasar Ilmu
pemerintah Desa Bugelan untuk dapat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
menambah fasilitas pendidikan yang ada di Persada.
desanya seperti perpustakaan desa dan
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi
menyediakan fasilitas internet dan komputer Perkembangan Suatu Pendekatan
di balai desa agar dapat dimanfaatkan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih
Bahasa: Isti Widayanti & Soedjarwo.
masyarakat.
Jakarta: Erlangga (Edisi ke-5).
Bagi orang tua dan anak, agar lebih
menjalin komunikasi yang baik dan saling Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan Anak.
Jilid 2. Alih Bahasa: Meitasari
mengutarakan aspirasinya masing-masing Tjandrasa. Jakarta: Erlangga (Edisi
agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman ke-6).
antara orang tua dan anak dalam usaha
H.B. Sutopo. (2006). Penelitian Kualitatif:
mewujudkan aspirasi pendidikan. Dasar Teori dan Terapannya Dalam
Penelitian. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ahmadi, A. (2009). Psikologi Umum.
(2015). Petunjuk Teknis Penyaluran
Jakarta: Rineka Cipta.
Tunjangan Khusus Jenjang
Andi Prastawa. (2011). Metode Penelitian pendidikan Dasar. Jakarta:
Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Kementerian Pendidikan dan
Media. Kebudayaan.

Burhan Bungin. (2010). Penelitian Miles dan Huberman. (2007). Analisis Data
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Mohamad Mustari. (2012). Pengantar
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Media Group. Laksbang Pressindo.
Dali Gulo. (1982). Kamus Psikologi.
Bandung: Penerbit Tonis.
Aspirasi Pendidikan Masyarakat… (Irvandra Kalismaya) 262

Moleong, Lexy J. (2005). Metologi


Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosda Karya.

Noeng Muhadjir. (1984). Aspirasi


Pendidikan dan Kesempatan Kerja di
Sektor Industri. Studi Kasus di
Kabupaten Klaten dan Pekalongan.
Yogyakarta: Laporan Penelitian FIP
IKIP Yogyakarta.

Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri.


(2015). Surat Keputusan Bupati
Wonogiri Provinsi Jawa Tengah
tentang Penetapan Satuan
Pendidikan dalam Daerah Khusus di
Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun
2015. Wonogiri: Pemerintah Daerah
Kabupaten Wonogiri

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor


yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rhineka Cipta.

Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi Suatu


Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Sri Rumini. (1992). Beberapa Faktor


Penentu Aspirasi Mahasiswa IKIP
Terhadap Jabatan Tenaga
Pendidikan. Yogyakarta: Laporan
Penelitian IKIP Yogyakarta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (1987). Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Bina Aksara.

Sutrisno Hadi. (1987). Metodologi Reseach.


Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai