Anda di halaman 1dari 51

TUGAS PERALATAN DAN METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

UNTUK GEDUNG 5 LANTAI DENGAN BASEMENT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5B
ANNISA FITRIA AGUSTINA
(03011281621051)
CITRA AMALIA (03011181621035)
DWI ASMARANI (03011181621153)
HAURA SITI MAULIDA (03011281621043)
ROBIAH TULADAWIAH (03011181621033)

DOSEN PENGASUH :

DR. BETTY SUSANTI, S.T., M.T.

198001042003122005

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

TAHAPAN – TAHAPAN DALAM PEKERJAAN :

1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang mengikut
prosedur dan telah diatur sesuai dengan standar yang telah diujicobakan. Dalam setap pelaksanaan konstruksi
dibutuhkan inovasi teknologi supaya kegiatan pembangunan dapat berjalan secara efisien dan efektf, serta
diperoleh produk konstruksi yang lebih berkualitas. Pelaksanan konstruksi meliput rangkaian kegiatan dan urutan
kegiatan pembangunan yang dipadukan dengan persyaratan kontrak, ketersediaan sumber daya dan kondisi
lingkungan sepert cuaca, kondisi tanah, dan lainnya.
2. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan awal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Sebelumnya
segala izin yang dibutuhkan sudah diurus, time schedule telah dibuat, dan kontraktor telah
memiliki Shop Drawing. Pekerjaan pendahuluan yang dilakukan dalam proyek ini meliputi :
2.1 Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan peralatan, personil, dan
perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan mengembalikan
pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.

 Mobilisasi Pekerja

Mobilisasi pekerja merupakan hal penting yang harus diorganisasi secara sistematik
berdasarkan tingkat keahlian yang dibutuhkan. Kebutuhan akan tenaga kerja yang diperlukan
tergantung dari besar kecilnya ruang lingkup pekerjaan dan berpengaruh pada waktu dalam
pengerjaan proyek.

 Mobilisasi Peralatan

Persiapan peralatan harus benar-benar dilakukan dengan baik terutama dalam


menempatkan suatu peralatan. Peralatan harus ditempat secara terpusat dan terlindungi dari
cuaca sehingga dapat memudahkan pekerja untuk menggapai alat-alat yang dibutuhkan pada
saat pelaksanaan pekerjaan.

Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan :

1. Total Station

Total station merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk pemetaan dan kostruksi
bangunan, output yang dihasilkan dari total station ini adalah dapat menghasilkan jarak, dan
kemiringan dari instrumen ke titik tertentu. Total station yang digunakan dalam pekerjaan
pemancangan dan pile cap untuk menentukan elevasi bangunan agar tidak jadi kesalahan.

Gambar 2.1 Theodolite

2. Dump Truck

Dumpt truck
merupakan mobil yang
diperuntukan untuk
mengangkut material, dalam hal ini untuk mengangkut tanah sisa galian untuk pekerjaan pile
cap dan basement.

Gambar 2.2 Dump Truck

3. Alat Pemancang (Pile


Driving)

Alat pemancangan tiang


(pile driving) yang digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang adalah hydraulic jack-in pile.
Cara kerja alat jacking pile yaitu dengan memberikan tekanan bebean seacara statis pada tiang
pancang, penekanan tiang akan berhenti bila tiang telah mencapai tanah keras aktual.

Gambar 2.3 Pile driving

4. Excavator

Excavator adalah alat berat


yang berfungsi untuk
memindahkan dan meratakan
tanah.

Gambar 2.4 Excavator

5. Bar Cutter

Bar cutter adalah alat


yang digunakan untuk
memotong besi agar besi
yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan yang telah di rancang.
Untuk mendapatkan baja tulangan dengan ukuran yang sesuai dengan gambar, maka baja tulangan
yang tersedia perlu dipotong, dengan alat Bar Cutter.Keuntungan dari bar cutter listrik dibandingkan
bar cutter manual adalah bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan
dengan mutu baja cukup tnggi, disamping itu juga dapat mempersingkat waktu pengerjaan.
Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter,
kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detk baja tulangan akan terpotong.
Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan
untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai
dengan kapasitas dari alat.

Bar Cutter ada dua macam :


 Bar Cutter Listrik, adalah Bar Cutter yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk memotong
baja tulangan, yang digunakan untuk memotong seluruh baja tulangan utama.

 Bar Cutter Manual, adalah Bar Cutter yang dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk
memotong baja tulangan tambahan di lokasi pemasangan tulangan.

Gambar 2.5
Bar cutter
6. Bar Bender

Bar bender
adalah alat
untuk

membengkokkan baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan . Cara
kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros
pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang
pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok.
Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan
pembengkokkan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan dengan
mudah dan rapi.

Bar bender ada dua macam :


 Bar Bender Listrik, adalah Bar Bender yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk
membengkokkan baja tulangan, yang digunakan untuk membengkokkan seluruh baja tulangan
utama..

 Bar Bender Manual, adalah Bar Bender yang dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk
membengkokkan baja tulangan tambahan di lokasi pemasangan tulangan apabila besi tulangan
tdak dapat dipasang karena ukurannya tdak tepat.

Gambar 2.6 Bar


bender

7. Ready Mixer
Truck

Concrete
mixer truck
yang mengaduk
beton ready mix
yang telah di
pesan dari pabrik hingga ke lokasi proyek. Selama di perjalanan concrete mixer harus terus
berputar agar beton tidak mengeras dan tetap homogen.

