PTIRIASIS ALBA
OLEH :
ANDIRA RATU NURRASYID
111 2018 2109
PEMBIMBING
dr. Dian Amelia Abdi,Sp.KK
HALAMAN PENGESAHAN
Supervisior Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Pityriasis alba merupakan sebuah pola dermatitis dengan ciri yang paling
mencolok berupa hipopigmentasi.1 Pityriasis alba dianggap sebagai dermatitis
subklinis atau bentuk yang ringan dari dermatitis atopik, karena seringkali disertai
2
riwayat atopi. Gambaran klinisnya berupa makula atau bercak hipopigmentasi
berskuama tipis, berbatas tegas maupun tidak tegas, terlokalisir, umumnya terdapat
pada pipi, lengan atas, dan trunkus. 2,3
Meskipun dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin, hipopigmentasi
pityriasis alba lebih jelas terlihat pada individu berkulit gelap, terutama saat musim
panas. Sedangkan pada musim dingin skuama jelas terlihat karena kulit kering.
Penyakit ini umumnya mengenai penderita usia anak dan remaja.1,4
Etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas. Pada umumnya
digolongkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan, tetapi tidak pasti
mengenai seluruh individu yang atopik.1 Selain itu, penyakit ini juga digolongkan
sebagai penyakit yang timbul setelah terjadi inflamasi. Pajanan matahari yang
berlebihan dan tanpa proteksi juga kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat terhadap
perkembangan PA.2 Hal lain yang dapat mencetuskan pityriasis alba adalah gigitan
serangga, iritasi mekanis dari scrubbing, atau bentuk lain dari eczematous dermatitis.5
Sebagian besar kasus PA terdiagnosis secara klinis. Hipopigmentasi yang
tampak diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit dan melanosom.
Pemeriksaan histologi tidak spesifik, berupa akantosis yang tidak mencolok dan
spongiosis ringan, dengan hiperkeratosis sedang dan parakeratosis yang tidak
sempurna.1,2
BAB II
PEMBAHASAN
Pityriasis alba merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin, yang
berarti sisik atau skuama (pityriasis) dan putih (alba). 6,7 Pityriasis alba merupakan
3
suatu penyakit yang tidak menular dengan ciri yang paling mencolok berupa
hipopigmentasi.1
2.1 Epidemiologi
Terdapat laporan kejadian sebesar lebih dari 5% pada anak-anak di Amerika
Serikat, namun epidemiologinya belum pernah dijelaskan secara pasti. Pityriasis alba
tidak memiliki kecenderungan timbul pada ras tertentu, walaupun penyakit ini
memang terlihat lebih jelas pada penderita berkulit gelap karena nampak kontras.1,4,5,6
Penyakit ini tidak memiliki predileksi jenis kelamin tertentu, walaupun pernah
tercatat penderita laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan. Pityriasis alba
lebih sering dijumpai pada penderita berusia kurang dari 20 tahun, terutama pada anak
dan remaja yang usianya berkisar antara 3-16 tahun.1,6,7
Penelitian yang dilakukan di daerah Karachi, Pakistan, menunjukkan
persentase kecil (6,1%) dari pityriasis alba dibandingkan penyakit kulit lainnya pada
pasien di Rumah Sakit Pendidikan Hamdard.8 Pada penelitian terhadap imigran
Amerika Latin di Spanyol, pityriasis alba merupakan penyakit kulit dengan gejala
klinis terbesar (3,3%) dari kelompok eczema (18,2%) yang lebih banyak mengenai
pasien kulit hitam (24%) dibandingkan kulit putih (13,5%) dan kulit coklat Indian
Amerika (19,7%).15
5
2.3 Gambaran klinis
Pitryasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun ( 30-40%).
Wanita dan pria sama banyak. 9
Lesi individual berbentuk makula atau bercak yang bulat, oval, ataupun
irregular, yang berwarna merah, pink, atau warna kulit, dan ditutupi lapisan sisik tipis.
Batasnya dapat tegas, tidak tegas, maupun meninggi. 1,2,3 Pada awalnya, eritema dapat
mencolok dan mungkin terdapat krusta serous minimal. Selanjutnya, eritema reda
sempurna, dan pada stadium dimana lesi umumnya terlihat oleh dokter, lesi hanya
menunjukkan hipopigmentasi dan adanya sisik tipis. Hal ini yang pada umumnya
mendorong pasien untuk berobat. Hipopigmentasi lebih jelas terlihat pada kulit
berwarna gelap, terutama setelah berjemur.1
Biasanya terdapat beberapa bercak dengan diameter berkisar antara 0.5-2 cm,
tapi dapat juga berukuran lebih besar, khususnya pada trunkus. Pada anak-anak, lesi
khususnya terdapat pada wajah (50-60%), dan paling banyak berada di sekitar mulut,
dagu,dahi, dan pipi.9 Pada 20% anak yang terkena, lokasi yang terlibat juga pada
leher, lengan, dan bahu.1 dapat simetris pada bokong, paha atas, punggung, dan
esktensor lengan, tanpa keluhan. Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai leukoderma
setelah skuama menghilang.9
Penyakit ini dapat asimtomatik ataupun menimbulkan keluhan kosmetik.6
Perjalanan penyakit sangat beragam. Sebagian besar kasus muncul untuk beberapa
6
bulan, dan beberapa masih menunjukkan hipopigmentasi selama setahun atau lebih
setelah sisik menghilang. Lesi dapat timbul kembali dalam selang waktu tertentu.
Durasi rata-rata untuk lokasi umum di muka pada anak-anak adalah setahun atau
lebih.1
Pityriasis Alba yang luas (extensive PA), lebih sering terlihat pada orang
dewasa, dengan ciri-ciri klasik yang sama, terdistribusi lebih luas yang seringkali
melibatkan ekstremitas bawah dalam pola yang simetris. Ketiadaan fase inflamasi
yang mendahului dan ketiadaan spongiosis membedakan dari bentuk yang klasik.
Terdapat hipotesis tumpang tindih dari bentuk khusus ini dengan hipomelanosia
makular yang progresif, yang terutama terjadi pada wanita dewasa muda, dengan
bercak tanpa sisik, hipopigmentasi, terjadi berulang, melibatkan punggung, khususnya
setelah musim panas.2
Pityriasis Alba yang terpigmentasi dianggap sebagai varian dari pityriasis
alba yang klasik dengan infeksi dermatofit superfisial yang hampir selalu mengenai
wajah. Secara klinis dicirikan oleh hiperpigmentasi kebiru-biruan yang dikelilingi
oleh daerah hipopigmentasi bersisik. Area yang terpigmentasi menunjukkan deposit
melanin dalam dermis. Sepertiga dari pasien secara bersamaan mengalami pityriasis
alba klasik.2
7
Gambar 2. Hasil pemeriksaan patologi anatomi tampak penebalan stratum
korneum. 10
Hasil pemeriksaan struktur ultra menemukan bahwa selain pengurangan
pigmen pada lesi kulit, tidak terdapat terdapat perbedaan pada melanosit antara kulit
yang memiliki lesi dan normal pada pasien yang sama, walaupun penemuan ini masih
diperdebatkan. Perubahan degeneratif berupa menurunnya jumlah melanosit dan
berkurangnya jumlah dan ukuran melanosom keratinosit juga ditemukan melalui
mikroskop cahaya dan elektron pada lesi. Secara keseluruhan kelainan ini dianggap
diakibatkan oleh penurunan melanin.1,6
8
Bila pada pemeriksaan lampu Wood ditemukan hipopigmentasi, diagnosis
menjadi semakin sempit. Untuk mempermudah penegakan diagnosis, algoritma di
bawah ini dapat digunakan sebagai pedoman:
9
Tabel I - Perbandingan Diagnosis Banding Pitiriasis Alba. 11
2.6 Tatalaksana
Hindari hal-hal yang menjadi faktor resiko seperti pajanan matahari dan mandi
berlebihan dan menggunakan air panas, serta cukupi kebutuhan nutrisi. Jika faktor
pencetusnya adalah eczema ringan, terapi dengan kortikosteroid lemah seperti
hidrokortison 0.5% atau 1%, atau krim yang mengandung calcineurin inhibitor seperti
tacrolimus dan pimecrolimus, juga sering diresepkan. Skuama dapat dikurangi dengan
krim emolien. Dapat dicoba dengan preparat ter, misalnya likuor karbonas detergens
3-5% dalam krim atau salap, setelah dioleskan harus banyak terkena matahari.11
10
Hindari hal-hal yang menjadi faktor resiko seperti pajanan matahari dan mandi
berlebihan dan menggunakan air panas, serta cukupi kebutuhan nutrisi. Jika faktor
pencetusnya adalah eczema ringan, terapi dengan kortikosteroid lemah seperti
hidrokortison 0.5% atau 1%, atau krim yang mengandung penghambat calcineurin
seperti tacrolimus dan pimecrolimus, juga sering diresepkan. Sisik dapat dikurangi
dengan krim emollient lunak dan untuk lesi kronik pada trunkus pasta tar ringan
mungkin berguna. Bagaimanapun, abnormalitas pigmentasi membutuhkan waktu
berbulan-bulan untuk mengalami perbaikan. Syndets (synthetic balanced detergents)
dapat digunakan untuk mencuci muka karena kurang bersifat iritatif dibandingkan
sabun alkali. Pelembab dapat digunakan dua kali sehari, dan setelah mencuci wajah.
Tanning tidak membantu, malah semakin menonjolkan perbedaan bila terlalu sering
dilakukan.5
Pitiriasis alba memiliki prognosis yang baik. Depigmentasi yang terjadi tidak
permanen dan biasanya sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai beberapa
tahun. Durasi gejala berbeda pada setiap individu. Pengobatan dapat mempersingkat
durasi lesi sampai beberapa minggu.13
2.7 Prognosis
Pityriasis alba merupakan penyakit yang sembuh sendiri dan tidak
menimbulkan mortalitas. Pada umumnya penyakit ini menghilang menjelang usia
pubertas.6
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13
10. Crowe MA. Pediatric P. Alba. Medscape. 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/910770-overview#a0101. Accessed at
August 29th 2019
11. Soepardiman L. Pitiriasis Alba. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5 th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 333-334.
12. Jadotte YT, Janniger CK. Pityriasis alba revisited: perspectives on an enigmatic
disorder of childhood. New Jersey Medical School. 2011 Feb. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21416771. Accessed at August 29th 2019.
13. Berman Kevin. Pityriasis Alba. Medline Plus. 2013. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001463.htm. Accessed at
August 29th 2019.
14