Anda di halaman 1dari 8

Pengertian dan Prinsip Ekonomi Islam

Menurut Robbins (1952), ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam mengalokasikan sumber-sumber alam secara efisien. Definisi ekonomi tersebut, menurut
Partadiredja 91984), adalah definisi ekonomi positif (positive economic) atau definisi dalam pengertian
yang sempit. Disamping ekonomi positif, para ahli mengembangkan ekonomi normatif;yakni ekonomi
dengan memasukkan unsur-unsur etika, moral, sosial, huum, filsafat, dan agama.

Sedangkan ekonomi islam adalah sebuah mahzab ekonomi yang terjelma didalamnya
bagaimana cara islam mengatur kehidupan perekonomian, dengan suatu aradigma yang terdiri dari
nilai-nilai moral islam dan nilai-nilai ilmu ekonomi, atau nila-nilai sejarah yang ada hubungannya dengan
masalah-masalah siasat perekonomian maupun yang ada hubungannya dengan sejarah masyarakat
manusia (al-Shadr, 1968).

Sementara yang lain mendefinisikan sebagai ilmu yang mengarahkan kegiatan ekonomi dan
mengaturnya, sesuai dengan dasar-dasae dan siasat ekonomi islam (al-Fanjari, 1972).

Ekonomi islam juga bisa didefinisikan dengan ‘sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
disimpulkan dari Al-Qur’an dan Sunnah, yang ada hubungannya dengan urusan-urusan ekonomi, seperti
firman Allah:

ْ ‫ض َج ِم ي ع ًا ث ُ َّم ا‬
‫س ت َ َو ٰى إ ِ ل َ ى ال سَّ َم ا ِء‬ َ َ ‫هُ َو ال َّ ِذ ي َخ ل‬
ِ ‫ق ل َكُ ْم َم ا ف ِ ي ْاْل َ ْر‬
‫ي ٍء عَ لِ يم‬ ْ َ‫ت ۚ َو هُ َو ب ِ كُ ِل ش‬ َ ‫ف َ سَ َّو ا هُ َّن سَ بْ َع سَ َم‬
ٍ ‫او ا‬

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-
Baqarah : 29).

Firman-Nya lagi :

ِ ‫ت َو َم ا ف ِ ي ْاْل َ ْر‬
‫ض‬ َ ‫َّللا َ سَ َّخ َر ل َكُ ْم َم ا ف ِ ي ال سَّ َم‬
ِ ‫او ا‬ َّ ‫أ َل َ ْم ت َ َر ْو ا أ َ َّن‬
ۗ ً ‫ط ن َة‬ ْ َ ‫َو أ‬
ِ ‫س ب َ َغ عَ ل َ يْ كُ ْم ن ِ ع َ َم ه ُ ظَ ا ِه َر ة ً َو ب َا‬
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.
(Luqman : 20)

Kedua ayat ini, dan ba yak lagi semisalnya dalam al-Quran meletakka prinsip ekonomi yag penting,
memutuskan bahwa segala cara usaha pokok asalanya adalah boleh.
Dan firman Allah:

َّ‫الر ب َ ا َو َح ر َمَّ الْ ب َ يْ َعَّ ّللاَّه َو أ َ َح ل‬


ِّ
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (al-Baqarah:275)

Ayat ini meletakkan prinsip umum, yaitu dihalalkannya berjual beli dan diharamkannya riba.

Dan Firman Allah juga:

‫َص يب‬ِ ‫لر َج ا ِل ن‬ِ ِ‫ض ۚ ل‬ ٍ ْ‫ض كُ ْم عَ ل َ ٰى ب َع‬ َّ ‫ض َل‬


َ ْ‫َّللا ُ ب ِ ِه ب َع‬ َّ َ ‫َو ََل ت َت َ َم ن َّ ْو ا َم ا ف‬
َّ ‫س أ َل ُوا‬
ْ َ ‫َّللا َ ِم ْن ف‬
ۗ ‫ض لِ ِه‬ ْ ‫َص يب ِم َّم ا ا ْك ت َسَ بْ َن ۚ َو ا‬ ِ ‫ِم َّم ا ا ْك ت َسَ ب ُوا ۖ َو لِ لن ِ سَ ا ِء ن‬
‫ي ٍء عَ لِ ي ًم ا‬ ْ َ‫َّللا َ كَ ا َن ب ِ كُ ِل ش‬ َّ ‫إ ِ َّن‬

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih
banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (al-nisa; 32)

Firman ini meletakkan prinsip umum, dengan keputusan bahwa hasil pekerjaan kembali
kepada yang mengerjakanny, tak ada perbedaan dalam soal ini antara laki-laki dan perempuan.

‫َّللا ُ عَ ل َ ٰى َر سُ و لِ ِه ِم ْن أ َ ْه ِل الْ ق ُ َر ٰى ف َلِ ل َّ ِه‬ َّ ‫ َم ا أ َف َ ا َء‬Dan firman-Nya:


ْ َ‫لر سُ و ِل َو لِ ِذ ي الْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو الْ ي َ ت َا َم ٰى َو الْ َم سَ ا ِك ي ِن َو ا بْ ِن ال سَّ ب ِ ي ِل ك‬
‫ي ََل‬ َّ ِ‫َو ل‬
‫الر سُ و ُل ف َ ُخ ذ ُو ه ُ َو َم ا‬ َّ ُ‫غ ن ِ ي َا ِء ِم نْ كُ ْم ۚ َو َم ا آ ت َا كُ م‬ْ َ ‫ي َكُ و َن د ُو ل َة ً ب َ يْ َن ْاْل‬
ِ‫َّللا َ شَ ِد ي د ُ الْ ِع ق َ ا ب‬ َّ ‫ن َ َه ا كُ ْم عَ نْ ه ُ ف َا نْ ت َهُ وا ۚ َو ا ت َّق ُوا‬
َّ ‫َّللا َ ۖ إ ِ َّن‬

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
amat keras hukumannya. (Al-Hasyr : 7).
Firman ini meletakkan kendali umum, dengan memutuskan bahwa pemimpin harus dapat
mengembalikan distribusi kekayaan dalam masyarakat manakala tidak ada keseimbangan di antara
mereka yang dipimpinnya.

Dalam ajaran islam terdapat dua prinsip utama, yaitu pertama, tidak seorangpun atau
sekelompok orangpun yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak sekelompok
orangpun boleh memisahkan diri dri orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial
ekonomi dikalanga mereka saja. Dengan demikian seorang muslim harus mempunyai keyakinan
bahwa perekonomian suatu kelompok, bangsa maupun individu pada akhirnya kembali berada
ditangan Allah. Jika seseorang memiliki keyakinan yang demikian, dirinya tidak akan diperbudk oleh
keduniaan.

Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga, maka setiap manusia adalah sama
derajatnya di mata Allah dan di depan hokum yang diwahyukan-Nya. Untuk merealisasi kekeluargaan
dan kebersamaan tersebut, harus ada kerjasama dan tolong menolong. Konsep persaudaraan dan
perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat dimuka hokum tidaklah ada artinya kalau
tidak disertai dengan keadilan ekonomi yang memungkinkan setiap orang memperoleh ha katas
sumbangannya terhadap masyarakat. Agar tidak ada eksploitasi yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain, maka Allah melarang umat islam memakan hak orang lain, sebagaimana firman-Nya.

‫ض ُم فْ ِس ِد ي َن‬ ْ َ ‫اس أ‬
ِ ‫ش ي َا َء هُ ْم َو ََل ت َعْ ث َ ْو ا ف ِ ي ْاْل َ ْر‬ َ َّ ‫َو ََل ت َبْ َخ سُ وا ال ن‬

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi dengan membuat kerusakan; (Al-Syura ; 183)

Berdasarkan tinjauan terhadap ayat-ayat al-Quran dapat diketahui adanya dua prinsip
ekonomi yang dilakukan oleh umat manusia. Prinsip ekonomi tersebut adalah :

1. Prinsip zhulumat/syar (non islam)


Prinsip ekonomi zhulumat adalah prinsip ekonomi yang melandaskan pada pola piker
materialism, yang menempatkan manusia sebagai segala-galanya, baik secara kolektif atau
komunal maupun individual atau liberal. Tata aturan yang berhubungan dengan kegiatan
ekonomi ditetapkan berdasarkan aturan manusia dan menolak ajaran Tuhan. Prinsip ekonomi
inilah yang melandasi ekonomi konvensional pada kurun waktu sejak dunia Barat
mendominasi peradaban. Prinsip ekonomi demikian dinyatakan dalam Al-Quran sebagai
penyesat kehidupan,yang pada akhirnya aka melahirkan peradaban yang saling baku hantam
dan mencari kelengahan pihak lain.
‫س ََل ِم ِد ي ن ًا ف َل َ ْن ي ُقْ ب َ َل ِم نْ ه ُ َو هُ َو ف ِ ي ْاْل ِخ َر ة ِ ِم َن‬ ِ ْ ‫َو َم ْن ي َ بْ ت َغ ِ غَ ي َْر‬
ْ ‫اْل‬
‫الْ َخ ا ِس ِر ي َن‬

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali-Imran ; 85)

2. Prinsip nur (khair)


Prinsip ekonomi nur yaitu prinsip ekonomi yang didasarkan atas konsep ketuhanan secara
fungsional. Maksudnya hal yang berkaitan dengan kegiata ekonomi ditetapkan berdasarkan
aturan Allah dalam al-Quran sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Di antara
prinsip-prinsip tersebut adalah.

a. Alam ini milik mutlak Allah SWT.

ِ ‫ت َو َم ا ف ِ ي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو َم ا ب َ يْ ن َهُ َم ا َو َم ا ت َ ْح‬
‫ت‬ َ ‫ل َه ُ َم ا ف ِ ي ال سَّ َم‬
ِ ‫او ا‬
‫ال ث َّ َر ٰى‬
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Thaha : 6)

b. Alam merupakan karunia Allah, diperuntukan bagi manusia

‫ض‬ ِ ‫ت َو َم ا ف ِ ي ْاْل َ ْر‬ ِ ‫او ا‬َ ‫َّللا َ سَ َّخ َر ل َكُ ْم َم ا ف ِ ي ال سَّ َم‬ َّ ‫أ َل َ ْم ت َ َر ْو ا أ َ َّن‬
ِ َّ ‫ط ن َة ً ۗ َو ِم َن ال ن‬
‫اس َم ْن ي ُ َج ا ِد ُل‬ ْ َ ‫َو أ‬
ِ ‫س ب َ َغ عَ ل َ يْ كُ ْم ن ِ ع َ َم ه ُ ظَ ا ِه َر ة ً َو ب َا‬
ٍ ِ ‫َّللا ِ ب ِ غ َ ي ِْر ِع لْ ٍم َو ََل هُ د ًى َو ََل ِك ت َا بٍ ُم ن‬
‫ير‬ َّ ‫ف ِ ي‬

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu


apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman ; 20)

c. Alam kurnia Allah ini untuk dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak melampaui
batas-batas ketentuan.
ْ ‫س ِج ٍد َو كُ ل ُوا َو ا‬
‫ش َر ب ُوا َو ََل‬ ْ ‫ي َا ب َ ن ِ ي آ د َ َم ُخ ذ ُوا ِز ي ن َ ت َكُ ْم ِع نْ د َ كُ ِل َم‬
ْ ‫ب الْ ُم‬
‫س ِر ف ِ ي َن‬ ُّ ‫س ِر ف ُوا ۚ إ ِ ن َّه ُ ََل ي ُ ِح‬
ْ ُ‫ت‬

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan. (al-Araf : 31)

d. Hak milik perseorangan diakui sebagai hasil jerih payah usaha yang halal dan hanya boleh
dipergunakan untuk hal hal yang halal pula

‫ت َم ا كَ سَ بْ ت ُ ْم َو ِم َّم ا أ َ ْخ َر ْج ن َا‬ ِ ‫ي َا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا أ َنْ فِ ق ُوا ِم ْن طَ ي ِ ب َا‬


َ ِ ‫ض ۖ َو ََل ت َي َ َّم ُم وا الْ َخ ب‬
ْ َ ‫يث ِم نْ ه ُ ت ُنْ فِ ق ُو َن َو ل‬
‫س ت ُ ْم‬ ِ ‫ل َ كُ ْم ِم َن ْاْل َ ْر‬
‫ي َح ِم يد‬ َّ ‫ع ل َ ُم وا أ َ َّن‬
ٌّ ِ ‫َّللا َ غَ ن‬ ْ ‫ض وا ف ِ ي ِه ۚ َو ا‬ُ ‫آخ ِذ ي ِه إ ِ ََّل أ َ ْن ت ُغْ ِم‬ ِ ِ‫ب‬

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (al-Baqarah : 267)

e. Allah melarang menimbun kekayaan tanpa ada manfaat bagi sesama manusia

‫الر ْه ب َا ِن ل َ ي َأ ْكُ ل ُو َن‬


ُّ ‫ار َو‬ ً ِ ‫ي َا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا إ ِ َّن كَ ث‬
ِ َ ‫ير ا ِم َن ْاْل َ ْح ب‬
‫َّللا ِ ۗ َو ال َّ ِذ ي َن ي َ ْك ن ِ ُز و َن‬َّ ‫ص د ُّو َن عَ ْن سَ ب ِ ي ِل‬ ُ َ ‫ط ِل َو ي‬ ِ ‫اس ب ِ الْ ب َا‬ِ َّ ‫أ َ ْم َو ا َل ال ن‬
‫ش ْر هُ ْم ب ِ ع َ ذ َا بٍ أ َلِ ي ٍم‬ َّ ‫ض ة َ َو ََل ي ُنْ فِ ق ُو ن َ َه ا ف ِ ي سَ ب ِ ي ِل‬
ِ َ ‫َّللا ِ ف َ ب‬ َّ ِ‫َب َو الْ ف‬
َ ‫ال ذ َّه‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan
rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-
halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, (al-Taubah : 34)

f. Di dalam harta orang kaya itu terdapat hak orang msikin, fakir dan lain sebagainya.