Gambar 2.7 Ready Mixer Truck

8. Compressor

Alat ini menghasilkan


tekanan udara yang dapat diatur,
dalam hal ini compressor
digunakan untuk menyemprot
kotoran yang ada pada bekisting
baik pile cap, sloof, balok,
kolom, maupun plat.

Gambar 2.8 Compressor


9. Concrete Vibrator

Concrete vibrator alat penggetar yang digunakan proyek untuk menggetarkan campuran
beton pada saat pengecoran agar seluruh ruang terisi.

Gambar 2.9 Concrete


Vibrator
10. Palu

Sebagai alat penghancur,


dalam hal ini untuk
menghancurkan sisa selimut
beton tiang pancang yang melebihi elevasi rencana tanpa merusak tulangan didalamnya, selain
itu juga untuk menumbuk paku untuk merekatkan antar kayu.

Gambar 2.10 Palu

11. Alat Las

Alat las digunakan untuk


menyambung besi atau baja pada
kontruksi bangunan.

Gambar 2.11 Alat las

12. Cangkul

Digunakan untuk menggali


dan meratakan permukaan tanah
pada saat pekerjaan konstruksi.

Gambar 2.12 Cangkul

13. Tang Kawat Bendrat

Alat potong dan alat untuk


mengikat kawat bendrat yang
digunakan untuk mengikat atau merakit besi- besi yang akan di rangkai menjadi pembesian
pile cap, sloof, balok, kolom, dan plat.

Gambar 2.13 Tang kawat


bendrat

14. Crane HP55

Alat berat dengan kapasitas


55 ton, yang dapat bergerak
karena memiliki roda crawler.
Yang berfungsi untuk mengakut dan memindahkan matrial.

Gambar 2.14 Crane


HP55

15. Guide Beam

Berfungsi sebagai
penahan agar sheet pile tetap tegak ketika dipukul oleh hammer, jika setelah sheet pile telah
terpasang dengan ketinggian yang telah di tentukan maka guide beam dapat segera dilepas.

Gambar 2.15 Guide beam

16. Concrete bucket dan Pipa Tremie


Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck mixer concrete sampai ke
tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump dan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, maka beton dari truck mixer concrete dituangkan kedalamConcrete bucket,
kemudian pengangkutan dilakukan dengan bantuan tower crane. Dalam pengerjaannya
dibutuhkan satu orang sebagai operator concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau
mengunci agar cor-an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran dengan tower
crane. Concrete bucket yang digunakan pada umumnya mempunyai kapasitas sebesar 0,8
m3 dan berat concrete bucket adalah 300 kg.

Sedangkan Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton
pada saat pengecoran. Pipa tremie biasa dipasang pada ujung bawah concrete bucket sehingga
beton yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan menumbuk lokasi pengecoran.
Usahakan sedekat mungkin antara pipa tremie dengan permukaan beton lama, hal ini dilakukan
untuk menghindari agregat kasar, terlepas dari adukan beton. Pipa tremie yang digunakan pada
umumnya adalah jenis hoist tremie pipe dengan diameter 8”.

Gambar 2.16 Concrete bucket


17. Concrete pump
Concrete pump digunakan untuk menyalurkan beton ready mix ke lokasi pengecoran
dengan cara di pompa, biasanya digunakan untuk pengecoran pekerjaan kolom dan shear wall.

Gambar 2.17 Concrete pump


18. Scaffolding
Scaffolding digunakan sebagai penyangga untuk pekerjaan-pekerjaan di dalam proyek.
Scaffolding juga digunakan untuk menopang bekisting balok dan plat serta bisa menjadi tangga
bagi para pekerja proyek untuk menaik ke atas.

Gambar 2.18
Scaffolding

19. Tower Crane


Tower crane adalah
salah satu jenis alat berat
yang sering digunakan
untuk membangun gedung
bertingkat atau jembatan. Fungsi tower crane ini adalah untuk mengangkut material atau bahan
maupun konstruksi bangunan dari bawah menuju bagian yang ada di atas. Dibandingkan
dengan cara konvesional, penggunaan alat ini tentu membuat pekerjaan pengangkatan material
jadi jauh lebih mudah dan hemat waktu.
Tower crone juga bisa dipakai untuk mengangkut bahan concrete bucket yang digunakan
dalam proses pengecoran kolom bangunan yang lokasinya berada pada tempat yang tinggi dan
mampu mengangkut aneka jenis alat bantu maupun bahan untuk membuat bekisting kolom,
besi beton, struktur dan lain sebagainya.

Gambar 2.16 Tower


crane
17. Alat PDA Test
Alat ini merupakan alat
uji untuk melihat kekuatan
pemancangan yang telah kita
lakukan.
Gambar 2.17 Alat PDA Test
18. Meteran
Berfungsi untuk mengukur jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur
sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat dipakai untuk membuat lingkaran. Pada ujung
pita dilengkapi dengan pengait dan diberi magnet agar lebih mudah ketika sedang melakukan
pengukuran, dan pita tidak lepas ketika mengukur.

Gambar 2.18 Meteran

19. Siku Ukur


Siku Ukur adalah salah satu
alat yang sangat penting dalam
pertukangan. Siku ukur
merupakan salah satu yang sering dipakai dalam dasar pekerjaan dan juga saat penguran bagian
bagian yang sangat berhubungan dalam kesikuan bahan maupun ruang yang akan dikerjakan.
Gambar 2.19 Siku ukur
20. Alat Pemotong Ubin
Berfungsi untuk memotong keramik sesuai kebutuhan.

Gambar
2.20 Alat
pemotong
ubin

 Mobi
lisasi

material
Mobilisasi material adalah proses penyediaan material dan bahan-bahan apa saja yang
digunakan pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Material adalah komponen utama dalam
proses pelaksanaan konstruksi, tanpa adanya material maka pekerjaan tidak akan dapat
terlaksana. Sebelum material datang ke lokasi proyek, harus dipikirkan dimana material itu
diletakkan agar dalam pelaksanaan di lapangan tidak mengalami gangguan akibat lokasi
material terlalu jauh dari tempat pengerjaan ataupun material itu diletakkan di tempat lokasi
yang akan dikerjakan untuk suatu pekerjaan proyek. Material atau bahan bangunan harus
diletakkan pada tempat yang terlindungi dalam lingkungan proyek. Hal ini dikarenakan tempat
penyimpanan akan sangat memengaruhi kualitas material.

Berikut ini adalah material yang digunakan :

1. Besi tulangan
Besi tulangan yang di pakai pada proyek besi berupa besi ulir dan besi polos .

Besi
Ulir

`
Besi
Polos
Gambar
3.1. Besi ulir dan besi polos
2. Material bekisting
Material bekisting yang digunakan pada proyek umumnya adalah papan plywood .

Gambar 3.1 Bekisting


plywood

3.Beton ready mix


Pengecoran struktur
balok dan kolom pada
proyek menggunakan beton ready mix dengan mutu beton yang sesuai proyek tersebut.
Material penyusun beton adalah sebagai berikut :
 Semen

Pada beton, semen berfungsi sebagai bahan pengikat hidrolik yang bersama air menyatukan
agregat halus dan agregat kasar. Jenis-jenis semen yang dijual di Indonesia meliputi PCC
(Portland Composite Cement), PPC (Portland Pozzoland Cement), dan OPC (Ordinary Portland
Cement). Dari ketiga jenis semen tersebut, PPC merupakan jenis semen yang paling banyak
digunakan. Alasannya semen ini lebih mudah digunakan, menghasilkan ketahanan yang awet,
tahan terhadap sulfat, bersifat kedap, dan tidak gampang retak. Paling cocok semen PPC
dipakai dalam pembuatan beton cor bervolume besar sebab tingkat panas hidrasinya cenderung
lebih rendah.

Gambar 3.2 Semen

 Agregat Halus

Agregat halus yang


umumnya digunakan
dalam pembangunan beton adalah pasir. Pasir yang mempunyai kualitas tinggi ditandai dengan
kandungan lumpur dan tanahnya yang rendah, berwarna keabu-abuan bukan cokelat, tidak
terlalu mengeruhkan air, serta beremah dan tidak menggumpal saat digenggam tangan. Contoh-
contoh pasir yang terkenal akan mutunya yang bagus yaitu pasir galunggung, pasir muntilan,
pasir bangka, pasir cilegon, pasir mundu, dan pasir rangkas.

Gambar 3.3 Agregat halus

 Agregat Kasar
Dalam pembuatan beton,
agregat kasar yang dipakai
biasanya berupa batu kerikil atau batu split. Batu ini merupakan batu cadas atau batu kali yang
dipecah dengan ukuran split 1/2 atau split 3/4 yang disesuaikan dengan ukuran tulangan baja.
Standar agregat kasar yang kualitasnya baik meliputi tidak gampang tergores, bentuknya tidak
pipih sebab rentan pecah, dan tidak pula terlalu bulat karena bakal licin yang menyebabkan
semen sukar merekat.

Gambar 3.4 Agregat kasar


 Air

Peranan air dalam pembuatan


beton yaitu bereaksi dengan
semen sehingga membentuk suatu pasta pengikat untuk menggabungkan agregat halus, agregat
kasar, dan admixtures. Air secara langsung mempengaruhi daya kuat tekan beton, sifat kinerja
adukan beton, besar kecilnya nilai susut beton, kelangsungan reaksi dengan semen, dan
mendukung perawatan adukan beton untuk menjamin pengerasan yang sempurna. Syarat-syarat
air yang bagus digunakan sebagai bahan pembuatan beton seperti tidak berlumpur lebih dari 2
gram/liter, tingkat keasamannya di ambang standar dengan kadar garam kurang dari 15
gram/liter, dan tidak mengandung klorida yang melebihi 0,5 gram/liter.

Gambar 3.5 Air

 Admixtures

Admixtures adalah
bahan kimia yang
ditambahkan ke dalam adukan beton untuk mengubah sifat beton yang dihasilkan. Sebagai
contoh yakni water reducer admixture digunakan untuk mengurangi kebutuhan air, retarder
admixture dipakai untuk memperlambat pengerasan beton, dan accelerator admixture ditujukan
untuk mempercepat pengerasan beton. Perlu diketahui, admixture bukanlah bahan utama yang
menyusun beton, melainkan sebatas bahan tambahan sehingga penggunaannya bersifat tidak
mutlak.

Gambar 3.6 Admixtures

2. Kawat Bendrat
Kawat
Bendrat merupakan
kawat yang berdiameter kecil tapi ukurannya panjang. Fungsi daripada kawat bendrat adalah
untuk mengikat besi beton ulir atau polos yang dijadikan sebagai tulangan untuk kolom,
shearwall, floor deck, atau lainnya. Pengikatan dilakukan agar rangkaian tidak lepas saat akan
diberikan adukan semen & pasir. Agar baja tulangan saling terikat dengan kuat maka kawat
bendrat yang digunakan harus dengan kualitas yang baik agar tidak mudah putus.
Gambar 3.7 Kawat bendrat
3. Beton Decking (Beton
Tahu)
Beton decking atau beton
tahu adalah campuran antara
semen, agregat halus dan air,
yang berfungsi untuk memberi
jarak antara tulangan dan bekisting pada pelat lantai dan tangga. Beton ini diberi kawat
ditengah-tengahnya dengan tujuan untuk mengikatkan beton decking pada tulangan.

Gambar 3.8 Beton


decking

4. Tiang pancang

Pondasi tiang
digunakan untuk
mendukung struktur/
bangunna bila lapisan kuat terletak sangat dalam. Tiang pancang yang biasa digunakan adalah
tiang pancang pracetak, yakni tiang dari beton yang dicetak disuatu tempat dan kemudian
daingkut ke lokasi rencana bangunan.

Gambar 3.9 Tiang


Pancang

5. Batako

Batako merupakan
matrial konstruksi yang terbuat dari agregat halus dan semen yang di cetak membentuk kubus,
yang biasanya digunakan untuk matrial pembuat dinding. Tetapi pada pekerjaan pembuatan
pile cap, batako ini diperuntukan untuk bekisiting pile cap.
Gambar 3.10
Batako

6. Kayu

Kayu disini
merupakan kayu balok
yang digunakan untuk
bekisting, penahan beban dan juga pekerjaan lainnya seperti membuat bowplank.

Gambar 3.11
Kayu

7. Sheet pile beton

Sheet pile
beton adalah salah satu
jenis sheet pile yang
terbuat dari beton bertulang. Sheet pile sendiri merupakan bahan bangunan yang dipasang di dalam
tanah untuk menahan tanah yang berbeda ketnggian agar tdak terjadi longsor, atau bisa juga
digunakan untuk menahan air agar tdak masuk ke dalam lubang galian.

Gambar 3.12
Sheet pile beton

8. Wale steel pile

Suatu baja yang


berfungsi agar sheet pile beton tetap berdiri di tempat dan tidak bergeser karena sifat tanah
yang dapat berubah
sewaktu-waktu. Dan terletak
di belakang sheet pile beton
Gambar 3.13 Wale steel pile

9. Batu Bata

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Batu
bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-merahan.

Gambar 3.14 Batu


bata

10. Keramik

Keramik adalah ubin lantai yang terbuat dari tanah liat dan dilapisi dengan glazur.
Proses pembuatan keramik berglazur dimulai dengan mencampur bahan tanah liat dengan
kaolin kemudian dibakar hingga 1000 derajat Celcius di mana keramik yang dihasilkan tidak
hancur bila direndam dalam air. Setelah itu baru dilakukan pelapisan dengan proses pencetakan
di atas ubin.

Gambar 3.15 Keramik

11. Tile Grout

Tile Grout adalah pengisi nat keramik untuk menghasilkan ketahanan terhadap bakteri
dan jamur.
Gambar 3.16 Tile
grout

2.2. Pekerjaan Pembersihan Lahan dan Persiapan


1. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan
Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari sampah,
rumput, dan berbagai hal lain yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan. Pembersihan
dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat excavator. Sampah-sampah yang dihasilkan
dari pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat yang telah disetujui oleh pengawas, kemudian
baru diangkut dengan menggunakan dump truck untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah
akhir.
Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini
dipasang pada tempat yang mudah dilihat dengan mencantumkan data-data proyek antara lain
nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek, waktu pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek,
dll.
Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah dilakukan
pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak bangunan, elevasi dan titik ikat
(Bench Mark). Dalam pengukuran digunakan alat Theodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini
dilakukan oleh seorang surveyor. Titik-titik yang menjadi acuan ditandai dengan menggunakan
patok. Patok terbuat dari kayu bulat dengan panjang ± 1m yang ditancapkan kedalam tanah.

2. Pekerjaan Pemasangan Bouplank

Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan pengukuran dilakukan.
Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh Pihak Proyek,
Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita Acara Pematokan.

Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok kayu persegi
yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan ketinggian papan bouwplank secara
rata bagian atasnya dari papan bowplank harus di waterpass (horizontal dan siku), sedangkan
untuk mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran
ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis ukuran pada papan bouwplank
agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari
As sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok – patok yang terlebih dahulu ditancapkan
kedalam tanah.

Gambar Contoh pelaksanaan Pekerjaan Bouplank

3. Pembuatan Direksi Keet


Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari Kantor, Ruang rapat,
gudang, barak pekerja, rumah genset, serta Toilet.
Untuk Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi, gambar kerja, time
schedule, struktur organisasi proyek, papan tulis, alat pemadam kebakaran, buku tamu, buku
direksi dan laporan harian proyek. Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor
dan dipakai sewaktu-waktu perlu dilakukannya rapat kerja. Barak kerja dibuat untuk tempat
tinggal sementara tenaga kerja selama proyek berlansung.

Contoh Gambar Barak Pekerja


Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang sifatnya untuk
menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang penyimpanan semen, tempatnyaharus
baik sehingga terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai
penyimpanan harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.

Gambar Gudang Material

Letak direksikeet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicapai dalam proses
bongkar muat material yang akan digunakan.
5. Pembuatan Jalan Kerja Proyek.
Pekerjaan ini dilakukan untuk mempermudah aksesibiltas kendaraan yang masuk ke
dalam lokasi proyek, sehingga pengangukatan material dapat berjalan lancar. Jalan tersebut
terbuat dari material timbunan tanah yang dipadatkan. Jika cuaca panas dan permukaan jalan
kering maka dapat dilakukan pennyiraman dengan menggunakan water tanker. Pekerjaan ini
dilakukan beriringan dengan pekerjaan Direksi Keet.
Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu disampaikan kepada setiap orang
dilokasi proyek yaitu memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada di dalam lokasi
proyek harus selalu memakai alat pelindung diri dan Senantiasi mematuhi peraturan K3 yang
ada di lokasi.

3. Pekerjaan Pondasi dan Basemen


1. Pemasangan sheet pile

Pemasangan sheet pile ini diperuntukan untuk menahan dinding yang telah digali agar
tidak terjadi longsor dan tidak mengganggu dan membahayakan pekerja yang ada di area
tersebut. Jadi sebelum tanah digali sheet pile ditancapkan di pinggir area tanah yang akan digali
untuk dibuat besement.

 Menentukan titik pemancangan sheet pile beton.

Sebelum melakukan pemancangan, peratam kita perlu menentukan titik yang tepat dimana
sheet pile akan dipasang. Untuk melakukannta, kita dapat menggunakan alat seperti theodolit
atau waterpass

 Pemasangan angkur

Setelah titik didapatkan, metode pemacangan sheet pile beton selanjutnya adalah
memasang angkur. Angkur sendiir merupakan sejenis potongan besi yang berfungsi
mengokohkan atau merapikan suatu struktur bangunan. Pemasangan angkur disini
diperuntukan untuk meletakkan guide beam agar dapat berdiri tegak dan sejajar dengan garis
tingkat kelurusan yang telah ditentukan sebelumnya.

 Pemasangan Guide Beam

Guide beam merupakan alat penyanggah agar sheet pile dapat berdiri tegak.Pemasangan
guide beam ini juga berfungsi untuk membantu pemsangan sheet pile dan mempermudah
proses pemasangan ketika sheet pile dipukul menggunakan hammer atau vibro agar posisi
sheet pile tetap stabil.

 Pengangkatan Tiang pancang Sheet Pile

Dalam metode pemancangan sheet pile beton,posisi pemasangan tiang pancang harus
diperhitungkan berdasarkan momen berat tiang itu sendiri.Apabila tiang pancang berukuran
panjang,perlu diambil beberapa titik untuk mengurangi panjang tiang yang tidak
terdukung.Prose pengangkatan tiang pancang untuk sheet pile beton biasanya menggunakan
Crane HP55 tetapi sebelumnya,perlu diukur terlebih dahulu posisi titik angkat supaya tidak
terjadi kerusakan atau patah pada tiang pancang saat pengangkatan.

 Proses Pemancangan

Proses pemancangan sheet pile beton tidak mungkin bisa dilakukan secara
manual.Biasanya,alat yang digunakan untuk memancang dan memukul sheet pile beton adalah
diesel hammer,hydraulic hammer,atau vibratory hammer.

 Pelepasan Guide Beam


Setelah sheet pile beton terdiri sesuai denan posisi yang diinginkan,kini guide beam dapat
dilepas.Hal ini karena fungsi guide beam pada awalnya hanya sebagai penahan agar sheet pile
tetap tegak ketika dipukul menggunakan hammer.Jadi,apabila semua sheet pile telah terpasang
dengan ketinggian yang telah ditentukan,guide beam dapat segera dilepas.

 Pengukuran Kembali Posisi Sheet Pile

Hal ini dilakukanuntuk memastikan bahwa letak pancang sesusai dengan analisa
perhitungan sheet pile beton sebelumnya.Karena apabila posisi tidak sesuai akan berpeluang
terjadinya sleding atau bergesernya posisi pancang.

 Pemukulan Kembali Sheet Pile

Walaupun telah dilakukan pemukulan sebelumnya,perlu dilakukan pemukulan kembali


sampai sheet pile mencapai tanah keras.

 Pemasangan Wale Steel CNP dan Tie Road

Fungsi pemasangan alat ini yaitu untuk antisipasi agar pancang tetap berdiri ditempat dan
tidak bergeser karena sifat tanah dapat berubah kapan saja.

 Pemotong Sisa Pancang Sheet Pile

Tahap terakhir dalam metode pemancangan sheet pile beton adalah memotong sisa panjang
sheet pile beton yang tidak seragam atau yang berada diatas ketinggian yang
direncanakan.Walaupun ukuran semua sheetpile sama,tetapi struktur tanah di setiap tempat
berbeda,sehingga ada kemungkinan jarak menuju tanah keras pada masing-masing tempat
berbeda.

2. Pekerjaan Dewatering dan Penggalian

Pekerjaan dewatering merupakan pekerjaan penghisapan air yang diperuntukan untuk


menurunkan muka air tanah.

