Budi mansyah
Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR
Lihat profil lengkapku
SINOPSIS
Arsip Blog
HUKUM
INT...
Analisis Dugaan Tindak Pidana
Korupsi Oleh Oknum K...
DILEMA PENEGAKAN HUKUM
ATAS MAFIA PAJAK GAYUS
HALO...
1 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 1
Pergulatan Manusia
dan Hukumnya
2 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 2
Jagat Ketertiban
3 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
4 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 3
Dinamika di Luar
Hukum Negara
5 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
desentralisasi dan lain – lain itu dipahami dalam makna sosiologis, bukan hukum.
Saya kira, sejak hukum memiliki watak formal, maka citra sebagai institut yang
mempertahankan status quo pun cukup besar, yang muncul dalam persoalan
legalitas. Maka legalitas atau kepastian hukum memiliki rasio besar untuk
menghambat dinamika produksi hukum di masyarakat, yang terjadi adalah
benturan legalitas dan kemanfaatan untuk masyarakat atau sosial reasonableness.
Hambatan – hambatan yang muncul dari bekerjanya hukum yang
legalistik bisa diatasi apabila sebagaimana dikatakan oleh Karl Renner, kita
bersedia membuka klep – klep sehingga hukum mampu mengakomodasi dinamika
dalam masyarakat agar hukum dibiarkan mencari dan menemukan jalannya
sendiri secara progresif, dengan kearifan yang demikian itu maka hukum tidak
perlu selalu tertatih – tatih sibuk membuat undang – undang baru, oleh karena
tanpa membuat yang barupun, praksis hukum yang progresif bisa menjadi
penyalur atau kanalisasi dinamika masyarakat.
Developmental model yang dikatakan oleh Philippe Nonet dan Philip
Selzinik bahwa hukum itu hendaknya mencerminkan dinamika interaksi kekuatan
– kekuatan dalam masyarakat. Janganlah hukum itu mempertahankan dan
memaksakan suatu konstruksi yang bertentangan dengan dinamika
tersebut.Kemauan dan kekautan untuk mengurus diri sendiri itu tetap ada dan
bertahan dalam masyarakat walaupun dipinggirkan oleh berbagai bentuk dan
persyarakat formal.
Bab 4
Hukum Nasional Sebagai Beban
Untuk Komunitas Lokal
Hukum nasional merupakan satu langkah atau satu lapis tipis yang
menutupi sejumlah lapisan di bawahnya, yang dinamakan orde lokal dimana orde
lokal ini telah ada jauh sebelum datangnya era hukum nasional. Kitab – kitab “
undang – undang “ seperti Amana Gapppa, serta pepatah – petitih yang bisa dibaca
kembali, menunjukan bahwa indonesia sarat dengan tatanan sossial.
Tatanan dan tertib lokal ini tidak hapus dengan dan sejak kelahiran
hukum nasional, kuat dan lemahnya orde lokal ini tergantung dari tingkat
industrialisasi, urbanisasi, modernisasi dari suatu wilayah negara, semakin kuat
perkembangan ketiga proses tersebut, semakin terpinggirkan orde lokal itu.
Dr. Bernard L. Membuat desertasi yang berjudul Beban Lokal
Menghadapi Regulasi Negara di UNDIP ( 2000 ), beliau menemukan bahwa
hukum nasional tidak selalu compatible dengan hukum lokal si Sabu, hukum
nasional banyak menjadi beban. Masyarakat Sabu adalah masyarakat yang
sederhana, kehidupan mereka penuh dengan dimensi spirit, seperti bahasa, aksara,
simbol – simbol komunikasi serta berbagai negosiasi maknawi lainnya.
Dalam situasi yang seperti itu datanglah hukum nasional yang
memaksakan untuk diterima oleh masyarakat sabu, maka terjadilah pertemuan
antara definisi kebenaran menurut hukum berhadapan dengan claim kebenaran
lokal, maka yang terjadi adalah betapa tanpa aparatur dengan simbol – simbol
kedinasan, dibaca sebagai orang – orang – orang yang dapat ditemui dengan cara
pribumi seperti menggunakan bahasa lokal yang penuh rasa sehinnga ada
persimpangan antara isi dari sebuah aturan hukum dengan nilai dan pemahaman
masyarakat.
Hukum sebagai beban bagi masyarakat lokal akan sangat terasa, apabila
masyarakat tersebut banyak dijamah oleh perubahan sosial besar, seperti
industrialisasi dan penetrasi kehidupan modern. Hal ini senada dengan apa yang
ditulis oleh Karolus Kopong Medan juga menulis hal yang sama di daerah
Lamalohot, Flores Nusa Tenggara Timur. Hal itu disebabkan karena filasafat
masyaraka Lomalohot berbeda dengan filsafat individualistis yang dianut oleh
hukum pidana. Sebagai bagian dari NKRI, hukum pidana / peradilan pidana juga
berlaku di Lamaholot, tetapi masyarakat menerimanya sebagai suatu beban di atas
cara – cara sengketa yang selama ini telah mereka miliki sebelumnya.
Indonesia diwakili oleh jawa dan bali, memiliki budaya hukum yang
tidak bisa mengakomodasi secara baik digunakannya hukum modern. Benturan
6 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
yang didokumentasikan oleh Lev menunjukan watak liberal dari hukum modern
yang luas yang digunakan di seluruh dunia, yang pada akhirnya akan dirasakan
menjadi beban bagi masyarakat yang koliktivisme.
Bali merupakan eksemplar yang lain ketika berbicara tentang interaksi
antara hukum nasional dan tatanan lokal. Dari bali kita belajar bahwa selama unsur
– unsur kehidupan dalam suatu masyarakat masih relatif dan kokoh maka tatanan
asli itu akan tetap bertahan. Contoh lain di Bali adalah isntitusi pacalang, yaitu
polisi adat yang sekarang sudah masuk ke dalam ranah penajagaan keamanan
formal.
Indoensia berbeda dibanding dengna negara yang sudah hampir
urbanized secara total, banyaknya kantong – kantong lokal tradisional yang ada di
indonesia, jarak dari sabang sampai marauke yang notabene dibatasi dengan
budaya, oleh karena itu kearifan hukum sangat dibutuhkan dan tidak bisa
menerapkan hukum yang seragam dalam kondisi yang seperti ini. Pembuatan
undang – undang tidak bisa dibuat dengan serampangan dalam arti menganggap
bahwa indonesia adalah homogen.
Sebagai contoh undang – undang No 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan di desa. Rumah yang namanya desa tidak bisa digantikan hanya
dengan undang – undang ini. Desa yang terakhir bekerja administratif rasional,
sedang desa yang asli menyatu dengan tradisi dan nilai – nilai lokal.
Dalam berbagai perundang – undangan seperti undang – undang agraria
menyatakan politik hukum itu tegas, tetapi pembuat undang – undang teledor
karena tidak memahami dengan baik karekteristik hukum adat dan hukum
nasional. Hukum adat memiliki struktur yang sangar berbeda dengan hukum
nasional. Bahkan politik hukum masih menempatkan hukum adat dibawah hukum
nasional, oleh karena berlakunya berdasarkan pada legitimasi atau pengakuan
keberadaannya oleh hukum nasional. Apabila politik hukum menjadikan hukum
adat sebagai landasan hukum nasional maka hukum negara harus turut menjaga
kelestarian hukum adat, realitinya malah hukum adat dibunuh secara perlahan –
lahan.
Pembunuhan tersebut terjadi tersebut terjadi karena negara
membiarkan hukum adat bersaing dengan hukum nasional. Seharusnya
pemerintah semestinya mengeluarkan peraturan yang menjaga agar hukum adat
tetap ada. Indonesia tidak berdiri sendiri dalam kaitan dengan masalah beban
budaya, yang disebabkan oleh perbedaan dalam kosmologi antara hukum modern
dan hukum asli. Pada esensinya hakim adalah untuk mendamaikan bukan untuk
menentukan kesalahan seseorang, hakim besar bukanlah hakim yang mampu
memberikan keputusan kepada terdakwa tetapi hakim yang besar adalah hakim
yang mampu membawa kembali terdakwa atau pelaku kepada masyarakat, tidak
boleh ada keretakan antara terdakwa dengan masyarakatnya akibat dari putusan
pengadilan.
Jepang pada waktu pemerintahan Meiji ingin cepat memodernisasi
hukum jepang waktu itu, ketika itu jepang dianggap kuno sehingga jepang terpukul
dan memoderniasasi hukumnya dengan model eropa, yaitu menjiplak hukum
Perancis dan Jerman, maka terjadilah konstitusi Meiji yang terdiri dari 76 pasal ;
hukum perdata terdiri dari 1046 pasal ; hukum dagang ; 689 pasal ; hukum pidana,
264 pasal ; hukum acara perdata, 805 pasal dan hukum acara pidana 334 pasal.
Hukum modern di Jepang hanya merupakan kosmetik atau hiasan
daripada hukum yang dihayati dan dijalankan oleh bangsa Jepang. Sejak introduksi
Meiji bukannya masyarakat Jepang menjadi berubah, melainkan mereka tetap
berpegangan pada tradisi dan kaidah asli yang mengatur kehidupan jepang selama
raturan tahun lalu.
Hukum modern Jepang yang banyak menjiplak Perancis dan Jerman itu
memperkenalkan tipe hukum yang bertumpu pada individualisme yang notabene
bertentangan dengan kosmologi Jepang dengan kehidupan sosial yang konstektual
dan menjaga baik hubungan sosial yang ada.
Tatanan sosial di Indonesia adalah begitu majemuk dan kompleks
sehingga dibutuhkan kearifan dan kehati – hatian tersendiri untuk merawatnya,
apabila itu tidak diperhatikan maka hukum nasional akan menjadi beban daripada
menciptakan ketertiban dan kesejateraan.
7 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 5
Cara – Cara Bangsa Behukum
Dalam berhukum tidak hanya ada satu cara saja namun bangsa di dunia
ini dalam berhukum memilih caranya sendiri dalam berhukum, perbedaan ini
bukan berarti bahwa negara yang satu lebih maju daripada negara yang lain akan
tetapi diakibatkan oleh ketidasamaan bangsa tersebut dalam memahami hukum itu
sendiri. Hal ini mempertegas bahwa cara bangsa berhukum tidak bisa lepas dari
kulturnya. Cara berhukum itu bukan sesuatu yang masinal dan mekanistis tetapi
meripakan suatu bentuk kehidupan yang khas. Suatu bangsa tidak bisa mengarang
sendiri dalam berhukum melainkan ditentukan oleh habitat sosial dan budaya
tempat hukum itu berada dan juga bangsa itu tidak dapat didikte oleh bangsa lain
dalam berhukum.
Dalam masalah HAM memang bersifat universal dan sekaligus memiliki
struktur sosial, keterkaitan pada struktur sosial itulah yang menyebabkan bahwa
tidak ada yang bisa memaksakan berlakunya suatu standar dunia yang absolut.
Hukum kontinental yang sudah berkembang jauh sebelum common law,
yaitu sejak zaman romawi di abad – abad sebelum masehi adalah cara berhukum
yang membutuhkan cukup kecanggihan oleh karena itu sistem berhukum tersebut
digolongkan pada tipe hukum melalui pembelajaran.
Sistem civil law merupakan suatu bangunan doktrin – doktrin yang
sangat artifisial dan karena itu terpisah dari apa yang terjadi di masyarakat.
Berbeda dengan cara berhukum di inggris yang lebih mendasarkan pada
pembentukan hukum secara spontan oleh masyarakat sendiri. Hukum tidak
didasarkan pada konsep – konsep yang dibuat secara sistematis dan canggih
melainkan lebih dibangun menurut pikiran rakyat yang “ awam “ ( lay conception ).
Hukum Inggris tampak partikular dan kacau ( choatic ). Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa di Eropa daratan hukum dirancang melalui prosedur legal
sedangkan di Inggris hukum dibangun secara sosiologis, kendati partikular dan
kacau namun kehidupan di Inggris tetap berjalan lancar.
Berbeda dengan cara bangsa Jepang mengembangkan tradisi
berhukumnya, Jepang yang menutup diri khususnya pada era Tokugawa telah
berhasil memantapkan suatu kehidupan khas berdasar akar budaya bangsa jepang
itu sendiri. Kemudian ketika Komodor Perry mengarahkan moncong meriamnya ke
daratan Jepang, mulailah jepang menyerah dan membuka diri terhadap dunia luar
namun jepang tetap menjadi jepang dengan tidak meninggalkan tradisinya.
