Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL MASALAH KESEHATAN TERKAIT PENERAPAN

PRECEDE PROCEED MODEL “KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN


SAMADA WILAYAH AMHARA NORTHWEST EUTHOPIA

Disusun Oleh:

1. Laras Arsyi Insani /101611133193


2. Devi Anggraini /101711133002
3. Shelvi Indah P /101711133013
4. Dyah Silviananda W /101711133018
5. Diyan Juli Eka L /101711133019
6. Nanada Inas Fuziah /101711133031
7. Noviea Rosalia C /101711133040
8. Nabila Nur Masitha /101711133056
9. Dini Saputri /101711133061

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017

i
Sebagian besar populasi di Euthopia berada didaerah yang memiliki risiko
tinggi terkena malaria terutama masyarakat yang tinggal di area dataran rendah,
hal ini diakibatkan karena kondisi perumahan atau tempat tinggal mereka yang
buruk dan diperparah dengan hasil diagnosis sosial yang memberikan gambaran
terkait kualitas kehidupan (Quality of Life) di daerah tersebut. Dalam hal ini
gambaran kualitas hidup masyarakat yang dimaksud meliputi tingkat pendidikan
rendah dikarenakan keterbatasan akses masyarakat untuk mengenyam pendidikan,
akses pelayanan kesehatan rendah karena biaya perawatan yang mahal dan
terbatasanya ketersediaan fasilitas kesehatan serta masalah kerawanan pangan
yang sering menyebabkan kelaparan. Dengan kondisi yang demikian, bukanlah
hal yang tidak mungkin jika pada tahun 2016 terjadi wabah malaria di kabupaten
Samada. Disisi lain hasil diagnosis epidemiologi juga turut serta memberikan
gambaran terkait faktor perilaku maupun lingkungan, yang juga memiliki andil
terkait terjadinya malaria di wilayah tersebut. Faktor lingkungan yang dimaksud
yaitu lingkungan perumahan masyarakat yang dekat dengan badan pengeloa air,
yang menyebabkan genangan air di sekitar tempat tinggal masyarakat dan
keberadaan larva Anopheles pada genangan air tersebut, adanya penampungan air
buatan didekat rumah masyarakat serta jarak tempat tinggal masyarakat yang
dekat dengan sungai yang merupakan tempat perindukan nyamuk yakni hanya
beradius 1 meter dari tempat tinggal masyarakat. Sedangkan faktor perilaku yang
mempengaruhi terjadinya malaria diwilayah Samada meliputi perilaku masyarakat
yang berada diluar rumah semalaman, kurangnya pemanfaatan penggunaan jaring
insektisida jangka panjang atau kelambu berinsektisida. Selain itu tingkat
pengetahuan masyarakat yang kurang terkait penularan malaria, cara pencegahan
dan pengendalian malaria, serta kurangnya kesigapan atau keterlambatan dalam
pengendalian lingkungan juga turut serta menjadi faktor penyebab terjadinya
malaria di kabupaten Samada wilayah Amhara Northwest Eutopia.

Sementara untuk intervensi yang dilakukan untuk mengatasi perasalahan


kesehatan tersebut juga sudah dilakukan yaitu dengan melakukan fogging pada
semua wilayah terdampak, membuka bendungan sungai, memberikan sosialisai

2
kepada masyarakat terkait langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
malaria, menugaskan tenaga ahli kesehatan ke desa-desa terampak untuk
mengelola fasilitas kesehatan sebagai upaya untuk mengendalikan kasus,
memberikan obat demam serta memperkuat sistem pengawasan di daerah
tersebut.

3
Tahap 1 : Diagnosis Sosial

Diagnosis Sosial

a. Jenis kelamin
Total populasi yang bertempat tinggal diwilayah Simada diperkirakan
sebanyak 7.725 orang dengan penduduk laki-laki memiliki persentase
sebesar 51% dan penduduk perempuan memiliki persentase sebesar 49%.
b. Etnis dan agama
Sebagian besar populasi yang bertempat tinggal diwilayah Simada memiliki
etnis Amhara dan beragama Kristen Ortodoks.
c. Pendidikan
Sebagian besar populasi yang bertempat tinggal diwilayah Simada memiliki
status pendidikan yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kehadiran
masyarakat diinstitusi pendidikan yang masih rendah. Sehingga, berdampak
pada tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat wilayah Simada.
d. Pekerjaan
Populasi yang tinggal diwilayah Simada sebagian besar memiliki mata
pencaharian sebagai petani.
e. Pendapatan
Populasi yang tinggal diwilayah Simada dipengaruhi oleh musim tanam dan
panen. Hal ini menyebabkan masyarakat memiliki kapasitas produktif yang
rendah. Sehingga, berdampak pada penurunan bahkan kehilangan
pendapatan.
f. Pelayanan kesehatan
Biaya perawatan difasilitas pelayanan kesehatan wilayah Simada sangat
mahal. Selain itu, fasilitas kesehatan mengalami kesulitan dalam pelayanan
kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan jumlah fasilitas kesehatan yang
tersedia kurang memadahi dengan banyaknya pasien yang membutuhkan
perawatan.
Hasil diagnosis sosial adalah kualitas hidup masyarakat wilayah Simada
masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya tingkat pendidikan,
sektor pekerjaan dan pendapatan yang hanya bergantung pada musim disektor

4
tanam dan panen, serta mahal dan sulitnya mendapat perawatan difasilitas
kesehatan.

Tahap 2 : Diagnosis Epidemiologi

a. Pendekatan Reduksi
Berdasarkan hasil output yang diperoleh dari Diagnosis Sosial, maka kasus
yang bisa terjadi di wilayah Simada adalah kasus malaria. Karena selain
masalah pelayanan kesehatan yang sulit untuk dijangkau, ternyata
masyarakat di wilayah Simada juga berpendidikan serta berpenghasilan
rendah. Dalam hal ini, permasalahan tersebut sangat bisa menjadi faktor
pendukung utama dalam terjadinya kasus malaria di wilayah tersebut.
b. Pendekatan Ekspansi

5
Kasus malaria yang terjadi berada di wilayah Simada dengan jumlah total
populasi sebanyak 7725 orang. Dimana hal yang dapat memicu terjadinya
kasus tersebut yaitu kualitas hidup masyarakat yang rendah baik itu dari segi
pendidikan, pendapatan, akses pelayanan hingga kemiskinan.
c. Masalah Kesehatan
Kasus malaria terjadi di wilayah Simada pada tahun 2016. Dimana kasus
malaria meningkat 2x lebih besar daripada tahun sebelumnya.
d. Health Objectives.
Total kasus malaria yakni sebanyak 227 kasus. Dimana rata-rata kelompok
usia yang dominan yakni mulai dari usia 5-14 tahun dan berjenis kelamin
perempuan. Kasus malaria yang terjadi pada tahun 2016 ini merupakan
kasus terbesar yang pernah terjadi di wilayah Simada jika dibandingkan dari
tahun-tahun sebelumnya.

Tahap 3 : Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

Diagnosis Perilaku
- Tinggal di luar rumah
semalaman
- Pengetahuan tentang
penularan, pencegahan dan
pengendalian malaria
- Pemanfaatan LLIN/ITN
- Kontrol lingkungan

Diagnosis Lingkungan
- Rumah berdekatan dengan
wadah penampung air
- Rumah berdekatan dengan
aliran sungai (radius 1 km)
- Curah hujan tinggi

Diagnosis Perilaku
a. Tinggal di luar rumah semalaman

6
Orang yang tinggal di luar rumah semalaman 3,2 kali lebih berisiko terkena
penyakit malaria daripada orang yang tidak tinggal di luar rumah
semalaman.
b. Pengetahuan tentang penularan, pencegahan dan pengendalian malaria
Orang yang tidak memiliki pengetahuan mengenai penularan, pencegahan
dan pengendalian malaria 4,4 kali lebih berisiko terkena penyakit malaria
daripada mereka yang memiliki pengetahuan mengenai penularan,
pencegahan dan pengendalian malaria.
c. Pemanfaatan LLIN/ITN
Semua rumah tangga memiliki setidaknya satu LLIN di rumah mereka.
Lebih dari setengah (53,7%) dari mereka menggunakan LLIN dan 32,5%
menggunakannya dengan benar. Di antara mereka yang menggunakan tidak
menggunakan LLIN, kebanyakan dari mereka menggunakannya untuk
tujuan lain, kotor, tidak digantung dengan benar di ruang tidur dan
diletakkan di bawah kotak. Orang yang tidak menggunakan LLIN/ITN
dengan benar 5,9 kali lebih berisiko terkena malaria daripada orang yang
menggunakan LLIN/ITN dengan baik dan benar.
d. Kontrol lingkungan
Orang yang tidak melakukan pengendalian atau kontrol lingkungan terhadap
tempat tinggal mereka 10 kali lebih berisiko tertular penyakit malaria
dibandingkan dengan mereka yang melakukan pengendalian atau kontrol
lingkungan terhadap tempat tinggal mereka.

