Anda di halaman 1dari 13

Novi Puspitasari, Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi….

43

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 9 - No. 1, Juni 2012

MODEL PROPORSI TABARRU’ DAN UJRAH PADA BISNIS ASURANSI


UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Novi Puspitasari
Universitas Jember
vie_salva@yahoo.co.id

Abstract

This study aimed to explore the fund separation concept of the financial management on the Islamic general
insurance companies, in particular what factors effected on the determination of the proportion tabarru’ - ujrah
and its relationship to financial performance. This study used a qualitative method in case study type. This
research used general insurance companies with full Islamic system as research object. The results showed
that the determination of the proportion tabarru ‘- ujrah influenced by risk factors, the financial aspects of the
company, and retakaful activities. Determination of the proportion of tabarru’-ujrah effecst on the company’s
financial performance (risk based capital / solvency). This study can build a model of determination of the
proportion of tabarru’-ujrah, so that the model can be used as a basic model for further research.

Keywords: tabarru’, ujrah, qualitative method, basic model of tabarru’-ujrah proportion

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep pemisahan dana pengelolaan keuangan pada perusahaan
asuransi umum syariah, khususnya faktor-faktor apa yang mempengaruhi penentuan proporsi tabarru ‘- ujrah
dan hubungannya dengan kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif jenis studi kasus.
Obyek penelitian adalah perusahaan asuransi umum dengan sistem Islam penuh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penentuan proporsi tabarru ‘- ujrah dipengaruhi oleh faktor risiko, aspek keuangan perusahaan, dan
kegiatan reasuransi syariah. Penentuan proporsi tabarru’-ujrah menunjukkan terdapat pengaruh pada kinerja
keuangan perusahaan (risiko berbasis modal/solvabilitas). Penelitian ini mampu membentuk sebuah model
dalam penentuan proporsi tabarru’-ujrah sehingga model tersebut dapat digunakan sebagai model dasar untuk
penelitian lebih lanjut.

Kata kunci : tabarru’, ujrah, metode kualitatif, model dasar proporsi tabarru’-ujrah.

PENDAHULUAN itu akad wakalah bil ujrah adalah jenis akad


yang bertujuan untuk komersial (mencari
Bisnis asuransi syariah mengalami keuntungan).
peningkatan yang cukup signifikan seiring Akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah
dengan peningkatan sektor perbankan syariah. memiliki perbedaan sifat dan tujuan dalam
Konsep asuransi umum syariah menggunakan penerapannya. Perbedaan tujuan dan sifat akad
akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah. tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah tersebut
Akad tabarru’ adalah hibah dalam usaha berimplikasi pada pengelolaan keuangan yang
tolong menolong (ta’awun) sesama peserta, harus dilakukan oleh entitas asuransi umum
akad ini bertujuan tidak untuk komersial syariah, yaitu pemisahan dana. Pemisahan
(tidak untuk mencari keuntungan). Sementara dana adalah pemisahan pengelolaan keuangan
44 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2012, Volume 9 - No. 1, hal 43 - 55

yang dilandasi dengan akad tabarru’ dan akad dan kelompoknya. Penggunaan dana yang
wakalah bil ujrah. Bercampurnya pengelolaan sesuai dengan aturan dan menekankan pada arus
dana dengan akad yang berbeda merusak tujuan dana sesuai dengan pemahaman sebuah teori,
akad masing-masing (Sumanto et al. 2009). yaitu fund theory. Fund theory memberikan
Pemisahan dana dilakukan oleh entitas penekanan pada keberadaan dana. Fund theory
asuransi umum syariah sejak entitas memperhatikan arus dana, yakni dari mana
mendapatkan amanah untuk mengelola dana sumber dana dan untuk apa penggunaan dana
yang dihibahkan peserta kepada perusahaan. tersebut (Harahap 2008). Fund theory tidak
Entitas asuransi umum syariah memisahkan mengutamakan profitabilitas. Fund theory
dana peserta dari dana perusahaan, yaitu banyak digunakan dalam laporan keuangan
pemisahan antara dana yang menggunakan organisasi nirlaba dan lembaga pemerintah
akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah. (Hendriksen 1982). Praktik pemisahan dana
Pada saat peserta mengikuti program asuransi juga mengutamakan arus dana yaitu dana yang
umum syariah dan membayar premi/kontribusi, bersumber dari kumpulan dana peserta akan
kontribusi tersebut dibagi menjadi dua macam, digunakan untuk kebutuhan peserta saja dan
yaitu dana tabarru’ dan ujrah perusahaan. dana yang bersumber dari dana pemegang
Dana tabarru’ dilandasi dengan akad tabarru’. saham akan digunakan untuk kepentingan
Dana tabarru’ adalah dana hibah yang perusahaan. Dana tabarru’ diantaranya
dikumpulkan oleh peserta sebagai dana tolong digunakan untuk pembayaran klaim dan
menolong (dana kebajikan) untuk membantu kontribusi retakaful dimana kedua komponen
peserta yang sedang mendapatkan musibah. tersebut adalah wujud dari kebutuhan peserta.
Dana tabarru’ ini akan dikumpulkan dalam Sementara itu, sumber dana untuk kebutuhan
akun khusus yang disebut dengan kumpulan perusahaan diambilkan dari dana ujrah dan
dana peserta tabarru’ dan secara otomatis dana menjadi komponen dana pemegang saham.
tabarru’ menjadi aset kelompok dana peserta Eksplorasi terhadap praktik pemisahan
tabarru’ (DPT). dana yang dalam penelitian ini secara khusus
Ujrah adalah fee atau upah yang diberikan adalah pembagian tabarru’ dan ujrah masih
terbatas. Penelitian empiris pada manajemen
kepada entitas asuransi umum syariah atas jasa
keuangan dengan konsep pemisahan masih
entitas asuransi umum syariah dalam mengelola
belum banyak dilakukan oleh peneliti
dana tabarru’ peserta. Ujrah dilandasi dengan
sebelumnya. Hal ini dikarenakan penerapan
akad wakalah bil ujrah. Ujrah akan menjadi
pengelolaan keuangan dengan konsep
milik perusahaan, yang dapat digunakan untuk
pemisahan dana secara regulasi di Indonesia
biaya operasional perusahaan. Secara otomatis
baru diterapkan pada tahun 2010. Sebuah
ujrah menjadi aset dana pemegang saham
penelitian empiris yang mengulas tentang
(DPS). Perusahaan tidak boleh menggunakan
kinerja keuangan dengan konsep pemisahan
DPT untuk kebutuhan perusahaan. Perusahaan
dana dilakukan oleh Anggraeni (2009).
hanya berhak menggunakan ujrah untuk
Anggraeni (2009) menganalisis perbedaan
kebutuhan operasionalnya. Dengan demikian, antara return investasi portofolio yang belum
pemisahan dana diwujudkan dengan dipisahkan dan return investasi portofolio
memisahkan aset-liabilitas dana peserta yang dipisahkan menjadi portofolio investasi
tabarru dari aset-liabilitas dana pemegang dana tabarru’ dan portofolio investasi dana
saham sebagaimana yang diperintahkan dalam pemegang saham serta mengkaji perbedaan
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis antara return investasi dana tabarru’ dan return
Ulama Indoensia No. 53/DSN-MUI/III/2006 investasi dana pemegang saham. Anggraeni
tentang Akad Tabarru’. (2009) menggunakan format pemisahan
Praktik pemisahan dana menekankan pada dana dengan menggunakan asumsi proporsi
penggunaan dana yang sesuai dengan aturan pembagian tabarru’-ujrah pada proporsi
Novi Puspitasari, Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi…. 45

55%:45%. Anggraeni (2009) membuktikan ujrah dalam operasionalnya. Pemerintah


bahwa terdapat perbedaan yang berarti belum mengatur masalah pembagian proporsi
antara return investasi portofolio yang belum tabarru’ dan ujrah sampai saat ini. Fenomena
dipisahkan dengan return portofolio sesudah yang terjadi di lapangan saat ini adalah terdapat
dipisahkan serta membuktikan bahwa tidak perbedaan besaran proporsi pembagian
terdapat perbedaan yang berarti antara return tabarru’ dan ujrah antar perusahaan asuransi
investasi portofolio investasi dana tabarru’ dan umum syariah, bahkan proporsi pembagian
dana pemegang saham. tabarru’ dan ujrah bisa mengalami perbedaan
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni setiap tahunnya pada sebuah entitas asuransi
(2009) masih kurang menyeluruh karena umum syariah.
hanya membahas bidang investasi. Penelitian Berkenaan dengan adanya perubahan
tersebut tidak mengkaji secara mendalam dasar penetapan proporsi pembagian tabarru’ dan
pemikiran atau alasan dilakukan pemisahan ujrah antar perusahaan asuransi umum syariah
dana pada pengelolaan keuangan asuransi dan bahkan perubahan proporsi tabarru-ujrah
umum syariah. Penelitian tersebut juga terjadi setiap tahun pada sebuah perusahaan
belum mengulas tentang perubahan proporsi asuransi umum syariah, serta belum adanya
tabarru’ dan ujrah serta hal-hal apa saja literatur yang secara lengkap mengulas tentang
yang berpengaruh dalam penetapan proporsi penentuan proporsi tabarru’-ujrah, peneliti
tabarru’ dan ujrah. Kajian pada penelitian tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa
tersebut juga masih terkesan bersifat praktis, saja yang mempengaruhi penentuan proporsi
belum memberikan sumbangan pada tataran pembagian tabarru’ dan ujrah. Berdasarkan
konsep atau model manajemen keuangan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
dengan pembagian proporsi tabarru’ dan ujrah mengeksplorasi dan menganalisis konstruk
pada perusahaan asuransi umum syariah. yang berpengaruh terhadap penetapan proporsi
Sementara itu, penelitian yang mengulas tabarru’ dan ujrah untuk menghasilkan suatu
tentang pengelolaan keuangan dengan konsep model penentuan proporsi tabarru’-ujrah.
pemisahan dana pada perusahaan asuransi umum Tujuan penelitian ini akan dijawab dengan
syariah di luar negeri sampai saat ini masih menggunakan metode kualitatif. Model
belum ditemukan. Bahasan penelitian asuransi yang akan dibentuk bersumber dari data dan
syariah di luar negeri masih dalam tataran informasi yang diperoleh di lapangan.
pertumbuhan asuransi syariah dan penerapan Penelitian ini diharapkan dapat
hukum Islam dalam asuransi. Penelitian ini memberikan informasi yang menyeluruh
diantaranya dilakukan oleh Thanasegaran tentang konsep pemisahan dana yang terkait
(2008) dan Maysami dan Kwon (1999). dengan pembagian proporsi tabarru’ dan
Thanasegaran (2008) membahas pertumbuhan ujrah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
asuransi Islam (Takaful) di Malaysia dan menjadi pedoman bagi praktisi asuransi umum
membentuk tahap dengan menjelaskan posisi syariah dalam memahami tabarru’ dan ujrah
Takaful dalam sistem hukum sekuler Malaysia serta hal-hal apa saja yang perlu mendapatkan
dengan tanggung jawab pada pelaksanaan perhatian khusus dalam penentuan proporsi
hukum syariah. Maysami dan Kwon (1999) tabarru’-ujrah.
membahas tentang prinsip sosio-ekonomi Islam
yang diaplikasikan pada asuransi, khususnya LANDASAN TEORI
ketentuan tentang ketidakpastian, bunga, dan
aturan investasi. Maysami dan Kwon (1999) Bisnis asuransi umum syariah mengguna-
juga menjelaskan tentang struktur dasar asuransi kan dua landasan akad yaitu akad tabarru’ dan
jiwa, asuransi umum, dan reasuransi Islam. akad wakalah bil ujrah. Kedua akad ini sebagai
Entitas asuransi umum syariah menentukan dasar atas keberadaan dana peserta tabarru’ dan
besaran pembagian proporsi tabarru’ dan dana ujrah. Untuk memberikan pemahaman
46 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2012, Volume 9 - No. 1, hal 43 - 55

yang lebih komprehensif, berikut adalah uraian asuransi syariah. Pengelolaan dana tabarru’
tentang akad tabarru’ dan akad wakalah bil harus mengikuti aturan dari DSN MUI,
ujrah. Bahasan ini juga akan mengkaji serta yaitu: (1) pembukuan dana tabarru’ harus
teori konvensional yang telah ada sebelumnya terpisah dari dana lainnya; (2) hasil investasi
dan terkait dengan tema penelitian. dari dana tabarru’ menjadi hak kolektif
peserta dan dibukukan dalam akun tabarru’;
Akad Tabarru’ (3) dari hasil investasi, perusahaan asuransi
Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a- dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan
yatabarra’u-tabarru’an, artinya sumbangan, akad mudharabah atau akad mudharabah
hibah, dana kebajikan, atau derma (Sula musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee)
2004). Jumhur Ulama mendefinisikan tabarru’ berdasarkan akad wakalah bil ujrah.
dengan akad yang mengakibatkan pemilikan Jika terdapat surplus underwriting atas
harta, tanpa ganti rugi, yang dilakukan dana tabarru’, maka boleh dilakukan beberapa
seseorang dalam keadaan hidup kepada orang alternatif sebagai berikut: (1) diperlakukan
lain secara sukarela. Dalam arti yang lebih luas seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun
tabarru’ adalah melakukan suatu kebaikan tabarru’; (2) disimpan sebagian sebagai dana
tanpa persyaratan. Tabarru’ secara hukum cadangan dan dibagikan sebagian lainnya
fiqhiyah masuk ke dalam kategori akad hibah. kepada para peserta yang memenuhi syarat
Dalam salah satu definisi hibah oleh fiqh Al- aktuaria/manajemen risiko; (3) disimpan
Mu’amalat, Al-Shakr dikatakan bahwa hibah sebagian sebagai dana cadangan dan dapat
dengan pengertian umum adalah berderma/ dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan
ber-tabarru’ dengan harta untuk kemaslahatan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati
orang lain dalam kondisi hidup. oleh para peserta. Pilihan terhadap salah
Definisi akad tabarru’ pada asuransi satu alternatif tersebut di atas harus disetujui
syariah dan reasuransi syariah menurut Dewan terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan
Syarian Nasional Majelis Ulama Indonesa dalam akad.
(DSN MUI) yang tertuang dalam fatwa No. 53/ DSN MUI menjelaskan dalam fatwa No.
DSN-MUI/III/2006 adalah semua bentuk akad 53/DSN-MUI/III/2006 bahwa dana tabarru’
yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan dalam asuransi syariah merupakan dana untuk
tujuan kebajikan dan tolong menolong antar saling menolong antara sesama nasabah, tidak
peserta, bukan untuk tujuan komersil. Akad boleh menjadi dana tijari. Dana tijari dalam
tabarru’ merupakan akad yang harus melekat praktik misalnya digunakan untuk biaya
pada semua produk asuransi dan bentuk akad operasional perusahaan atau bahkan diklaim
yang dilakukan antar peserta pemegang polis. sebagai keuntungan perusahaan. Dana tabarru’
Dalam akad tabarru’ sekurang-kurangnya hanya boleh digunakan untuk segala hal
menyebutkan sebagai berikut: (1) hak dan yang langsung berkaitan dengan kepentingan
kewajiban masing-masing peserta secara nasabah, seperti klaim, cadangan tabarru, dan
individu; (2) hak dan kewajiban antara peserta reasuransi syariah.
secara individu dalam akun tabarru’ selaku Seseorang (baik muslim maupun non
peserta dalam arti badan/kelompok; (3) cara muslim) yang mengikuti kegiatan asuransi
dan waktu pembayaran premi dan klaim; (4) syariah disyaratkan untuk membayar kontribusi/
syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai premi. Jika diklasifikasikan berdasarkan
dengan jenis asuransi yang diakadkan. peruntukannya, maka premi peserta asuransi
Tabarru’ sebagaimana telah dijelaskan syariah terdiri atas dana tabarru’ dan dana
sebelumnya, merupakan bagian dari akad hibah tijari (Sumanto et al. 2009). Dana tabarru’
(fatwa DSN MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006). dikhususkan sebagai dana tolong-menolong
DSN MUI telah mengatur pengelolaan dana untuk membantu nasabah yang mengalami
yang menggunakan akad tabarru’ pada usaha musibah. Dana tijari’ digunakan untuk biaya
Novi Puspitasari, Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi…. 47

operasional perusahaan asuransi syariah. pembayaran, dan obyek yang ditransaksikan.


Kedua jenis dana ini harus dikelola secara Berdasarkan akadnya, tabarru’ satu kali, dua
terpisah antara dana tabarru dan dana tijari kali, tiga kali, dan seterusnya tanpa adanya
karena keberadaan dana tabarru’ dan dana kepastian tidak menjadikan akad tabarru’
tijari dilandasi dengan akad yang berbeda. menjadi rusak (fasid) sebagaimana jika
Ketidakjelasan dalam pengelolaan dana akan akad tersebut bersifat tabadulli. Demikian
berdampak pada rusaknya akad tersebut dan juga dengan jumlah, satu juta, dua juta, tiga
secara otomatis berdampak pada rusaknya juta, dan seterusnya, tidak menjadikan akad
akad dalam berasuransi syariah (Sumanto et al. tabarru’ fasid sebagaimana terjadi dalam akad
2009). jual beli. Kondisi ini menjadikan seseorang
Berdasarkan kajian dari fatwa DSN MUI, yang mendapatkan manfaatpun tidak menjadi
penggunaan akad tijari (tujuan keuntungan) syarat, apakah harus ada kepastian terkena
untuk transaksi yang bersifat jual beli memiliki musibah atau tidak ada kepastian. Dengan
konsekuensi sebagai berikut: (1) harus demikian tidak menjadikan akad tabarru’
ditentukan tentang pembayaran, salah satunya mengandung gharar, sebagaimana jika terjadi
yaitu alat bayar harus diketahui jumlah dan di akad tabaduli.
bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat; dan (2) obyek yang diakadkan harus Akad Wakalah Bil Ujrah
ditentukan barangnya (dalam jual beli, barang Definisi wakalah menurut Ulama Syafi’iah
yang diperjualbelikan harus jelas). Transaksi adalah adalah ungkapan yang mengandung
yang menyalahi salah satu dari unsur tersebut arti pendelegasian sesuatu oleh seseorang
akan mengakibatkan akad mengandung gharar. kepada orang lain agar orang lain tersebut
Oleh karena itu, akad menjadi batal secara melakukan kegiatan yang telah dikuasakan
hukum karena akad jual beli mensyaratkan atas nama pemberi kuasa. Wakalah menurut
adanya ‘’kepastian’” dalam segala hal. Dengan Ulama Malikiyah adalah tindakan seseorang
demikian, tidak ada satu pihak yang dirugikan, mewakilkan dirinya kepada orang lain untuk
sementara pihak lain diuntungkan. melakukan kegiatan yang merupakan haknya,
Sumanto et al. (2009) menjelaskan kegiatan yang mana kegiatan tersebut tidak dikaitkan
asuransi terdapat kemungkinan adanya dengan pemberian kuasa setelah pemberi
“ketidakpastian” karena risiko merupakan kuasa meninggal dunia, sebab jika kegiatan
sesuatu yang tidak pasti. Salah satu contoh yaitu dikaitkan setelah pemberi kuasa wafat maka
seorang nasabah baru pertama kali membayar sudah berbentuk wasiat.
premi, lalu mendapatkan musibah sehingga Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, wakalah
nasabah tersebut menerima hasil klaim atau adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada
manfaat asuransi. Sedangkan nasabah yang akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai
sudah membayar premi berkali-kali, tetapi penggantinya dalam bertindak (ber-tasharruf).
sama sekali tidak mendapatkan manfaat Sementara itu menurut Sayyid Sabiq, wakalah
sebab tidak pernah mendapatkan musibah. adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang
Dengan demikian menggunakan akad jual kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh
beli (tabadulli) sangat berpotensi menjadikan diwakilkan. Wakalah ditinjau dari segi bahasa
akadnya fasid (rusak), bahkan batal secara berarti memelihara, menjaga, menjamin,
hukum. menyerahkan, dan mengganti (Sumanto et al.
Ketidakpastian karena risiko tersebut 2009).
berbeda dengan akad tabarru’ sebagaimana Berdasarkan fatwa DSN MUI No.10/DSN-
yang telah dijelaskan dalam fatwa DSN MUI MUI/IV/2000 tentang Wakalah, ketentuan
tentang akad tabarru’ dengan ketentuan tentang wakalah adalah sebagai berikut: (1)
pada akad tabarru, tidak disyaratkan adanya Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan
“kepastian” dalam waktu pembayaran, jumlah oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak
48 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2012, Volume 9 - No. 1, hal 43 - 55

mereka dalam mengadakan kontrak (akad); (2) wakil (yang mendapat kuasa) untuk mengelola
Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dana; (2) peserta sebagai individu dalam
dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. product saving bertindak sebagai muwakkil
Rukun dan syarat wakalah menurut fatwa (pemberi kuasa); (3) peserta sebagai suatu
DSN MUI No.10/DSN-MUI/IV/2000 adalah badan/kelompok, dalam akun tabarru’
sebagai berikut: bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa)
1. Syarat-syarat muwakkil (yang mewakilkan), untuk mengelola dana; (4) wakil tidak boleh
antara lain (a) pemilik sah yang dapat mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa
bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan; yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil
(b) orang mukallaf atau anak mumayyiz (pemegang polis); (5) akad wakalah adalah
dalam batas-batas tertentu, yakni dalam bersifat amanah (yad amanah) dan bukan
hal-hal yang bermanfaat baginya seperti tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil
mewakilkan untuk menerima hibah, tidak menanggung risiko terhadap kerugian
menerima sedekah dan sebagainya. investasi dengan mengurangi fee yang telah
2. Syarat-syarat wakil (yang mewakili) yaitu: diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau
(a) cakap hukum; (b) dapat mengerjakan wanprestasi; (6) perusahaan asuransi sebagai
tugas yang diwakilkan kepadanya; (c) wakil wakil tidak berhak memperoleh bagian dari
adalah orang yang diberi amanat. hasil investasi, karena akad yang digunakan
3. Hal-hal yang diwakilkan, yaitu: (a) diketahui adalah akad wakalah.
dengan jelas oleh orang yang mewakili; (b)
tidak bertentangan dengan syari’ah Islam; Fund Theory
(c) dapat diwakilkan menurut syari’ah Islam. Kam (1990) menyitir pernyataan William
Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai Vatter yang berpendapat bahwa sebuah
dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. pandangan teoritis yang fokus pada keberadaan
Akad yang digunakan antara peserta dana (fund) lebih utama daripada personal.
dengan pengelola dalam asuransi syariah Proprietary theory menitikberatkan pada
adalah akad wakalah bil ujrah. Menurut kepemilikan dan entity theory memberikan
DSN MUI yang tertuang dalam fatwa No.52/ pandangan entitas yang dianggap sebagai
DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil seorang manusia. William Vatter sebagaimana
Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah, yang ditulis oleh Kam (1990) bertujuan pada
wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa keduanya karena percaya bahwa pandangan
dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk seseorang memberikan interpretasi tertentu
mengelola dana peserta dengan pemberian dan metode penilaian. Kumpulan dana adalah
ujrah (fee). Obyek akad wakalah bil ujrah unit operasi, pusat kepentingan, dengan tujuan
meliputi kegiatan administrasi, pengelolaan tertentu atau bentuk aktivitas, terdiri dari aset
dana, pembayaran klaim, underwriting, dan ekuitas. Kumpulan dana tidak dibebani
pengelolaan portofolio risiko, pemasaran, dan dengan pemikiran personal. Kumpulan dana
investasi. Dalam akad wakalah bil ujrah, harus tersebut bebas dari perilaku penilaian atau
disebutkan sekurang-kurangnya: (1) hak dan bentuk dan isi laporan keuangan yang tidak
kewajiban peserta dan perusahaan asuransi; disukai pada sebuah teori yang didasarkan
(2) besaran, cara, dan waktu pemotongan ujrah pada personalitas.
(fee) atas premi; (3) syarat-syarat lain yang Setiap kumpulan dana ditujukan pada
disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang pencapaian tujuan, dan pelayanan dimasukkan
diakadkan. dalam aset merupakan makna utama untuk
Kedudukan dan ketentuan para pihak mencapai tujuan tersebut (Kam 1990). Fund
dalam akad wakalah bil ujrah menurut fatwa theory didasarkan pada persamaan :
DSN MUI tersebut adalah: (1) dalam akad Aset = pembatasan aset (Restrictions of assets)
ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai
Novi Puspitasari, Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi…. 49

