Anda di halaman 1dari 16

Laporan Akhir

Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi


Provinsi Jambi Tahun 2019
II

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Kontruksi


Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungisional dan hubungan
kerja. Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu
unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Dalam
melaksanakan proses penyelesaiannya, suatu proyek harus sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai biaya yang
direncanakan (Ervianto, 2003).
Menurut Soeharto (1995) terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah:
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil akhir.
2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas.
Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
4. Non-rutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

Agar suatu proyek konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka dibutuhkan adanya suatu manajemen
proyek untuk mengatur dan mengontrol sumber daya yang digunakan dalam
mewujudkan suatu proyek. (Ervianto, 2005) menyatakan bahwa manajemen
proyek adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi
suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin
pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Selain itu,
manajemen proyek juga dibutuhkan agar tercapainya suatu efisiensi kerja yang
baik.

2.2 Sumberdaya Manusia


Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam
organisasi. Peningkatan produktivitas hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menyebabkan terjadinya
pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuknya. Mengingat bahwa pada
umumnya proyek berlangsung dengan kondisi yang berbeda–beda, maka dalam
merencanakan tenaga kerja hendaknnya dilengkapi dengan analisis
produktivitas dan indikasi variabel yang mempengaruhi. (Soeharto, 1995)
Terdapat banyak metode yang bisa digunakan untuk mengukur
produktivitas tenaga kerja di lapangan. Namun, pengukuran produktivitas tenaga
kerja secara akurat sulit dilakukan. Work Sampling adalah suatu metode
pendekatan yang bisa digunakan untuk pengukuran produktivitas dengan cukup
mudah. Salah satu pendekatan untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga
kerja adalah dengan menggunakaan metode yang mengklasifikasikan aktivitas
pekerja.
Kerja yang bermalas–malasan ataupun korupsi jam kerja dari yang
semestinya, bukanlah menunjang pembangunan, tapi menghambat kemajuan
yang semestinya dicapai. Sebaliknya, kerja yang efektif menurut jumlah jam kerja
yang seharusnya serta kerja yang sesuai dengan uraian kerja masing–masing
pekerja, akan dapat menunjang kemajuan serta mendorong kelancaran usaha
baik secara individu maupun secara menyeluruh (Mucdarsyah, 2003).

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

2.3 PRODUKTIVITAS
2.3.1 Pengertian Produktivitas
Sumber sumber ekonomi yang digerakan secara efektif memerlukan
ketrampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna
yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah.
Melalui berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan berbagai
input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik
dan banyak hal yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tidak terbuang sia–sia,
tenaga dikerahkan secara efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa terselenggara
dengan baik, efektif dan efisien.
Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang
memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri
bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih
baik dari hari ini. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara
hasil nyata maupun fisik dengan masukan sebenarnya. Misalnya saja,
produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara
output dan input, masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja,
sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk mental.
Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam
memproduksi barang atau jasa. Produktivitas juga didefinisikan sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas
masukan selama periode tersebut.
Kerja yang bermalas–malasan ataupun korupsi jam kerja dari yang
semestinya, bukanlah menunjang pembangunan, tapi menghambat kemajuan
yang semestinya dicapai. Sebaliknya, kerja yang effektif menurut jumlah jam
kerja yang seharusnya serta kerja yang sesuai dengan uraian kerja masing-
masing pekerja, akan dapat menunjang kemajuan serta mendorong kelancaran
usaha baik secara individu maupun secara menyeluruh. Banyak kejadian
disekitar kita betapa pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling
dasar dari produktivitas kerja, banyak diabaikan, bahkan secara sengaja
dilanggar. Sikap mental seperti ini tidak akan menimbulkan suasana kerja yang

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 3
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

optimis, apalagi diharapkan untuk menciptakan metode dan sistem kerja yang
produktif disemua perangkat kerja yang ada.
Kerja produktif memerlukan ketrampilan kerja yang sesuai dengan isi
kerja sehingga bisa menimbulkan penemuan–penemuan baru untuk
memperbaiki cara kerja atau minimal mempertahankan yang sudah baik. Kerja
produktif memerlukan prasarat lain sebagai pendukung yaitu: Kemauan kerja
yang tinggi, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi
kehidupan minimum, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang
manusiawi dan hubungan kerja yang harmonis.

2.3.2 Produktivitas Dan Efektivitas


Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata
maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukan sebenarnya. Misalnya saja
produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai suatu
perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output input. Masukan
sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam
kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan
efisiensi dalam memproduksi barang – barang atau jasa. Ukuran produktivitas
yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan
membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam – jam kerja orang
(Muchdarsyah, 1992).
Produktivitas adalah suatu pendekatan inter disipliner untuk menentukan
tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif
untuk menggunakan sumber–sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya
kualitas yang tinggi. Produktivitas adalah interaksi terpadu antara tiga faktor
yang mendasar, yaitu investasi, manajemen, dan tenaga kerja. (Muchdarsyah,
1992).
Permasalahan produktivitas juga berkaitan dengan seberapa besar
pekerjaan itu digolongkan dalam kelompok kerja yang efektif. Efektif biasanya
digunakan sebagai perbandingan (tingkatan) dimana sasaran yang dikemukakan
dapat dianggap tercapai. Sedangkan pengertian efektivitas adalah suatu
perbandingan antara evaluasi pekerjan dari satu unit output (keluaran) dengan

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 4
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

evaluasi satu unit input (masukan) sehingga dapat diperoleh besarnya efektivitas
dari suatu jenis pekerjaan yang ditinjau (Muchdarsyah, 1992).
Manajemen memang selalu diarahkan sebagai upaya meminimalisir baik
dalam hal biaya (pendanaan), fasilitas, ataupun sumber daya manusianya, namun
tetap ditempatkan dalam porsi yang tepat sehingga tujuan usaha tercapai. Prinsip
manajemen pada umumnya adalah peningkatan efisiensi dengan mengurangi
pemborosan (wastage). Sumber–sumber yang ada digunakan secara maksimal,
termasuk modal, bahan–bahan mentah dan setengah jadi, dan tenaga kerja
sendiri. Ketidakefisiensian terjadi karena manajemen yang kurang baik atau
kurangnya pengawasan dari manajer. Ketidakefisiensian itu dapat diketahui
melalui analisa dari hasil pengamatan terhadap aktivitas tiap pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu.
Produktivitas adalah interaksi antar tiga faktor yang mendasar, yaitu:
Investasi, Manajemen dan Tenaga kerja.
1. Investasi
Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal merupakan
landasan gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah cukup, untuk itu
harus ditambahkan dengan komponen teknologi
2. Manajemen
Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakan
orang–orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai
dengan baik. Hal – hal yang kita hadapi dalam manajemen, terutama dalam
organisasi modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh
langsung dari kemajuan–kemajuan yang diperoleh dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi seluruh aspek organisasi
seperti proses produksi, distribusi, pemasaran dan lain–lain. Kemajuan
teknologi yang berjalan cepat harus diimbangi dengan proses yang terus–
menerus melalui pengembangan sumber daya manusia, yakni melalui
pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latihan dan pengembangan
tersebut maka antara lain akan menghasilkan tenaga skill yang mengusai
aspek-aspek teknis dan aspek–aspek manajerial.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 5
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

3. Tenaga Kerja
Hal–hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor–faktor
tenaga kerja ialah:
a. Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa
depannya.
b. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana
keterbukaan. (Muchdarsyah, 1992).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas


Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan, di antaranya
dilakukan di Singapura oleh Low pada tahun 1992. Low mengimpulkan bahwa
produktivitas konstruksi dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu:
1. Buildability
2. Structure of industry
3. Training
4. Mechanization and automation
5. Foreign labour
6. Standardization
7. Building control
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan
menjadi empat kategori utama (Ervianto, 2005), yaitu:
1. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor: disain rekayasa, metoda
konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja.
2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan penjadwalan,
tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material,
manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja, lingkungan fisik,
kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi.
4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif,
pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan
kerja antar sejawat, kemangkiran.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 6
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

Banyak dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa produktivitas


sangat dipengaruhi oleh faktor: pengetahuan (knowledge), keahlian (skill),
kemampuan (ability), sikap (attitude), dan tingkah laku (behaviour) dari para
pekerja yang ada di dalam organisasi (Gomes, 1995).
Menurut Sinungan (1992), produktivitas dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat keahlian
2. Latar belkang kebudayaan dan pendidikan,
4. Kemampuan dan sikap,
5. Kondisi kerja fisik,
6. Sistem intensif,
7. Gaya kepemimpinan.
Menurut Pramuji (2008), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas pekerjaan antara lain:
1. Tingkat upah,
2. Pengalaman dan ketrampilan para pekerja,
3. Pendidikan keahlian,
4. Usia pekerja,
5. Pengadaan barang,
6. Cuaca,
7. Jarak material,
8. Hubungan kerja sama antar pekerja,
9. Faktor managerial,
10. Efektivitas jam kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja menurut
Simanjuntak (dalam Ade Suherman, 2011) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah:
1. Kualitas dan Kemampuan Fisik Karyawan
Kualitas dan kemampuan fisik karyawan dipengaruhi juga oleh tingkat
pendidikan, latihan, motivasi kerja, mental, dan kemampuan fisik
karyawan yang bersangkutan.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 7
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

2. Sarana Pendukung
Sarana pendukung untuk meningkatkan produktivitas karyawan
digolongkan menjadi:
a) Menyangkut lingkungan kerja termasuk sarana dan peralatan yang
digunakan, teknologi dan cara produksi, tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja serta suasana lingkungan kerja itu sendiri.
b) Menyangkut kesehatan karyawan yang tercermin dalam sistem
pengupahan dan jaminan sosial serta jaminan keselamatan kerja.
Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di
lapangan dapat dikelompokkan menjadi berikut, (Soeharto,1995).
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu,
2. Supervise, perencanaan, dan koordinasi,
3. Komposisi kelompok kerja,
4. Kerja lembur,
5. Ukuran besar proyek,
6. Kurva pengalaman (learning curve),
7. Kepadatan tenaga kerja.
Karena sumber daya manusia merupakan elemen yang paling penting
dalam organisasi, maka dengan demikian peningkatan produktivitas hanya dapat
dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002).
Berikut ini terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
manajemen tenaga kerja menurut Handoko (1984):
1. Memadukan karyawan dan pekerjaan
2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja
3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja
4. Menjamin supervise yang baik
5. Merumuskan secara jelas tanggung jawab karyawan

2.4 TENAGA KERJA


Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan
suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 8
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa


manusia merupakan sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi sehingga
diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan
tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan:
a. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
b. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
c. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
d. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek
berlangsung.
e. Perencanaan, penjadualan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga
kerja.
Dalam hal ini tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat dalam
pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang ahli/ profesional sampai tenaga kerja
pemborong/ buruh. Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara keahlian
tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan manjadi efisien dan efektif. Dalam
pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai berikut.
a. Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek
yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan yang
penting terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga
kerja lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan
pekerjaan. Meliputi tenaga pelaksana yang tingkat pendidikannya sarjana,
sarjana muda dan memiliki pengalaman dibidang masing-masing.
b. Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,
misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan
ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan,
menangani pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi
pekerjaan tenaga kerja bawahannya.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 9
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

c. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan


cara kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi lima bagian
yaitu tukang besi, tukang batu, tukang kayu, tukang las, dan tukang listrik.
Tukang besi mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan degan
pembesian/pemasangan tulangan, tukang batu bertugas dalam pengecoran
dan pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas untuk mengurusi segala
macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu baik bekesting hingga
servis lainnya.
d. Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk pengangkutan
bahan, alat, dan lain – lain.
e. Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi proyek,
prosedur penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika ada
concrete mixer truck, concrete pump truck maupun truk bahan bangunan
yang akan masuk ke lokasi proyek.

Bila dilihat dari bentuk hubungan kerja antara pihak yang bersangkutan,
maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Tenaga kerja borongan, tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang ada
antara perusahaan penyedia tenaga kerja (labour supplier) dengan
kontraktor untuk jangka waktu tertentu.
2. Tenaga kerja langsung (direct hire), tenaga kerja yang direkrut dan
menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.
Umumnya diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup memiliki
kemampuan dan kecakapan dasar.

2.5 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA


Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan
input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang
telah dilakukan seperti meter kubik galian atau timbunan, ataupun meter persegi

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 10
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

untuk plesteran. Sedangkan input-nya merupakan jumlah sumber daya yang


dipergunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Karena peralatan dan
material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja
merupakan salah satu faktor penentu produktivitas.
Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi
faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Penyediaan jumlah tenaga
kerja, jenis keterampilan, dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan
kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka
suatu perencanaan tenga kerja proyek yang menyeluruh dan terperinci harus
meliputi perkiraan jenis dan keperluan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dari
berbagai disiplin ilmu dan pekerja lapangan untuk tahap konstruksi.
Jenis dan intensitas kegiatan proyek dapat berubah cepat sepanjang
siklusnya sehingga penyedian jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan dan
keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang
berlangsung. Untuk itulah diperlukan suatu parameter yang sangat penting yaitu
produktifitas tenaga kerja yang digunakan untuk mengukur efisiensi kerja.
Menurut Soeharto (1997), definisi indeks produktifitas dapat dirumuskan
sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 − 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛


𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ − 𝑗𝑎𝑚 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘
𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎
𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑛𝑑𝑎𝑟

Kondisi standar adalah kondisi rata-rata dimana indeks produktifitas


diberi angka = 1,0. Jika indeks produktifitas > 1,0 berarti produktifitas tenaga
kerja kurang dari standar. Sebaliknya, jika indeks produktifitas < 1,0 berarti
produktifitas tenaga kerja melebihi standar yang ditetapkan (Soeharto, 1997).

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 11
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja lapangan


antara lain (Soeharto, 1997):
a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.
Kondisi geografis lokasi proyek, iklim, cuaca, tempat penampungan tenaga
kerja serta sarana bantu yang berupa peralatan konstruksi sangat
berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kerja.
b. Supervisi, perencanaan dan koordinasi.
Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan
pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja di lapangan, maka kualitas
pengawas lapangan sangat besar pengaruhnya terhadap produktifitas secara
menyeluruh.
c. Komposisi kelompok kerja.
Perbandingan jam-orang pengawas lapangan terhadap total jam-orang
kelompok kerja yang dipimpinnya menunjukkan indikasi besarnya rentang
pengendalian yang dimiliki.
d. Kerja lembur.
Walaupun bertujuan untuk mengejar sasaran jadwal, kerja lembur dapat
berakibat pada menurunnya efisiensi kerja.
e. Pengalaman pekerja.
Seorang atau sekelompok tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang
identik secara berulang-ulang diharapkan dapat menaikkan tingkat
produktifitasnya untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya. Semakin lama
seseorang bekerja pada satu jenis pekerjaan yang sama, maka
keterampilannya akan semakin meningkat dan semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu. Dengan
adanya peningkatan pengalaman kerja maka terjadinya kesalahan akan
berkurang, meningkatnya kualitas metode kerja, penggunaan peralatan yang
lebih baik, produk yang dihasilkan lebih baik dari sebelumnya dan tentunya
lebih efektif dalam memanfaatkan waktu.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 12
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

f. Ukuran besar proyek.


Semakin besar ukuran proyek, maka produktifitas pekerja akan cenderung
menurun.
g. Kepadatan tenaga kerja.
Kepadatan tenaga kerja adalah jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga
kerja. Semakin tinggi jumlah pekerja per area atau semakin turunnya luas
area per pekerja, maka kegiatan per area akan semakin sibuk, atau dengan
kata lain kelancaran pekerjaan akan terganggu dan mengakibatkan
penurunan produktifitas.

2.6 KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI


Pemerintah provinsi memiliki kewenangan dalam hal membantu
tanggung jawab Pemerintah Pusat terhadap jasa kontruksi nasional. Pasal 4 ayat
(1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Kontruksi, Pemerintah
Pusat bertanggung jawab atas :
a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi nasional;
b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
transparan, persaingan usaha yang sehat, serta jaminan kesetaraan hak dan
kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;
d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja
konstruksi nasional;
e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta
teknologi konstruksi dalam negeri;
f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.

Pada pasal 6, diamanatkan beberapa kewenangan Gubernur sebagai perpanjang


tanganan pemerintah pusat yang diuraikan sebagai berikut :

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 13
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

a. Dalam meningkatkan kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi


nasional, pemerintah provinsi memiliki kewenangan sebagai berikut :
1. memberdayakan badan usaha Jasa Konstruksi;
2. menyelenggarakan pengawasan proses pemberian Izin Usaha
nasional;
3. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi di
provinsi;
4. menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di
provinsi; dan
5. memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa Konstruksi di
provinsi dengan badan usaha dari luar provinsi.
b. Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang transparan, persaingan usaha yang sehat, serta jaminan
kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa,
pemerintah provinsi memiliki kewenangan sebagai berikut :
1. menyelenggarakan pengawasan pemilihan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
2. menyelenggarakan pengawasan Kontrak Kerja Konstruksi; dan
3. menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan dan tertib
pemanfaatan Jasa Konstruksi di provinsi.
c. Untuk mewujudkan terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan,
pemerintah provinsi memiliki kewenangan menyelenggarakan
pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi
oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil dan menengah.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 14
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

d. Untuk meningkatkan kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas


tenaga kerja konstruksi nasional, pemerintah provinsi memiliki
kewenangan sebagai berikut:
1. sistem Sertifikasi Kompetensi Kerja;
2. pelatihan tenaga kerja konstruksi; dan
3. upah tenaga kerja konstruksi.
e. Untuk meningkatkan kualitas penggunaan material dan peralatan
konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri, pemerintah provinsi
memiliki kewenangan sebagai berikut:
1. menyelenggarakan pengawasan penggunaan material, peralatan,
dan teknologi konstruksi;
2. memfasilitasi kerja sama antara institusi penelitian dan
pengembangan Jasa Konstruksi dengan seluruh pemangku
kepentingan Jasa Konstruksi;
3. memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas;
4. menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber material konstruksi; dan
5. meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.
f. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi, pemerintah
provinsi memiliki kewenangan sebagai berikut:
1. memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi
provinsi;
2. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang
berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan
penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi; dan
3. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang
berkualitas dan bertanggung jawab dalam usaha penyediaan
bangunan.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 15
TAHUN 2019
Laporan Akhir
Tata Kelola Pembinaan Tenaga Kontruksi
Provinsi Jambi Tahun 2019
II

g. Untuk mewujudkan tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi,


pemerintah provinsi memiliki kewenangan mengumpulkan data dan
informasi Jasa Konstruksi di provinsi.
Pada pasal 7, dijelaskan bahwa pada sub urusan jasa kontruksi,
Pemerintah Daerah Provinsi memiliki kewenangan sebagai berikut:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah
provinsi.

PEMERINTAH ROVINSI JAMBI


DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 16
TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai