Lebar Sidang
Lebar Sidang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehidupan manusia. Islam mengartikan tidur sebagai anugerah dari Allah untuk
memelihara kesehatan (Nor, Yusoff, Ruhila, Razi, & Sanusi, 2018). Tidur juga
tidur yang buruk pada remaja dapat menimbulkan efek negatif pada aspek
(Riyadi & Widuri, 2015). Pada aspek psikologis akan berdampak terhadap
mengalami kualitas tidur yang buruk di Amerika Serikat dan 64,9% di Distrik
dari 130 remaja yang mengalami kualitas tidur yang buruk (Ginting & Gayatri,
Magelang terhadap 10 santri SMA, terdapat 60% dengan kualitas tidur yang
buruk dan mengalami gangguan fisiologis seperti pusing, kantuk di siang hari,
keletihan, dan badan tidak segar di pagi hari serta pada aspek psikologis
1
2
dari sekian banyaknya faktor terdapat faktor bersuci atau berwudhu yang
mempunyai hubungan erat dengan kualitas tidur remaja (Lestari & Minan,
2018). Hal itu dibuktikan dengan efek dari berwudhu yang dapat merelaksasi
tubuh sehingga otot tidak tegang (Nor, Yusoff, Ruhila, Razi, & Sanusi, 2018).
yang mempunyai peran sebagai pengatur gairah dan tonus otot, yang tidak akan
bekerja pada tidur dalam (Fraigne, Torontali, Snow, & Peever, 2015). Selain
itu, berwudhu juga memicu gelombang theta yang dapat sebagai gambaran dari
sebagian ada yang sudah berwudhu sebelum tidur dan sebagian belum. Santri
remaja Pondok Pesantren Damarjati tidur dengan durasi yang sama yaitu
kurang dari 7 jam per hari. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian hubungan
wudhu sebelum tidur dengan kualitas tidur santri yang bersekolah SMA di
B. Rumusan masalah
sebagai berikut :
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kaliangkrik.
2. Tujuan Khusus
Pesantren Damarjati.
D. Manfaat
1. Pengembangan Ilmu
kualitas tidur.
4
Hasil dari data ini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui pengaruh
3. Peneliti
E. Orisinalitas penelitian
sebelumnya adalah pada desain penelitian yang dilakukan dan responden yang
eksperimen. Responden yang digunakan pada penelitian ini yaitu remaja santri
1. Pengertian
kebutuhan yang dibutuhkan tetap aktif, seperti detak jantung, sirkulasi dan
6
7
dan tidur REM. Orexin / hipokretin adalah peptida (terdiri dari molekul
batang otak, bagian lain dari hipotalamus, sistem limbik, thalamus, dan
bagian otak yang lebih luas. Mereka berpotensi memiringkan saraf sistem
dan sistem saraf pusat, sehingga GABA yang tidak memadai biasanya
hiperaktif dengan jumlah tenaga yang luar biasa. Berperan dalam tidur
REM (Indrowati, Astuti, & Pratiwi, 2015). Pertama kali terlibat dalam
motoneurons.
3. Regulasi tidur
Proses regulasi tidur diatur oleh dua model yaitu homeostatis dan
hutang tidur, meningkat selama terjaga dan menurun selama tidur, dalam
bangun adalah penanda meningkatnya anggota badan. Suhu tubuh inti dan
11
4. Tahapan tidur
rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement) yang terus
(1-4 Hz). Tidur NREM ditandai dengan tonus otot rangka yang rendah dan
hipotalamus dan batang otak adalah menghasilkan tidur REM dan tanda –
kelumpuhan otot rangka dalam tidur REM (Fraigne, Torontali, Snow, &
Peever, 2015).
12
5. Siklus tidur
menjadi REM sebelum memulai lagi tidur NREM. Dimulai dari tahap 1
gerakan mata yang lambat. Pada tahap 1 seseorang masih mudah untuk
bangun. Dilanjutkan dengan tahap 2 yang berdurasi lebih lama dari tahap
1. Rata – rata 40 – 60% dari total waktu tidur. Kemudian tahap 3 yang
pemulihan sistem kekebalan tubuh, hal itu sangat penting sebagai sarana
untuk menjaga kesehatan. Tahap 3 adalah tidur yang paling nyenyak dan
pada tahap ini respirasi dan denyut jantung tidak beraturan juga terjadi
kelumpuhan otot. Mimpi terjadi pada tahap REM (Waterhouse, Fukuda, &
Morita, 2012).
Morita, 2012), gelombang itu yaitu gamma / beta (15–120 Hz) frekuensi
gamma dengan amplitudo rendah (30–120 Hz) dan beta (15–30 Hz) adalah
fitur utama EEG selama bangun dan ditingkatkan pada area kortikal
terjadi bersamaan dengan ritme theta selama bangun aktif dan selama tidur
REM. Interneuron cepat yang menghasilkan ritme gamma. Ritme beta dan
keterkaitan yang signifikan antara frekuensi beta EEG manusia dan gen
alfa diamati selama terjaga dengan santai di daerah korteks parietal dan
oksipital termasuk korteks visual primer dan ditekan oleh pembukaan mata
dan rangsangan visual. Ritme alfa dapat memainkan peran penting dalam
tugas yang membutuhkan aritmatika mental dan citra visual. Ritme alfa
ketika seseorang dalam keadaan santai dengan mata tertutup namun masih
perhatian atau memori pada manusia, dan selama tidur REM. Pada
terutama di korteks frontal dan garis tengah yang merupakan bagian dari
selama kurang tidur dan berkorelasi dengan sleep drive. Gelombang theta
dari tahap 3 dari tidur NREM yang dihasilkan dari peningkatan penarikan
gelombang delta dihasilkan dari suasana hening dan minim cahaya. Pada
saat otak mengalami gelombang delta tubuh akan bekerja untuk fase
terbagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II. Tipe II mendasari regulasi
homeostatis yang artinya kualitas tidur terjadi pada delta tipe II.
lambat. Gelombang ini mempunyai frekuensi 0,54 siklus per detik (dikenal
1. Pengertian
badan dan kesadarannya. Sedangkan kualitas adalah tingkat atau taraf baik
individu yang akan menghasilkan rasa segar dan bugar ketika terbangun di
pagi hari. Tingginya kualitas yang diperoleh dapat dilihat dari optimalisasi
proses dan kondisi individu ketika terlelap (Nashori & Wulandari, 2017).
2016).
e. Latihan dan aktivitas fisik, remaja dengan aktivitas fisik yang teratur
Sekeon, 2018).
2013).
(Rusmiyati, 2015).
kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710). Berdoa
(Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila
ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang
doa).
19
Menurut Nashori & Wulandari (2017; h 6-9) ada lima aspek yang
dengan cara yang alami lebih baik dari pada menggunakan obat.
b. Waktu tidur yang cukup yaitu minimal enam jam dalam sehari. Akan
beraktivitas.
c. Berbaring lebih awal dan bangun lebih awal. Hal itu akan membuat
retrospektif dari pengalaman tidur seperti yang diingat oleh individu yang
status kualitas tidur global (Lo, Woo, Martin, & Wilson, 2018).
terpaku pada waktu yang telah diberikan menjadikan lama tidur malam
santri hampir semua kurang dari 7 jam. Kehidupan santri yang terjadwal
direkomendasikan. Durasi tidur yang kurang baik atau kurang dari 7 jam
selama tidur malam menyebabkan kualitas tidur buruk (Marfuah, Hadi, &
Huriyati, 2013).
tidur dan mencoba untuk terlelap. Efisiensi tidur adalah persentase antara
jumlah total jam tidur dibagi dengan jumlah yang dihabiskan di tempat
tidur. Efisiensi tidur sangat penting, karena hal tersebut merupakan inti dari
gangguan tidur (Reed & Sacco, 2016). Semakin baik efisiensi tidur ditandai
awal tidur yang sebenarnya. Latensi tidur adalah salah satu komponen yang
dari lingkungan (Rusmiyati, 2015), terjaga tengah malam atau awal pagi
C. Konsep Wudhu
1. Pengertian
anggota badan seperti mulut, hidung, muka, kepala, telinga, tangan serta
kaki dan juga dapat berarti air bersih (Qodir, 2014). Menurut kata,
anggota tubuh tertentu dengan air yang bersih dan menyucikan karena
dari polusi. Kualitas tidur yang baik akan tercapai dengan badan yang
gelombang otak theta, sehingga perasaan rileks dan tenang akan dirasakan
membersihkan diri dari kotoran sebelum tidur (Brick, Seely, & Palermo,
2010). Saat tubuh kita bersih suasana hati akan lebih damai dan
menenangkan jiwa. Hal itu akan memberikan emosi positif dan menekan
emosi negatif yang berguna untuk rileksasi otot – otot yang tegang
(Maigari, 2016). Pada saat tubuh rileks, tidur akan nyenyak dan bangun
neurotransmitter GABA akan bekerja. Selain itu, air wudhu dapat meresap
dalam pikiran dan hati bisa menciptakan emosi yang baik. Sedangkan pada
kotoran dan sebagai relaksasi (Sari, 2018). Saat membasuh kepala dari
mengantuk. Pada saat otak pada gelombang theta sangat mudah untuk
& Morita, 2012). Serta pada saat mencuci tangan dari ujung tangan sampai
siku bermanfaat sebagai penekan stres dan rileksasi karena pada tangan
terdapat syaraf – syaraf yang dapat mengontrol serotonin. Selain itu, dapat
antara lain adalah gelombang theta yang dapat menjadikan tubuh dalam
Neurotransmitter juga akan bekerja pada saat kita wudhu. Hal itu
di tandai dengan gejala yang ditimbulkan yaitu rileksnya otot – otot, tubuh
GABA, glutamat dan glisin (Tumiran, Saat, Rahman, & Adli, 2010).
D. Pondok Pesantren
seorang remaja yang tinggal di rumah bersama orang tua dan keluarga. Seorang
remaja santri yang tinggal di pondok pesantren sejak bangun pagi, harus
beribadah hingga waktu sekolah tiba. Sore hari, mereka disibukkan dengan
berbagai kegiatan pondok, lalu mengaji dan belajar di malam hari. Waktu tidur
relatif singkat, menu makanan terbatas, dan tinggal dalam ruangan besar berisi
E. Kerangka Teori
: Tidak diamati
F. Kerangka Konsep
Kualitas tidur
Berwudhu
G. Hipotesis
santri
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah studi korelasi atau penelaahan antara dua
variabel pada situasi tertentu, guna melihat hubungan variabel satu dengan
variabel yang lain. Kemudian dilakukan uji statistik dengan analisis korelasi
yang dilihat melalui skors atau nilai rata – rata antar variabel. Sehingga
antara faktor – faktor risiko dengan efek yang diobservasi pada satu waktu
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
C. Populasi Penelitian
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti (Priyono,
2016; h 140).
1. Populasi target
27
28
2. Populasi aktual
2013; h 174). Pada penelitian ini menggunakan total sampling. Cara tersebut
ada (Sastroasmoro & Ismael, 2011; h 97). Sampel pada penelitian ini adalah
santri.
E. Kriteria restriksi
1. Inklusi
2. Eksklusi
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
b. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kualitas tidur pada santri
dan 3.
2. Definisi operasional
1. Intervensi
2. Instrumen
dilakukan oleh Lestari & Minan (2018). Terdiri dari 18 pertanyaan dan
tidur, lama tidur malam, efisiensi tidur, gangguan ketika tidur malam,
keseluruhan adalah 21, jika <5 maka kualitas tidur baik dan jika ≥5 kualitas
tidur buruk.
31
1. Pengolahan Data
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
akan dianalisa adalah variabel bebas yaitu wudhu sebelum tidur yang
b. Analisa Bivariat
skala data yang digunakan yaitu nominal dan nominal (Dahlan 2014;
95% dengan nilai alfha = 0,05. Apabila nilai P <0,05 pada uji chi
square maka ada hubungan dan jika P >0,05 maka tidak ada
hubungan.
I. Etika Penelitian
sebelum tidur dengan kualitas tidur semua santri remaja SMA di Pondok
meliputi:
tujuan dan maksud penelitian serta dampak yang mungkin terjadi pada saat
ukur.
dilakukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
sebagai berikut :
A. Analisa univariat
berupa kualitas tidur menurut jenis kelamin dan kelas, komponen kualitas tidur,
(68,2%) dan jumlah laki – laki 21 santri (31,8%). Santri dengan kualitas tidur
baik pada jenis kelamin perempuan mempunyai 21 santri (46,7%) dan 6 santri
(28,6%) pada laki – laki. Menunjukkan bahwa kualitas tidur perempuan lebih
banyak dari pada santri laki – laki. Sedangkan santri dengan kualitas tidur yang
buruk yaitu 15 santri (71,4%) laki – laki dan 24 santri (53,3%) pada perempuan.
34
35
2 yaitu 19 santri (28,8%) dan kelas 3 dengan 24 santri (36,4%). Kualitas tidur
dengan kategori baik paling banyak terdapat pada kelas 1 dengan 13 santri
36
37
kelas 1 santri yang berwudhu dengan kategori sangat baik sebanyak 13 santri
(100%) dan yang tidak berwudhu sebelum tidur dengan kategori sangat baik
sebanyak 4 santri (40%). Pada kelas 2 yang berwudhu dengan kategori sangat
baik sebanyak 11 santri (91,7%) dan yang tidak berwudhu dengan kategori
sangat baik sebanyak 1 santri (14,3%). Pada kelas 3 santri yang berwudhu
dengan kategori sangat baik sebanyak 10 santri (90,9%) dan yang tidak
Komponen kedua yaitu latensi tidur kelas 1 santri yang berwudhu dengan
kategori sangat baik sebanyak 8 santri (61,5%) dan yang tidak berwudhu
sebelum tidur dengan kategori sangat baik sebanyak 2 santri (20%). Pada kelas
2 yang berwudhu dengan kategori sangat baik sebanyak 10 santri (83,3%) dan
yang tidak berwudhu dengan kategori sangat baik tidak ada 1 santri (14,3%).
Pada kelas 3 santri yang berwudhu dengan kategori sangat baik sebanyak 10
santri (90,9%) dan yang tidak berwudhu dengan kategori sangat baik sebanyak
2 santri (15,4%).
kategori <5 jam adalah 1 santri (7,7%) dan yang tidak berwudhu 4 santri (40%).
Pada kelas 2 yang berwudhu dengan kategori <5 jam adalah 3 santri (25%) dan
yang tidak berwudhu 5 santri (71,4%). Pada kelas 3 yang berwudhu dengan
kategori <5 jam adalah 3 santri (27,3%) dan yang tidak berwudhu 6 santri
(46,2%). Komponen keempat yaitu efisiensi tidur kelas 1 santri yang berwudhu
dengan kategori >85% sebanyak 10 santri (76,9%) dan yang tidak berwudhu
39
40
sebelum tidur sebanyak 3 santri (30%). Pada kelas 2 yang berwudhu dengan
kategori >85% sebanyak 3 santri (83,3%) dan yang tidak berwudhu ada 3 santri
(42,9%). Pada kelas 3 santri yang berwudhu dengan kategori >85% sebanyak
kategori 1 kali seminggu adalah 13 santri (100%) dan yang tidak berwudhu 8
santri (80%). Pada kelas 2 yang berwudhu dengan kategori kategori 1 kali
seminggu adalah 9 santri (75%) dan yang tidak berwudhu 3 santri (42,9%).
Pada kelas 3 yang berwudhu dengan kategori 1 kali seminggu adalah 8 santri
memakai obat sebelum tidur. Pada komponen 7 yaitu disfungsi aktivitas siang
hari, kelas 1 yang berwudhu dengan kategori tidak pernah adalah 8 santri
(61,5%) dan yang tidak berwudhu dengan kategori tidak pernah tidak ada. Pada
kelas 2 yang berwudhu dengan dengan kategori tidak pernah adalah 2 santri
(16,7%) dan yang tidak berwudhu dengan kategori tidak pernah tidak ada. Pada
kelas 3 yang berwudhu dengan kategori kategori tidak pernah adalah 2 santri
(18,2%) dan yang tidak berwudhu dengan kategori tidak pernah tidak ada.
Santri yang melakukan wudhu sebelum tidur pada laki – laki sebanyak
santri yang tidak melakukan wudhu sebelum tidur pada laki – laki adalah 8
kelas 2 yaitu 12 santri (63,2%) dan paling sedikit pada kelas 3 yaitu sebanyak
11 santri (45,8%).
B. Analisa bivariat
santri.
Tabel 4.6 Analisa hubungan berwudhu sebelum tidur dengan kualitas tidur
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (2-sided)
Pearson Chi-Square 40,763 1 0,000
Continuty 37,645 1 0,000
Likelihood Rasio 46,311 1 0,000
Fisher’s Exact Test 0,000 0,000
N of Valid Cases 66
Sumber : Data Primer
42
Hasil dari uji korelasi chi-square nilainya adalah 0,000 yang berarti
bahwa ada hubungan antara berwudhu sebelum tidur dengan kualitas tidur
A. Kualitas tidur
1. Jenis kelamin
kualitas tidur yang lebih baik dari pada laki – laki. Hal itu didasarkan oleh
orang Indonesia yang lebih membebaskan aktivitas jam malam pada anak
laki – laki dari pada perempuan. Sejalan dengan Ginting & Gayatri (2013)
bahwa kualitas tidur laki – laki tidak lebih baik dari pada perempuan,
Najman, & Mamun (2016) yang menyatakan kualitas tidur laki – laki lebih
baik dari pada perempuan. Kondisi psikologi yang tidak terkontrol pada
pada wanita (Indraswati, Lusiana, & Tri, 2018). Agustiar dan Asmi (2010)
dan lebih sensitif dari pada laki – laki, hal itulah yang menyebabkan
perempuan memiliki kualitas tidur lebih buruk dari pada laki – laki.
psikologis yang tidak terkontrol, yang mana itu dapat berpengaruh terhadap
kualitas tidur. Pada laki – laki, yang paling berpengaruh terhadap kualitas
43
44
mengganggu sistem sirkadian maupun kondisi tubuh pada laki – laki. Hal
2. Aktivitas santri
tidur para santri atau mengganggu pola tidur santri. Aktivitas yang berlebih
Semakin lelah seseorang akan semakin pendek siklus REM yang dilalui
dan stres akan semakin buruk kualitas tidurnya (Aryadi, Yusari, Dhyani,
Stres dan cemas dapat mempengaruhi ketegangan otot dan saraf dan
otot yang mana neurotransmiter tidur tidak akan keluar ketika syaraf atau
menjadi tegang dan menjadikan seseorang berusaha terlalu keras agar dapat
tertidur, sering terbangun, atau terlalu lama tidur (Ardenny & Agus, 2010).
Nasional SMA, dan kegiatan lain yang dilakukan para santri. Aktivitas
regulasi tidur. Selain itu dapat juga memicu stres dan cemas. Sehingga
kualitas tidur santri remaja SMA kelas 3 yang dipengaruhi oleh faktor di
menjadi 7 komponen yaitu : kualitas tidur subyektif, latensi tidur, lama tidur
berperan banyak dalam menentukan kualitas tidur yang baik. Pertama yaitu
pengalaman tidur yang diingat (Lo, Woo, Martin, & Wilson, 2018). Santri
sebagai waktu antara persiapan untuk tidur dan awal tidur yang sebenarnya.
Semakin baik kualitas tidur seseorang, akan semakin cepat juga latensi
tertidur.
antara jumlah total jam tidur dibagi dengan jumlah yang dihabiskan di
tempat tidur. Efisiensi tidur sangat penting, karena hal tersebut merupakan
inti dari gangguan tidur (Reed & Sacco, 2016). Seseorang dengan efisiensi
tidur yang baik akan sedikit atau bahkan tidak mendapatkan gangguan tidur,
dikarenakan tidur yang didapat adalah tidur dalam. Pada saat seseorang
dengan tidur dalam, semua rangsangan akan diblok (Faust, Assous, Tepper,
& Koo, 2016). Hal itu disebabkan dengan adanya neurotransmiter GABA
yang memblokade semua rangsangan yang ada. GABA bekerja saat tubuh
dan yang tidak berwudhu. Responden yang tidak berwudhu sebelum tidur
lama tidur yang kurang dari 5 jam menyumbang skor yang cukup banyak
waktu tidur santri. Di mana santri terpaku pada waktu yang telah diberikan
menjadikan lama tidur malam santri hampir semua kurang dari 7 jam.
47
kurang baik atau kurang dari 7 jam selama tidur malam menyebabkan
lesu, lemas dan lain – lain. Hal ini berhubungan dengan kualitas tidur yang
buruk dengan lama tidur yang tidak tercukupi. Nashori & Wulandari (2017,
atau menggosok anggota wudhu dengan air yang bersih dan menyucikan
anggota badan seperti mulut, hidung, muka, kepala, telinga, tangan, dan kaki
melakukan ibadah seperti Shalat, namun dapat juga dilakukan pada saat
seseorang akan tidur hal itu bertujuan agar menjaga kebersihan hati maupun
48
fisik ketika hendak akan tidur (Matheer, 2015). Berwudhu dapat membersihkan
diri ketika akan tidur dan membuat suasana hati akan lebih damai dan
seseorang dalam keadaan gelombang otak theta suasana yang didapat adalah
perasaan rileks dan tenang sehingga akan muncul emosi positif (Purnamasari
rileks yang dihasilkan dari dibasuhnya anggota wudhu kepala dari kepala
gelomang otak theta. Ketika otak menciptakan gelombang theta, tubuh akan
merasakan rileks dan hormon endorfin dikeluarkan yang mana hal itu
Berwudhu sebelum tidur hanya salah satu cara dari sebagian banyak cara
yang bisa digunakan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Sehingga
tidak semua santri remaja SMA yang tinggal di Pondok Pesantren Damarjati
yaitu stres dan cemas. Berwudhu dengan air yang bersih akan merelaksasi
GABA, dan Glisin akan aktif yang menyebabkan rileksnya otot – otot, tubuh
rangsangan dari luar (Tumiran, Saat, Rahman, & Adli, 2010). Selain itu, dapat
ke otak (Agrawal, Sao, Maheshwari, & Singh, 2012). Saat membasuh kepala
Morita, 2012).
Menurut Nashori & Wulandari (2017) salah satu cara untuk mendapatkan
kualitas tidur yang baik adalah dengan berwudhu sebelum tidur. Berwudhu
dapat sebagai sarana membersihkan diri dari kotoran sebelum tidur (Brick,
Seely, & Palermo, 2010). Sejalan dengan pernyataan Harmoniati, Sekartini, &
Gunardi, (2016) yaitu saat tubuh bersih dapat memperbaiki mood, kesulitan
bangun pagi dan perbaikan tidur. Kualitas tidur yang baik akan tercapai dengan
tubuh yang bersih dan segar (Sabra, 2018). Saat mencuci tangan dari ujung
tangan sampai siku – siku ketika berwudhu bermanfaat sebagai penekan stres,
(Maigari, 2016).
mampu mengatasi berbagai masalah saraf dan ketegangan saraf, pada saat
50
syaraf rileks, neurotransmitter GABA akan bekerja. Selain itu, air wudhu dapat
meresap dalam pikiran dan hati bisa menciptakan emosi yang baik. Sedangkan
pada aspek fisiologis berwudhu dapat sebagai sarana membersihkan tubuh dari
Gerakan pada wudhu juga dapat menstimulasi saraf vagus, seperti pada
saat membasuh wajah dan berkumur dengan air dingin dapat merangsang saraf
vagus. Saraf vagus adalah bagian yang sangat penting dalam sistem otonom,
bekerja di bawah naluri seseorang. Saraf vagus dapat diibaratkan dengan sistem
komunikasi dua arah yang menghubungkan sensasi dan emosi . Saraf vagus
teknik untuk merangsang saraf vagus yang mana dapat meredakan marah dan
neurotransmiter tidur dan gelombang otak theta serta saraf vagus yang mana
menciptakan suasana rileks dan nyaman yang sangat bagus untuk mendapatkan
D. Keterbatasan penelitian
maupun buruk dan yang berwudhu dan tidak berwudhu sebelum tidur.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
66 santri dengan kualitas tidur perempuan yang lebih baik dengan hasil
28,6% laki – laki dan 46,7% perempuan berkualitas tidur baik. Kualitas
tidur yang buruk dengan santri terbanyak terdapat pada kelas 3 dengan
tidur dengan kategori sangat baik lebih banyak terdapat pada komponen
B. Saran
52
53
Menganjurkan berwudhu sebelum tidur secara rutin kepada para santri dan
lingkungan.