Anda di halaman 1dari 14

3.4.

1 SPHYGMOMANOMETER
1) Pengertian
Sphygmomanometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur
tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun
mengurangi tekanan pada manset dengan sistem non invasive. Tensi
darah normal manusia berusia dewasa adalah 100-130mmHg untuk
tekanan sistolik dan 60-90 mmHg untuk tekanan disatolik.
2) Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah (tensimeter) sama
dengan U-Tube Manometer. Manometer adalah alat pengukur tekanan
yang menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi liquid statik untuk
menentukan tekanan. Manset dipasang ‘mengikat’ mengelilingi lengan
dan kemudian ditekan dengan tekanan di atas tekanan arteri lengan
(brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya diturunkan.
Pembacaan tinggi mercuri dalam kolom (tabung manometer)
menunjukkan peak pressure (sistolik) dan lowest pressure (diastolik).
3) Jenis-jenis Tensimeter
a) Tensimeter air raksa

Gambar 3.1 Tensimeter Air Raksa


Merupakan tensimeter konvensional yang sebenarnya sudah jarang
dipakai di luar negeri, karena tensimeter ini masih menggunakan air
raksa yang berbahaya jika sampai alat pecah dan air raksa terkena
kulit atau saluran pernafasan. Tensimeter jenis ini memerlukan
stetoskop untuk mendengar munculnya bunyi suara tekanan sistolik
dan diastolik pada jantung.
b) Tensimeter aneroid

Gambar 3.2 Tensimeter Aneroid


Tensimeter ini lebih aman karena tidak lagi menggunakan air raksa
tetapi menggunakan putaran berangka sebagai penggantinya. Sama
dengan tensimeter air raksa, tensimeter aneroid masih menggunakan
stetoskop.
c) Tensimeter digital

Gambar 3.3 Tensimeter Digital


Merupakan tensimeter yang lebih modern dan akurat, langsung
menunjukan hasil dalam bentuk angka. Berbeda dengan tensimeter air
raksa yang memerlukan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai
pertanda tekanan sistolik dan siastolik, maka tensimeter
digital menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya sehingga baik
dipakai untuk mereka yang memiliki gangguan pendengaran.
4) Bagian – Bagian Tensimeter

Gambar 3.4 Bagian Alat Tensimeter


a) Manset
Berfungsi untuk menampung udara yang dipompa dari bulb dan
untuk mendeteksi tekanan darah pasien yang pada penggunaannya
dipasang pada lengan bagian atas pasien.
b) Tabung Air Raksa
Berfungsi untuk mengukur tinggi air raksa pada saat dipompa. Di
bagian atas terdapat lubang untuk pembuangan udara.
c) Bulb
Berfungsi untuk memasukkan udara kedalam manser dengan cara
memompa.
d) Tabung Kaca Pengukur
Berfungsi untuk mengukur tinggi air raksa saat dipompa. Dibagian
atas terdapat lubang untuk pembuangan udara.
e) Valve ON/OFF
Berfungsi sebagai pengunci untuk membuka atau menutup jalan air
raksa.
5) Blok Diagram
Patient Cuff Measure Unit

Bulb & Valve

Gambar 3.5 Blok Diagram Tensimeter


Keterangan :
Patient : Objek yang akan di periksa tekanan darahnya
Cuff : Manset yang berfungsi menahan laju aliran darah
Blub & Valve : Memberi tekanan udara pada manset dan air raksa
Measure Unit : Tempat air raksa dan melihat nilai hail pengukuran
tekanan darah
6) Prosedur Tetap Pengoperasian Tensimeter
a) Prasarat
1. SDM terlatih dan siap.
2. Alat laik pakai.
3. Aksesoris lengkap dan baik
b) Persiapan
1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan.
2. Lepaskan penutup debu.
3. Siapkan aksesoris.
c) Pelaksanaan
a) Cara pengoperasian alat.
1. Buka Valve ON/OFF, air raksa akan menunjukkan angka 0 (nol).
2. Pasang manset pada lengan pasien.
3. Tutup Valve pembuangan pada Bulb.
4. Pompa Bulb dengan menekan bulb beberapa kali sampai air
raksa naik hingga nilai batas atas atau maksimal.
5. Buka Valve pembuangan pada Bulb secara perlahan sambil
mendengarkan denyut nadi dengan stetoskop.
6. Catat nilai yang ditunjukkan pada permukaan tabung pengukur
air raksa.
7. Setelah selesai melakukan pengukuran, lepaskan manset dan
keluarkan semua udara yang ada dalam manset dengan cara
ditekan.
8. Miringkan Tensimeter ke kiri dan ke kanan sehingga air raksa
masuk ke dalam tabung air raksa dan tidak terlihat pada tabung
pengukur.
9. Pindahkan Valve ON/OFF pada posisi OFF.
10. Tutup kotak Tensimeter, pastikan tidak ada selang yang terjepit
dan tabung terkena valve pembuangan.
7) Pemeliharaan Tensimeter
a) Bersihkan permukaan tabung air raksa dan seluruh bagian tensimeter
dari debu dan kotoran.
b) Bersihkan Valve inlet atau klep masuk dengan menggunakan kapas
yang di basahi dengan alkohol. Lepas dan bersihkan filter di dalam
Valve outlet atau klep keluar pada bulb.
c) Cek pengunci air raksa, apakah sudah tertutup atau belum.
d) Cek kebocoran pada bulb, manset dan selang. Lakukan penggantian
aksesoris jika ada kebocoran.
e) Cuci manset jika kotor.
f) Pastikan permukaan tabung pengukuran harus tetap bersih dan mudah
dibaca.
8) Kalibrasi Tensimeter
a) Pra-Kalibrasi
1. Pendataan administrasi.
2. Lakukan pendataan adminnistri meliputi pemilik, alamat, data alat
medic, tanggal dan ruangan/lokasi alat tersebut.
3. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan, meliputi :
suhu dan kelembaban lingkungan. Data diambil pada ruang
kalibrasi di awal dan akhir pengukuran alat.
4. Pemeriksaan fisik dan fungsi alat, meliputi :
Lakukan pengamatan dan pemeriksaan terhadap fisik dan fungsi
UUT kemudian catat hasil pemeriksaan dan pengamatan pada
lembar kerja, pemeriksaan dan pengamatan dilakukan sebagai
berikut :
1. Badan dan permukaan alat
Periksa bagian luar unit, pastikan bersih, casing utuh,
terpasang ketat dan lainnya, dan tidak ada bekas tertimpa cairan
ataupun gangguan lainnya,
2. Penopang
Jika unit dipasang pada stand beroda atau keranjang, periksa
kondisi kekuatan penopang. Jika itu melekat ke dinding atau
bersandar di rak, periksa keamanannya.
3. Pengunci
Jika unit dilengkapi dengan roda dan pengunci, pastikan ia
dapat berputar dengan baik dan rem dapat berkerja dengan baik.
4. Tabung/Selang/Bulb
Periksa kondisi semua tabung dan selang handpump.
Pastikan bahwa mereka tidak retak, tertekuk, atau kotor. Ganti
tabung yang longgar atau retak.
Tabung dan kondisi raksa harus bersih, sehingga naik turun
air raksa dapat berfungsi dengan baik dan tidak menempel,
mengembung atau tersisa di tabung raksa.
5. Fitting/Konektor
Periksa semua perlengkapan dan konektor untuk kondisi fisik
secara umum.
6. Filter
Periksa kondisi filter pada tabung raksa.
7. Katup/Valve
Katup harus dapat merespon secara cepat dan akurat terhadap
perubahan tekanan.
8. Indikator/Tampilan
Meter dan skala tanda harus jelas dan mudah dibaca, dan
penutup kaca pada pengukur aneroid harus utuh.
9. Setting tekanan nol
Saat tidak ada tekanan di manset, baik aneroid atau tingkat
raksa harus membaca nol (± 1mmHg). Jika tidak terbaca nol,
catat pada keterangan di lembar kerja.
10. Manset
Pastikan pengaturan manset sesuai dengan kebutuhannya.
Misalnya manset pada pediatric untuk anak-anak.
b) Pengujian Laju Buang
1. Ganti manset dengan bejana logam keras, dengan volume 500ml.
2. Berikan tekanan sampai dengan 260mmHg.
3. Buka katup buangan pada balon pemompa secara maksimal
bersamaan dengan tombol mulai pada alat pengukur waktu.
4. Catat waktu yang dibutuhkan untuk membuang tekanan dari
260mmHg ke 15mmHg.
5. Nilai waktu buang cepat tidak boleh lebih dari 10 detik.
c) Pengujian Kebocoran
1. Tekan tombol on/off untuk menghidupkan kalibrator
2. Beri tekanan pada Sphygmomanometer sebesar 50mmHg dan kunci
selama 5 menit.
3. Baca penunjukan penurunan tekanan selama 5 menit, maksimum
4mmHg/menit.
4. Catat hasil penurunan tekanan pada lembar kerja.
5. Ulangi langkah 2-4 untuk tekanan 100mmHg, 150 mmHg,
200mmHg, 250mmHg.
d) Kalibrasi
1. Posisikan air raksa pada Sphymomanometer di posisi 0 mmHg.
2. Tentukan titik pengukuran pada 0 mmHg, 50 mmHg, 100mmHg,
150mmHg, 200mmHg, dan 250mmHg.
3. Berikan tekanan 0 mmHg pada Sphygmomanometer lalu catat nilai
penunjukan pada display digital pressure meter dalam lembar
kerja.
4. Beri tekanan 50mmHg pada Sphygmomanometer.
5. Tunggu beberapa saat sampai posisi air raksa stabil.
6. Catat nilai penunjukkan air raksa pada Sphygmomanometer dan
nilai yang terukur pada display digital pressure meter pada lembar
kerja kalibrasi.
7. Ulangi langkah 4-5 untuk titik setting lainnya sampai nilai 250
mmHg.
8. Ulangi pengukuran agar diperoleh 3 data pada setiap titik
pengukuran naik dan turun.
3.4.2 Ultrasound Therapy
1) Pengertian
Terapi ultrasound adalah metode pengobatan yang menggunakan
teknologi ultrasound atau gelombang suara untuk merangsang jaringan
tubuh yang mengalami kerusakan. Pengobatan cedera otot. Oleh karena
itu, terapi ultrasound sering digunakan dalam pengobatan
muskuloskeletal dan cedera akibat olahraga.
2) Prinsip Kerja
Menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk
meningkatkan produksi panas jaringan dalam sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri. Alat ini menggunakan rangkaian pembangkit frekuensi yang
menghasilkan arus berfrekuensi tinggi yang mecapai 3MHz arus ini
berjalan menembus kabel koaksial pada tranduser elektroda yang
kemudian di konversikan menjadi vibrasi oleh piezo elektrik. Gelombang
ultrasonik (gelombang suara frekuensi tinggi) yang diproduksi dengan
cara getaran mekanis dari transduser dari mesinUS. Transduser ini
kemudian bergerak di atas permukaan kulit di daerah yang cedera. Ketika
gelombang suara ini kontak dengan udara, menyebabkan pemborosan
gelombang, sehingga gel khusus US diletakkan pada kulit untuk
mamaksimalkan kontak antara transduser dengan permukaan kulit.
Ultrasound Therapy diterapkan menggunakan transduser atau
aplikator yang bersentuhan langsung dengan kulit pasien. Gel yang
digunakan pada semua permukaan kepala untuk mengurangi gesekan dan
membantu transmisi gelombang ultrasonik. Terapi ultrasound dalam
terapi fisik bolak kompresi dan penghalusan dari gelombang suara
dengan frekuensi > 20.000 siklus / detik. Frekuensi ultrasound terapi
yang digunakan adalah 0,7-3,3 MHz. Penyerapan energy maksimum
pada jaringan lunak terjadi dari 2 sampai 5 cm. Intensitas menurun
sebagai gelombang menembus lebih dalam.
3) Blok Diagram

TIMER SEVEN SEGMEN

P
PEMBANGKIT R
POWER SUPPLY AMPLIFER
TEGANGAN
O

CONTROL B
CIRCUIT E

Keterangan :
Power Supply : Menyuplai Tegangan Ke Rangkaian.
Pembangkit Tegangan : Membangkitkan tegangan ke Amplifier.
Timer : Mengatur lama nya waktu penggunaan ultrasound.
Amplifier : Penguat sinyal frekuensi.
Control Circuit : Pengatur pengendali jalan nya ultrasound.
Seven Segmen : Menampilkan waktu dan frekuensi yang digunakan.
Probe : Menghantarkan sinyal frekuensi ke pasien.
4) Prosedur Tetap Pengoperasian Ultrasound Terapy
a) Prasarat
1. SDM terlatih dan siap.
2. Alat laik pakai.
3. Aksesoris lengkap dan baik
b) Persiapan
1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan.
2. Lepaskan penutup debu.
3. Siapkan aksesoris.
c) Pelaksanaan
1) Menghidupkan alat ke posisi ON
2) Tunggu proses alat sampai menampilkan pengaturan frekuensi dan
waktu
3) Masukan nilai waktu dengan menekan tombol menaikkan/
menurunkan nilai waktu yang di inginkan sesuai kebutuhan
4) Masukkan nilai frekuensi yang di inginkan dengan menekan tombol
menaikkan/menurunkan sesuai kebutuhan.
5) Gunakan gel untuk memaksimalkan frekuensi yang dihantarkan
6) Setelah di gunakan bersihkan probe dan alat
7) Matikan alat ke posisi OFF
5) Pemeliharaan Ultrasound Terapy
a) Bersihkan permukaan kabel dan seluruh bagian Ultrasound dari debu
dan kotoran.
b) Bersihkan probe dengan menggunakan kapas yang di basahi dengan
alcohol.
c) Cek fungsi Ultrasound.
d) Cek kebocoran pada bulb, manset dan selang. Lakukan penggantian
aksesoris jika ada kebocoran.
e) Pastikan alat harus tetap bersih dan mudah dibaca.
6) Kalibrasi Ultrasound
a) Persiapan Dokumen
1) Metode Kerja
2) Instruksi Kerja
3) Lembar Kerja
4) Label
b) Persiapan alat yang diuji/kalibrasi
1) Siapkan alat yang akan diuji/kalibrasi
2) Periksa kelengkapan aksesoris
c) Persiapan alat uji/kalibrasi, sesuaikan dengan referensi
1) Siapkan alat ukur Ultrasound Wattmeter
2) Siapkan alat ukur Digital Timer
3) Siapkan alat ukur keselamatan listrik
4) Siapkan Thermohygrometer
d) Pendataan administrasi alat yang diuji/kalibrasi di lembar kerja yang
minimal terdiri dari :
1) Catat identitas penguji
2) Catat nama alat
3) Catat merek
4) Catat model
5) Catat nomor seri
6) Catat ruangan
7) Catat tanggal pelaksanaan
8) Catat identitas fasyankes/pelanggan
e) Pengukuran kondisi lingkungan
1) Siapkan & hidupkan Thermohygrometer
2) Catat suhu & kelembaban kerja awal
3) Catat suhu & kelembaban kerja akhir
4) Catat tegangan jala – jala
5) Catat tekanan udara
f) Pemeriksaan fisik dan fungsi alat yang akan diuji/kalibrasi
1) Lakukan pengamatan fisik dan fungsi Ultrasound wattmeter,
badan dan permukaan alat, periksa bagian luar unit pastikan
bersih, terpasang dengan ketat satu dan lainnya tidak ada bekas
tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya.
2) Memastikan keamanannya. Goyang- goyangkan kotak kontak
(AC-Power). Gerak-gerakkan kotak kontak untuk memastikan
keamannnya. Goyang-goyangkan kotak kontak untuk memastikan
tidak ada baut atau mur yang longgar.
3) Kabel catu utama diperiksa apakah terlihat ada kerusakan atau
bagian isolasi yang terkelupas.
4) Sekring pengaman diperiksa di bagian luar rangkaian, apakah nilai
tahanan dan tipenya sesuai dengan spesifikasi yang tertulis pada
alat. Sekring pengaman harus berfungsi dengan baik.
5) Kabel tranduser, periksa kabel dan fungsi masing- masing kedua
ujungnya (kotak kontak) dan keregangannya secara menyeluruh.
Kemudian periksa dengan hati-hati apakah terdapat luka ataupun
sobek pada lapisan oisolasinya. Hal ini menghindari adanya
gangguan dan mencegah noise.
6) Tombol, saklar dan control, sebelum menggunakan/mengubah-
ubah tombol control, periksa posisinya, jika terlihat tidak berada
pada poisisinya periksa dengan menggunakan metode standar.
Bandingkan dengan posisi control, ingat pengturan tersebut dan
jangan lupa untuk mengembalikan pada setting awal jika sudah
selesai menggunakan
7) Tampilan dan indikator, selama pengecekan fungsi, pastikan
lampu indikator dan tampilan berfungsi seluruhnya, yakinkan
bahwa bagian tampilan digital berfungsi.
g) Pengujian Keselamatan Listrik
Mengacu pada Metode Kerja Pengujian Keselamatan Listrik
Nomor MK 001-18.
h) Kalibrasi
1) Kalibrasi Energi
a) Sebelum pengoperasian, terlebih dahulu on-kan pesawat
Ultrasound Wattmeter.
b) Setting energy 0,1 watt pada alat Ultrasound Terapy
c) Kemudian masukkan tranduser ke wadah Ultrasound
wattmeter yang telah berisi air sampai mengenai ujung
trandser.
d) Tekan tombol start untuk memberikan output energy ke
tranduser.
e) Catat data terukur pada display Ultrasound wattmeter.
f) Ulangi langkah b-e untuk setting energy yang lain antara 2- 10
watt.
g) Setelah selesai, kembalikan tombol intensitas energy ke posisi
nol.
2) Kalibrasi Waktu Terapy(Detik)
a) Pada saat melakukan pengukuran energy, lakukan pula
pengukuran waktu terapy.
b) Setting waktu terapy antara 3 s.d 15 menit sesuai dengan yang
dibutuhkan.
c) Pada saat tombol start ultrasound terapy ditekan, maka tombol
start pada timer untuk menghitung waktu terapy.
d) Tekan tombol stop pada timer begitu terdengar sinyal suara
yang mmengindikasikan waktu terapy telah habis.
e) Baca nilai yang tertera pada standard dan catat pada lembar
kerja sebanyak 5 (lima) kali pengambilan data.
f) Jika diperlukan ulangi langkah b-e untuk setting waktu yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai