Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA KEGIATAN

TERAPI BERMAIN ORIGAMI


DI RUANG ANAK
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 26 – 31 Agustus 2019

Oleh:

KELOMPOK A1:

Ahmad Farid, S.Kep NIM. 1830913310045


Asih, S.Kep NIM. 1830913320011
Ariany Dhesi P, S.Kep NIM. 1830913320005

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA KEGIATAN


TERAPI BERMAIN ORIGAMI
DI RUANG ANAK
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 26 – 31 Agustus 2019

Oleh:
KELOMPOK A1:

Ahmad Farid, S.Kep NIM. 1830913310045


Asih, S.Kep NIM. 1830913320011
Ariany Dhesi P, S.Kep NIM. 1830913320005

Banjarmasin, Agustus 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Windy Yuliana B,Ns,M.Biomed Monalisa, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2014 1 152
NIP. 19810421 200701 2 023
I. PENDAHULUAN
Anak yang masuk rumah sakit sering menimbulkan pengalaman traumatik pada
anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stres ini disebabkan
oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan,dengan orang tua, kehilangan kontrol
dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasive yang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti menolak makan,
menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-
hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak stress ketika menjalani hospitalisasi seperti faktor lingkungan
rumah sakit yang kurang familiar bagi mereka, faktor berpisah dengan orang-orang
yang berarti, faktor kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya ketika
akan menjalani hospitalisasi, faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian, faktor
pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku atau
interaksi dengan petugas rumah sakit terutama perawat.
Kecemasan yang terjadi pada anak dapat memperlambat proses penyembuhan,
menurunkan semangat untuk sembuh dan tidak kooperatif terhadap tindakan
perawatan yang diberikan. Hal tersebut menyebabkan waktu perawatan yang lebih
lama,bahkan akan mempercepat terjadinya komplikasi selama perawatan. Oleh
karena itu perlu adanya penatalaksanaan untuk mengurangi kecemasan pada anak
yang menjalani hospitalisasi. Penatalaksanaannya yaitu dengan relaksasi, terapi
musik, aktivitas fisik, terapi seni dan terapi bermain. Melalui bermain anak dapat
menunjukan apa yang dirasakannya selama hospitalisasi karena dengan melakukan
permainan anak dapat melupakan rasa sakitnya. Dengan bermain juga dapat
memperbaiki gangguan emosional anak serta dapat memperbaiki kondisi selama
dirawat di rumah sakit. Anak-anak membutuhkan bermain, dan bermain hendaknya
disesuaikan dengan usia dan tahapan perkembangan anak. Terapi bermain
berpengaruh terhadap penurunan kecemasan, kehilangan kontrol, dan ketakutan
pada anak yang dirawat di rumah sakit. Pemberian terapi bermain dapat
menurunkan kecemasan pada anak sehingga dapat meningkatkan sikap kooperatif
anak selama menjalani hospitalisasi. Dengan terapi bermain anak juga akan
memperoleh kegembiraan dan kesenangan sehingga membuat anak lebih
kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang akan diberikan selama anak
menjalani hospitalisasi.
Salah satu permainan yang dapat dilakukan anak adalah dengan bermain
origami bersama teman-temannya. Alasan memilih terapi bermain menyusun
origami adalah untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan
kemampuan berbahasa. Origami merupakan salah satu bentuk permainan yang
membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus
berkonstrasi ketika melipat-lipat kertas tersebut hingga menjadi sebuah bentuk
yang diinginkan. Sehingga origami merupakan jenis permainan yang memiliki
nilai-nilai edukatif. Origami merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi
sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak.
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam
sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain origami, disni anak selalu
dipacu untuk selalu terampil dalam melipat-lipat kertas yang telah disedikan.

II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak di ruang hemato dan onkologi
RSUD Ulin Banjarmasin selama 30 menit, diharapkan dapat menurunkan
kecemasan anak, anak merasa senang selama perawatan dirumah sakit dan
tidak takut lagi terhadap perawat dan segala tindakan yang diberikan, serta
dapat melanjutkan perkembangan anak sesuai dengan usianya.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
a. Anak merasa senang selama dirawat.
b. Kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
c. Anak tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.
d. Anak tidak takut lagi dengan segala tindakan yang diberikan.
e. Menstimulasi perkembangan aspek kognitf, afektif dan motorik halus
anak.
f. Sarana untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran anak.

III. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
2. Membantu untuk mengurangi stress terhadap perpisahan.
3. Memberi tempatdistraksi dan relaksasi
4. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.
5. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
6. Menganjurkan anak untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap
yang positif terhadap orang lain.
7. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
8. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

IV. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN


1. Jenis Program Bermain
a. Bermain origami
2. Pengertian Bermain Origami
Origami adalah seni melipat kertas yang menghasilkan semua bentuk yang
ada di alam berdasarkan imajinasi.
3. Tingkatan Origami
Origami mempunyai 3 tingkatan dilihat daribentuk lipatannya, yaitu dimulai
dari tingkatan dasar, menengah, dan lanjutan
a.Tingkatan Dasar (Basic)
Tingkatan dasar ditujukan untuk para pemula. Dalam tingkatan
dasar,bentuk lipatan masih sangat sederhana dan bentuk-bentuk dari
origami pun hanya sebatas bentuk awal untuk membentuk sesuatu,
conthnya bentuk burung, bentuk kapal.
b. Tingkat Menengah (Intermediate)
Pada tingkat menengah, anak-anak akan dilatih tentang keutamaan dalam
melipat. Dimana pada tingkat menengah ketelitian sudah mulai untuk
dipergunakan karena bentuk lipatan yang sederhana namun mulai lebih
kompleks lebih mendetail, contonya bentuk kupu-kupu.
c. Tingkat Lanjutan (Advanced)
Pada tingkat lanjutan, jenis lipatan menjadi sangat sulit karena bentuk-
bentuk yang dibuat pun tidak lagi mengacu pada bentuk-bentuk yang
biasa seperti kupu-kupu yang berada pada tingkat menengah, akan tetapi
bisa dalam bentuk robot, naga, ataupun bentuk yang lainsangat beragam
dan mempunyai tingkat kesulitan yang sangat tinggi.

4. Manfaat Origami
a. Meningkatkan kemampuan berpikir
Hal ini telah ditunjukkan dalam meningkatkan keterampilan visualisasi
spasial dengan menggunakan tangan sebagai alat belajar. Keterampilan
ini memungkinkan pasien untuk bisa paham mengenai dunia di sekitar.
b. Meningkatkan kreativitas
Pasien sudah mahir melipat berbagai macam model dan berbagai gagasan
baru akan muncul.
c. Mengikuti arahan
Dengan belajar origami, siswa akan mengikuti tahap demi tahap lipatan
dengan saksama.
d. Berpikir matematis dan perbandingan (proporsi)
Jenis lipatan origami biasanya berdasarkan teori matematis, Selain itu,
salah satu hal yang menjadi faktor keindahan pada model origami adalah
proporsi bentuknya. Setiap lipatan harus proposional. Dengan demikian,
aktivitas origami dapat membimbing siswa untuk megenal konsep
perbandingan bentuk dan juga berpikir matematis.

5. Prinsip Bermain di Rumah Sakit


a. Tidak banyak energy, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontraindikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

6. Hambatan yang mungkin muncul


a. Pasien tidak kooperatif atau antusias terhadap permainan
b. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu
yang bersamaan
c. Status kesehatan anak
d. Jenis Kelamin
e. Alat dan jenis permainan yang tidak cocok atau sesuai bagi anak
7. Antisipasi hambatan
a. Libatkan orangtua dalam proses terapi bermain
b. Jika anak tidak kooperatif ajak bermain secara perlahan-lahan
c. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
d. Kolaborasi jadwal pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya

8. Cara Bermain Origami


a. Sediakan kertas origami
b. Lipat kertas sesuai bentuk yang diinginkan

9. Bermain Origami pada Anak-anak


Masa kanak-kanak merupakan masa untuk bermain dan origami merupakan
salah satu sarana bermain edukatif yang mampu menumbuhkan motivasi,
kreativitas, keterampilan, dan ketekunan. Disamping itu,origami juga dapat
melatih motorik halus anak-anak pada masa perkembangannya. Dalam
pengenalan origami pada anak-anak, dibutuhkan hal-hal yang menarik yaitu
model origami yang dapat dibuat ke hampir semua model dalam kehidupan
sehari-hari seperti alat-alat transportasi, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan
lain-lain. Dari hasil lipatan kertas itu dapat membuat anak-anak berimajinasi
untuk berkreasi membuat origami. Hasil karya origami dapat dijadikan
sebagai barang-barang mainan yang murah tanpa harus membeli mainan yang
harganya mahal, karena bahan dasarnya kertas yang mudah didapat.

10. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


a. Hari/tanggal : , Agustus 2019
b. Waktu : 10.00 – 10.30 WITA
c. Tempat : Ruang Bermain Ruang Anak RSUD Ulin Banjarmasin
11. Alat yang Digunakan
Menggunakan kertas
12. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
a. Leader : Ahmad Farid, S.Kep
b. Co Leader : Ariany Dhesi Pusptasari, S.Kep
c. Fasilitator : Asih, S.Kep
d. Observer : Asih, S.Kep
Uraian Tugas
a. Leader
1) Menjelaskan tujuan bermain.
2) Mengarahkan proses kegiatan pada anak.
3) Menjelaskan aturan bermain pada anak.
4) Mengevaluasi perasaan anak setelah bermain.
b. Co. Leader
1) Membantu leader dalam mengevaluasi anak.
c. Fasilitator
1) Menyiapkan alat-alat permainan.
2) Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang
dijelaskan.
3) Mempertahankan kehadiran anak.
4) Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam.
d. Observer
1) Mencatat dan mengamati respon anak selama terapi bermain baik verbal
maupun nonverbal.
2) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku anak
selama terapi bermain.
Mencatat dan mengamati anak aktif dari program terapi bermain
Terapis Waktu Subjek Terapi
Persiapan (Pra Interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat
Persiapan Pasien permainan, anak, dan
a. Anak dan orang tua diberitahu keluarga sudah siap.
tujuan bermain.
b. Melakukan kontrak waktu dan
tempat pelaksanaan.
c. Mengecek kesiapan dan kondisi
anak untuk bermain (anak tidak
mengantuk, anak tidak rewel,
kondisi anak memungkinkan untuk
diajak bermain, keadaan umum
anak membaik).
d. Bermain dapat dilakukan di ruang
bermain anak ruang tulip II A.
Persiapan Peralatan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan seperti kertas
b. Mencek kembali kelengkapan
peralatan yang akan dipergunakan.
Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga
a. Mengucapkan salam. menjawab salam, anak
b. Memperkenalkan diri. dan keluarga
c. Memanggil anak dengan nama memperhatikan terapis.
panggilan yang dia senangi.
d. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan
terapi bermain dengan bercerita
pada orang tua/anak.
e. Memberi kesempatan pada anak
dan orang tua untuk bertanya jika
ada hal yang belum jelas.
f. Menanyakan kesiapan anak
sebelum kegiatan dilakukan.
g. Meminta persetujuan (informed
consent) orang tua responden.
Tahap Kerja 25 menit Anak dan keluarga
a. Memberi petunjuk pada anak memperhatikan penjelasan
tentang prosedur bermain. terapis, anak melakukan
b. Memotivasi keterlibatan anak dan kegiatan yang diberikan
orang tua. oleh terapis, anak dan
c. Mempersilahkan anak untuk keluarga memberikan
memilih tempat duduk yang respon yang baik.
disenangi.
d. Anak mulai bermain peran dengan
teman-temann
Memberi pujian ketika anak
berhasil melakukan dengan baik.
Memberikan reward kepada anak.
Mengakhiri permainan.
Terminasi 5 menit Anak dan keluarga tampak
a. Menanyakan perasaan anak setelah senang, menjawab salam
bermain
b. Menanyakan perasaan dan
pendapat orang tua tentang
bermain origami
c. Berpamitan dengan anak dan orang
tua.
d. Membereskan peralatan.
e. Mengembalikan alat ke tempat
semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat respon anak dan orang
tua.

13. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kegiatan terapi bermain dilakukan mulai pukul 10.00 WITA.
2) Anak-anak sebagai peserta terapi bermain berjumlah 1 orang anak
dengan usia berkisar 3 sampai 11 tahun.
3) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup yaitu di ruang
bermain anak dan memungkinkan anak untuk berkonsentrasi terhadap
kegiatan.
4) Anak sepakat untuk mengikuti kegiatan, anak mengambil media
origami
5) Alat yang digunakan dalam kondisi baik dan sebagian anak membawa
sebagai koleksi mainan dikamar.
6) Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana
mestinya.
b. Evaluasi Proses
1) Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
2) Leader mampu memimpin acara.
3) Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4) Fasilitator mampu memotivasi anak dalam kegiatan.
5) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
6) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada leader
yang berfungsi sebagai evaluator anak
7) Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Aspek kognitif
Anak mampu mengikuti kegiatan bemain dengan memainkan
origami dalam terapi bermain yang dilakukan selama 30 menit.
Hasilnya dapat diukur melalui: pengamatan langsung dan penilaian
tingkah laku anak selama proses bermain. Anak mampu mengikuti
proses bermain dari awal hingga akhir.
2) Aspek afektif
a. Anak menyatakan rasa senangnya selama dan setelah bermain.
b. Anak-anak tertawa dan gembira selama kegiatan berlangsung.
c. Anak-anak mampu mengikuti aturan permainan yang dimainkan.
3) Aspek motorik halus
Anak aktif selama kegiatan dan melipat origami. Hasil dapat di ukur
melalui: anak mampu membuat origami
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika

Hale, M.A, Tjahjono. 2014. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Anak
Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Mirah Delima Rumah Sakit William
Booth Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth.

Medika.Suherman. 2010. Permainan Cerdas untuk Anak usia 2-6 tahun. Bandung:
Alfa Beta.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Utami, Yuli. 2014. Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal
Ilmiah WIDYA. Vol. 2, No. 2, Mei-Juli.

Anda mungkin juga menyukai