PENDAFTARAN TANAH
2 sks
1
VERIFIKASI BAHAN AJAR
Pada hari ini Rabu tanggal 16 bulan Agustus tahun 2017 Bahan Ajar Mata Kuliah
Pendaftaran Tanah Program Studi Ilmu Hukum telah diverifikasi oleh Ketua Program Studi
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Mengetahui
Ketua Program Studi Dosen Pengampu/ Penanggungjawab
MK
2
PRAKATA
peralihan hak atas tanah, pendaftaran tanah, hak tanggungan, perwakafan tanah milik,
Buku ini membahas mengenai pendalaman dalam bidang hukum agraria. Melalui mata
kuliah ini mahasiswa diharapkan akan dapat memahami peralihan hak atas tanah,
kehidupan bermasyarakat.
Selamat Membaca!
3
BAB I
LANDASAN DAN URGENSI PENDAFTARAN TANAH
A. Pendahuluan
Pada awal bab ini kita akan membahas mengenai landasan serta urgensi / pentingnya
suatu kegiatan pendaftaran tanah. Termasuk di dalamnnya sejarah dari pendaftaran tanah di
Indonesia, serta adanya periode ordonansi balik nama, yang meliputi periode sebelum
ordonansi balik nama dan periode sesudah ordonansi balik nama. Berikut latar belakang
diperlukannya suatu proses pendaftaran tanah bagi pemegang hak atas tanah.
Gambaran yang lebih jelas mengenai periode-periode ini akan diuraikan di bawah ini :
1. Periode kacau balau ( sebelum tahun 1837 )
VOC yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1602, mendapat hak untuk
melakukan perdangangan, hak-hak tersebut membuat VOC menganggap dirinya memiliki
hak atas tanah-tanah yang berada dalam kekuasaannya. Pada tanggal 18 Agustus 1620, VOC
mengeluarkan suatu plakat atau maklumat yang merupakan dasar pelaksanaan kadaster
pertama dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di Hindia Belanda. Pendaftaran tanah yang
dilakukan terebut meliputi pendaftaran segala pekarangan dan pepohonan yng telah diberikan
oleh VOC serta pencatatan nama-nama pemiliknya. Penyelenggaraan kadaster ini merupakan
penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam arti yang kuno yaitu pendaftaran tanah yang
dilakukan tanpa didasarkan pada peta-peta tanah. Dalam peleksanaan pendaftaran tanah
tersebut dibentuk suatu Dewan yang bernama dewan Heeraden, dimana tugas dari dewan
tersebut adalah membuat suatu peta umum dari tanah-tanah yang terletak dalam wilayah
kerjanya yang pad setiap petany dicatat luas dari tiap-tiap tanah serta nama pemiliknya.
4
Terdapat beberapa hal yang patut dicatat dalam pelaksanaan kadaster tersebut yaitu:
a. penyelenggaraan kadaster oleh Dewan Heemraden harus dilaksanakan berdasarkan
peta-peta tanah sehingga hal ini berarti Dewan Heemraden harus menyelenggarakan
suatu kadaster dalam arti yang modern.
b. Tujuan penyelenggaraan kadaster adalah untuk tujuan pemungutan pajak tanah dan
memberikan jaminan kepastian hukum mengenai batas-batas tanah.
c. Dewan Heemraden di samping menyelenggarakan kadaster bertugas pula untuk
menyelenggarakan perkara-perkara yang berkaitan dengan batasbatas tanah serta
pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, saluransaluran air, tanggul-tanggul dan
bendungan-bendungan.
2. Periode ahli ukur pemerintah ( antara tahun 1837 hingga tahun 1837 )
Pada periode ini gubernur jenderal memberikan instruksi kepada para ahli ukur di
Jakarta, Semarang, dan Surabaya untuk menyelenggarakan kadaster secara lebih terperinci
sesuai dengan pokok-pokok penyelenggaraan suatu kadaster dalam arti yang modern. Ahli
ukur pemerintah bertugas untuk:
a. menyimpan dan memelihara peta-peta tanah yang telah ada atau peta-peta tanah yang
dibuat oleh para ahli ukur tanah sebelum berlakunya instruksi tersebut dan membuat
peta-peta tanah dari bidang-bidang tanah yang belum diukur dan dipeta;
b. menyelenggarakan daftar-daftar yang terdiri dari:
a) daftar tanah, yaitu daftar dimana tiap-tiap bidang tanah didaftar menurut nomor
atau huruf yang diberikan pada bidang-bidang tanah yang diperlukan;
b) daftar dari semua peta seperti peta kasar dan peta-peta lain;
c) daftar dari hasil pengukuran dan penaksiran-penaksiran.
c. c. memberikan Landmeterkennis.
Dengan adanya ketentuan pasal 12 Staatsblad 1837 nomor 3 dinyatakan bahwa jika
para ahli ukur menganggap perlu adanya pengukuran dan pemetaan bidang tanah, maka
pembeli atau penjual wajib meminta pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang
bersangkutan kepada para ahli ukur dengan biaya sendiri. Tanpa adanya pengukuran dan
pemetaan ahli ukur dapat menolak memberikan Landmeterkennis. Tujuannya adalah agar
para ahli ukur menyesuaikan bidang-bidang tanah yang telah dipeta dengan perubahan-
perubahan yang terjadi, sehingga peta-peta tanah tersebut akan selalu sesuai dengan keadaan
bidang-bidang tanah yang sebelumnya.
3. Periode pendaftaran tanah
Pada periode ini pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu komisi yang bertugas
5
mempelajari kembali perlu dan tidaknya penataan kembali kadaster. Kemudian diusulkan
bahwa kadaster harus diadakan secara radikal, harus dimulai dari Jakarta yang kemudian
diikuti oleh daerah-daerah lain. Dengan Staatsblad 1875 nomor 183 diatur secara rinci
mengenai penyelenggaraan pengukuran dan pemetaan. Pada pasal 20 dinyatakan bahwa
bidang-bidang tanah yang harus diukur dan dipeta adalah:
a. bidang tanah yang dipunyai oleh orang atau badan hukum dengan sesuatu hak;
b. bagian-bagian dari bidang tanah hak jika bagian-bagian dari bidang tanah itu
terpisah oleh batas alam atau jika bagian-bagian tanah itu mempunyai tanaman-
tanaman yang berbeda-beda;
c. memelihara kadaster;
d. mengeluarkan surat–surat keterangan pendaftaran (Landmeterskennis) dan surat -
surat ukur, memberikan kutipan dari peta-peta dan memperbolehkan orang-orang
melihat peta-peta kadaster dan daftar-daftar serta memberi keterangan lisan isi dari
peta-peta dan daftar-daftar itu.
Namun demikian penyelenggaraan kadaster ini mengalami kegagalan, yang menjadi
penyebab utama adalah rumusan bidang-bidang tanah yang ditetapkan dalm pasal 20
Staatsblad 1875 nomor 183. Adapun kesulitankesulitan yang timbul antara lain:
a. adanya penggolongan bidang-bidang tanah menurut penggunaannya dan bidang-
bidang tanah kadaster yang harus diukur dan dipeta pada peta-peta kadaster maka
peta-peta itu dengan sendirinya merupakan peta-peta dari bidang tanah menurut
penggunaannya yang batas-batas bidang tanah pada peta-peta kadaster tersebut terdiri
dari batas-batas hak dan batas-batas penggunaannya. Batas-batas bidang tanah
menurut penggunaannya sering mengalami perubahan-perubahan batas, dan di dalam
praktiknya merupakan suatu pekerjaan yang riskan karena selain menghabiskan waktu
yang banyak, juga mengakibatkan terlantarnya pemeliharaan petapeta kadaster.