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Dewatering dalam Proses Penggalian Basement Dengan


adanya pekerjaan dewatering dalam proses penggalian basement, maka metode proses
pengerjaan penggalian basement akan ditentukan dari metode dewatering yang digunakan.
Berikut ini akan di jelaskan tiap-tiap metode pelaksanaan pekerjaan dewatering tersebut dan
proses penggalian basement secara lebih jelas :
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Dewatering dengan Open Pumping dan Proses
Penggalian Basement. Berikut ini akan dijelaskan metode pelaksanaan pengerjaan dewatering
dengan open pumping beserta proses penggalian basement :

 Pekerjaan Persiapan

Pada pekerjaan persiapan ini akan dilakukan penentuan segmen dan tahapan yang akan
digali. Penentuan penempatan pompa, penempatan saluran air, dan penempatan lobang
penampungan air.

 Proses Dewatering dan Penggalian Basement 1.

Penggalian akan dilakukan per segmen, dengan menggunakan excavator. Dari pembagian
segmen yang sudah ditentukan, penggalian akan dimulai dari segmen yang tempatnya paling
didalam dari jalur akses masuk yaitu dari segmen 1 kesegmen 4.

 Pembagian Zona 2.

Penggalian untuk tempat penampungan air dibuat terlebih dahulu, dilanjutkan dengan
penggalian untuk pembuatan saluran air sementara.

 Pada penampungan air dipasang pompa submersible dengan kapasitas 250 lt/m
sejumlah 6 buah.
 Pembuatan Lobang penampungan air dan saluran sementara

Pada proses pembuatan selokan/saluran sementara yang perlu diperhatikan adalah elevasi
selokan yang menuju lubang penampungan air dibuat lebih rendah dari elevasi ujung/elevasi
dasar galian lantai basement.

 Pembuatan elevasi beda tinggi

Diharapkan air bisa mengalir ke penampungan air dengan lancar. Endapan lumpur akan
tertampung pada lobang yang sudah direncankan.

 Pompa yang sudah terpasang pada lobang penampungan air, akan menyedot air
genangan dan akan dibuang kejalur saluran drainase kota.
 Setelah lobang penampungan air dan saluran sementara sudah jadi, penggalian
untuk zona 1 bisa dilakukan. Penggalian dimulai dari ujung saluran sementara,
dengan demikian air rembesan tanah akan mengalir menuju penampungan air.
 Penggalian basement dilanjutkan pada zona 2.
Pada saat penggalian zona 2, kondisi pada area zona 1 bisa dilanjutkan dengan pekerjaan
rabatan, pembuatan pondasi, pembesian hingga pengecoran pada lantai dan dinding basement
tersebut. Pengerjaan lantai dan Dinding Basement Pada Zona 1. 9.

3.1. Pekerjaan Pemsangan Tiang pancang

1. Pelaksanaan Pemancangan di Lapangan

 Alat pancang tiang diarahkan mendekati titik yang akan di pancang


 Tiang pancang diangkat menggunakan crane dan dimasukkan kedalam grip (jepit) pada
mesin jack-in-pile
 Setelah tiang dimasukkan kedalam penjepit, tiang diberi tekanan statis kedalam tanah.
Pada ssat pemberian tekanan tersebut kita dapat mengetahui kekuatan daya dukung
tanah pada pressure gauge.
 Kedalaman tiang yang akan dipancang mencapai kedalaman tanah keras, maka perlu
penyambungan tiang pancang pada satu titik pemancangan. Pada masing-masing kepala
tiang terdapat plat baja yang digunakan untuk penyambungan.
 Apabila tiang pancang kedua tinggal 2 meter dari permukaan tanah dan pembacaan mpa
sudah mendekati mpa yang diiinginkan, maka dimasukkan tiang selanjutnya sebagai
alat bantu (tiang dolly). Tiang dolly ini dapat mendorong lebiih dalam lagi kedalam
tanah kemudian tiang dolly tersebut ditarik keluar. (langkah ini yang nantinya hendak
digali untuk pembuatan bessement)
 Pada saat tiang sudah mencapai tanah keras dan pembacaan tekanan sudah tidak
meningkat lagi, penekanan terhadap tiang dihentikan. Pelaksana mencatat berapa besar
tekanan yang diberikan pada saat pencangan taing dolly, panjang tiang tertanam.
 Kemudian penekan hidrolik diangkat kembali dan grip dibuka.
 Proses pemacangan selesai, hal yang sama dilakukan untuk titik pemancangan
selanjutnya.
 Pelaksanaan pile dynamic analyze test (pda test), hal ini dilakukan untuk pengecekan
kekuatan tiang pancang yang telah dipasang. Selain itu juga untuk mendapatkan
kapasitas ultimate tiang tunggal dan yang nantinya akan dievaluasi dengan daya dukung
rencana. Pda test ini dilakukan satu minggu setelah pemancangan.

2. Tata Cara Melakukan PDA Test

 Mempersiapkan alat uji dan tiitk yang akan diuji


 Melakukan pengeboran pada tiang untuk menempatkan sensor yaitu 2 buah
accelerometer (a1 dan a2) dan 2 buah strain transcducer (f1 dan f2)
 Pemasangan f1 dan a1 pada satu sisi yang berlawanan dengan f1 dan a2.
 Transducer ditempatkan pada jarak 1,5-2d dari kepala tiang untuk menghindari end
effect akibat tumbukan.
 Bila set-up alat sudah dilakukan, maka pengujian dapat dilakukan.
 Mesin jecking pile dapat dijalankan seperti pada saat pemancangan, pertama harus
dilakukan beberapa pukulan saja
 Mengevaluasi apakah data yang terekam masih memenuhi standar, jika ya pemukulan
dapat dilanjutkan.

3.2 Pekerjaan Pile Cap

1. Penulangan Pile Cap

 pemotongan pembesian sesuai dengan ukuran pile cap


 Pembengkokan besi
 Penganyaman pembesian sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sudah di rencanakan

2. Proses Penggalian Tanah Untuk Pile Cap

3. Pembuatan Lantai kerja

 penyebaran pasir
 pemadatan pasir sampai ketebalan 50 mm
 penyebaran sirtu setebal 200 mm

4. Pemotongan Kepala Tiang

Pemotongan tiang pancang yang menjorok dari dalam ke permukaan tanah yang
melebihi elevasi yang diiinginkan. Hanya bagian beton yang di bobok dan tulangan besi dari
pancang masih tetap tersisa, dan perangkaian dengan tulangan pile cap.

5. Pembuatan Bekisting Pile Cap dan Pemasangan Tulangan

 Lantai kerja sudah terpasang


 Perletakan pembesian sesuai dengan titik rencana
 Penyambungan penulangan sisa tiang pancang dengan pembesian pile cap, pembesian
tiang pancang berada di tengah-tengah pembesian pile cap, hal ini dilakukan agar besi
tiang pancang dan pembesian pile cap menajdi satu kesatuan.
 Pemasangan bekisting pile cap terbuat dari batako yang disusun, dengan tidak
menyentuh tulangan pile cap agar pada saat pile cap sudah jadi, tulangan tidak terlihat
dan tidak menyentuh tanah.
 Bekisting tidak perlu dibongkar

6. Pengecoran Pile Cap


Pengecoran menggunakan beton ready mix mutu yang telah di rencanakan.

 Beton ready mix dimasukan kedalam bekisting yang sudah dipasang pembesian
 Perataan permukaan dengan alat vibrator guna mengeluarkan udara yang tersekap dan
membuat beton lebih padat.

3.3. Penggalian Tahap kedua

Penggalian dilanjutkan pada zona 3 dan pada zona 2 dilanjutkan dengan pembuatan
lantai dan dinding basement. Metode pelaksanaan penggalian dan pengerjaan lantai dan
dinding basement pada zona-zona berikutnya sama seperti pengerjaan zona-zona sebelumnya.

Jika penggalian, pengerjaan lantai dan dinding basement pada semua zona sudah
selesai, terkhir yang dikerjakan adalah pada lobang galian penampungan air. Pada lubang
tersebut airnya disedot, setelah kering langsung dilakukan pemasangan tulangan dan
pengecoran. Dengan metode pelaksanaan seperti di atas muka air tanah dapat diatasi dan
pekerjaan-pekerjaan pada basement bisa dilaksanakan.

4. Pekerjaan Sloof, Kolom, dan Balok

1. Penentuan Garis As dan Marking


Penentuan garis as dilakukan untuk mendapatkan garis acuan untuk menentukan letak
balok dan kolom. Penentuan garis as dan marking menggunakan alat theodolite. Penentuan titik
as dilakukan oleh surveyor sesuai jarak dari gambar rencana sebagai titik acuan. Setelah semua
garis as didapatkan dilakukan marking pada kolom agar bekisting yang nantinya di pasang
sesuai dengan gambar rencana.
2. Pekerjaan Struktur Sloof

Setelah seluruh pekerjaan struktur kolom selesai, maka dilanjutkan dengan pekerjaan
struktur sloof. Adapun tahapan dari pekerjaan struktur balok sebagai berikut:

1. Pemasangan scaffolding
Scaffolding dipasang pada seluruh lantai kerja. Scaffolding ini dapat digunakan untuk
membantu menopang bekisting sloof dan plat lantai pada lantai atasnya. Selain itu scaffolding
juga digunakan sebagai akses jalan dan naik bagi para pekerja saat memasang bekisting balok

2. Pemasangan bekisting sloof


Pada pekerjaan balok pemasangan bekisting dikerjakan lebih dahulu sebelum pekerjaan
pembesian. Bekisting dipasang dengan keadaan permukaan atas masih terbuka dapat dilihat
pada gambar dibawah ini .
Gambar Pemasangan
bekisting balok
3. Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pembesian
sloof sama seperti
pekerjaan pada kolom,
yaitu dikerjakan langsung
di proyek. Tahapan pengerjaan pembesian sloof pada proyek ini yaitu pabrikasi pembesian dan
instalasi pembesian. Dipasang membentuk bidang horizontal dan di kaitkan atau biasa di sebut
over lab sepanjang 40D ke pile cap.

Pekerjaan pabrikasi pembesian pada sloof dikerjakan sama seperti pekerjaan pabrikasi
kolom. Yang membedakan hanyalah ukuran dan tulangan pada sloof sesuai dengan gambar
rencananya.

