1
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1226/MENKES/SK/XII/2009 tentang Pedoman Penatalak sanaan
Pelayanan Terpadu Korban Kekerasn Terhadap Perempuan dan Anak
di Rumah Sakit;
17. Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat No: 37 Tahun 2011
tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada RSUD Provinsi NTB;
18. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 12 Tahun
2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda
dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat;
19. Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daearah Provinsi Nusa
Tenggara Barat;
Memutuskan
Menetapkan
Kesatu : Keputusan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Pasien di RSUD
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kedua : Kebijakan pelayanan Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit
dilaksanakan oleh Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit.
Keempat : Isi dari dictum kesatu sampai dengan keempat terlampir dalam lampiran
keputusan ini.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata diperlukan perbaikan maka akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Mataram
Pada tanggal : 27 Februari 2018
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa TenggaraBarat
2
Nomor :
DI RUMAH SAKIT
3
Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan di verifikasi oleh DPJP
dengan mencatat kemajuannya.
Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam
medis pasien oleh pemberi pelayanan.
5. Mereka yang diijinkan memberikan perintah/order menuliskan perintah ini
dalam rekam medis pasien di lokasi yang seragam
Perintah harus tertulis bila diperlukan dan mengikuti pedoman rekam medis
rumah sakit.
Permintaan pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis harus
disertai indikasi klinis/rasional apabila memerlukan ekspertise.
Hanya mereka yang diijinkan boleh menuliskan perintah, sesuai dengan
pedoman rekam medis rumah sakit.
Perintah berada di lokasi tertentu yang seragam di rekam medis pasien.
6. Asuhan pasien tentang tindakan / prosedur invasif dan non invasif.
7. Pasien dan keluarga diberi tahu tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk
kejadian yang tidak diharapkan.
8. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyedian pelayanan risiko tinggi pimpinan
bertanggung jawab untuk :
a. Kasus emergency
Identifikasi pasien kasus emergensi atau berisiko tinggi terjadinya kasus
emergensi dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
Tenaga medis yang bertugas ditempat dengan risiko terjadinya kasus
emergensi tinggi agar dilakukan pelatihan.
b. Pemberian pelayanan resusitasi
Resusitasi dapat dilakukan seluruh unit rumah sakit.
Karyawan yang bertugas di semua unit rumah sakit agar dilatih untuk
dapat melakukan resusitasi dasar.
Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama “Blue
Team” dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi yang diperlukan.
c. Asuhan pasien dengan pemberian darah dan produk darah
d. Asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau yang koma
Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar atau
yang koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
Bila rumah sakit tidak mampu melakukan asuhan pasien agar
diberitahukan kepada keluarga pasien dan dirujuk ketempat yang mampu
melakukan asuhan pasien tersebut.
e. Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya
diturunkan
( immuno-suppressed ).
4
Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan risiko penularan akibat dari
penyakit atau akibat obat-obatan yang diberikan.
Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien
tersebut agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk dirujuk
ketempat dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan.
f. Asuhan pasien hemodialisa (cuci darah)
Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa mendapat pelayanan yang
sesuai dengan Panduan Pelayanan Hemodialisa di rumah sakit.
Setiap unit dan petugas yang terkait dengan pelayanan hemodialisa harus
sesuai dengan Panduan Pelayanan Hemodialisa di rumah sakit.
g. Mengarahkan penggunaan alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang
diberi penghalang.
Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien yang tidak
mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan geriatric, pasien
gelisah dan kesadaran menurun.
Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien
h. Asuhan pasien usia lanjut, mereka yang cacat, anak-anak dan populasi yang
berisiko disiksa.
Identifikasi pasien dengan risiko disiksa, seperti pasien lanjut usia, cacat
tubuh, cacat mental dan anak-anak.
Pelayanan pasien usia lanjut mengakibatkan multidisiplin ilmu dan
tersedia dalam suatu tim asuhan.
i. Pemberian pelayanan khemoterapi dan radiotherapy
9. Pelayanan Instalasi
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium dan
Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan rawat jalan sesuai dengan
jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja
dan dilanjutkan dengan sistem on call.
b. Rehabilitasi Medik
- Pelayanan Rehabilitasi Medik melibatkan beberapa tenaga kesehatan dan
tenaga terkait sesuai kebutuhan seperti Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Medik, Fisioterapis, Terapis Wicara, Terapis Okupasi, Psikolog,
Perawat Rehabilitasi dan Teknis Ortotis Prostetik.
- Setiap pasien baru di Poliklinik Rehabilitasi Medik harus melalui pemeriksaan
awal oleh dokter Sp.KFr, sedangkan pasien lama menjalani evaluasi sesuai
dengan yang ditentukan oleh dokter.
- Semua tindakan dari masing-masing bagian di instalasi keterapian fisik dan
rehabilitasi medis harus berdasarkan SPO yang ditentukan.
c. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
5
d. Seluruh staf rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur apersional yang berlaku, serta sesuai
dengan etika profesi, etika rumah sakit.
e. Seluruh staf rumah sakit dalam melaksanakan pekerjaannnya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit (K3), termasuk
dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
10. Manajemen nutrisi
a. Pasien di skrining untuk status gizi.