Terlantarnya pemeliharaan peta-peta kadaster mengakibatkan pemeliharaan daftar
tanah tidak dapat pula dilakukan sebagaimana mestinya sehingga dibuatnya daftar-
daftar tanah kehilangan manfaatnya.
b. Bidang-bidang tanah hak yang dipergunakan untuk beberapa hal akan diukur dan
dipeta pada peta kadaster dalam beberapa bidang tanah kadaster, maka bidang tanah
hak itu akan memperoleh beberapa surat hak atas tanah dan nomor kadaster. Oleh
karena nomor kadaster dari suatu bidang tanah, maka nomor-nomor suatu bidang
tanah hak dapat berubah meskipun batas-batas bidang tanahnya tidak berubah. Hal ini
menyebabkan bidang tanah hak harus diuraikan dalam surat hak atas tanah peralihan
6
dengan nomor kadaster yang berbeda dari nomor kadaster yang dipakai pada surat hak
atas tanah sebelumnya. Penggunaan nomor-nomor kadaster yang berlainan dalam
menguraikan bidang tanah yang sama dapat dengan mudah menimbulkan kesalahan-
kesalahan. Meskipun pendaftaran kadaster tersebut mengalami suatu kegagalan, hal
tersebut patut diakui bahwa kadaster baru tersebut manfaatnya sangat besar.
Penyelenggaraan kadaster baru itu telah membawa keuntungan-keuntungan, yaitu:
a. timbulnya kesadaran pada para ahli ukur tanah bahwa kadaster harus diselenggarakan
dengan pembuatan peta-peta secara teliti;
b. penyelenggaraan tata usaha kadaster meskipun dilakukan menyimpang dari peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan, namun tetap dilakukan secara seksama;
c. tenaga-tenaga pelaksananya memperoleh pendidikan yang cukup baik.
E. Penutup
Setelah mempelajari dan memahami materi dalam bab ini, diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan kembali sejarah dari pendaftaran tanah di Indonesia berikut
urgensi dan landasan dari pendaftaran tanah.
9
BAB II
TEORI DAN PERATURAN PENDAFTARAN TANAH
A. Pendahuluan
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai landasan serta urgensi dari
pendaftaran tanah. Dalam bab berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang terkait
dengan teori pendaftaran tanah, yang di dalamnya akan dijelaskan hal yang paling mendasar,
antara lain pengertian pendaftaran tanah, asas-asas pendaftaran tanah, tujuan dari pendaftaran
tanah, obyek pendaftaran tanah, kekuatan pembuktian suatu sertifikat serta ketentuan /
peraturan mengenai pendaftaran tanah.
G. Penutup
Setelah mahasiswa mempelajari materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan
dapat menjawab dan menjelaskan mengenai hal-hal apa saja yang terkait dengan pendaftaran
tanah, meliputi pengertian, asas-asas pendaftaran tanah, tujuan dari pendaftaran tanah, obyek
dari pendaftaran tanah termasuk peraturan perundangan yang mengatur mengenai
pendaftaran tanah.
15
BAB III
SISTEM PENDAFTARAN TANAH
A. Pendahuluan
Sebagaimana telah diuraikan dalam materi bab sebelumnya, bahwa salah satu tujuan
pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemegang hak
atas tanah.
Adapun dalam sistem pendaftaran tanah dikenal 2 (dua) sistem:
1. sistem pendaftaran akta (“registration of deeds”)
2. sistem pendaftaran hak (“registration of title”)
Terdapat beberapa peraturan perundangan yang mengatur mengenai pendaftaran tanah
yang dijadikan dasar hukum dan landasan pajak.
F. Penutup
Setelah mahasiswa mempelajari materi pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan dapat
menjawab dan menjelaskan mengenai teori sistem pendaftaran tanah dan membedakan antara
kedua tersebut.
20
BAB IV
PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH
A. Pendahuluan
Setelah dalam bab-bab sebelumnya dijelaskan mengenai landasan, sejarah,
pengertian, tujuan, asas-asas dari pendaftaran tanah. Berikutnya akan mengulas mengenai
pelaksanaan dari pendaftaran tanah. Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi 2 (dua) macam
kegiatan, yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration) dan
kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah (maintenance).
23
Dengan demikian mengenai kepemilikan terdapat 3 (tiga) kemungkinan alat
pembuktiannya, yaitu:
a. bukti tertulisnya lengkap, sehingga tidak memerlukan bukti tambahan;
b. bukti tertulisnya sebagian, sehingga diperkuat dengan keterangan saksi dan atau
pernyataan yang bersangkutan;
c. bukti tertulisnya sudah tidak ada lagi, diganti keterangan saksi dan atau pernyataan
dari yang bersangkutan. Sebagaimana diuraikan diatas apabila alat bukti secara
tertulis tidak tersedia secara lengkap, dan telah dilakukan ketarangan saksi dan atau
keterangan dari yang bersangkutan, maka untuk pembukuan haknya dilakukan
tidak didasarkan pada bukti kepemilikan namun didasarkan pada bukti penguasaan
fisik tanahnya.
Adapun syarat-syarat untuk pembukuan hak yaitu:
a. bahwa penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan dilakukan dengan
itikat baik, secara nyata dan terbuka selama waktu tersebut;
b. bahwa secara kenyataan penguasaan dan penggunaan tanah tersebut selama itu
tidak diganggu gugat, karena itu dianggap diakui dan dibenarkan oleh masyarakat
hukum adat/desa/kelurahan yang bersangkutan;
c. bahwa telah diperkuat oleh kesaksian orang-orang yang dapat dipercaya;
d. bahwa telah dilakukan suatu penelitian mengenai kebenaran hal-hal yang
disebutkan diatas;
e. bahwa akhirnya kesimpulan mengenai status tanah dan pemegang haknya
dituangkan ke dalam keputusan yang berupa pengakuan hak oleh Panitia Ajudikasi
/ Kepala Kantor Pertanahan.
Pengumpulan dan pengolahan data yuridis pendaftaran tanah, juga diperlukan suatu
kegiatan yang berupa pengumuman data fisik dan data yuridis, pengumuman tersebut berisi
daftar isian yang memuat peta bidang / bidang tanah. Tujuannya adalah memberikan
kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan. Jangka
waktu pengumumannya, untuk pendaftaran tanah secara sistematik dilakukan selama 30 hari,
sedangkan pendaftaran tanah secara sporadik pengumuman ditetapkan selama 60 hari.
Tempat pengumuman dilakukan di Kantor Panitian Ajudikasi, kantor pertanahan, kantor
kepala desa/kelurahan letak tanah yang bersangkutan. Apabila terdapat suatu keberatan, maka
dilakukan penyelesaian secara musyawarah. Setelah jangka waktu pengumuman berakhir
maka dilakukan pengesahan terhadap data fisik dan data yuridis tersebut dengan berita acara.
24
Pelaksanaan pembukuan hak atas hak atas bidang tanah apabila:
a. data fisik dan yuridis telah lengkap, dan tidak ada sengketa dilakukan pembukuan
dalam buku tanah;
b. data fisik atau data yuridis belum lengkap, tidak ada yang disengketakan, dilakukan
pembukuan dalam buku tanah, dengan terdapat catatan mengenai hal-hal yang belum
lengkap.
c. data fisik dan atau data yuridisnya disengketakan namun tidak diajukan gugatan ke
pengadilan, dilakukan pembukuan dalam buku tanah, dengan catatan mengenai adanya
sengketa tersebut.
d. data fisik dan yuridis disengketakan dan diajukan gugatan ke pengadilan tetapi tidak
ada perintah dari pengadilan untuk status quo dan tidak ada keputusan untuk penyitaan,
dilakukan pembukuan dalam buku tanah dengan catatan mengenai sengketa tersebut.
e. Data fisik dan yuridis disengketakan, diajukan gugatan ke pengadilan, serta ada
perintah untuk status quo atai putusan penyitaan dari pengadilan, maka dilakukan
pembukuannya dalam buku tanah dengan mengosongkan nama pemegang haknya dan
memberikan catatan mengenai hal yang disengketakan.