Lafcadio Hearn menyatakan bahwa jepang menghadapi dunia luar
industrialisasi, modernisasi dll dengan tetap menjadi jepang. Sehingga Karel van
Wolferen ( seorang belanda ) mengatakan bahwa jepang itu penuh dengan tanda
tanya ( enigma ), sebaliknya Hearn melihat jepang dari dalam, ia mengatakan
bahwa pada intinya jepang adalah bangsa yang hidup dengan hatinya ( kokoro )
Kemampuan untuk bertahan dalam identitias kejepangan. Prinsip
menjalani arsitektur kehidupan yang unik yang memisahkan antara jepang dengan
yang bukan asli jepang, penulisan hal yang datangnya dari luar dilakukan dengan
huruf katakana untuk menandakan bahwa itu bukan asli dari jepang.
Hukum pada rezim Tokugama terlalu feodal, tidak pasti dan tidak logis
untuk bisa diterima dalam kehidupan modern. Perudangan itu disusun begitu luas,
sistematis, komprehensif dan sangat rinci yang merupakan copy dari hukum
Jerman dan Perancis. Negara – negara barat seperti Amerika, Belanda, Perancis,
Rusia, merasa tidak terikat pada hukum Jepang karena merasa hukum itu kuno.
Dalam suasana hukum baru yang amat cepat dan merupakan
pengcopyan bahwa hukum baru Jepang tersebut hanya sebuah lapisan make-up.
Istilah untuk hukum pun yaitu kenri baru dimunculkan oleh para penyusun hukum
baru tersebut. Hukum baru Jepang tersebut sama sekali tidak berangkat dari
kokoro, maka terbukalah jurang yang menganga antara hukum dan kehidupan
jepang yang sesungguhnya
Kokoro Jepang tidak memberi peluang kepada seseorang untuk
menyoalkan kewajiban seseorang sementara masyarakat tidak mengizinkan
8 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 6
Mempertanyakan Kembali
Kepastian Hukum
Kepastian hukum adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari hukum,
namun kepastian hukum memiliki resiko besar karena kepastian hukum sudah
didewakan menjadi ideologi dalam hukum. Hubungan antara hukum dan kepastian
hukum adalah tidak bersifat mutlak, hukum tidak dengan serta merta menciptakan
kepastian hukum namun yang benar adalah hukum melahirkan kepastian
peraturan, maka dari itu kita harus memisahkan antara kepastian hukum dengan
9 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
kepastian peraturan.
Charles Sampford mengatakan bagaimana mungkin hukum dengan
ketidakteraturan disebut sebagai ketertiban yang sempurna. Kalau ahli hukum
mengatakan bahwa hukum penuh dengan ketidakteraturan maka sebenarnya
bertolak dari kepentingan mereka, dengan demikian menuru beliau bahwa
kepastian hukum itu lebih merupakan keyakinan yang dipaksakan daripada
keadaan yang sebenarya.
Kepastian hukum memerlukan suatu perjuangan karena tidak dengan
sendirinya lahir oleh karena itu kepastian hukum merupakan fenomena psikologi
dan budaya daipada hukum.
Gustav Radbruch berpendapat bahwa hukum itu bertumpu pada tiga
nilai dasar yaitu kepastian, keadilan dan kemanfaatan, namun ketiga unsur ini
tidak selamanya bermain harmonis. Kepastian berpotensi untuk bertabrakan
dengan keadilan dan kemanfatan sosial begitu sebaliknya.
Kepastian hukum bergandengan erat dengan keinginan
mempertahankan situasi yang ada atau status quo. Idiologi kepastian hukum
berpihak kepada suatu dunia yang final ( finite scheme ). Penelitian Marc Galanter
menunjukan bahwa the haves come out ahead. Politik hukum legalistik didasarkan
pada Yiberal. Politik ini mengatakan bahwa tugas hukum itu selesai dilaksanakan
manakala ia telah berhasil menyediakan tatanan yang tidak diskriminatif.
Idiologi kepastian hukum memperoleh pembenaran atau dukungan teori
dari cara berpikir hukum yang legalistik atau sering disebut positivistis analitis.