‫ير ا‬ ْ ‫ت ذ َا الْ ق ُ ْر ب َ ٰى َح ق َّه ُ َو الْ ِم‬


ً ‫س ِك ي َن َو ا بْ َن ال سَّ ب ِ ي ِل َو ََل ت ُب َ ِذ ْر ت َبْ ِذ‬ ِ ‫َو آ‬

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (al-Isra
: 26)

D. sistem Ekonomi Islam

Ekonomi irabbani menjadi ciri khas utama dan model ekonomi islam, secara umum dapat
dikatakan sebagai divine economics. Cerminan watak “ketuhanan” ekonomi islam bukan pada aspek
pelaku ekonominya, tetapi pada aspek aturan atau sistem yang harus dipedomani oleh para pelaku
ekonomi. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua faktor ekonomi termasuk diri manusia pada
dasarnya adalah kepunyaan Allah, dan kepada-Nya dikembalikan segala urusan (Q.S. Ali-Imran : 109),
melalui aktivitas ekonomi, manusia dapat mengumpulkan nafkah sebanyak mungkin, tetapi tetap
dalam batas koridor aturan main. “Dialah yang memberi kelapangan atau membatasi rezeki orang yang
Dia kehendaki” (Q.S. al-Syura : 12; al-Ra’d : 26). Karena hikmah ilahiah, untuk setiap makhluk hidu
telah Dia sediakan rezekinya selama ia tidak menolak untuk mendapatkannya (Q.S. Hud : 6). Namum
Allah tak pernah menjamin kesejahteraan ekonomi tanpa manusia tadi melakukan usaha.

Sebagai ekonomi yang ber-Tuhan maka ekonomi islam memunya sumber “’nilai-nilai
normative-imperatif”, sebagai acuan yang mengikat. Dengan mengakses kepada turan ilahian, setiap
perbuatan manuia mempunya nilai moral dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari
nilai, yang secara vertikal merefleksikan moral yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi
manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral samahah (lapang dada, lebar tangan dan murah hati)
merupakan prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat illah, baik selaku pedagang,
konsumen, debitor maupun kreditor. Dengan demikian, posisi ekonomi islam terhadap nilai-nilai moral
adalah sarat nilai, bukan sekedar memberi nilai tambahan apalagi nilai bebas.

Untuk memahami hubungan antara agama secara umum dan ekonomi, terlebih dahulu harus
dipelajari cakupan bahasan dan bidang kerjanya masing-masing. Sehingga akan diperoleh benang
merah di antara kedua hal tersebut.

Michael Mayer dalam bukunya Instruction Maroles et Religieusu, lere leson, mendefinisikan
agama sebagai seperangkat kepercayaan dan aturan yang pasti membimbing kita dalam tindakan kita
terhadap Tuhan, orang lain dan terhadap diri sendiri (Monzer Kahf, 1995). Sementara ekonomi, pada
umumnya didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan
pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang0baran dan jasa-jasa
serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi. Dengan demikian bidang garapan ekonomi adalah salah
satu sector dalam perilaku manusia yang berhubugan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.

Dengan membuat perbandigan definisi kedua hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama
merupakan sebuah aturan yang memberikan arahan dan batasan dalam berbagai kegiatan ekonomi.

Pada dasarnya sistem ekonomu islam dibentuk dengan bersumberkan pada islam itu sendiri.
Pertama, al-Qur’an, firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai petunjuk
bagi kehidupan dab perilaku manusia. Kedua, Sunnah, pemahaman dan apikasi Nabi terhadap al-
Qur’an.

Sebuah sistem dibentuk melalui sebuah metodologi. Demikian juga sistem ekonomi islam,
dibentuk dari dua macam metodologi. Pertama metode deduksi, yang dikembangkan oleh para ahli
hokum islam atau Fuquha. Ia di aplikasikan pada ekonomi islam modern untuk menampilkan prinsip-
prinsip, sistem islam dan kerangka hukumnya dengan berlandaskan sumber-sumber islam, yaitu al-
Qur’an dan Sunnah. Kedua, metode pemikiran retrospektif yang banyak digunakan oleh para penulis
muslim kontemporer yag merasakan tekanan kemiskinan dan keterbelakagan didunia islam dan
berusaha mencari berbagai pemecahan terhadap persoalan-persoalan ekonomi umat muslim dengan
kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah untuk mencari dukungan atas pemecahan persoalan tersebut,
dan mengujinya dengan memperhatikan petunjuk Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai