RSUD CIBINONG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT 2016 – 2019
TUBERKULOSIS ICD 10 : A15.0
1. Pengertian (Definisi) Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 2. Anamnesis 1. Nafsu makan kurang 2. Berat badan sulit naik, menetap, atau malah turun 3. Demam subfebris berkepanjangan 4. Pembesaran kelenjar superfisial di daerah leher, aksila, inguinal, atau tempat lain 5. Batuk kronik lebih dari 3 minggu 6. Nyeri dada 3. Pemeriksaan Fisik 1. Antropometri: gizi kurang dengan grafik berat badan dan tinggi badan pada posisi didaerah bawah atau di bawah P5. 2. Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian pasien. 3. Pembesaran kelenjar getah bening 4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai kriteria anamnesis 2. Sesuai kriteria pemeriksaan fisik 5. Diagnosis Kerja Tuberkulosis 6. Diagnosis Banding Bronkopneumonia, Pneumonia 7. Pemeriksaan Penunjang 1. Uji tuberculin/ Mantoux test 2. Foto toraks AP/Lat kanan 3. Pemeriksaan Sputum BTA 4. Darah Lengkap 8. Terapi 1. Obat Batuk : Ambroxol 1,2-1,5 mg/kgBB/hari dibagi dlm 3 hari 2. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu:
a. Fase intensif: 3-5 OAT selama 2 bulan awal b. Fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (INH-rifampisin) hingga 6-12 bulan. Pada anak, obat TB diberikan secara harian (daily) baik pada fase intensif maupun fase lanjutan. - TB paru: INH, rifampisin, dan pirazinamid selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan INH dan rifampisin hingga genap 6 bulan terapi (2HRZ – 4HR). - TB paru berat (milier, destroyed lung) dan TB ekstra paru: 4-5 OAT selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan dengan INH dan rifampisin hingga genap 9-12 bulan terapi. - TB kelenjar superfisial: terapinya sama denganTB paru. - TB milier dan efusi pleura TB diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, kemudian dosis diturunkan bertahap (tappering off) selama 2 minggu, sehingga total waktu pemberian 1 bulan.
Kelompok risiko tinggi memerlukan medikamentosa
profilaksis. a. Profilaksis primer untuk mencegah tertular/infeksi pada kelompok yang mengalami kontak erat dengan pasien TB dewasa dengan uji BTA positif. b. Profilaksis sekunder untuk mencegah terjadinya sakit TB pada kelompok yang telah terinfeksi TB tapi belum sakit TB. Konsep dasar profilaksis primer dan sekunder berbeda, namun obat dan dosis yang digunakan sama yaitu INH 5-10 mg/kgBB/hari. Profilaksis primer diberikan selama kontak masih ada, minimal selama 3 bulan. Pada akhir 3 bulan dilakukan uji tuberculin ulang. Jika hasilnya negatif, dan kontak tidak ada, profilaksis dihentikan. Jika terjadi konversi tuberkulin menjadi positif, dievaluasi apakah hanya terinfeksi atau sudah sakit TB. Jika hanya infeksi profilaksis primer dilanjutkan sebagai profilaksis sekunder. Profilaksis sekunder diberikan selama 6-12 bulan yang merupakan waktu risiko tertinggi terjadinya sakit TB pada pasien yang baru terinfeksi TB. 9. Edukasi 1. Asupan gizi yang adekuat, diet tinggi kalori tinggi protein (Hospital Health 2. Pengobatan TB berlangsung lama, minimal 6 bulan, tidak Promotion) boleh terputus, dan harus kontrol teratur tiap bulan. 3. Obat rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata, keringat, ludah) berwarna merah. 4. Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan/ minum susu, atau 2 jam setelah makan. Khusus untuk rifampisin harus diminum dalam keadaan perut kosong. 5. Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual, dan muntah, segera periksa ke dokter walau belum waktunya. 1. Ad vitam : bonam 10. Prognosis 2. Ad sanationam : bonam 3. Ad fungsionam : bonam 11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
Dokter Spesialis Anak : 1. dr. Tin Suhartini. Sp.A 13. Penelaah Kritis 2. dr. Avalany Kawilarang, Sp.A 3. dr. Rita J., Sp.A 14. Indikator Medis Perawatan pasien tuberkulosis sampai dengan sembuh selama 5 hari. Target : 90% Pasien tuberkulosis sampai dengan sembuh selama 5 hari. 15. Kepustakaan Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jilid II, 2011
Mengetahui, KETUA KOMITE MEDIK KEPALA KSM PENYAKIT ANAK
dr. I Wayan Wisnu Brata, Sp.B dr. Tin Suhartini, Sp.A