Diagnosis Lingkungan
a. Rumah berdekatan dengan penampungan air
Orang yang tinggal pada rumah yang berdekatan dengan lokasi
penampungan air 3,3 kali lebih berisiko tertular malaria daripada orang
yang tinggal pada rumah yang jauh dari penampungan air.
b. Rumah berdekatan dengan sungai (radius 1 km)
Penduduk yang tinggal berdekatan dengan sungai (radius 1 km) 4,7 kali
lebih berisiko terkena penyakit malaria daripada penduduk yang tinggal
jauh dari keberadaan sungai.

7
c. Curah hujan tinggi
Air yang tergenang mengikuti curah hujan yang tinggi menciptakan tempat
perkembangbiakan yang kondusif bagi nyamuk dan merupakan penyebab
epidemi malaria.

Tahap 4 : Educational and organizational diagnostic


a. Predisposing factors
1. Kurangnya pengetahuan tentang penularan, pencegahan, dan
pengendalian malaria.
Masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang cara penularan,
pencegahan dan tindakan pengendalian malaria.
2. Penggunaan LLIN
Masyarakat yang menggunakan LLIN sebanyak 53,7%. Namun,
yang menggunakannya dengan benar hanyalah 32,5%. Mayoritas dari
mereka menggunakan LLIN untuk tujuan lain, LLIN yang kotor, LLIN
tidak digantung dengan benar di tempat tidur, dan LLIN yang diletakkan
di bawah kotak.
3. Tinggal di luar rumah semalaman
Orang yang tinggal di luar rumah semalaman 3,2 kali lebih
berisiko terkena penyakit malaria daripada orang yang tidak tinggal di
luar rumah semalaman.

b. Enabling factors
1. Rumah dekat dengan penampung air buatan
Orang yang tinggal di rumah yang dekat dengan penampungan air
3,3 kali lebih berisiko tertular malaria daripada mereka yang tinggal jauh
dari tempat penampungan air.
2. Rumah dekat dengan aliran sungai (radius 1 km)
Keberadaan sungai yang berjarak 1 km dari rumah, berisiko 4,7
kali lebih berisiko terkena malaria. Karena adanya sungai dapat dijadikan
sebagai tempat untuk pengembangbiakan nyamuk.
3. Curah hujan yang tinggi

8
Air yang tergenang mengikuti curah hujan yang tinggi
menciptakan tempat perkembangbiakan yang kondusif bagi nyamuk dan
merupakan penyebab epidemi malaria.

Tahap 5 : Diagnosis administrasi dan kebijakan

Dalam tahap diagnosis administrasi dan kebijakan adanya sebuah program


yang mendukung pencegahan terhadap penyakit malaria. Dalam jurnal tersebut,
data yang diperoleh untuk perencanaan promosi kesehatan diperoleh dari
dokumen yang ada, langsung dari masyarakat dan petugas kesehatan di lapangan.
Sasaran dari promosi kesehatan ini yaitu pada populasi yang tinggal di daerah
endemis malaria di Wilayah Amhara. Daerah dataran rendah (di bawah ketinggian
2.000 meter) di Ethiopia adalah tempat di mana lebih banyak orang terkena
malaria daripada pendarat tinggi (di atas ketinggian 2.000 meter).

Perumusan Masalah :
Diagnosis administrasi dan Diagnosis Kebijakan::
Dari hasil jurnal untuk masalah sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan program yang akan dilaksanakan untuk penyakit malaria di desa
tersebut. Untuk melakukan program maka adanya penyebaran para profesional
kesehatan ditugaskan ke desa-desa yang terkena dampak untuk manajemen kasus
dini di tingkat masyarakat dan fasilitas kesehatan.
Adapun hal yang akan dilakukan untuk pencegahan penyakit malaria yang
akan dilakukan
1. Adanya semprotan fokus dilakukan untuk semua Desa yang terkena
dampak.
2. Bendungan di sungai dibuka
3. Pendidikan diberikan pada langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
malaria.
4. Dalam melaksanakan program adanya sistem pengawasan diperkuat untuk
bisa mengimplementasikan program.
5. Pengobatan demam diberikan.

9
6. Faktor-faktor yang berkontribusi untuk wabah malaria dengan cepat dinilai
di lingkungan dan pengendalian situs pemuliaan dilakukan.

10

Anda mungkin juga menyukai