Anda di halaman 1dari 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nya, akhirnya penulisnya
dapat menyelesaikan Makalah mengenai “Gangguan pada Sistem Integumen”. Tidak lupa pula,
terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kelompok kami dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini tersusun dengan baik.

Penulis menyedari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan
kemampuan, pengalaman, dan ilmu yang dimiliki ataupun kurangnya sumber pustaka. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan dengan pengembangan makalah ke
arah yang lebih baik. Semoga segala yang tertuang dalam makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, baik sekarang mau pun di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Kami
semua berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk pribadi kami sendiri sebagai penulis dan
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca yang budiman. Mudah-mudahan makalah yang kami
buat dapat diimplementasikan dengan baik dalam kehidupan kita sehari-hari. Aamiin.

Surabaya, 07 Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai
sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas
kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor
saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang luar
biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, lemak toko dan
menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk mempertahankan homeostasis
dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem
integumen adalah garis pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal
ini juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit
adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin,
sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar
minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot. Mengenai anatomi sistem yg
menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel (epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan
ikat (dermis) dan lapisan subkutan yang mendasari (hypodermis atau subcutis).
Gangguan pada sistem Integumen yang sedang marak terjadi adalah Morbus Hensen/Kusta
, Luka bakar dan Acne. Menurut WHO, Indonesia diposisi ketiga terbesar jumlah penderita kusta.
Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta, yaitu prevalensi kusta <1 per 10.000 peenduduk
(<10 per 100.000 penduduk), pada tahun 2000. Setelah itu Indonesia masih bisa menurunkan
angka kejadian kusta meskipun relatif lambat. Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun
2017 sebesar 0,70 kasus/10.000 penduduk) dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus
per 100.000 penduduk. Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini
disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khususnya pada negara
dengan pendapatan rendah-menengah, dimana lebih dari 95% angka kejadian luka bakar
menyebabkan kematian (mortalitas). Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia
akibat luka bakar. Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan
telah mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008 (2.2%). Provinsi dengan
prevalensi tertinggi adalah Papua (2.0%) dan Bangka Belitung (1.4%) (Depkes, 2013). Prevalensi
akne vulgaris pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja
(Movita, 2013). Di Indonesia, akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit yang umum terjadi
sekitar 85-100% selama hidup seseorang. Penderita akne vulgaris di Indonesia pada tahun 2006,
2007, dan tahun 2009 secara berturut-turut yaitu 60%, 80%, dan 90%. Prevalensi tertinggi pada
wanita usia 14-17 tahun, berkisar 83-85%, dan pada pria usia 16-19 dengan berkisar 95-100%
tahun (Afriyanti, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi fisiologis sistem integumen


2. Bagaimanakah tinjauan asuhan keperawatan penyakit Morbus Hansen
3. Bagaimanakah tinjauan asuhan keperawatan penyakit Luka bakar

4. Bagaimanakah tinjauan asuhan keperawatan penyakit Acne

1.3 Tujuan

1. Mengetahui anatomi fisiologis sistem integumen

2. Mengetahui tinjauan asuhan keperawatan penyakit Morbus Hansen

3. Mengetahui tinjauan asuhan keperawatan penyakit Luka bakar

4. Mengetahui tinjauan asuhan keperawatan penyakit Acne

Anda mungkin juga menyukai