Pada intinya melihat bahwa hukum itu sebagai skema – skema yang final. Hans
Kelsen mengatakan bahwa hukum itu tidak lain adalah bangunan perundang –
undangan yang tersusun secara logis-rasional, mulai dari grundnorm sampai
puncaknya berupa putusan pengadilan. Oleh Kelsen dinamika dan proses hukum
adalah tidak lain suatu proses konskretisierung ( pengkonkritan kaidah abstrak
menjad konkret )
Pada negara yang menganut civil law countries undang – undang dan
para elite akademis berada di puncak mengendalikan kehidupan masyarakat,
sesudah legislatif maka para profesor hukum mengendalikan hukum dengan fatwa
– fatwanya. Hukum dan praksis hukum menjadi sesuatu yang harus dipelajari
secara khsusu oleh karena dipenuhi dengan konsep, azaz, peraturan dll
Berbeda dengan praksis di negara yang disebut common law countries,
di sini hukum dan kehidupan hukum dimulai dari bawah, masyarakat menciptakan
sendiri hukum tanpa bantuan dari publik, hukum berjalan secara alami yaitu
sebagai proses dan hasil dari interaksi masyarakat. Oleh karena itu dalam common
law tidak ada perbedaan antara dunia hukum dengan dunia rakyat biasa.
Masalah kepastian hukum bukan urusan undang – undang semata –
mata melainkan lebih merupakan urusan prilaku manusia. Kalau kepastian hukum
itu dikaitkan secara mutlak dengan peraturan perundangan maka yang akan
muncul kemudian adalah kepastian peraturan oleh sebab itu kepastian hukum
memerlukan usaha karena tidak datang dengan tiba – tiba.
Kepastian hukum menjadi masalah besar sejak hukum itu dituliskan,
padahal selama ribuan tahun yang adalah adalah keadilan. Tragedi hukum modern
sesungguhnya dimulai dari terjebaknya hukum dalam peradaban tertulis.
Impliksiya yaitu bahwa orang akan terpaku kepad peraturan tertulis dan
prosedural. Sejak hukum muncul dalam bentuk tertulis maka pembacaan dan
pemberian makna terhadap hukum menempati posisi sentral. Dua orang yang
membaca teks yang sama bisa menghasilkan pemaknaan yang berbeda, hukum
tertulis selalu terbuka untuk penafsiran dan ditafsirkan sekalipun teks itu sendiri
mengatakan bahwa apa yang dituliskan sudah jelas.
Keadaan seperti ini berpengaruh terhadap kepastian hukum, yang
menjadi pertanyaan adalah apakah hukum itu memberikan kepastian atau hanya
memberikan pedoman saja ? kembali kepada Radbruch bahwa kepastian dibatasi
oleh keadailan dan kemanfaatan dan begitu seterusnya dengan kedu nilai yang
saling membatasi.
Cara kita berhukum dapat terjebak ke dalam kotak legisme formal,di
dalam hukum hanya ada satu logika yaitu logika hukum, melainkan juga filosofis
dan sosial dimana ketiganya selalu berada dalam persaingan satu sama lain.
10 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 7
Hukum Itu Manusia
Bukan Mesin
Empat puluh tahun lalu Julius Stone menulis tentang posisi mesin dalam
cara berhukum manusia. Cara kerja mesin yang cepat dan masal ternyata
menggoda orang bertanya “ bagaimana kalau mesin juga kita libatkan dalam
urusan hukum berhukum ?
Dalam berhukum pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan satu persatu tidak
seperti bekerjanya mesin. Jika persoalan hukum diserahkan kepada mesin maka
yang muncul adalah keadilan mesin bukan keadilan manusia.
Cara berpikir manusia yang sederhana memang mirip dengan mesin,
yang biasa disimbolkan dalam IQ. Semua ingin diukur dengan standar IQ. Oleh
Zohar dan Maeshall, model berpikir IQ disebut sebagai serial thinking, juga disebut
simplistic model of thinking yaitu berpikir secara lurus, logis tanpa melibatkan
emosi. Ini tidak salah kata mereka, tetapi IQ saja belum menggambarkan atau
mewakili cara berpikir manusia seluruhnya. Maka menghadapi IQ kemudian
muncul EQ, yaitu cara berpikir asosiatif atau berpikir dengan hati dan badan.
Terakhir adalah SQ yang oleh Zohar dan Marshall dinobatkan sebagai intelegensi
yang paling sempurna.
Berbeda dengan IQ, maka SQ oleh Zohar dan Marshall disebut unite
thinking yang melahirkan kecerdasan spiritual. Berpikir seperti itu tidak kita kenal
dalam ilmu hukum. IQ boleh mewakili ilmu hukum analitis yang bermodel
peraturan – peraturan yang mengolahnya dengan bantuan logika, inilah cara
berhukum yang umum dijumpai termasuk di negeri kita. Kredo yang dipakai di sini
adalah peraturan dan logika, maka cara berhukum mengikuti deret hitung, setapak
demi setapak secara rasional. Di sini orang lebih melihat ke dalam hukum atau
bangunan peraturan daripada keluar. Tidak ada pikiran asosiatif yang mengaitkan
hukum kepada masyarakat.
Puncuk dari berhukum yaitu ketika kita mau melepaskankan diri dari
11 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
belenggu – belenggu hukum tertulis dan menemukan hal – hal baru yang progresif.
Disni kita tidak lagi berpikir matematis melainkan bertindak kreatif dan melompat,
dalam arti tidak mengikuti atau terikat pada kebiasaan lalu atau apa yang disebut
dengan yurisprudensi atau stare decisis, maka jika cara berhukum yang legalistik,
positif, analitis, disebut sebagai rule making, pemikiran kreatif dan intuitif tersebut
disebut rule breaking.
Putusan – putusan hukum tidak hanay didasarkan pada tradisi yang
berjalan, melainkan sewaktu – waktu bisa melompat. Hakim di sini tidak berlaku
serial thinking namun transformatif. Hukum menyangkut masalah manusia baik
dalam bidang pidana maupun perdata bahkan nyawapun bisa dipertaruhkan oleh
sebab itu diperlukan kecermatan, ketepatan dalam mengambil keputusan.
Cara berhukum yang seperti mesin itu bertumpu pada perampatan (
generalization ) dengan merugikan individualisasi permasalahan. Perampatan
tidak hanya terjadi pada masalah yang harus diputus melainkan juga pada penegak
huku dari manusia yang utuh menjadi skrup – sekrup dari mesin.
Hans Kelsen merasa tertantang oleh kemajuan sains dan teknologi dan
ingin menjadikan ilmu hukum sejajar dengan metode sains yang dianggap telah
membuktikan keunggulannya, maka dari itu hukum harus dibersihkan dari unsur
non hukum. Glendon Schubert memberi perhatian besar terhadap sikap para
hakim dalam pengambilan keputusan dan bukan pada penalaran. Menurut beliau
seorang hakim itu setuju atau tidak terhadap putusan bukan disebabkan oleh
penggunaan penalaran yang sama atau tidak melainkan karena memiliki sikap
sama atau berlainan
Penggunaan atau peniruan mesin dalam berhukum menjadikan
permasalahan lebih berat lagi, apabila bangsa indonesia berpikir seperti mesin,
maka tidak pernah akan terjadi kemardekaan Indonesia karena berpikir seperti
mesin adalah mengikuti tata hukum hidia belanda.
Turunya Soeharto bukan melalui suatu proses hukum tata negara yang
formal melainkan terjadi secara mendadak ( abrupt ) di luar hukum. Pelajaran yang
dapat kita petik adalah bahwa berkelibatnya manusia buka mesin hukum, apakah
itu tatanegara, tanpa memasukan faktor dan peranan manusia kita tidak dapat
menjelaskan kejadian- kejadian exstra legal tersebut.
Pernyataan tersebut menggarisbawahi pernyataan Julius Stone bahwa
masalah hukum tidak bisa dimasuk – masukan atau dikotakkan ke dalam skema
atau formula standar. Hukum memiliki keunikan – keunikan. Maka serahkanlah
urusan hukum itu kepada manusia dan biarlah mesin mengurusi pekerjaannya
sendiri, artinya bahwa membiarkan hukum bisa membuat putusan – putusan yang
penuh dengan pilihan – pilihan.
Hukum tidak bisa melayani manusia apabila ia tidak bekerja perasaan
dan kepedulian, maka hukum tidak hanya mengeja pasal – pasal tetapi juga bekerja
dengan modal empati dan keberanian yang itu belum mampu dilakukan oleh
mesin. Seorang hakim agung terkenal di amerika serikat yang terkenal dengan
diktumnya yaitu bahwa hukum tidak bertolak dari kredo dan logika melainkan
pengalaman. Logika menjadi simbol peraturan dan penggarapannya secara
rasional, sedang pengalaman adalah bagaimana manusia ( hakim ) memberi isi
sosial dan kemanusian.
Supreme Court merupakan hasil daripada perjuangan John Marshall,
ketua mahkamah agung amerika serikat sehingga Supreme Court yang sebelumnya
disebut sebagai bagian yang terlemah dalam kenegaraan dibanding eksekutif dan
legeslatif muncul sebagai kekuatan di samping kedua.
Hakim di Indonesia terbagi menjadi dua golongan. Pertama hakim yang
hanya mau berpegang pada teks formal dan hakim yang menganggap teksnya
hanya panduan saja. Sosilogi hakim menemukan dua tipe hakim, pertama adalah
hakim yang apabila memeriksa ia bertanya kepada putusan hatinya kemudian
dicarikan pasal undang – undang untuk memberikan legitimasi. Kedua, yaitu
hakim yang apabila memeriksa bertanya kepada perutnya kemudian mencarikan
pasal – pasal untuk memberikan legitimasi.
Taverne seorang belanda, juga terkenal dengan kata – katanya “ berikan
kepada saya hakim da jaksa yang baik, maka dengan peraturan yang burukpun saya
bisa membuat putusan yang baik. Indonesia memiliki banyak manusia yang
12 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
potensial seperti Adi Andojo Soetjipto, Baharudin Lopa, Hoegeng adalah manusia
yang memberi warna terhadap hukum dengan menegaskan bahwa hukum itu
bukan hanya urusan peraturan atau logika. Hukum itu hanya peraturan bukan
mesin sehingga sarat dengan peran yang dimainkan oleh manusia.
Hukum tidak pernah sepi dengan berkelebatnya manusia – manusia
yang menjalankan hukum itu. Sejak kehadiran peraturan, sistem hukum, tatacara
menjalankan hukum dsb, manusia berperan besar karena manusialah yang
membuat peraturan sehingga segala sesuatu terpulang kembali kepada manusia
juga.
Bab 8
Watak Liberal Hukum Modern
13 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 9
Biasa dan Luar Biasa
Dalam Berhukum
14 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
disebut dengan rule making maka yang luar biasa disebut rule breaking atau
menerobos hukum yang ada.
Perjalanan hukum tidak berjalan lurus melainkan berlika – liku, seiring
dengan perkembangan ilmu dan pengalaman manusia maka ia tidak lagi berpikir
hitam – putih melainkan lebih melihat kompleksitas, ketidakastian, relatifitas. Para
ahli mengatakan bahwa hukum itu otonom dan sama sekali tidak berpengaruh
dengan keadaan di luar hukum.
Dalam ilmu dan toeri hukum seperti teori Watson, mereka memperoleh
ilham dari teori biologi yang diajukan oleh Valera dan Maturama. Sekalian sistem
yang hidup itu adalah autopoietic. Sistem yang hidup adalah mesin autopoietic
yang bersifat homeostatik, yaitu selalu berada dalam keseimbangan. Temuan dalam
biologi itu ditransformasikan ke dalam hukum, sehingga hukum tidak didekte dari
luar melainkan melalui proses – proses otonom dalam dirinya sendiri.
Di lain pihak, para strukturalis seperti Nonet dan Selznick berpendapat
bahwa perubahan – perubahan di luar secara generik akan berpengaruh kepada
hukum. Selama inii hukum menjadi mandul karena hukum dan lingkungan sosial
terpisah secara tajam. Timbulnaya masalah – masalah di Indonesia diakibatkan
karena hukum yang bekerja konvensional dan tetap bekerja menurut cara dan
irama biasa, sebagai contoh bagaimana korupsi sebagai kejahatan yang biasa
namun berkat banyaknya para perjabat yang korupsi maka korusi merupakan
kejahatan yang luar biasa sehingga penyelesaian yang luar biasa pula.
Revolusi di bulan Jauari 1919 yang diciptakan oleh Mahkamah Agung
Belanda yang mengubah perbuatan melawan hukum yang semula ditafsirkan
sebagai melawan undang – undang berubah menjadi luas termasuk perbuatan
melawan kepatuhan, ini sunguh perubahan revolusioner. Belajar dari bangsa lain
maka dibutuhkan keberanian untuk berpikir luar biasa.
Yang menyebabkan sejauh ini mengapa kita tidak kunjung memasuki
ranah “ keluar biasaan “ yaitu yang pertama adalah berkaitan dengan rasa
keamanan yang ditimbulkan oleh kebiasaan yang selama ini dujalankan dan yang
kedua yaitu bahwa kita masih melihat ketertiban ( order ) dan ketidaktertiban (
chaos ), sebagai dua hal yang bertolak belakang secara mutlak
Sekarang kita masuk dalam era dimana ketertiban dan ketidaktertiban
tidak bertolak belakang, tidak akan bertahan pada kedudukannya seperti itu,
melainkan terus berkembang menjadi ketertiban “ order out of chaos “ begitu
dikatakan oleh Prigogine da Stengers.