1) Nutrisionis melakukan asesmen ulang hanya apabila terjadi perubahan status
gizi pasien yang signifikan
2) Asesmen ulang pasien kronis dilakukan setiap 3 bulan
3) Asesmen ulang pasien akut dilakukan setiap 1 bulan
b. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan.
d. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
e. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.
f. Pengisian pada form rekam medis (RM) catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT) yang dilakukan oleh ahli gizi rawat inap yaitu :
Pada pasien baru yang telah dilakukan skrining awal oleh perawat.
Pada pasien yang mendapatkan asuhan gizi dengan hasil skor skrining gizi
≥ 2.
Pada pasien yang mengalami perubahan diagnosis gizi selama perawatan.
Bila pasien tidak memerlukan intervensi gizi khusus maka tidak
diperlukan catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) berdasarkan
Assesmen, Diagnosis Gizi, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi (ADIME),
hanya ditulis bahwa pasien tidak ada indikasi pemberian diit khusus.
Ahli gizi akan membuat catatan persetujuan tentang permintaan makanan
khusus dicatatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), apabila ada
pasien meminta/membawa makanan khusus dari luar rumah sakit yang
sesuai dengan jenis diet dan porsi diet pasien.
11. Manajemen nyeri
a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
b. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
c. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
d. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri
dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-masin.
12. Pelayanan pasien tahap terminal
a. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan
kasih sayang pada akhir kehidupannya.
6
b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
c. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya yaitu
meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri,
respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan budaya pasien
dan keluarganya serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
13. Skrining dan Triase
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat
dilayani oleh rumah sakit.
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
c. Kebutuhan darurat, mendesak atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
14. Penahanan Pasien untuk Observasi
15. Penanganan Pasien Bila Tidak Tersedia Tempat Tidur Pada Unit Yang Dituju
16. Penundaan pelayanan atau Pengobatan
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan
untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.
c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi
tentang alternatife yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka.
17. Mengidentifikasi Hambatan dalam Populasi Pasien
a. Pimpinan dan staf rumah sakit mengidentifikasi hambatan yang ada pada pasien.
b. Rumah sakit memiliki prosedur dan implementasi mengatasi atau membatasi
hambatan saat pasien mencari pelayanan.
c. Rumah sakit memiliki prosedur dan implementasi mengurangi dampak dari
hambatan dalam memberikan pelayanan.
18. Transfer/perpindahan di dalam rumah sakit
a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.
c. Rumah sakit melaksanakan proses untuk memberikan pelayanan asuhan pasien
yang berkelanjutan di dalam rumah sakit dan koordinasi antar para tenaga medis.
d. Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas pelayanan yang
diperlukan pasien sedini mungkin.
19. Transfer keluar rumah sakit/rujukan
a. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik/terapi/spesimen yang
tidak tersedia di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain,
7
termasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang
diindikasikan karena penyakitnya atau dikarenakan ruang perawatan penuh.
b. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta
perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
c. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima.
d. Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis.
e. Merujuk pasien adalah mengirim pasien yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan, atau fasilitas khusus yanh tidak tersedia di RSUD Provinsi NTB ke
Rumah Sakit lain.
f. Setiap pasien yang akan dirujuk harus dalam kondisi stabil. Kriteria stabil disini
adalah:
1. Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas
2. Oksigenasi adekuat
3. Tidak kejang
4. Imobilasi fraktur (bila ada)
g. Sebelum merujuk pasien, petugas yang berwenang wajib menghubungi RS tujuan
terlebih dahulu.
h. Dokter yang sedang bertugas wajib mengisi lembar rujukan.
i. Pasien dirujuk dengan menggunakan ambulans dari RSUD Provinsi NTB lengkap
dengan alat-alat penunjang kehidupan yang dibutuhkan ataupun menggunakan
kendaraan sendiri.
j. Pasien gawat darurat dirujuk dengan pendampingan dari perawat IGD agar dapat
memberikan pertolongan Bantuan Hidup Dasar jika diperlukan.
k. Pasien yang tidak gawat darurat dapat dirujuk dengan menggunakan kendaraan
sendiri/ambulans tanpa pendamping.
l. Bila pasien dirujuk keluar kota, maka pendamping (dokter/perawat) harus
mendapat surat tugas dari pimpinan rumah sakit dan setelah selesai wajib
memberi laporan.
10
seperti CT Scan dan penggunaan contras maka asesmen awal diselesaikan
maksimal dalam jangka waktu 24 jam.
3) Untuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium penyelesaian
asesmen awal tergantung dari pemeriksaaan laboratorium dapat
diselesaikan :
a) Pemeriksaaan laboratoriun yang bias selesai kurang dari 1 jam
maka maksimal 2 jam asesmen awal harus diselesaikan
b) Pemeriksaan laboratorium yang jadi dalam kerangka waktu 1-2 jam
maka asesmen awal harus diselesaikan dalam jangka waktu 3 jam.
c) Untuk pemeriksaan laboratorium cyto seperti AGD dan Kimia
Darah maka asesmen awal diselesaikan maksimal dalam jangka
waktu 1 jam.
d) Untuk pasien yang membutuhkan pemeriksaan kultur dan
sensitivity test dan mantuk assesmen awal baru dapat diselesaikan
dalam jangka waktu 3 hari.
e) Untuk pasien dengan pemeriksaan patologi anatomi penyelesaian
asesmen awal tergantung specimen yang diperiksa
Untuk pemeriksaan FNAB membutuhkan waktu 1 hari
Untuk pemeriksaan IHC membutuhkan waktu 1 bulan
Untuk pemeriksaan PA yang lain rata-rata membutuhkan
waktu 1 minggu.
4) Setiap pasien yang masuk ke rawat inap melalui loket pendaftaran di
Instalasi Rawat Jalan dan One Table Station (OTS) di Instalsi Gawat
Darurat dengan melihat data ketersediaan tempat tidur di Bad Manjemen
Sistem ( BMS ), sesuai dengan SPO pendaftaran rawat inap.
5) Pasien Pelayanan Hemodialisa
a) Asesmen awal sama dengan pasien rawat jalan pada umumnya
b) Pasien HD dengan fase akut akan dilakukan reasesmen setiap 1 bulan
c) Pasien HD dalam fasekronis dilakukan reasesmen setian 3 bulan
kecuali ada perubahan kondisi yang signifikan maka dilakukan
reasesmen kembali.
b. Rawat Inap
1) Asesmen awal medis dan keperawatan harus dilengkapi dalam 24 jam
setelah pasien masuk rawat inap atau lebih cepat tergantung kondisi pasien
dan tempat pelayanan
2) Bila asesmen sebagian atau seluruhnya dilakukan diluar rumah sakit maka
harus dinilai ulang dan verifikasi pada saat pasien sebagai pasien rawat
inap.
11
3) Untuk asesmen medis yang sudah lebih dari 30 hari harus dilakukan
asesmen ulang.
4) Nutrisionis melakukan asesmen ulang tidak setiap hari tetapi dilakukan
bila ada perubahan status gizi pasien yang signifikan
a) Untuk kasus gizi kronis dilakukan setiap 3 bulan
b) Untuk kasus gizi akut dilakukan setiap 1 bulan
12
2) Apabila keluahan nyeri semakin berat perawat jaga melaporkan
kepada DPJP untuk menyesuaikan terapi yang diberikan kepada
pasien, apa bila setelah dilakukan monitoring dan pemberian 2 kali
terapi nyeri tidak berkurang maka DPJP akan melaporkan kasus
tersebut kepada tim nyeri. Maka asesmen yang dilakukan adalah
asesmen monitoring nyeri setiap 30 menit.
6. Semua temuan-temuan pada asesmen yang didokumentasikan dalam berkas rekam
medis siap tersedia/mudah diakses oleh penanggung jawab asuhan pasien dilokasi
yang sudah ditentukan (CPPT) yang dilakukan setiap pergantian shif perawat
7. Asesmen awal pasien sudah ditentukan rencana perawatan lanjutan dan
identifikasi rencana pemulangannya (discharge) termasuk rencana pemulangan
kritis dalam 24 jam setelah pasien MRS.
8. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi
dan pengobatannya untuk :
a. Menetapkan respon terhadap pengobatannya yang mengacu pada fornas
b. Merencanakan pengobatan dan rencana pemulangan yang dokumentasikan
dalam berkas rekam medis
9. Dokter melakukan asesmen ulang sekurang-kurangnya setiap hari termasuk akhir
minggu dalam fase akut, apabila pasien tidak dalam kondisi akut dan terjadi
perubahan kondisi yang signifikan, maka perawat jaga menghubungi DPJP secara
SBAR dengan TBaK.
10. Staf yang kompeten yang melakukan asesmen :
a. Mereka yang diijinkan dengan lisensi/sertifikasi
b. Asesmen IGD merupakan petugas yang kompeten
c. Asesmen keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap
atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit
d. Berkompetensi melakukan asesmen awal dan asesmen ulang dan tanggung
jawabnya
11. Staf medis keperawatan dan staf lain yang bertanggung jawab atas pelayanan
pasien bekerjasama dalam menganalisis dan mengintegrasikan atas asesmen
pasien termasuk dalam penyusunan dalam prioritas kebutuhan pasien.
12. Pasien dan keluarga diberikan informasi tentang :
a. Hasil asesmen
b. Rencana pelayanan dan pengobatan
c. Diikutsertakan dalam keputusan tentang prioritas kebutuhan pelayanan
13
pasien yang memungkinkan untuk mengikuti acara tersebut dengan batas waktu yang
ditetapkan oleh dokter DPJP.
Ditetapkan di : Mataram
Pada tanggal : 27 Februari 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT,
14