Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun Oleh

Kelompok I – A2

1. Nurul Khosnul Qotimah 131711133033


2. Mia Ayu Mulyani 131711133034
3. Fradhika A. R. G 131711133035
4. Monicha Saraswati 131711133071
5. Setya Indah 131711133072
6. Wildan Fajrul Falah 131711133073
7. Nike Wahyu Nur Andini 131711133110
8. Wahidah 131711133149

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

TAHUN 2019
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ABORTUS

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa latin :abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup)
sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Menurut
Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action,
Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus)
mencapai 20 minggu. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof.
Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi
keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja
maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa
kehamilan).

B. ETIOLOGI

Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas :


1. Penyebab dari segi Ibu
a. Infeksi akut
1) virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

2) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

3) Parasit, misalnya malaria.


b. Infeksi kronis
1) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2) Tuberkulosis paru aktif.
3) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4) Penyakit kronis, misalnya :
- Hipertensi - Nephritis
- Diabetes - anemia berat
- penyakit jantung - toxemia gravidarum
5) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6) Trauma fisik.
c. Penyebab yang bersifat lokal:
1) Fibroid, inkompetensia serviks.
2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
3) Retroversi kronis.
4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
2. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

C. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis abortus adalah:
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
D. PENCEGAHAN

1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awalkehamilan dapat mengurangi
risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care(ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensilengkap pada wanita
hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang
mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam
menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. Penelitian
observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada
suatu penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak
meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan pasien.

E. PENATALAKSANAAN

• TIRAH BARING
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Sebuah
penelitian randomised controlled trial (RCT ) tentang efek tirah baring pada abortus imminens
menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang
dari delapan minggu yang viabel, secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG,
plasebo atau tirah baring.
• ABSTINENSIAAbstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi
klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan
meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
• PROGESTOGEN
Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus
untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan.Sekresi progesteron yang tidak
adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga
suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah
keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
• HCG (HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN)
hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan ke-hamilan. Karena
itu, hCG digunakan pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. Namun, hasil
tiga penelitian yang melibatkan 312 partisipan menyatakan tidak ada cukup bukti tentang
efektivitas penggunaan hCG pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. Meski-
pun tidak terdapat laporan efek samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi.
• ANTIBIOTIK HANYA JIKA ADA TANDA INFEKSI
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal trimester
kehamilan. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan tiga dari
tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri abdomen dan perdarahan
aginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai terapi dan tidak
manimbulkan anomali bayi.
• RELAKSAN OTOT UTERUS
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan sebagai relaksan otot
uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan
plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas, dan tidak ada penelitian lain yang mendukung
pemberian tokolisis pada awal terjadinya abortus imminens.
• PROFILAKSIS RH (RHESUS)
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan setelah 12
minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu.
F. WOC (Web Of Caution)

Kelainan Kelainan Lingkungan nidasi Pengaruh radiasi Penyakit infeksi


kromosom saluran kurang sempurna obat akut
genital,
retroposisi
Pemberian zat Gangguan uterus Toksin, bakteri,
makanan ke janin virus

Perubahan struktur Masuk ke plasenta


sel

Gangguan
pertumbuhan janin

Perdarahan dalam
desidua basalis

Nekrosis jaringan
sekitar

Hasil konsepsi
lepas (aborsi)

MK: Nyeri Akut Kontraksi uterus

Lepas sebagian Lepas seluruhnya

Tindakan curatase Perdarahan

Post anestesi Jaringan MK: Hipovolemia


terputus/terbuka

Peristaltik kolon↓
MK: Risiko
MK: Konstipasi Infeksi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Anamnesa
1. Identitas
Mengkaji identitas klien meliputi :
Nama, Umur, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Status Pernikahan, Alamat
2. Keluhan Utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginaan berulang
pervaginam berulang
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan
b. Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat Pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan ,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, dll
6. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna
dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya.
8. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn
yang menyertainya.
10. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
11. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2. Palpasi :
1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
3. Perkusi:
1) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4. Auskultasi: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

Pemeriksaan laboratorium

1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
2) Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
B. ANALISIS DATA

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 Ds : Faktor pertumbuhan, Nyeri akut bd kerusakan
- Pasien mengeluh kelainan plasenta, penyakit jaringan intrauteri
nyeri ibu
Do :
- Pasien nampak Abortus
meringis
- Pasien nampak Curetase
Gelisah
- Frekuensi nadi Jaringan terputus
pasien meningkat
Merangsang area sensorik
motorik