3. Penerbitan sertifikat. Sertifikat adalah surat tanda bukti hak, diterbitkan untuk pemegan
kepentingan pemegang hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu
sampul dokumen. Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya
tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain
yang dikuasakan olehnya. Apabila masih ada ketidakpastian mengenai hak atas tanah
yag bersangkutan, dan masih terdapat catatan dalam pembukuannya, secara prinsipnya
sertipikat belum dapat diterbitkan. Namun apabila catatan tersebut hanya mengenai data
fisik yang belum lengkap, tetapi tidak disengketakan, sertipikat dapat diterbitkan.
Dalam hal penerbitan sertifikat pengganti terdapat ketentuan yaitu:
a. Atas permohonan pemegang hak diterbitkan sertifikat baru sebagai pengganti
sertifikat yang rusak, hilang atau masih menggunakan blangko sertipikat yang
sudah tidak digunakan lagi.
b. Permohonan hanya dapat diajukan oleh pihak yang namanya tercantum sebagai
pemegang hak dalam buku tanah.
c. Penggantian sertifikat yang rusak atau pembaruan bkangkonya dapat segera
dilaksanakan dengan penyerahan sertifikat yang diganti. Sedangkan untuk
penggantiaan sertifikat yanag hilang harus melalui tatacara untuk mencegah
penyalahgunaan kemungkinan penerbitan sertifikat penggantinya.
25
d. Penggantian sertifikat dicatat dalam buku tanah yang bersangkutan.
e. Sertifikat pengganti diserahkan kepada pihak pemohon yang memohon
penggantian atau pihak lain yang diberi kuasa olehnya untuk menerimanya.
4. Penyajian data fisik dan data yuridis. Untuk penyajian data fisik maupun data yuridis,
dan terutama untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai keterangan yang diperlukan.
Oleh karena itu diselenggarakan tata usaha pendaftaran tanah yang berupa daftar
umum, yang terdiri dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, dan
daftar nama.
5. Penyimpanan daftar umum dan dokumen. Dokumen yang merupakan alat pembuktian
sebagai dasar pendaftaran diberikan tanda pengenal dan disimpan di Kantor Pertanahan.
Dalam hal tertentu dengan adanya ijin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk
dapat diberikan petikan, salinan atau rekaman dokumen yang bersangkutan kepada
instansi yang memerlukan. Data pendaftaran tanah secara bertahap disimpan dan
disajikan menggunakan peralatan elektronik dan mikrofilm. Rekaman dokumen yag
dihasilkan oleh alat elektronik atau mikrofilm tersebut mempunyai kekuatan pembuatan
pembuktian sesudah ditandatangani dan dibubuhi cap dinas oleh Kepala Kantor
Pertanahan yang bersangkutan.
D. Penutup
Setelah mendapat penjelasan dari materi pelaksanaan pendaftaran, mahasiswa
diharapkan dapat menjelaskan:
a. kegiatan pelaksanaan dari pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration)
b. apa yang dimaksud dengan pendaftaran secara sistematik dan pendaftaran tanah
sporadik
c. apa yang dimaksud dengan pemeliharaan data pendaftaran tanah
27
BAB V
BERBAGAI PERMASALAHAN PENDAFTARAN TANAH
A. Pendahuluan
Pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari pemerintah untuk memberikan suatu
kepastian hukum terutama bagi pemegang hak atas tanah di seluruh wilayah Indonesia sesuai
dengan amanat UUPA pasal 19, yang kemudian ditindaklanjuti dengan PP No. 24/1997
tentang Pendaftaran Tanah.
C. Penutup
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharakan mampu melakukan analisis baik
terhadap peraturan perundang-undangan mengenai pendaftaran tanah yang berlaku secara
khusus, maupun permasalahan-permasalahan lain yang terjadi mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan pendaftaran tanah
34
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
__________. Undang Pokok-pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960
__________. Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah Nomor 10 Tahun 1961
__________. Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah Nomor 24 Tahun 1997
35