Anda di halaman 1dari 3

Pembelajaran Kontekstual untuk Pelajaran Matematika

Oleh : Haris Sulistya 171414071

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang biasa dipandang
sebagai salah satu momok oleh siswa karena didalamnya hampir selalu berkutat dengan angka,
simbol maupun rumus-rumus yang menyulitkan siswa. Banyak siswa yang tidak meminati mata
pelajaran ini karena biasanya siswa hanya menerima penyampaian materi oleh guru dengan
metode ceramah serta penugasan sehingga kebanyakan siswa hanya menghapal rumus yang
diberikan tanpa mengetahui makna mengapa mereka perlu belajar materi tersebut. Padahal
matematika dekat dengan kehidupan sehari-hari, oleh karenanya apabila siswa dapat mengaitkan
isi mata pelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, tentunya akan memberikan makna
tersendiri terhadap alasan pentingnya belajar materi tersebut. Salah satu model pembelajaran
yang memadai untuk mendukung siswa belajar secara bermakna adalah pembelajaran
kontekstual.
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi dengan konteks
dunia nyata yang dihadapi siswa, sehingga siswa mampu mengaitkan pengetahuan yang
diperolehnya dengan penerapannnya dikehidupan sehari-hari melalui kontruksi dari pemahaman
mereka sendiri yang telah diintegrasikan dengan pengetahuan ataupun pengalaman yang
diperoleh sebelumnya sehingga mendorong siswa untuk aktif dalam pemecahan masalah, dan
berpikir kritis. Pembelajaran konstektual menjadikan pembelajaran lebih bermakna sehingga
materi akan tersimpan lebih lama didalam memori dibandingkan hanya menghapal tanpa
mengetahui makna serta kegunaaan dari materi yang dipelajarai dikehidupan nyata.
Sebagai salah satu model pembelajaran, pembelajaran konstektual mempunyai ciri khas
dengan tujuh komponen utama yang dimilikinya yaitu kontruktivisme (contructivism),
menyelediki (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian nyata (authenthic assessment).
Kontruktivisme (contructivism) berarti siswa mengkonstruksi/membangun pemahaman mereka
sendiri terhadap pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan atau pengalaman yang mereka
peroleh sebelumnya. Menyelediki (inquiry) merupakan proses penemuan makna yang berupa
pemahaman melalui cara berpikir sistematis yang siklusnya meliputi observasi, bertanya,
peengajuan dugaan, pengumpulan data kemudian penyimpulan. Bertanya (questioning) dalam
pembelajaran konstekstual dilakukan oleh siswa maupun guru dalam rangka mendorong dan
membimbing siswa untuk memahami serta menemukan makna dari materi yang dipelajari. Bagi
guru bertanya kepada siswa juga dapat dijadikan sarana untuk menilai kemampuan berpikir
siswa, menyegarkan ingatan siswa terhadapap pengetahuan yang diperoleh sebelumnya,
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dalam rangka memotivasinya belajar, serta memfokuskan
perhatian siswa pada topik yang dikehendaki guru. Masyarakat belajar (learning community)
adalah pembagian siswa dalam suatu kelompok yang didalamnya siswa dapat saling bertukar
pikiran dan pengalaman. Albert Bandura mengemukakan pembejaran dapat dilakuakan secara
pengamatan melalui pemodelan (modeling) yaitu contoh yang diberikan oleh orang lain secara
langsung maupun media lain sehingga mendorong siswa untuk meniru, berlatih, menerapkan
disituasi yang lain serta mengembangkannya. Refleksi (reflection) dapat diartikan sebagai
evaluasi terhadap apa yang telah dipelajari. Penilaian nyata (authenthic assessment) dapat
dilakukan melalui tugas yang relevan serta konstektual, penilaian teman sejawat, portofolio dan
sebagainya, sehingga dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
yang sebenarnya.
Dalam penerapannya, pembelajaran konstektual dapat dilakukan dengan beberapa
strategi diantaranya pada awal pembelajaran dapat dibuatkan bagan yang menggambarkan
jalinan antar materi serta kegunaan belajar topik tersebut untuk kemudian hari, menggunakan
berbagai konteks yang beragam agar pembelajaran menjadi tidak menjenuhkan dan siswa
menjadi lebih mudah menginterpretasikan materi matematika yang abstrak sehingga
pembelajaran kaya akan makna dan pengetahuan, mempertimbangkan keberagaman siswa untuk
memilih cara penyampaian yang sesuai dengan kondisi siswa, memberdayakan siswa untuk
belajar mandiri, membuat kelompok-kelompok belajar agar didalamnyaa siswa dapat saling
berkolaborasi, pengajaran berbasis masalah, dan menerapkan standar capaian yang hendak
dicapai serta menggunakan penilaian nyata,
Salah satu contoh pengaplikasian pembelajaraan
kontekstual didalam matematika misalkan guru akan mengajarkan materi mengenai bangun-
bangun ruang, kemudian siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk berdiskusi mengenai
konsep maupun defisnisi, selanjutnya melalui bimbingan guru siswa dapat menemukan konsep
maupun definisi yang benar dari bangun ruang yang dimaksud serta nantinya dapat
mengaitkannya dengan benda-benda yang terdapat di lingkungan sekitar
Akan tetapi setiap model pembelajaran tentunya
mempunyai kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihannya yaitu mendorong siswa untuk aktif,
mandiri, belajar berkolaborasi, serta berpikir kritis dan kreatif. Sedangkan kekuranganya adalah
kemampuan siswa yang berbeda menyebabkaan tidak setiap siswa dapat dengan mudah
menyesuaiakan dan mengembangkan kemampuan dengan model pembelajaran ini serta akan
nampak ketimpangan antara siswa yang memiliki intelektual tinggi dengan siswa yang memiliki
intelektual rendah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran konstektual penggunaan konteks sangatlah penting. Hal tersebut dimaksudkan
untuk membangun perspektif siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna dikehidupan
sehari-hari.

Daftar Pustaka

Johnson, Elaine B dan Chaedar Alwasilah.2011.”Contextual Teaching and Learning menjadikan


Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, terjemahan oleh Ibnu Setiawan.dari
Contextual Teaching and Learning:what is it and why it’s here to stay”.Bandung:Kaifa

Gafur, Abdul.2010.”Konsep, Prinsip, dan Pengembangan Modul sebagai Bahan Ajar” (Jurnal
UNY Vol 7 no 1)
Jumadi. 2003.”Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya”..https://staff.uny.ac.id. Diakses
pada 24 April 2019 pukul 20.48 WIB

Dhoruri, Atmini.2005. “Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual


Teaching Learning(CTL)”.https://staff.uny.ac.id. Diakses pada 24 April 2019 pukul 20.48 WIB

Anda mungkin juga menyukai