Nyeri akut

2 Ds : Faktor pertumbuhan hasil Risiko Syok(hipovolemik)


- Keluarga pasien konsepsi, kelainan plasenta, bd perdarahan
mengatakan penyakit ibu
pasien mengalami
perdarahan hebat Abortus
pada jalan lahir
Do : Curetase
- Konjungtiva
anemis Perdarahan
- Pasien nampak
lemah Risiko syok (hipovolemik)
- Pasien nampak bd perdarahan
pucat
3 Ds : Faktor pertumbuhan hasil Hipovolemia bd
- Keluarga pasien konsepsi, kelainan plasenta, perdarahan pervagina
mengatakan penyakit ibu
pasien mengalami
perdarahan hebat
pada jalan lahir Abortus
- Pasien merasa
lemah Curetase
- Pasien mengeluh
haus Perdarahan
Do :
- Frekuensi nadi Defisit volume cairan
meningkat
- Tekanan darah
menurun
- Turgor kulit
menurun
- Membran mukosa
kering
4 Ds : Faktor pertumbuhan hasil Risiko infeksi bd
- Keluarga pasien konsepsi, kelainan plasenta, perdarahan, kondisi vulva
mengatakan penyakit ibu lembab
pasien mengalami
perdarahan hebat Abortus
pada jalan lahir
Do : Curetase
- Terdapat bekas
luka setelah Jaringan terbuka
tindakan curetase
Infeksi bakteri

Risiko infeksi

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Pengukuran
cedera biologis d.d tindakan keperawatan pengkajian nyeri nilai ambang
ekspresi wajah nyeri selama ....x24 jam secaramenyeluruh nyeri dapat
diharapkan Nyeri dapat meliputilokasi, dilakukan
berkurang atau hilang durasi,kualitas, dengan skala
Dengan Kriteria Hasil : keparahannyeri maupun
a. Kontrol nyeri dan dsekripsi
 Mengenali kapan faktor pencetus 2. Meningkatkan
nyeri terjadi (4-5) nyeri koping klien
 Menggunakan 2. Terangkan nyeri dalam
tindakan yang diderita klien melakukan
pencegahan (4-5) dan penyebabnya guidance
 Menggunakan 3. Kolaborasi mengatasi
analgesic yang pemberian nyeri
direkomendasika analgesik 3. Mengurangi
n (5) onset
b. Tingkat nyeri terjadinya
 Mengerang dan nyeri dapat
menangis (4) dilakukan
 ekspresi waah (4) dengan
 tidak bisa pemberian
beristirahat (5) analgesik oral
maupun
 Kehilangan nafsu
sistemik dalam
makan (5)
spectrum
luas/spesifik
2. Ansietas b.d ancaman Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Ketidaktahuan
pada status terkini d.d tindakan keperawatan pengetahuan atau dapat menjadi
khawatir tentang selama ....x24 jam persepsi klien dan dasar
perubahan dalam diharapkan ansietas keluarga terhadap peningkatan
peristiwa hidup dapat teratasi penyakit rasa cemas
Dengan Kriteria Hasil : 2. Kaji derajat 2. Kecemasan
a. Tingkat kecemasan yang yang tinggi
Kecemasan dialami klien dapat
 Tidak dapat 3. Bantu klien menyebabkan
beristirahat (5) mengidentifikasi penurunan
 Perasaan gelisah penyebab penialaian
(4) kecemasan objektif klien
 Rasa cemas yang tentang
disampaikan penyakit
secara lisan (4) 3. Terlibatan
 Peningkatan klien secara
frekuensi nadi aktif dalam
tidak ada(5) tindakan
b. Kontrol keperawatan
Kecemasan Diri merupakan
 Mengurangi support yang
penyebab mungkin
kecemasan sering berguna bagi
dilakukan (4) klien dan
 Menggunakan meningkatkan
strategi koping kesadaran diri
yag efektif sering klien
dilakukan (4)
 Menggunakan
teknik relaksasi
untuk
mengurangi
kecemasan selalu
dilakukan (5)
3. Defisien volume cairan Setelah dilakukan 1. Kaji kondisi status 1. Pengeluaran
b.d kehilangan cairan tindakan keperawatan hemodinamika cairan
melalui rute abnormal selama ....x24 jam klien pervaginal
diharapkan volume 2. Ukur intake dan sebagai akibat
cairan klien terpenuhi output cairan klien abortus
Dengan Kriteria Hasil : 3. Berikan sejumlah 2. Jumlah cairan
a. Keseimbangan cairan pengganti ditentukkan
Cairan cairan yang keluar dari jumlah
 Tekanan darah cairan yang
tidak terganggu (5) hilang
 Keseimbangan pervaginal
intake dan output 3. Transfusi
dalam 24 jam tidak sangat
terganggu (5) diperlukan
 Kehausan tidak ada pada kondisi
(5) perdarahan
 Turgor kulit tidak masif
terganggu (5)

Anda mungkin juga menyukai