Anda di halaman 1dari 7

1. IV.9.

Bijih Nikel Laterit


Mengacu pada Butt (2013), terdapat tiga jenis bijih umum pada endapan nikel laterit yang
didasari oleh mineral dominan yang menjadi host Ni, yaitu: oksida, silikat Mg hidro dan lempung
silikat (Gambar 2, Tabel 1). Subdivisi ini memiliki implikasi penting untuk pemrosesan dan apakah
deposit dapat menyediakan bijih yang layak secara ekonomi.
a. Endapan Oksida
Endapan oksida (bijih limonitik) didominasi oleh Fe hidroksida, terutama goetit, pada
pertengahan hingga saprolit atas dan meluas ke atas ke zona plasmik (Gambar 2A, 2B, 3).
Nikel di-host terutama di goethite, dengan substitusi untuk Fe dan / atau dengan adsorpsi.
Banyak endapan oksida mengandung silika sekunder berlimpah, terutama kalsedon dan kuarsa
(Cawse dan Ravensthorpe, Australia; Onça dan Puma, Brasil), menghasilkan pengenceran
sejumlah besar Ni. Silisifikasi semacam itu adalah produk pelapukan khas batuan ultramafik,
terutama dunit dan dunit terserpentinisasi, di mana kandungan Al rendah telah membatasi
pembentukan lempung.
b. Endapan Hydrous Mg Silikat
Endapan Hydrous Mg Silikat terbentuk di saprolit bagian tengah hingga bawah,
dengan Ni terkonsentrasi dalam varietas nikel dari serpentin, talc, klorit sepiolit, dan garnierit"
(Gambar 2C, 4). Pada garnierite ini kandungan Ni terbesar (secara lokal 2% hingga lebih dari
5% Ni). Umumnya, mayoritas Ni laterit berasal dari tipe ini (sekitar 32% dari total sumber
daya nikel laterit, dengan nilai rata-rata 1,44 wt%. Sebagian besar endapan hydrous Mg
Silicate berasal dari serpentinit, peridotit harzburgit stererpentinisasi, dan opiolitik.
c. Endapan Lempung Silikat
Endapan lempung silikat baru-baru ini diakui dan dieksploitasi sebagai jenis bijih,
meskipun keberadaan lempung Ni-bantalan tebal di regolith dikembangkan batuan dasar
peridotitic serpentinized telah lama dikenal. Mineral bijih utama adalah Saponit dan smektit
kaya Ni pada saprolit menengah ke atas dan pedolit (Gbr. 2D, 5). Endapan ini umumnya
memiliki nilai 1,0-1,5% berat Ni dan mewakili sekitar 8% dari total sumber daya laterit Ni.
Gambar 8. Profil laterit yang dikembangkan dari batuan ultramafik terserpentinisasi. (A) oxida; (B) sebagian oxida;
(C) hydrous Mg Silikat; (D) lempung silikat (Butt, 2013).

Tabel 4. Bijih mineral pada endapan nikel laterit (Butt, 2013)

 Persentase penyebaran fragmen batuannya tidak merata, tergantung dari topografi. Umumnya
fragmen dijumpai banyak yang berukuran besar pada topografi yang terjal, ini disebabkan karena
penyerapan air hujan. Pada slope curam air hujan akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
sehingga proses pelapukan yang terjadi semakin kecil pula. Pada topografi yang sedang atau landai
fragmen batuan yang dijumpai berukuran lebih kecil, karena pengaruh penyerapan air hujan ke
batuan yang semakin banyak, sehingga erosi dan pelapukan fisik pun lebih besar.

Dalam Waheed (2008), perubahan mineral serpentin berdasarkan suhunya diuraikan sebagai berikut:
 Pada suhu 200 oC - 500oC Forsterit terserpentinisasi menjadi Serpentin (pada suhu kurang dari 200 oC serpentin
TIDAK terbentuk)

 Pada suhu 500oC – 625oC Serpentin terubah menjadi Talc.