Era Newton abad ke 17 sudah lewat, sejak akhir dekade abad ke 20 dunia
mengalami krisis di segala bidang, krisis intelektual, moral, dan spiritual. Struktur
dunia fisik tidak lagi mekanis, bukan lagi seperti mesin sebagaimana yang
dipahami oleh Newton dan Descartes, melainkan sudah menjadi kenyataan yang
non mekanis.
Apabila dalam ranah sosial seperti hukum kita masih berpikir dalam
kotak – kotak mutlak dan masinal, berhukum seperti mengoperasikan mesin
otomat maka kita tertinggal pada kenyataan yang sudah bersifat holistik.
Hambatan untuk berhukum dengan cara yang baru adalah bahwa kita masih
mempertahankan status quo dimana penegak hukum hanya sebatas corong undang
– undang.
Hukum tidak berjalan terus selama belum berubah, tetapi proses hukum
akan selalu mengubah dirinya sendiri. Dengan demikian bahwa hukum yang
dipermukaan itu tidak berubah sebenarnya telah mengalami perubahan juga. Apa
yang dikatakan tertib sebenarnya di bawah permukaan menyembunyikan
ketidaktertiban. Holmes juga mengatakan “ janganlah mempercayai hukum sebagai
bangunan logis sebab ia sudah banyak dibelokkan dn dipatahkan oleh prilaku
berhukum manusia.
Berpikir dan bertindak luar biasa sesungguhnya bukan hal yang asing
dalam hukum, keluarbiasaan dalam berhukum muncul dari waktu ke waktu.
Keluarbiasaan, ketidaktertiban, anarki, bukanlah tujuan kita untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tetapi yang kita inginkan adalah tentram,
damai, dan sejahtera.
Sudah lama para sufi, para Taois, mengetahui kompleksitas dan
relativitas kenyataan di dunia ini, tetapi pemikiran mereka terpinggirkan oleh arus
15 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
Bab 10
Hukum Progresif
Yang Membebaskan
16 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
17 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
PENUTUP
Diibaratkan hukum yang mengalir maka hukum juga tidak akan pernah
berhenti mengalir selama manusia, masyarakatny dan kehidupan bersama masih
ada. Von Savigny mengatakan bahwa hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh
dan berkembang dan akhirnya lenyap bersama lenyapnya masyarakat. Legeslator
hanyalah sebagai mata rantai dalam perjalanan hukum sebab rakyat sendirilah
pembuat hukum yang sesunggunya
Betapa berlikunya perjalanan hukum dalam mengemban fungsi unuk
menata masyarakat yang tidak lain adalah menata dan memasuki peri kehidupan
masyarakat. Membuat dan menjalankan hukum dan mendobrak hambatan agar
hukum tetap bisa bermanfaat untuk ketertiban, dan kekacaun sudah berkelindahan
menjadi satu.
Suatu ketika hukum diadakan tetapi pada waktu lain hukum harus
didobrak dab diruntuhkan agar tetap mengabdi kepada manusia. Ikon – ikon
hukum seperti kepastian, cara berhukum, serta monopoli hukum negara
dipermasalahkan secara kritis. Faktor dan peranan manusia merupakan andalan
utama yang menggerakkan dinamika hukum, betapa tangan – tangan manusia itu
senantiasa berkelebat dalam hukum. Hukum tidak ingin dilihat semata – mataa
sebagai peraturan tetapi lebih daripada itu sebagai periaku manusia ( behavior ).
Oleh Karena campur tangan manusia dalam hokum itu, maka hokum itu
akan selalu diberi warna, maka hukum sarat dengan perjuangan kepentingan dan
betapa hukum itu dapat memiliki watak kultural dari golongan tertentu. Dalam
suasana seperti itu maka pembebasan – pembebasan terhadap keadaan status quo
sangat bermanfaat untuk dilakukan, semata – mata agar hukum bias lebih adil
kembali.
1 komentar:
Publikasikan
18 of 19 10/10/2016 3:48 PM
Budimansyah,SH,MH.: Sinopsis Buku: BIARKAN HUKUM MENGALIR http://budimansyahmh.blogspot.co.id/2015/01/sinopsis-buku-biarkan-h...
19 of 19 10/10/2016 3:48 PM