Hendriksen (1982) mengungkapkan bahwa kesamaan prinsip dengan fund theory dimana
aset merupakan pelayanan terhadap dana atau fund theory tidak mengutamakan profitabilitas.
unit operasional. Liabilitas menunjukkan Bisa dikatakan bahwa fund theory juga tidak
pembatasan terhadap spesifik atau aset umum ditujukan untuk kegiatan komersial yang berarti
dana. Modal yang diinvestasikan mewakili sependapat dengan prinsip akad tabarru’.
baik hukum ataupun pembatasan keuangan Fund theory memiliki kemiripan konsep
terhadap penggunaan aset, dimana modal yang pemikiran dengan praktik pemisahan dana
diinvestasikan harus di-mantain secara utuh dalam kegiatan asuransi syariah. Kesamaan
kecuali pengawas khusus telah didapatkan pemikiran tersebut adalah penekanan pada arus
(dengan beberapa pengecualian) untuk sebagian dana, dari mana sumber dana dan penggunaan
atau likuidasi lengkap. Bahkan likuidasi dana digunakan untuk hal-hal yang sesuai
parsial modal yang diinvestasikan memerlukan dengan aturan dari sumber dana tersebut.
penyingkapan penuh. Keberadaan laba ditahan Penggunaan aset dan distribusinya harus sesuai
mewakili pembatasan yang ditentukan oleh dengan tujuannya. Pada praktik pemisahan
manajemen, kreditor, atau persyaratan hukum. dana, aset dan liabilias dana peserta hanya
Ketiadaan laba ditahan juga menunjukkan digunakan untuk kebutuhan peserta, sedangkan
pembatasan, sisa keseluruhan pembatasan aset dan liabilitas dana pemegang saham
dimana aset digunakan untuk tujuan. Dengan digunakan untuk kebutuhan perusahaaan.
demikian, seluruh ekuitas menunjukkan
pembatasan yang ditentukan oleh hukum, METODE PENELITIAN
kontraktual, manajerial, keuangan, atau
pertimbangan-pertimbangan yang wajar. Desain Penelitian
Konsep fund theory banyak digunakan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
pada sektor pemerintahan dan lembaga kualitatif. Myers (2009) menjelaskan bahwa
nonprofit (Hendriksen 1982). Pada sebuah metode penelitian kualitatif didesain untuk
universitas, sebagai contoh, hampir membantu peneliti memahami apa yang
keseluruhan penggunaan dana adalah dana mereka katakan dan lakukan. Salah satu
khusus untuk sumbangan (endowments), manfaat kunci penelitian kualitatif adalah
dana pinjaman mahasiswa, dana para pekerja, mengizinkan seorang peneliti untuk melihat
perusahan yang dibantu pihak asing, dan dan memahami secara konteks keputusan dan
aktivitas pendidikan. Masing-masing dana sikap yang diambil. Hal ini sering terjadi pada
ini memiliki spesifikasi pembatasan aset kasus dimana keputusan dan sikap manusia
untuk tujuan tertentu. Fund theory dapat juga hanya dapat dipahami secara konteks. Konteks
diaplikasikan pada area akuntansi keuangan ini yang membantu untuk menjelaskan
lainnya, misalnya fund theory dapat digunakan mengapa seseorang bersikap sebagaimana
dalam perbedaan antara aset dan ekuitas lancar yang telah dilakukan. Konteks ini (atau
dan tetap. Harahap (2008) mengemukakan multi konteks) paling baik dipahami dengan
fund theory adalah konsep dimana akuntansi berbicara. Para peneliti kualitatif berpendapat
dimaksudkan untuk mengetahui sumber dana bahwa sebenarnya tidak mungkin memahami
dan penggunaannya. Tekanannya adalah pada mengapa seseorang telah melakukan sesuatu
arus dana dan penggunaannya. atau mengapa sesuatu terjadi dalam sebuah
Penggunaan akad tabarru’ ditinjau dari organisasi tanpa berbicara dengan mereka.
sudut pandang teori dapat dianalogikan dengan Selain itu para peneliti kualitatif ber-
penerapan fund theory. Prinsip yang terkandung argumen bahwa jika ingin memahami
dalam akad tabarru’ adalah perjanjian untuk motivasi seseorang, alasan mereka, sikap
kegiatan kebaikan/tolong-menolong dan mereka, konteks keyakinan dan tindakan
tidak untuk komersil. Konsep ini memiliki mereka secara mendalam, maka penelitian
50 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2012, Volume 9 - No. 1, hal 43 - 55

kualitatif yang terbaik. Kaplan dan Maxwell praktik pemisahan dana sekaligus untuk
(1994) menyatakan bahwa tujuan memahami mengidentifikasi instrumen pengukurannya.
fenomena dari pandangan partisipan terutama Penelitian ini menggunakan metode
konteks sosial dan institusional, banyak yang kualitatif yang mengacu pada Myers (2009),
hilang ketika data tekstual dikuantifikasikan. meliputi philosophical assumption yang
Hanya dengan berbicara kepada mereka, atau menggunakan metode positivist; metode
membaca apa yang mereka telah tulis, maka penelitian yang menggunakan studi kasus (case
kita dapat menemukan apa yang mereka study) dimana penelitian ini menggunakan
sedang pikirkan, memahami pemikiran mereka single case study; teknik pengumpulan data
dan sejalan dengan penjelasan sikap mereka. menggunakan metode wawancara (interviews)
Penelitian kualitatif menjadi suatu dan dokumen; dan pendekatan analisis data
pendekatan terbaik jika kita ingin mempelajari menggunakan metode analisis induktif.
subyek khusus secara mendalam (misal dalam
satu atau beberapa atau jumlah tidak terlalu Obyek dan Instrumen Penelitian Kualitatif
banyak organisasi). Metode ini cocok untuk Tahap kualitatif penelitian ini dilaksanakan
penelitian eksploratori, ketika topik khusus pada sebuah perusahaan asuransi umum
tersebut baru dan tidak banyak penelitian
syariah yang menggunakan sistem syariah
dipublikasikan sebelumnya pada topik
penuh, artinya perusahaan asuransi yang mulai
tersebut. Manfaat utama penelitian kualitatif
dari awal berdiri sudah langsung menggunakan
adalah bahwa penelitian ini sering sulit untuk
konsep Islam. Obyek penelitian ini juga
men-generalisasikan pada populasi yang
merupakan perusahaan asuransi syariah yang
besar. Sebagai contoh, jika menggunakan
tiga studi kasus dari tiga organisasi, maka bukan hasil dari konversi perusahaan asuransi
ukuran sampel tiga tidak menghitung untuk konvensional serta bukan dalam bentuk
jumlah dalam bentuk statistik. Tiga kasus tidak divisi syariah atau unit usaha syariah. Hal ini
lebih baik dari satu kasus. Untuk itu secara dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
normal tidak mungkin bagi peneliti kualitatif informasi menyeluruh dari obyek penelitian,
membuat generalisasi dari sebuah sampel ke baik dalam praktik penerapan konsep
populasi. Dengan demikian, dapat melakukan Islam maupun berbagai pengalaman dalam
generalisasi dari penelitian kualitatif ke teori menghadapi bermacam perubahan kondisi
dan dapat melakukan generalisasi dari satu perusahaan.
studi kasus atau satu etnography (Klein dan Unit analisis penelitian kualitatif ini adalah
Myers 1999; Lee dan Baskerville 2003; Yin informan dari perusahaan tempat penelitian
2003 dalam Myers 2009). yang meliputi Assistant Vice President (AVP) of
Metode kualitatif dalam penelitian ini Finance dan AVP of Underwriting. Pemilihan
dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahap pertama AVP of Finance (dalam hal ini adalah Ibu DA)
adalah studi pendahuluan yaitu mendapatkan sebagai informan penelitian karena karyawan
data dan informasi serta literatur yang pada tingkat ini dianggap memiliki pengetahuan
berhubungan dengan obyek penelitian. Dari yang menyeluruh atas pengelolaan keuangan
tahapan ini diperoleh gambaran tentang obyek pada perusahaan asuransi umum syariah serta
penelitian. Tahapan kedua adalah melakukan kebijakan-kebijakan apa yang bisa diusulkan
studi eksplorasi ke obyek penelitian yaitu kepada manajemen terkait dengan pemisahan
perusahaan asuransi umum syariah sebagai dana. Pemilihan AVP of Underwriting (dalam
unit analysis dengan informan yang meliputi hal ini adalah Bapak PT) sebagai informan
Assistant Vice President (AVP) of Finance, penelitian karena bagian ini yang banyak
Assistant Vice President of Underwriting, terlibat dengan penghitungan risiko, klaim dan
Accounting Manager, dan Dewan Pengawas kegiatan retakaful (reasuransi) serta analisis
Syariah. Studi eksplorasi ini bertujuan untuk ke depan atas proporsi tabarru’-ujrah yang
mengidentifikasi variabel kontekstual terkait dibutuhkan perusahaan.
Novi Puspitasari, Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi…. 51

