Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Semua orang


sepanjang kehidupan membutuhkan nutrisi yang sama, namun dengan
jumlah yang berbeda. Nutrisi yang didapat dari makanan, melalui peranan
fisiologis yang spesifik sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat. Kebutuhan
akan nutrisi berubah sepanjang daur kehidupan, dan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan masing –masing tahap kehidupan.
(Departemen Gizi FKM UI, 2009)

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi


dewasa. Pada masa inilah remaja mulai mengalami pertumbuhan sekunder
baik secara fisik, sosial dan psikologis (Roberts, 2005). Pertumbuhan fisik
adalah seperti bertambah tinggi dan berat badan, perubahan proporsi tubuh
yang ditandai dengan bagian-bagian tertentu yang tadinya kecil menjadi
membesar karena proses pematangan mencapai lebih cepat dari bagian yang
lain, organ seks mencapai ukuran yang matang dan ciri-ciri seks sekunder
berada dalam fase perkembangan dan akan mencapai tingkat matang pada
akhir masa remaja (Roberts,2005).

Selain perkembangan secara fisik dan mental remaja juga mengalami


perkembangan dari segi sosial. Segi sosial merupakan yang paling sulit
dengan membuat banyak penyesuaian baru. Antaranya adalah
menyesuaikan diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya. Karena
pada umur inilah mereka meluangkan banyak masa dengan teman-teman.
Dan ini biasanya diluar rumah dan keadaan ini secara langsung memberi
peluang kepada remaja untuk terpengaruh kepada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan, dan perilaku teman sebaya (Barclay,2010). Dan fakta pola
makan juga termasuk tidak boleh dilupakan. Sebagai contoh adalah pilihan
menjadi vegetarian atau food faddism (Story,Resnick,2012), suka makanan
siap saji atau fast food, junk food dan sebagainya. Makanan modern atau
makanan siap saji adalah makanan yang tergolong makanan tinggi lemak,
tinggi garam, tinggi gula, tetapi rendah serat dan vitamin, seperti makanan
kalengan, fried chicken, hamburger atau pizza (Khasanah, 2012). Kebiasaan
mengkonsumsi jenis makanan modern sudah mulai tampak dikalangan
remaja. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak
pada kesehatan dalam fase dewasa dan usia lanjut.

Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan


pertambahan berat badan(Arisman, 2004). Konsumsi energi yang tidak
seimbang akan menyebabkan keseimbangan positif atau negatif. Kelebihan
energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah menjadi lemak tubuh
sehingga berat badan berlebih atau kegemukan. Sebaliknya, bila asupan
energi kurang dari yang dikeluarkan terjadi keseimbangan negatif. Akibatnya,
berat badan lebih rendah dari normal atau ideal(Apriadji, 1986 dalam
Elnovriza, dkk, 2008).

Data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan


pada remaja usia 13 –15 tahun sebesar 2,5% sedangkan prevalensi
kekurusan sebesar 10,1%. Untuk provinsi Banten prevalensi kegemukan
pada usia 13 –15 tahun sebesar 3,4%. Obesitas yang muncul pada usia
remaja cenderung berlanjut hingga dewasa, sementara obesitas tersebut
merupakan faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif.

Penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih (2002) dan Awalia (2006)


pada remaja di SLTP favorit di Surabaya mendapatkan prevalensi gizi lebih
meningkat dari 12,8% menjadi 15,9% dan prevalensi obesitas meningkat dari
6,5% menjadi 8,5%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati,
dkk (2010) pada remaja SMPN 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng
didapatkan persentase remaja sangat kurus 1%, kurus 9,4% serta remaja
yang overweight dan obesitas masing –masing 2,1%.
Data Riskesdas(2013) menunjukkan menunjukkan bahwa prevalensi
kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1 % terdiri dari 3,3 % sangat
kurus dan 7,8 % kurus. Prevalensi sangat kurus terlihat paling rendah di
Bangka Belitung (1,4 %) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%).
Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8
%, terdiri dari 8,3 % gemuk dan 2,5 % sangat gemuk (obesitas). prevalensi
kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4 % (1,9%
sangat kurus dan 7,5% kurus). Prevalensi gemuk pada remaja umur 16 – 18
tahun sebanyak 7,3 % yang terdiri dari 5,7 % gemuk dan 1,6 % obesitas.
Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%) dan
terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Mataram (2013) ,


menunjukkan bahwa pravalensi gizi kurus mempunyai angka tertinggi tahun
2013 terdapat di puskesmas mataram sebesar 22,87% dan angka terendah
terendah terdapat di puskesmas ampenan sebesar 1,31%. Sedangkan untuk
kota mataram angka gizi kurang pada remaja sebesar 5,82% meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 4,80%. Status gizi gemuk di kota
mataram sebesar 8% meningkat bila dibandingkan tahun 2012 sebesar
6,91%. Angka tertinggi tahun 2013 terdapat disekolah yang berada diwilayah
puskesmas karang pule sebesar 14% dan angka terendah ada di sekolah
yang berada di wilayah puskesmas Dasan agung sebesar 2,50%. Status gizi
normal pada remaja tertinggi terdapat di puskesmas tanjung karang (89,66%)
dan angka terendah terdapat di puskesmas karang taliwang sebesar 77,42%.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Dian Muti Sari pada siswa Mts
pembangunan syarif hidayatullah UIN jakarta didapatkan 63% siswa memiliki
pola konsumsi kurang sesuai dengan pedoman gizi seimbang.

Untuk mencapai status gizi yang baik perlu dikembangkan Pedoman


Gizi Seimbang (PGS) dimana terdapat empat prinsip gizi seimbang yaitu
pertama, perubahan pola konsumsi makanan melalui konsumsi pangan yang
beranekaragam yaitu konsumsi energi, karbohidrat 45 –65% dari kebutuhan
energi total, lemak 25 –30% dari kebutuhan energi total dan protein. Kedua,
perubahan pola hidup bersih dimana pola makan bergizi seimbang akan
menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan
kebiasaan hidup bersih. Ketiga, pola hidup aktif atau aktivitas fisik dimana
perlu adanya keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi untuk
beraktivitas serta mencegah dampak dari masalah gizi. Dan keempat,
pemantauan berat badan ideal dimana untuk mempertahankan berat badan
yang ideal dan demi kebugaran tubuh serta kesehatan (Kurniasih, dkk, 2010).

Pola makan yang tidak bergizi seimbang beresiko menyebabkan


kekurangan gizi dan juga dapat terjadi gizi lebih (Kurniasih, dkk, 2010).
Masalah gizi kurang pada remaja meliputi anemia defisiensi besi dan berat
badan kurang(Arisman, 2004). Masalah gizi kurang tersebut akan berdampak
pada penurunan prestasi disekolah (Elnovriza, dkk, 2008). Masalah gizi
berlebih akan berdampak pada terjadinya penyakit degeneratif seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus. (Khasanah, 2012).

Gaya hidup yang tidak sehat tidak muncul langsung saat dewasa tetapi
sudah dimulai sejak remaja (WHO,2003). Penting sekali memulai gaya hidup
sehat sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang sejak dini untuk mencegah
terjadinya masalah gizi.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai


gambaran pola konsumsi remaja berdasarkan pedoman gizi seimbang di
SMP NEGERI 1 MATARAM

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana gambaran tingkat pola konsumi remaja berdasarkan Pedoman
Gizi Seimbang di SMP NEGERI 1 MATARAM.

C. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makan remaja
berdasarkan pedoman gizi seimbang di SMP NEGERI 1
MATARAM
b. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Mengidentifikasi identitas siswa di SMA NEGERI 1
MATARAM yang meliputi nama,umur,jenis kelamin.
2. Mengetahui gambaran jenis bahan makanan di lihat dari
pedoman gizi seimbang pada remaja siswa SMP NEGERI 1
MATARAM.
3. Mengetahui gambaran tingkat kecukupan gizi dilihat dari
pedoman gizi seimbang pada remaja siswa SMP NEGERI 1
MATARAM.
4. Mengetahui gambaran frekuensi makan dilihat dari pedoman
gizi seimbang pada remaja siswa SMP NEGERI 1
MATARAM.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi siswa sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
siswa-siswa sekolah SMP NEGERI 1 MATARAM tentang
kepentingan pedoman gizi seimbang pada makanan setiap hari
dan pengaruhnya pada prestasi pembelajaran mereka.

2. Bagi jurusan institusi


Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan dan digunakan untuk mengembangkan keilmuan
khususnya sebagai bahan untuk memperluas hasil – hasil
penelitian yang telah ada sebelumnya.

3. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan menjadi pengembangan kompetensi diri
sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.
KERANGKA KONSEP

Pola konsumsi pengetahuan


makan :

1. Jenis
bahan
makanan Jenis kelamin
2. Jumlah
zat gizi
makanan
3. Frekuensi Sosial ekonomi
makan

phbs

Pedoman gizi
seimbang

aktifitas

Pemantauan
berat badan

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REMAJA
Remaja merupakan kelompok peralihan dari anak – anak ke dewasa
dan merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan – perubahan
yang terjadi disekitarnya, khususnya pengaruh pada masalah konsumsi
makanan.jumlah remaja di negara berkembang tumbuh dengan pesat.
(Moehji,2003 dalam Hendrayati, dkk, 2010)

Menurut depkes (1992) berdasarkan umur kronologis dan berbagai


kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja yaitu :
1. Pada buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah
apabila seorang anak yang telah mencapai umur 10 – 28 tahun untuk
anak perempuan dan 12 – 20 tahun untuk anak – laki – laki.
2. Menurut undang – undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan
anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan
belum menikah.
3. Menurut undang – undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila
telah mencapai umur 16 – 18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal.
4. Menurut UU perkawinan No.1 Tahun 1974, anak dianggap sudah
remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun
untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki – laki.
5. Menurut diknas anak dianggap remaja apabila anak sudah berumur 18
tahun, yang sesuai dengansaat lulus sekolah menengah.
6. Menurut WHO , remaja bila anak telah mencapai umur 10 – 18 tahun.

1. Penggolongan Remaja

Menurut Soetjiningsih (2007) kategori remaja sebagai berikut :


a. Masa remaja awal (early adolescence) : usia 13 – 15 tahun.
b. Masa remaja pertengengahan (midle adolescence) : usia 14 – 16
tahun.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence) : usia 17 – 20 tahun.

Sedangkan menurut krummel(1996) kategori remaja dibagi menjadi


3 periode yaitu:

a. Remaja awal : usia 10 – 14 tahun


b. Remaja tengah : usia 15 – 17 tahun.
c. Remaja akhir usia 18 – 21 tahun.

Penggolongan ini berdasarkan konteks pengertian perilaku makan


serta pencitraan tubuh pada remaja, sesuai dengan lingkup kerja dalam
mengembangkan program pendidikan gizi dan penyediaan pelayanan
kesehatan.

2. Pertumbuhan dan fisiologis remaja

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat


progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan ini
berkisar hanya pada aspek fisik individu. Perubahan itu meliputi perubahan
yang bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan internal meliputi
perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya ukuran besar
dan berat jantung dan paru – paru , bertambah sempurna sistem kelenjar
kelamin, dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi
tinggi badan , bertambahnya lingkar tubuh , perbandingan ukuran panjang
dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks dan munculnya tanda – tanda
kelamin sekunder.(jafar, 2012)

Pertumbuhan yang semula dapat dikatakan “seragam” secara tiba –


tiba mengalami peningkatan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan –
perubahan fisik dalam masa in akan berlangsung menurut urutan/sekuen
yang sama, namun saat mulainya, kecepatan dan umur saat berkahirnya
bervariasi. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi badan dan berat badan yang
bersifat akselerasi tinggi mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi
semakin lambat smapai berhentinya pertumbuhan titik tertinggi dari (growth
spurt). Rata – rata kecepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Rata – Rata Kecepatan Pertumbuhan Tinggi Badan Dan Berat
Badan
Jenis kelamin Tinggi badan Berat badan
Laki – laki
a. Kecepatan puncak/peak 10,3 cm/tahun 9,8 kg/tahun
velocity
b. Usi puncak/age velocity 14,1 tahun 14,3 tahun
Perempuan
a. Kecepatan puncak/peak 9 cm/tahun 8,8 kg/tahun
velocity
b. Usia puncak/age velocity 12,1 tahun 12,9 tahun
Sumber : Tanner,J.M.Whitehouse,R.H.takaishi M. Standards dalam sayogo
savitri,(2006),hlm.6

Dalam proses pematangan fisik juga terjadi perubahan komposisi


tubuh. Dalam periode prepubertas, proporsi lemak dan otot pada anak
perempuan cenderung serupa dengan anak laki – laki, yaitu lemak tubuh
sekitar 19% dari berat badan total pada anak perempuan dan 15% pada anak
laki – laki. Selama masa pubertas, terjadi penambahan lemak lebih banyak
pada remaja putri sampai masa dewasa, lemak tubuh perempuan kurang
lebih 22% dibandingkan 15% pada laki – laki dewasa. (Adriani dan
Bambang.2012)

Pada pembentukan lemak tubuh terjadi sebanyak 15 – 19 % dimasa


anak – anak hingga mencapai 20% di masa remaja. Adapun ada laki – laki
lebih banyak terjadi pertumbuhan otot dan tulang dengan jumlah lemak tubuh
normal sekitar 12% . perbedaan inilah yang menyebabkan terjadinya
perbedaan zat gizi remaja putra dan remaja putri.(Adriani dan
Bambang.2012)

3. Karakteristik perilaku remaja

Masa remaja adakah masa mencari identitas diri, adanya keinginan


untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis
menyebabkan remaja sangat menjaga penampilannya. Semua itu sangat
memepengaruhi pola makan remaja, termasuk pemilihan bahan makanan
dan frekuensi makan. Remaja merasa takut gemuk sehingga remaja
menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sekali sehari. Hal
itu menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh akan terhambat.
Berikut ini karakteristik perilaku makan yang dimiliki remaja :

a. Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih.


b. Kebiasaan ngemil yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan
mineral) seperti makanan ringan, kerupuk, dan chips.
c. Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang komposisi
gizinya tidak seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya,
seperti pasta, fried chicken, dan biasanya juga disertai dengan
mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan.

4. Kebutuhan zat gizi remaja

Terpenuhinya kebutuhan zat gizi adalah hal yang mutlak diperlukan


untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Penentuan kebutuhan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada


angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk indonesia. Berikut ini beberapa
kebutuhan zat gizi remaja:

a. Energi
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi
adalah aktifitas fisik seperti olahraga. Remaja yang banyak melakukan
olahraga memerlukan asupan energi yang lebih banyak dibandingkan
yang kurang aktif.
Berdasakan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk orang
indonesia 2012, Energi untuk remaja putri usia 13 – 15 tahun yaitu
2150, usia 13 – 15 tahun yaitu 2550 kkal dan Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004 menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi usia 13 – 15 tahun yang dianjurkan yaitu
2400 kkal untuk laki – laki dan 2350 kkal untuk perempuan . AKG ini
dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat yaitu : beras,
terigu dan hasil olahannya (mie, makaroni), umbi – umbian(ubi
jalar,singkong), jagung, gula, dan lain – lain.
b. Protein
Kebutuhan protein pria pada akhir remaja lebih tinggi dibanding
perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan proetin
remaja 1,5 – 2,0 gr/kg BB/hari.Menurut LIPI (2004) angka kecukupan
gizi protein usia 13 – 15 tahun yang dianjurkan yaitu 60 gram untuk laki
– laki dan 57 gram untuk perempuan.
Proetin dibutuhkan untuk sebagian besar proses metabolik terutama
pertumbuhan, perkembangan dan merawat jaringan tubuh. Kebutuhan
puncak protein seimbang dengan asupan energi(Soetjiningsih,2007)

Protein juga berguna untuk menjernihkan pikiran dan menigkatkan


konsentrasi kecerdasan(Sulistyoningsih.2012).

Makanan sumber protein bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan


sumber protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang
lebih baik, dari segi kuantitas maupun kualitas. Proetin telur dan
protein susu biasanya dipakai sebagi pembanding baku untuk
menentukan nilai gizi protein. Protein hewani juga banyak dalam
daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan udang. Adapun protein nabati
antara lain terdapat dalam kacang – kacangan, tahu dan
tempe.(Adriani dan Bambang.2012)
c. Lemak
Kebutuhan lemak belum direkomendasikan sebelumnya. Hanya saja
pesan dalam pedoman gizi seimbang menganjurkan bahwa kebutuhan
lemak sebaiknya seperempat dari kebutuhan energi. Saat ini
kebutuhan lemak di tentukan sebesar 20% dari kebutuhan energi
(Soekirman,2006:20).

Lemak juga sebagai sumber asam lemak esensial yang diperlukan


oleh pertumbuhan, sebagai sumber suply energi yang berkadar tinggi,
dan sebagai pengangkut vitamin yang larut dalam lemak. Cara yang
digunakan untuk mengurangi diet berlemak adalag dengan
memanfaatkan aneka buah dan sayur dan prosuk padi – padian dan
serealia juga dengan memilih makanan rendah lemak dan daging
tanpa lemak.

Asupan lemak yang kurang, akan terjadi gambaran klinis defisiensi


asam lemak esensial dan nutrisi yang larut dalam lemak, serta
pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan asupan beresiko
kelebihan berat badan (BB), obesitas, dan meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler di keumdian hari. Sumber sebagai lemak
tertentu misalnya : lemak jenuh( mentega), asam lemak tak jenuh
tunggal ( minyak olive), asam lemak jenuh ganda ( minyak kacang
kedelai), kolesterol ( hati, ginjal, otak, kuning telur, daging, unggas,
ikan dan keju)

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO menganjurkan


konsumsi lemak sebanyak 15 – 30 % dari kebutuhan energi total
dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan
asam lemak essensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut
lemak ( Almatsier,2002: 72). Dalam tumpeng gizi seimbang makanan
sumber lemak di letakkan pada puncak tumpeng gizi seimbang karena
penggunaannya dianjurkan seperlunya. ( Dedeh dkk: 2010)
d. Karbohidrat
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi mikro sumber bahan
bakar(energi) utama bagi tubuh.Karbohirat 60 – 75 % dari kebutuhan
energi total, atau sisa dari kebutuhan energi yang telah dikurangi
dengan energi yang berasal dari protein dan lemak.

sumber karbohidrat utama adalah beras, jagung, ubi kayu, talas,


mie, kentang, dan roti.sumber karbohidrat yang baik untuk diet yaitu
karbohidrat sederhana seperti : buah – buahan, sayur – sayuran, susu,
gula, pemanis berkalori lainnya. Sedangkan karbohidrat komplek
seperti : produk padi – padian dan sayur – sayuran.

e. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena
akselerasi muskular, skeletal, dan perkembangan endokrin lebih besar
dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan
tinggi badan dan sekitar 50% masa tulang dewasa di capai pada masa
remaja.(Sulistyoningsih.2011)

AKG kalsium 2012 untuk remaja adalah 1100 – 1200 mg per


hari untuk laki - laki dan 1200 untuk perempuan.

Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil


olahannya. Sumber kalsium lainnya adalah kacang – kacangan,
sayuran hijau, makanan yang difermentasi(tempe, oncom, tauco, dan
sebagainya) dan ikan.

f. Zat besi (Fe)


Kebutuhan zat besi pada masa remaja juga meningkat karena
terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan zat besi pada remaja pria
untuk ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi
haemoglobin. Pada masa ini pria memerlukan 1,0 – 2,5 mg/hari. Pada
wanita zat besi yang dibutuhkan maksimum yaitu 1,5 mg/hari, namun
sebenarnya 1,3 mg/hari pun sudah mencukupi hanya saja jumlah 1,5
mg/hari dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang pada saat
menstruasi.

Status besi dalam tubuh juga mempengaruhi efisiensi penyerapan


besi, remaja dengan defisiensi besi maka penyerapan besi akan lebih
efisien dibandingkan yang tidak defisiensi besi. Yang dapat
meningkatkan penyerapan besi dari sumber nabati adalah vitamin C
serta sumber hewani tertentu ( ( daging dan ikan). Sedangkan zat yang
dapat menghambat peneyrapan besi antara lain adalah cafein, tannin,
fitat, zinc, dan lain – lain. AKG besi tahun 2012 untuk remaja yaitu 13 –
19 mg/hari untuk laki – laki dan 20 – 26 mg/hari untuk perempuan.
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging
merah, (sapi, kambing, domba) daging ayam,ikan, kacang – kacangan
dan sayuran hijau.

g. Serat
Serat pada diet jumlahnya berlimpah, fungsinya pada tubuh
memudah proses buang air besar, membuang racun – racun dalam
tubuh, dan mencegah kegemukan. Serat bisa diperoleh dari sayur –
sayuran, buah – buahan dan agar – agar.

h. Vitamin
Vitamin dapat diperoleh dari sayuran dan buah – buahan.
Kandungan vitamin dan mineral pada buah dan sayuran bermanfaat
untuk mengatur pengolahan bahan makanan serta menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Biasanya banyak remaja yang kurang
suka makan sayuran dan buah – buahan. Padahal makanan tersebut
bermanfaat sekali bagi tubuh. Vitamin yang dibutuhkan yaitu vitamin
B6, asam folat, vitamin B12, A, C, D, E.

5. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pola konsumsi remaja


a. Konsumsi makanan
Pada dasarnya intake makanan dipengaruhi oleh dua hal yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang berasal dari dalam diri sendiri, dapat berupa emosi/kejiwaan yang
memiliki kebiasaan. Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar manusia, seperti ketersediaan bahan pangan yang
ada di alam sekitarnya serta kondisi, seperti kondisi sosial ekonomi
yang mempengaruhi tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangan
( Gizi dan Kesehatan Masyarakat,2009).

Worthinton-Rpobert, 2000 menyebutkan banyak faktor yang


mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja, meningkatkan
partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktifitas remaja dapat
menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut.
Remaja mulai dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk
mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka makanan serba instant
yang berasal dari luar rumah seperti fast food.

b. Pendidikan dan pengetahuan


Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat memepengaruhi keadaan gizinya karena
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan
atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering
masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi
tentang gizi yang memadai. Seseorang dengan pendidikan rendah
belum tentu kurang mampu menyususn makanan yang memenuhi
persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya
lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah kalau orang
tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi
bukan mustahil penegtahuan gizinya akan lebih baik.

Perlu dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut


pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa
dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang
tepat. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan
agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam
keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009).

c. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi juga berebda antara laki – laki dan
perempuan, terutama pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama
disebabkan oleh jaringan penyusun tubuh dan jenis aktifitasnya.
Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki
– laki, sedangkan laki – laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan
otot. Hal ini menyebabkan lean body masss laki – laki menjadi lebih
tinggi sehingga kebutuhan energi basal laki – laki lebih tinggi dari pada
perempuan.

d. Sosial ekonomi
Faktor yang dalam menentukan status gizi seseorang adalah
tingkat sosial ekonomi dalam hal ini adalah daya beli keluarga.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan anatara lain
tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan
makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan
pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan
besar akan berkurang untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam
tubuhnya (Gizi dan Masyarakat, 2009).

e. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik atau disebut dengan aktifitas eksternal adalah
sesuatu yang menggunaka tenaga atau energi untuk melakukan
berbagai kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain –
lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut
lamanya intensitas dan sifat kerja otot. Latihan fisik dapat
meningkatkan kemampuan fungsional kardiovaskular dan menurunkan
kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada setiap
penurunan aktifitas fisik seseorang (Gizi dan Masyarakat, 2009)
B. GIZI SEIMBANG
Kata gizi sendiri berasal dari bahasa arab ghidza yang berarti
makanan. Gizi adalah segala sesuatu yang di konsumsi oleh manusia yang
mengandung unsur – unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral, lemak,
protein, dan air yang dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan perkembangan dari organ – organ tubuh manusia (Sartika
dan Mitayani, 2010)

Jadi manusia mendapat zat gizi atau nutrien dalam bentuk makanan
yang berasal dari hewani dan nabati. Zat gizi tersebut adalah karbohidrat,
protein dan lemak yang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan
mineral yang disebut zat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses
metabolisme dalam tubuh diperlukan air dan serat. (Sedioetama, AJ,1999).

Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk


memenuhi semua zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan salah satu
unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu,
perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan
jumlah yang sesuai kebutuhan masing – masing individu agar tercapai kondisi
kesehatan yang prima (Anonim,2008)

Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari yang mengandung zat


gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk
dapat hidup sehat secara optimal atau merupakan makanan yang
mengandung zat tenaga, zat pembangunan dan zat pengatur. Zat tenaga
atau kalori diperlukan untuk melakukan aktifitas sehari – hari yang sebagian
dibutuhkan dari bahan makanan sumber karbohidrat dan lemak serta sedikit
protein. Zat pengatur dalam tubuh bisa diperoleh dari sayur-mayur dan buah-
buahan. Fungsi utama dari zat pembangun adalah untuk memberi tubuh
perlindungan maksimal terhadap serangan penyakit. Zat pembangun di dalam
tubuh bisa di peroleh dari protein hewani dan nabati seperti kacang-
kacangan, susu, keyu, yoghurt, dan lain-lain. Zat pembangun sangat berguna
untuk meregenerasi sel-sel yang mati agar bisa berganti dengan yang
baru.(Anonim,2008)
Agar dapat menerapkan pedoman gizi seimbang perlu perhatikan
pesan – pesan dalam pedoman gizi seimbang terbaru yang terdiri dari :
(Direktorat Bina Gizi, 2014)

1). Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;


2). Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;
3) Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;
4) Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok;
5) Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
6) Biasakan Sarapan;
7) Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
8 ) Biasakan membaca label pada kemasan pangan;
9) Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
10) Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal.

C. POLA KONSUMSI
Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola
konsumsi masyarakat dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan
masyarakat (Baliwati, dkk,2004). Sedangkan menurut santoso, dkk 2004 pola
konsumsi adalah berbagari informasi yang memberi gambaran mengenai
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang
dan merupakan ciri khas untuk kelompk masyarakat tertentu yang
dipengaruhi oleh kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, ekonomi,
lingkungan alam, dan sebagainya. Pola konsumsi dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok yaitu pangan pokok, lauk pauk, sayur dan buah – buahan.

Pola makan seseorang individu ditinjau dari frekuensi makan dirumah


yaitu apabila frekuensi makan individu dirumah itu baik misalnya 3 kali makan
utam dan 1 – 2 kali makan selingan maka konsumsi makanan jajanannya
akan berkurang karena sudah kenyang terlebih dahulu sehingga nafsu
memakan makanan jajanan berkurang. Sedang pola makan di tinjau dari
penggunaan bahan makanan yang beraneka ragam pada makanan yang
dihidangkan kesehariannya dapat mengurangi konsumsi makanan jajanannya
karena variasi bahan makanan sudah terpenuhi dan zat – zat gizi yang
diperlukannya sudah tersedia dalam makanan yang menjadi menunya.

1. Jenis bahan makanan


Bahan makanan disebut juga bahan pangan. Jenis bahan makanan
adalah segala sesuatu yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun
menjadi hidangan atau menu ( Yuniarti,2012). Apabila pola makanan
sehari – hari kurang beraneka ragam , maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masuka dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat FKM UI,2007)

Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi


aneka ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup (
Baliwati,dkk,2004).

a. Makanan pokok
Bahan makanan pokok dianggap terpenting didalam susunan hidangan
indonesia . dikatakan pokok karena merupakan jumlah terbesar yang
dikonsumsi diantara bahan makanan lain. Bila hidangan tidak
mengandung makanan pokok sering dianggap tidak lengkap dan
orang sering mengatakan belum makan. Makanan pokok yang biasa
dkonsumsi yaitu Nasi, Roti, Mie atau bihun.

b. Lauk pauk
Kelompok lauk pauk sering digunakan sebagai sumber protein utama.
Lauk pauk dikenal sebagai protein hewani dan protein nabati . Bahan
pangan hewani seperti daging, ikan, telur, hasil laut sebagi lauk –
pauk, sedangkan bahan pangan nabati yang termasuk lauk – pauk
yaitu sejenis kacang – kacangan , kedelai, dan hasil olahan seperti
tahu dan tempe.

c. Sayuran
Sayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuhan . Bagian
tumbuhan yang dapat dibuat sayur antara lain daun (sebagian besar
sayur adalah daun), batang ( wortel adalah umbi batang), bunga
(jantung pisang), buah muda ( labu), sehingga dapat dikatakan bahwa
semua bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan
sayur(Sediaoetomo,2004).

d. Buah - buahan
Buah adalah bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji
dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagi
fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri.

Menurut Astawan (2008), berdasarkan ketersediaan di pasar, buah –


buahan dapat dibedakan menjadi :
1. Buah bersifat musiman seperti durian, mangga, rambutan, dan lain
– lain.
2. Buah tidak musiman seperti pisang, nanas, pisang, alpukat,
pepaya, semangka, dan lain – lain.
2. Jumlah bahan makanan
Jumlah bahan makanan adalah berapa banyak makanan yang
dikonsumsi oleh individu setiap harinya dan makanan tersebut memiliki
sejumlah kandungan zat gizi (Persagi 2006 dalam Yuniarti,2012). Pola
makan setiap orang akan menetukan jumlah zat – zat gizi yang diperoleh
untuk pertumbuhan dan perkembangannya jumlah makanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat – zat gizi yang cukup,
guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukannya, apabila asupan
tersebut kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan serta prestasinya (Baliwati, 2004).

Tiap jenis makanan dapat memberikan sumbangan zat gizi yang unik.
Pola makan yang baik akan mempengaruhi konsumsi makan seseorang
dan zat – zat gizi dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan
lengkap harus dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan
dan status gizi seseorang, pola makan yang baik dicerminkan oleh
konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang
beragam dan jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan
individu (Suhardjo, 1989)

Angka kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya


masing – masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan yang
mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi
(Paath, Rumdasih & Heryati,2005 dalam Suci, 2011). Menutut Hartono,
2006 Angka kecukupan gizi merupakan rekomendasi asupan berbagai
nutrisi esensial yang dipertimbangkan berdasarkan pengetahuanilmiah
agar nutrisi tersebut cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi
semua orang sehat.
Tabel 1.2
Angka Kecukupan Gizi Rata – Rata yang di anjurkan per orang
per hari
umur AKG energi AKG protein
13 – 15 tahun laki - laki 2550 62
13 – 15 tahun 2150 60
perempuan
Sumber : PGRS 2013

3. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari – hari baik
kualitatif maupun kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat – alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata –
rata, umumnya lambung kosong antara 3 – 4 jam . maka jadwal makan ini
pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Soegeng,Santoso 2004
dalam Okviani , 2011.

Frekuenis makan seseorang yang merupakan kebiasaan makan


berhubungan erat dengan kecukupan zat gizi. seorang remaja biasanya
tidak mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disenanginya.
Sering terjadi seorang remaja tidak cukup makan 3 kali sehari, terutama
pada waktu pertumbuhan badan maksimal terjadi, yaitu pada umur 13, 14,
15, dan 16 tahun (Suhardjo,1989)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP NEGERI 1 MATARAM pada remaja
usia 13 – 15 tahun.

2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan januari - februari

B. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian observasional deskriptif,


karena peneliti hanya ingin mengamati gambaran pola konsumsi remaja
berdasarkan pedoman gizi seimbang di SMP NEGERI 1 MATARAM. Dari
segi waktu penelitian ini bersifat crossectional karena kedua variabel yaitu
variabel bebas dan terikat dikumpulkan pada waktu yang bersamaan.

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja SMP NEGERI 1 Mataram.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi(Notoatmodjo,2002). Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan secara sistematic random sampling. Hal tersebut
dilakukan karena tersedianya absen kelas sehingga mempermudah dalam
pengambilan sampel.
Jumlah sampel ditentukan dengan rumus : (Notoadmojo,S,2005)

𝑁
n=
1+𝑁𝑑2

keterangan :
N : populasi
n : jumlah sampel
d2 : derajat ketelitian

D. CARA PENGAMBILAN SAMPEL


Sampel diambil dengan cara sistematik random sampling yaitu dengan
membagi seluruh populasi N dengan besar sampel (n) sehingga didapat
interval K

K= N

keterangan :

K : interval sampel

N : jumlah populasi

N : jumlah sampel yang di inginkan

Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang
mempunyai nomor kelipatan .

E. JENIS DATA
a. Data Primer
1. Data karakteristik responden melalui nama, kelas, dan jenis
kelamin.
2. Data jenis bahan makanan meliputi makanan pokok,lauk pauk,
sayur dan buah.
3. Data jumlah bahan makanan meliputi kecukupan energi,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, dan zat besi (Fe).
4. Data frekuensi makan meliputi berapa kali makan dan jumlah
konsumsi setiap jenis bahan makanan.

b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum SMP NEGERI 1 MATARAM.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Data responden,frekuensi makan akan diteliti dengan menggunakan


kuisioner. Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang sudah disusun
dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu
(Notoadmojo,2005)
2. Data jenis bahan makanan akan diperoleh dengan instrumen formulir
Food Recall 2x 24 jam dan akan dibantu dengan menggunakan food
model. Pada food recall 24 jam responden akan menceritakan semua
yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (supariasa,dkk,
2002).
3. Data tingkat kecukupan zat gizi akan diperoleh dengan menggunakan
metode food recall 24 jam dengan menggunakan instrumen kuisioner
dan dibantu dengan food model.
4. Data frekuensi makan akan diperoleh dengan metode Food Frequency
Questionaire (FFQ) yang dilaksanakan pada hari sekolah.

G. CARA PENGUMPULAN DATA

1. Data tentang karakteristik responden meliputi nama, kelas, jenis


kelamin. Frekuensi makan yang meliputi berapa kali makan dalam
sehari. Data tersebut diperoleh dengan membagikan kuisioner kepada
responden yang terlebih dahulu di berikan pengarahan oleh peneliti,
kemudian kuisioner tersebut di isi sendiri oleh responden yang
bersangkutan.
2. Data jenis bahan makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk,
sayur dan buah. Data tingkat kecukupan zat gizi yang meliputi
kecukupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan zat besi
(Fe) di dapatkan dengan metode wawancara oleh peneliti dengan
menggunakan metode food recall 24 jam.

3. Data tingkat kecukupan zat gizi diperoleh secara kuantitatif yaitu


jumlah asupan zat gizi (energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin A,
vitamin C, dan zat besi ) diperoleh dengan metode Food Recall 24 jam
dengan menggunakan instrumen kuisioner.

H. ANALISIS DATA
Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi remaja berdasarkan pedoman
gizi seimbang di SMP NEGERI 1 MATARAM di analisis secara kualitatif..

I. CARA PENGOLAHAN DATA


1. Data primer
a. Data tentang identitas (umur,kelas, jenis kelamin) sampel diolah dan
disajikan secara deskriptif.
b. Data tentang jenis makanan yang di konsumsi remaja berdasarkan
pedoman gizi seimbang di SMP NEGERI 1 MATARAM diolah dengan
menggunakan FFQ.
c. Data tentang jumlah makanan yang di konsumsi remaja berdasarkan
pedoman gizi seimbang di SMP NEGERI 1 MATARAM diolah dengan
menggunakan hasil konsumsi recall 2x 24 jam, setelah itu dilakukan
perhitungan tingkat kecukupan gizi, kemudian dikelompokkan
berdasarkan kriteria sebgai berikut :
1. energi

Sesuai AKG : jika ≥70% dari AKG (perempuan : 2150 kkal, laki –
laki : 2550)
Tidak sesuai AKG , jika <70% dari AKG (perempuan : 2150 kkal,
laki – laki : 2550)
2. protein
Sesuai AKG, jika ≥80% dari AKG (perempuan : 52 gr, laki –
laki : 62 gr)
Tidak sesuai AKG, jika <80% dari AKG (perempuan : 52 gr,
laki – laki : 62 gr).

3. lemak
Sesuai AKG, jika ≤ 25 % - 30 % dari kebutuhan energi total.
Tidak sesuai AKG, jika > 25 – 30 % dari kebutuhan energi
total.

4. Karbohidrat
Sesuai AKG, jika ≥45 – 65% dari energi total.
Tidak sesuai AKG, jika < 45 – 65% dari kebutuhan energi
total.
5. vitamin A

Sesuai AKG, jika ≥600 RE

Tidak sesuai AKG, jika < (600 RE)

6. vitamin C
Sesuai AKG, jika ≥ (perempuan : 65 mg, laki – laki : 75 mg)
Tidak sesuai AKG, jika < AKG (perempuan : 65 mg, laki – laki :
75 mg)

7. zat besi (fe)


Sesuai AKG, jika ≥ AKG (perempuan : 26 mg, laki – laki : 19
mg).
Tidak sesuai AKG, Jika < AKG (perempuan : 26 mg, laki – laki
: 19 mg).
d. Data frekuensi makan remaja diloah dengan menggunakan kuisioner
dan FFQ setelah itu dikelompokkan berdasarkan kriteria :
a. Jadwal makan dalam sehari
1. 1 kali
2. 2 kali
3. 3 kali
4. Lebih dari 3 kali

(suhardjo,1989)

b. Jumlah konsumsi setiap jenis bahan makanan


1. Sesuai PGS, jika makanan pokok 3 – 8 kali (porsi) per
hari, lauk pauk 2 – 3 kali (porsi) per hari, sayur 3 – 5 kali
(porsi) per hari, buah 2 – 3 kali (porsi) per hari.
2. Tidak sesuai PGS , jika tidak memenuhi kriteria di atas

(Kurniasih,2007)
J. DEFINISI OPERASIONAL
Variab Definisi Cara Alat Hasil ukur Skal
el operasio ukur ukur a
nal ukur
remaja Setiap - - - -
anak laki
– laki
dan
perempu
an yang
berumur
13 – 15
tahun.
Jenis Kelompo wawan Metod 1. Sesuai PGS jika terdiri dari Ordi
bahan k cara e food makanan pokok, lauk pauk, nal
makan pangan recall sayuran, dan buah.
an yang 2x 24 2. Tidak sesuai PGS , jika tidak
dikonsu jam terdiri dari makanan pokok,
msi lauk pauk, sayuran, dan
setiap buah.
hari (Kurniasih,dkk,2010 dan depkes,
(makan 2003).
pagi,
makan
siang,
dan
malam)

Tingka Konsum Wawan Metod a. Kecukupan energi Ordi


t si zat – cara e 1. Sesuai AKG , jika ≥70% dari nal
kecuku zat gizi Food AKG (perempuan : 2150 kkal,
pan yang Recall laki – laki : 2550)
zat gizi diperole 2X24 2. Tidak sesuai AKG , jika <70%
h dari jam dari AKG (perempuan : 2150
sejumlah kkal, laki – laki : 2550)
bahan b. Kecukupan karbohidrat
makana 1. Sesuai AKG, jika ≥45 – 65%
n dalam dari energi total.
sehari 2. Tidak sesuai AKG, jika < 45 –
dibandin 65% dari kebutuhan energi
gkan total.
dengan c. Kecukupan protein
angka 1. Sesuai AKG, jika ≥80% dari
kecukup AKG (perempuan : 52 gr,
an gizi laki – laki : 62 gr)
2. Tidak sesuai AKG, jika
<80% dari AKG
(perempuan : 52 gr, laki –
laki : 62 gr).
d. Kecukupan lemak
1. Sesuai AKG, jika ≤ 25 % -
30 % dari kebutuhan energi
total.
2. Tidak sesuai AKG, jika > 25
– 30 % dari kebutuhan
energi total.
e. Kecukupan vitamin A
1. Sesuai AKG, jika ≥600 RE
2. Tidak sesuai AKG, jika <
(600 RE)

f. Kecukupan vitamin C
1. Sesuai AKG, jika ≥
(perempuan : 65 mg, laki –
laki : 75 mg)
2. Tidak sesuai AKG, jika <
AKG (perempuan : 65 mg,
laki – laki : 75 mg)

g. Kecukupan Fe
1. Sesuai AKG, jika ≥ AKG
(perempuan : 26 mg, laki –
laki : 19 mg).
2. Tidak sesuai AKG, Jika <
AKG (perempuan : 26 mg,
laki – laki : 19 mg).
Frekue Intensita wawan Kuisio c. Jadwal makan
nsi s makan cara ner dalam sehari
makan ( jadwal dan 5. 1 kali
makan) FFQ 6. 2 kali
dan 7. 3 kali
jumlah 8. Lebih dari 3
konsums kali
i setiap (suhardjo,1989)
jenis d. Jumlah
bahan konsumsi
makana setiap jenis
n. bahan
makanan
3. Sesuai
PGS, jika
makanan
pokok 3 – 8
kali (porsi)
per hari,
lauk pauk
2 – 3 kali
(porsi) per
hari, sayur
3 – 5 kali
(porsi) per
hari, buah
2 – 3 kali
(porsi) per
hari.
4. Tidak
sesuai
PGS , jika Ordi
tidak nal
memenuhi
kriteria di
atas
(Kurniasih,2007)

Anda mungkin juga menyukai