2 Peralatan Diagnostik
Diagnosis adalah hasil dari evaluasi itu mencerminkan temuan. Evaluasi
disini berarti upaya yang dilakukan untuk mengatakan atau mengetahui
jenis penyakit yang di derita oleh seseorang atau masalah kesehatan yang
di alami oleh pasien. NST salah satu alat diagnostik, sebagai berikut
3.2.1 NST
NST atau juga disebut CTG ( Kardiotokografi ) merupakan salah
satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan
pemantauan kesejahteraan dan kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan
umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada
saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal
irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim
1. Frekuensi dasar DJJ
Frekuensi dasar DJJ adalah frekuensi rata-rata DJJ yang
terlihat selama periode 10 menit, tanpa disertai periode variabilitas
DJJ yang berlebihan (lebih dari 25 dpm), tidak terdapat perubahan
periodik atau episodik DJJ, dan tidak terdapat perubahan frekuensi
dasar yang lebih dari 25 denyut per menit (dpm). Dalam keadaan
normal, frekuensi dasar DJJ berkisar antara 120 – 160 dpm
(pendapat ini yang dianut di Indonesia). Frekuensi dasar DJJ yang
lebih dari 160 dpm disebut takhikardia; bila kurang dari 120 dpm
disebut bradikardia.
2. Variabilitas Djj
Variabilitas DJJ dapat dijabarkan sebagai tidak teraturnya irama
jantung normal yang terlihat pada rekaman DJJ. Fisiologi
terjadinya variabilitas DJJ masih mengandung perdebatan, diduga
akibat adanya keseimbangan interaksi sistem saraf simpatis
(kardioakselerator) dan parasimpatis (kardiodeselerator). Tetapi
ada bukti lain bahwa variabilitas DJJ terjadi akibat stimulus di
daerah korteks serebri yang merangsang pusat pengatur denyut
jantung di batang otak dengan perantaraan nervus vagus. Penilaian
variabilitas DJJ yang paling mudah adalah dengan mengukur
besarnya amplitudo dari variabilitas (long term variability).
Berdasarkan besarnya amplitudo tersebut, variabilitas DJJ dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Variabilitas normal: amplitudo berkisar antara 5 – 25 dpm.
b. Variabilitas berkurang: amplitudo 2 – 5 dpm.
c. Variabilitas menghilang: amplitudo kurang dari 2 dpm.
d. Variabilitas berlebih(saltatory): amplitudo lebih dari 25 dpm.
3.2.2 Pemeriksaan KTG
1. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2. Waktu pemeriksaan maksimal
selama 20 menit
3. Selama pemeriksaan, posisi ibu berbaring
nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi.
4. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan
dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
5. Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk
pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan :
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis,
tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine
Growth Retriction)
c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)
3.2.3 Syarat Pemeriksaan KTG
1) Janin hidup dengan usia kehamilan ≥ 28 minggu.
2) Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3) Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4) Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada
KTG terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
3.2.4Pemeriksaan Kardiotokografi
1) Hitung DJJ selama satu menit, bila ada his, dihitung sebelum dan
segera setelah kontraksi berakhir.
2) Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di
daerah punktum maksimum.
3) Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa
bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa
gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman CTG.
4) Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
5) Lama perekaman adalah 20 menit (tergantung keadaan janin dan
hasil yang ingin dicapai).
6) Lakukan pencetakkan hasil rekaman CTG.
7) Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah
sakit).
8) Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan
kembali alat pada tempatnya.
9) Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
10) Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung jawab atau
paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara
lengkap.
3.2.5 Fungsi Serta Penggunaan Alat
1. Fungsi
3.2.8. Prosedur Pemeliharaan Alat / Maintenance
1. Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan
juga tetap baik. Hidupkan peralatan CTG sesuai dengan tatacara
yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut.
Panduan pengoperasian peralatan CTG sebaiknya diletakkan di
dekat mesin CTG, hal ini sangat penting untuk mencegah
kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator CTG.
2. Perhatikan tegangan listrik pada RUANGAN CTG, karena
tegangan yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan
elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan
listrik.
3. Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan CTG, bersihkan
semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser
(penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan
memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman
yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari
setiap pabrik pembuat mesin CTG).
4. Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan
dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau
terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin CTG dengan plastik
penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin CTG dari
siraman air atau zat kimia lainnya.