Instrumen utama penelitian adalah peneliti klaim sehingga reasuransi tidak mau dengan
sendiri. Peneliti melakukan sendiri wawancara proporsi ini. sehingga ini maunya diperbesar,
secara langsung dengan informan penelitian. tabarru’nya diperbesar. Ini kemauan reasuransi.
Dengan terjun langsung dalam proses Tetapi kalau 60%, ya kita nggak mau karena
pengumpulan data, peneliti dapat mengetahui dengan ujrah 40% kita keberatan. Expenses
secara mendetail peraturan dan operasional kita, kemudian insentif, biaya akuisisi dan
keuangan perusahaan asuransi umum syariah. broker diambil dari sini. Ini bukan hanya untuk
operator tapi ada ujrah untuk retakaful yang
Kajian Hasil Penelitian diambilkan dari sini. Sisanya sekitar 16,5%.
Wawancara dengan para praktisi Inilah yang kita nikmati, padahal expenses kita
asuransi umum syariah di obyek penelitian berkisar 15-20%”
menghasilkan konstruk-konstruk sebagai Penjelasan yang diberikan oleh Bapak PT
konstruk kontekstual yang terkait dengan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan
praktik pemisahan dana. Konstruk-konstruk peneliti tentang proporsi tabarru’ ujrah pada
yang dimaknai terkait dengan praktik tahun 2010, yaitu pada proporsi 57,5%:42,5%.
pemisahan dana dan berpengaruh terhadap Sementara itu, penjelasan proporsi tabarru’
penentuan proporsi tabarru’ dan ujrah terdapat ujrah 55%:45% adalah proporsi yang
pada beberapa pernyataan informan sebagai
digunakan untuk tahun 2008 dan 2009. Dengan
berikut.
demikian, berdasarkan uraian penjelasan
dari Bapak PT menunjukkan bahwa terdapat
“Ujrahnya 42,5% dan tabarru’nya 57,5%.
perbedaan besaran proporsi tabarru’ dan
Sebenarnya kita maunya untuk ujrah 45% dan
ujrah pada periode tahun 2010 dengan periode
tabarru’ 55%. Mengapa kita memilih tabarru
sebelumnya. Pada tahun 2010 proporsi yang
ujrah pada 55% : 45% , karena organisasi
kita kan besar. Untuk membiayai karyawan
digunakan adalah 57,5%:42,5%. Pada periode
sebanyak itu kita membutuhkan ujrah yang sebelumnya atau pada tahun 2009 proporsi
cukup besar. Tapi reasuransi (retakaful) tidak yang digunakan adalah 55%:45%. Perbedaan
mau dengan tabarru’ 55% karena ketika ada proporsi tersebut dipengaruhi oleh beberapa
klaim besar, maka reasuransi sangat berpeluang faktor.
mengeluarkan qardhul hasan kalau tabarru’nya Perusahaan asuransi umum syariah
tidak diperbesar. Maka reasuradur meminta memiliki pertimbangan-pertimbangan dalam
proporsi tabarru’ diperbesar sehingga menjadi menetukan besaran proporsi pembagian
57,5%. Kesepakatan inilah yang mempengaruh tabarru’ dan ujrah antara lain: (1) adanya etika
i besaran proporsi tabarru’ dan ujrah”. bahwa tabarru’ tidak boleh lebih kecil dari
ujrah karena yang harus diutamakan adalah
“Sebenarnya kalau boleh 50%:50%, tapi tidak usaha tolong menolongnya; (2) kesepakatan
mungkin. Bagi perusahaan asuransi semakin dengan pihak retakaful yang berhubungan
besar ujrah maka semakin baik karena kita dengan claim records dari tahun sebelumnya;
lebih leluasa. Tapi ada etika, walaupun DSN (3) operational expenses (biaya untuk
tidak melarang untuk seimbang. Tapi itu sama operasional perusahaan). Perusahaan yang
saja. Pada intinya adalah tolong menolongnya, telah menjadi sebuah organisasi yang besar
makanya itu tabarru’ tidak boleh lebih kecil pasti membutuhkan management expenses
dari ujrahnya. Nah yang paling mungkin dan yang besar pula. Semakin besar operational
pas adalah 55% : 45%. Tapi karena tadi rate expenses yang dibutuhkan, perusahaan akan
kita yang ancur-ancuran sehingga berpengaruh membutuhkan ujrah yang besar sehingga
pada tabarru’. Rate yang 55% tidak adequate akan semakin tinggi proporsi ujrah yang akan
(tidak cukup) untuk menanggulangi klaim- ditetapkan perusahaan. Dengan demikian
52 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2012, Volume 9 - No. 1, hal 43 - 55

akan menyebabkan proporsi tabarru’ menjadi Pada kegiatan pemasaran, perusahaan


rendah. Bapak PT juga menjelaskan bahwa asuransi umum syariah menggunakan jasa
proporsi tabarru’ ujrah bisa berbeda antar broker, agen, dan juga konsultan. Dari hasil
perusahaan asuransi umum syariah. pemasarannya tersebut, pihak broker, agen,
Pada kesempatan lain Bapak PT melalui dan konsultan akan mendapatkan insentif yang
email memberikan penjelasan bahwa faktor diambilkan dari dana ujrah. Sehingga semakin
eksternal perusahaan dalam hal ini adalah tinggi/rendah biaya broker, agen, dan konsultan
kondisi makro ekonomi yang meliputi tingkat maka akan membutuhkan dana ujrah yang
inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolarAmerika, besar/kecil juga yang berarti proporsi untuk
pertumbuhan ekonomi, dan tingkat suku bunga ujrah juga tinggi/rendah.
Bank Indonesia (SBI) tidak berpengaruh Dengan demikian, jika perusahaan tidak
secara langsung terhadap penentuan proporsi mampu mengelola dengan baik dana tabarru’
tabarru’ dan ujrah namun berpengaruh secara dan ujrahnya, maka akan berimbas pada kinerja
langsung terhadap aspek keuangan internal keuangan perusahaan. Praktik pemisahan dana
perusahaan misalnya berpengaruh terhadap telah menyebabkan penurunan rasio risk based
tinggi rendahnya management expenses dan capital (RBC) yang dijustifikasi oleh peneliti
nilai tingkat pengembalian investasi (return sebagai salah satu konstruk kinerja keuangan
on investment) dan berpengaruh pada tinggi perusahaan. Hal ini dapat dimaknai dari
rendahnya pembayaran klaim. pernyataan Ibu DA, AVP of Finance, sebagai
Masih dalam uraian melalui email serta berikut.
pengembangan dari hasil studi literatur, aspek
keuangan internal perusahaan yang menjadi ”Saya optimis dengan adanya penurunan RBC
tersebut. Lima tahun kedepan, perusahaan
pertimbangan selain operational expenses
asuransi syariah yang bertahan akan mempunyai
adalah biaya pemasaran (marketing fee) untuk
dana tabarru’ yang cukup besar dimana
broker, agen, dan konsultan dan expected
penggunaannya akan memberikan dampak
margin (keuntungan yang diharapkan dari ujrah
positif kepada para peserta seperti penurunan
yang diterima perusahaan). Pada perusahaan
rate dan pengembalian dana tabarru’ kepada
asuransi umum syariah, margin perusahaan
peserta meningkat seiring dengan kenaikan
bisa diperoleh dari pengelolaan dana tabarru’
hasil investasinya”
maupun ujrah.
Pada kelompok dana tabarru’, margin
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
bisa diperoleh dari surplus pengelolaan dana
bahwa pemisahan dana pada manajemen
tabarru’ dimana surplus pengelolaan dana
keuangan entitas asuransi syariah diwujudkan
tabarru’ ini akan dibagi pada tiga kelompok
dengan pemisahan dana tabarru’ (dana
yaitu pihak pengelola (perusahaan), cadangan peserta untuk tolong menolong) dari dana
klaim yang berarti kembali ke pool of tabarru’ perusahaan (dapat disebut juga sebagai
fund, dan kepada peserta yang tidak mengalami dana pemegang saham). Pemisahan dana
risiko. Sementara itu, margin juga bisa tersebut akan diwujudkan dengan penerapan
diharapkan secara langsung dari ujrah yang proporsi tabarru’ dan ujrah pada kontribusi/
diterima perusahaan setelah dikurangi dengan premi peserta. Wawancara dengan Ibu DA
biaya operasional perusahaan. Jika perusahaan dilakukan pada saat metode pemisahan
dapat mengelola dengan efisien, maka bisa dana baru berjalan (2010). Ibu DA mencoba
diprediksi perusahaan akan mendapatkan menggambarkan bagaimana kinerja keuangan
keuntungan walaupun hanya dari ujrah saja. perusahaan dengan menggunakan indikator
Sehingga, semakin efisien perusahaan maka RBC dengan adanya pemisahan dana tersebut.
expected return dari ujrah yang akan diterima Ibu DA menggunakan proporsi tabarru-ujrah
akan semakin besar. 55%:45% sebagai contoh untuk memberikan
Novi Puspitasari, Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi…. 53

Gambar 1
Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah
gambaran bagaimana pengaruh proporsi pinjaman yang diberikan tanpa adanya bagi
tabarru’-ujrah terhadap RBC sebagai salah hasil. Dalam perhitungan RBC tersebut, Ibu
satu indikator kinerja keuangan perusahaan. DA AVP of Finance menjelaskan bahwa
Pada laporan keuangan entitas asuransi, penghitungan tersebut belum memasukkan laba
baik yang syariah maupun konvensional, ditahan (retained earning) dana tabarru’. Jika
tingkat kesehatan perusahaan salah satunya laba ditahan (retained earning) dimasukkan
ditentukan dengan tingkat solvabilitas yang sebesar Rp 8,5 miliar, maka RBC menjadi
dalam hal ini menggunakan rasio RBC (risk- 25,74% dengan qardh sebesar Rp 17 miliar
based capital). RBC merupakan salah satu agar tercapai RBC 120%. Praktisi asuransi
indikator dari kinerja keuangan perusahaan. syariah dari PT. ATU berkeyakinan bahwa
Oleh karena itu peneliti menjustifkasi rasio meskipun menerapkan praktik pemisahan dana
RBC sebagai indikator kinerja keuangan. yang menyebabkan adanya penurunan rasio
Peneliti juga memasukkan indikator kinerja RBC namun akan berdampak positif untuk
keuangan lainnya selain rasio RBC yaitu kelanjutan hidup perusahaan dimasa yang akan
return on investment (ROI), return on equity datang, misalnya untuk lima tahun kedepan.
(ROE), dan pinjaman untuk tujuan kebaikan Hal ini disebabkan karena dana tabarru’ yang
tanpa ada bagi hasil atau disebut qardhul terkumpul semakin banyak sehingga akan
hasan (khusus untuk asuransi umum berdampak pada penurunan rate dan kenaikan
syariah). hasil investasi.
Perhitungan RBC yang dilakukan Konstruk kontekstual yang diperoleh dari
Ibu DA, AVP of Finance, menggunakan hasil wawancara dengan informan meliputi
proporsi pembagian tabarru’ dan ujrah pada konstruk tabarru’-ujrah, konstruk klaim,
level proporsi 55%:45%. Penghitungan konstruk aspek keuangan perusahaan yang
menggunakan kondisi keuangan pada tercermin dari biaya operasional, margin/laba
triwulan III tahun 2009. Dari hasil yang diharapkan dari ujrah (expected margin),
perhitungannya diketahui bahwa sebelum dan biaya akuisisi (broker, konsultan, dan agen),
dilakukan pemisahan dana RBC yang konstruk kegiatan retakaful yang tercermin
dicapai adalah 137,42%. Rasio ini lebih dari kontribusi retakaful, dan konstruk kinerja
besar dari RBC minimal yang ditetapkan keuangan yang tercermin pada perubahan
oleh pemerintah yaitu 120%. Namun setelah rasio RBC. Margin/laba yang diharapkan
adanya pemisahan dana, nilai RBC yang dari ujrah (expected margin) menggunakan
diperoleh pada kondisi keuangan yang proksi margin/laba yang disadari (realized
sama adalah -43,68%. Agar perusahaan margin) atau keuntungan maksimal yang
bisa mencapai solvabilitas (RBC) menjadi jumlahnya/prosentasenya telah disadari oleh
120%, pemegang saham harus memberikan perusahaan di awal penentuan. Berdasarkan
qardh sebesar Rp 29,7 miliar. Qardh adalah uraian wawancara dan pemahaman peneliti di
54 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2012, Volume 9 - No. 1, hal 43 - 55

Tabel 1
Konstruk dan Indikator yang Mempengaruhi Penentuan Proporsi Tabarru’ dan Ujrah
No Nama Konstruk Nama Indikator Keterangan
Klaim
1 Nilai Klaim Berpengaruh Langsung

2 Aspek Keuangan Operational Expenses Berpengaruh Langsung


Marketing Fee Berpengaruh Langsung
Expected Margin Berpengaruh Langsung

3 Kegiatan Retakaful Kontribusi Retakaful Berpengaruh Langsung

atas, penelitian ini membuat suatu rangkuman Be r da sa r ka n da ta la pa nga n ya n g


konstruk-konstruk yang mempengaruhi disampaikan informan dan digambarkan
kebijakan perusahaan secara langsung dalam dalam model penelitian, selanjutnya studi ini
menentukan proporsi tabarru’ dan ujrah. menyusun preposisi penelitian sebagai berikut.
Ringkasan hasil wawancara tentang konstruk- P1: Peningkatan klaim mendukung peningkatan
konstruk yang mempengaruhi penetapan proporsi tabarru’.
proporsi tabarru’dan ujrah pada bisnis asuransi P2: Peningkatan kegiatan retakaful mendukung
umum syariah disajikan pada Tabel 1. peningkatan proporsi tabarru’.
Berdasarkan hasil eksplorasi studi P3: Peningkatan aspek keungan internal
kualitatif, studi ini menyusun suatu model perusahaan tidak mendukung peningkatan
hubungan antar konstruk yang berpengaruh proporsi tabarru’.
terhadap proporsi tabarru’ dan ujrah serta
kinerja keuangan perusahaan. Model hubungan SIMPULAN
disajikan pada Gambar 1.
Penyusunan model pada Gambar 1 selaras Kesimpulan yang dapat ditarik dari
dengan pemikiran teori konvensional dasar hasil penelitian ini adalah studi ini mampu
yang dirujuk dalam penelitian ini. Fund theory mengidentifikasi konstruk-konstruk
digunakan sebagai teori acuan penelitian ini. kontekstual yang berinteraksi pada penentuan
Fund theory menitikberatkan pada arus dana proporsi tabarru’-ujrah. Konstruk-konstruk
dan penggunaannya. Dana digunakan hasil studi kualitatif tersebut merupakan
sesuai dengan sumber dan tujuannya. Hal ini justifikasi dari peneliti sendiri. Hal ini
berlaku juga pada pembentukan proposisi yang dikarenakan konstruk diperoleh dari hasil
dihasilkan dari penelitian ini yaitu proporsi studi lapangan dengan melakukan wawancara
dana tabarru’ akan dipengaruhi oleh klaim secara langsung kepada informan. Konstruk
dan kegiatan retakaful. Klaim dan kegiatan kontekstual meliputi konstruk klaim, konstruk
retakaful adalah representasi dari penggunaan kegiatan retakaful, dan konstruk aspek
dana yang bersumber dari dana tabarru’ dan keuangan perusahaan. Penelitian ini juga
ditujukan untuk kegiatan kebaikan. menghasilkan model hubungan konstruk, yaitu
Praktik penentuan proporsi tabarru’ konstruk klaim, aspek keuangan perusahaan,
dan ujrah oleh perusahaan asuransi syariah dan kegiatan retakaful berpengaruh terhadap
mewajibkan perusahaan untuk menentukan proporsi tabarru’ dan ujrah serta proporsi
proporsi tabarru’ terlebih dahulu. Namun tabarru’ ujrah berpengaruh terhadap kinerja
demikian, peneliti merasa perlu untuk tetap keuangan perusahaan.
menghubungkan aspek keuangan perusahaan Penelitian ini merupakan penelitian
dengan proporsi tabarru’ guna mendapatkan dengan metode kualitatif jenis studi kasus pada
bukti ilmiah apakah aspek keuangan perusahaan sebuah perusahaan asuransi umum syariah.
berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap Penelitian ini menghasilkan konstruk penelitian
proporsi tabarru’. dan menjadi sebuah model penelitian yang
Novi Puspitasari, Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi…. 55

memunculkan beberapa proposisi. Namun Sumanto, A.E. et al. 2009. Solusi Berasuransi
demikian, penelitian ini belum memberikan : Lebih Indah dengan Syariah Cetakan
bukti secara empiris akan validitas model Pertama. Bandung: PT Karya Kita.
penelitian yang dihasilkan tersebut dengan Thanasegaran, H. 2008. Growth of Islamic
menguji proposisi yang telah dihasilkannya. Insurance (Takaful) in Malaysia : A
Dengan demikian, penelitian yang akan datang Model For The Region?. Singapore
diharapkan untuk menguji model dan proposisi Journal of Legal Studies, 143-164.
penelitian tersebut dengan menggunakan data-
data kuantitatif sehingga nantinya proposisi
yang dihasilkan dari penelitian ini dapat
dibuktikan dan menjadi hipotesis penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D.D. 2009. Dampak Penerapan


P e rn yataan Standar A ku ntansi
Keuangann (PSAK) 108 pada Strategi
Investasi PT Asuransi Takaful Umum.
Tesis. Universitas Indonesia.
Harahap, Sofyan Safri. 2008. Kerangka Teori
dan Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta:
Pustaka Quantum.
Hendriksen, E.S. 1982. Accounting Theory
Edisi Keempat. Amerika Serikat:
Richard D. Irwin, Inc
Kam, V. 1990. Accounting Theory Second
Edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Majelis Ulama Indonesia. Kumpulan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia 2000-2007. Diunduh
tanggal 20 Pebruari 2010, http://www.
mui.or.id/mui_in/product_2/fatwa.php.
Maysami, Ramin Cooper and Kwon W Jean.
1999. An Analysis of Islamic Takaful
Insurance: A Cooperative Insurance
Mechanism. Journal of Insurance
Regulation, 18(1),109-132.
Myers, M.D. 2009. Qualitatif Research in
Bussiness & Management. London:
Sage Publications Ltd.
Mulawarman, A.D. 2009. Akuntansi Syariah,
Teori, Konsep dan Laporan Keuangan
Edisi Pertama. Jakarta: E Publishing
Company.
Sula, MS. 2004. Asuransi Syariah (Life
and General) : Konsep dan Sistem
Operasional Cetakan Pertama. Jakarta:
Gema Insani Pers.

Anda mungkin juga menyukai