3MgO.2SiO2.2H2O 3MgO.4SiO2.2H2O + 3H20 + 3MgO
[Serpentin] [Talc]
 Pada suhu 625oC – 800oC awalnya Serpentin berubah menjadi Enstatite kemudian Talc.
3(MgO.2SiO2.2H2O) 4(MgO.SiO2) + 4H2O + 2MgO [Enstatite]
3MgO.4SiO2.H2O + 3H2O +3MgO [Talc]
 o
Pada suhu lebih dari 800 C Serpentin terubah menjadi Enstatite
3MgO.2SiO2.2H2O 2(MgO.SiO2) + 2 H2O +MgO
[Serpentin] [Enstatite]

Dua zona umumnya dikenali sehubungan dengan posisi muka air:


1. Zona Vadose, terletak di antara permukaan tanah dan muka air. Zona ini dibasahi oleh vadose atau air meteor
yang berasal dari atas.
2. Zona freatik, berbaring di bawah permukaan air. Zona ini dibasahi oleh air tanah yang ditahan di ruang pori-pori
batu.
Cambell (1917) mendefinisikan tiga zona dalam hal akses oksigen dan ketersediaan air tanah:
1. Zona atas non-saturasi
2. Zona tengah saturasi terputus-putus
3. Turunkan zona saturasi permanen
Zona non-saturasi terletak di atas jangkauan muka air dan air yang dapat naik melalui aksi kapiler. Zona saturasi
terputus-putus terletak dari titik tertinggi di mana air kapiler dapat naik ke titik terendah di mana oksigen atmosfer
dapat mencapai (atau muka air dapat turun). Zona saturasi permanen terletak di bawah jangkauan penetrasi atmosfer.
A. Atmospheric factors (climate)
• Temperature
• Rainfall
• Seasonality
B. Biospheric factors
• Organic material / vegetation
C. Hydrospheric factors
Faktor hidrosferik mencakup jumlah curah hujan yang benar-benar diserap oleh batuan, tingkat permukaan air
(water table), dan fluktuasi permukaan air.
• Water availability
• Water absorption vs. run-off
Adsorbsi dipengarui oleh topografi, porositas dan permeabilitas batuan yg mana menyebabkan perbedaan profil
laterit
• Water table
posisi dan ketinggian muka air mengontrol laju di mana proses lateralisasi berlangsung dan sejauh mana pengayaan
supergen terjadi. Permukaan air yang tinggi menyebabkan pori terisi dengan air dan tidak memungkinkan oksigen
mencapai permukaan kristal baru. Ini juga melemahkan pengaruh air asam yang meresap dari atas. Efek dari muka
air tinggi adalah untuk mengurangi zona oksidasi dalam massa batuan. Permukaan air yang rendah memungkinkan
kelebihan oksigen yang lebih besar dan menciptakan zona oksidasi yang diperluas. Ini juga menciptakan zona
pelindian yang lebih tebal sebelum unsur-unsur supergen akhirnya diendapkan di bawah.
D. Lithologic factors
• Parent rock composition
unserpentinizd Bedrocks lebih rentan terhadap pelapukan kimia dibandingkanserpentinized bedrocks . Pelletier
(1996) mencatat bahwa saprolit yang berasal dari peridotit yang tidak tersrpentinisasi di Kaledonia Baru lebih
bersifat limonitik. Dengan serpentinisasi sedang, olivin biasanya digantikan oleh smektit.
Serpentinisasi meningkatkan porositas batuan
Kalo unserpentinized batuannya keras banyak boulder
• Mineral stabilities
Olivine dgn unsur Fe mempercepat proses pelapukan krn Fe++ tidak stabil
• Grain size
batuan beku berbutir kasar lebih rentan terhadap pelapukan kimia dari pada batuan berbutir halus.
• Porosity
• Fractures and joints
• Topography
E. Combination factors
• Acidity/basicity (pH)

• Redox potential (Eh)


• Rate of removal of solids

Because of its lower solubility than magnesia, silica may often be precipitated in
the saprolitic zone of the laterite profile where magnesia is actively going into solution. In such cases, silica will
frequently form veins, fissure-fillings, and joint
coatings. Some of these inter-connected joint fillings and veins survive well into
the limonitisation stage of the saprolite and result in the formation of silica boxwork.

Secara umum, silika dikaitkan dengan profil laterit dalam dua perbedaancara:
• Sebagai silika masif, membentuk tutup silika tebal atau silcrete, dan
• berstruktur boxwork, lembaran silika, dan melensa pada zona saprolit, limonit, dan transisi.
Silika boxwork di limoniteis sebenarnya diwarisi oleh zona ini saat proses laterisasi matang. Akumulasi silika asli
terjadi di zona saprolit atau zona saprolit keras di mana ruang bebas yang berlimpah tersedia baik di sepanjang celah
kekar dan rekahan alami atau melalui pelindian luas di sepanjang permukaan ini. Ketika saprolit di sekitarnya
menjadi limonit (setelah pelindian dan keruntuhan lebih lanjut), endapan silika asli di zona ini diwarisi oleh limonit.
Jika vein silika di dalam boxwork tebal, box-work dapat mempertahankan bentuk dan geometri aslinya. Jika dinding
silika terlalu halus, boxwork akan menderita dan menunjukkan konsekuensi keruntuhan.

V.2.2. Satuan Dunit


V.2.1.1. Dasar Penamaan
Dasar penamaan Satuan Dunit adalah dominasi litologi di daerah tersebut berupa Dunit. Penamaan batuan
peridotit ini didasarkan atas klasifikasi Williams (1954).
V.2.1.2. Distribusi
Satuan litodem ini terdistribusi di pada dinding pit “X” secara setempat. Satuan ini menempati 3 % luasan
peta.
V.2.1.3. Deskripsi Satuan Batuan
Satuan ini merupakan bagian dari kompleks ultramafik Sulawesi Timur. Di lapangan umumnya singkapan
ini ditemukan pada dinding PIT “X”. Memiliki soil berwarna coklat. Deskripsi di lapangan berwarna abu - abu
kehijauan, derajat kristalisasi holokristalin, derajat granularitas fanerik halus - fanerik sedang (1 - 30 mmm), kemas
euhedral – subhedral, relasi equigranular (panidiomorfik), komposisi mineral utama olivine (90%), piroksen (4%)
mineral sekunder serpentin (6%), mineral accessory - , struktur massive (intensitas fracture kuat, vein terisi silika,
garnierit, dan krisopras), kekerasan hard.
V.2.1.4. Hubungan Dengan Satuan Lain
Hubungan Dunit dan serpentinit adalah x
V.2.1.5. Umur Satuan Batuan
Menurut Bergman, dkk (1996) dalam Kadarusman, dkk (2004) komplek ESO (East Sulawesi Ophiolit) yang
berada di Area Lamasi, batuan tertuanya berumur Kapur Awal. Waktu ini tentu berhubungan dengan waktu intrusi
atau erupsi saat pembentukan mid oceanic ridge.

Gambar 5. 1. Singkapan dunit LP 14


Foto oleh: Mas Tony
Azimuth: N143oE
Cuaca: Cerah

Gambar 5. 2. Peridotit (megaskopis) LP 14


A. Parameter Litologi
B. Litologi detail
V.3.4. Sesar LP 159
V.3.4.1. Deskripsi Sesar
A B
. .

Gambar 5. 3. Sesar LP 159


(A) Shear and Gash Fracture (B) arah breksiasi.

Data yang didapat di lapangan adalah data berupa kelurusan atau breksiasi dan kekar shear
fracture dan gash fracture. Berikut adalah data SF GF yang diambil masing - masing 6 data:

Tabel 5. 1. Data SF dan GF

Shear Fracture Gash Fracture


N187oE/82o N083oE/76o
N183oE/79o N091oE/80o
N188oE/81o N102oE/82o
N173oE/80o N098oE/82o
N177oE/77o N103oE/80o
N186oE/83o N108oE/81o
Breksiasi N207oE
V.3.4.2. Kinematik Sesar
Berikut merupakan hasil analisis stereografis sesar menggunakan software Dips:

Gambar 5. 4. Hasil analisis stereografis sesar

Hasil:
Arah umum Shear N182º E/80º
Arah umum Gash N101ºE/80º
Bidang sesar : N207ºE/84º
Plunge, Bearing 12º,N120ºE
Rake 22º
σ1: 12o/ N049oE
σ2: 12o/ N049oE
σ3: 12o/ N049oE

1. VI.3. Rekomendasi
Berdasarkan Hashari (2015), ketika perbandingan Fe/Ni >7 di dalam proses pengolahan akan menyebabkan
klinker, yaitu penggumpalan besi di kiln sehingga akan menyumbat proses di kiln sedangkan apabila perbandingan
Si/Mg >2,1 maka akan menyebabkan pengikisan pada furnace yang apabila dibiarkan secara terus menerus akan
mengakibatkan kebocoran pada dinding furnace. Selain itu, apabila perbandingan Si/Mg >2,1 akan menyebabkan
penyumbatan pada leher tanur mesin tambang.
Berdasarkan hasil data kimia fraksinasi, hanya titik pertama yang memenuhi segala aspek penambangan.
Kadar Ni > 1.8%, Si/Mg < 2,1, dan Fe/Ni < 7. Pada titik kedua tidak ada kadar Ni yang melebihi 2% serta perbandingan
Si/Mg yang besar bahkan ada yang mencapai 12,7. Pada titik ketiga hanya meter keempat yang memenuhi kadar Ni
untuk diolah, yaitu sekitar 2.11 – 2.6% serta perbandinga Si/Mg dan Fe/Ni juga masih masuk kriteria. Pada titik kelima
hanya meter ketiga fraksi <1 cm yang memenuhi.

Anda mungkin juga menyukai