Instalasi pembesian dilakukan setelah pabrikasi pembesian selesai dan pemasangan


bekisting pada sloof selesai. Besi yang telah di pabrikasi dipasang pada bekisting balok yang
sudah terpasang sesuai dengan gambar rencanya. Setelah semua besi tulangan dipasang, beton
decking diselipkan disetiap pinggir pembesian

4. Pengecoran sloof
Setelah semua bekisting dan pembesian sloof terpasang semua dilanjutkan ke tahap
pengecoran. Adapun tahap pengecoran sloof sebagai berikut:

 Beton ready mix diangkut menggunakan truck mixer sampai ke lokasi proyek
dengan mutu sesuai dengan perencanaan .
 Beton ready mix yang berada dalam truck mixer dipindahkan ke conrete pump agar
beton ready mix dapat dialirkan ke lokasi pengecoran sloof.
 Pada saat pengecoran dilakukan proses pemadatan dengan vibrator dan juga secara
manual dengan meratakan beton dengan kayu yang telah dibentuk.
 Setelah pengecoran, bekisting tetap dibiarkan selama waktu yang telah di tentukan,
setelah itu bekisting dibuka kembali.
 sloof yang bekistingnya telah di buka dilakukan curing. Curing dilakukan dengan
cara menyemprotkan air ke sloof. Setelah proses curing maka dilanjutkan pada
pekerjaan selanjutnya.
5. Pembongkaran Scaffolding dan Bekisting
Setelah 14 hari dari proses pengecoran sloof, bekisting dan scaffolding mulai dilepas.
Pastikan beton benar-benar kering dan mampu menahan berat sendiri sebelum melpas bekisting
dan scaffolding. Pelepasan bekisting dan scaffolding dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak beton. Bekisting dan scaffolding yang telah dilepaskan dapat digunakan kembali untuk
pekerjaan selanjutnya.
3. Pekerjaan Struktur Kolom

Adapun tahapan dari pekerjaan struktur kolom pada proyek yaitu pekerjaan pembesian,
pemasangan bekisting kolom, dan pengecoran kolom.

1. Pekerjaan pembesian
Adapun tahapan dari pekerjaan pembesian kolom yaitu pabrikasi pembesian dan
pemasangan tulangan.
Pekerjaan pabrikasi pembesian meliputi pekerjaan pemotongan, pelurusan dan
pembengkokan besi agar sesuai dengan kebutuhan .
Besi yang telah dipabrikasi akan dipasang pada kolom yang telah ditentukan sesuai
perencanaan dan pekerja akan menyambung besi yang telah dipabrikasi dengan kolom yang
berada di lapangan
2. Pemasangan bekisting kolom
Setelah pemasangan tulangan selesai, selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting.
Bekisting kolom pada proyek pembangunan seluruhnya dibuat langsung di proyek oleh
pekerja. Bekisting dirangkai sesuai dengan bentuk kolom yang akan di pasang dan sesuai
dengan gambar rencana
3. Pengecoran Kolom
Setelah bekisting terpasang, dilanjutkan ke tahap pengecoran kolom. Berikut adalah
tahapan pengecoran pada kolom:

 Beton diaduk dengan menggunakan molen dengan mutu sesuai dengan perencanaan
 Pengecoran kolom dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan
concrete pump .
 Pada saat pengecoran digunakan alat vibrator untuk memadatkan beton yang masih
basah.
 Setelah pengecoran bekisting tetap dibiarkan selama waktu yang telah di tentukan,
setelah itu bekisting dibuka kembali.
 Kolom yang bekistingnya telah di buka dilakukan curing. Curing dilakukan dengan
cara menyemprotkan air ke kolom. Setelah proses curing maka dilanjutkan pada
pekerjaan selanjutnya.

4. Pekerjaan Struktur Balok

Setelah seluruh pekerjaan struktur kolom selesai, maka dilanjutkan dengan pekerjaan
struktur balok. Adapun tahapan dari pekerjaan struktur balok sebagai berikut:
1. Pemasangan scaffolding

Scaffolding dipasang pada seluruh lantai kerja. Scaffolding ini dapat digunakan untuk
membantu menopang bekisting balok dan plat lantai pada lantai atasnya. Selain itu scaffolding
juga digunakan sebagai akses jalan dan naik bagi para pekerja saat memasang bekisting balok

2. Pemasangan bekisting balok


Pada pekerjaan balok pemasangan bekisting dikerjakan lebih dahulu sebelum pekerjaan
pembesian. Bekisting dipasang dengan keadaan permukaan atas masih terbuka dapat dilihat
pada Gambar 4.19.

Gambar Pemasangan
Bekisting
Balok
3. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian
balok sama seperti
pekerjaan pada kolom,
yaitu dikerjakan langsung di proyek. Tahapan pengerjaan pembesian balok pada proyek ini
yaitu pabrikasi pembesian dan instalasi pembesian.

Pekerjaan pabrikasi pembesian pada balok dikerjakan sama seperti pekerjaan pabrikasi
kolom. Yang membedakan hanyalah ukuran dan tulangan pada balok sesuai dengan gambar
rencananya.

Instalasi pembesian dilakukan setelah pabrikasi pembesian selesai dan pemasangan


bekisting pada balok selesai. Besi yang telah di pabrikasi dipasang pada bekisting balok yang
sudah terpasang sesuai dengan gambar rencanya. Setelah semua besi tulangan dipasang, beton
decking diselipkan disetiap pinggir pembesian

4. Pengecoran balok
Setelah semua bekisting dan pembesian balok terpasang semua dilanjutkan ke tahap
pengecoran. Adapun tahap pengecoran balok sebagai berikut:

 Beton ready mix diangkut menggunakan truck mixer sampai ke lokasi proyek
dengan mutu sesuai dengan perencanaan .
 Beton ready mix yang berada dalam truck mixer dipindahkan ke conrete pump agar
beton ready mix dapat dialirkan ke lokasi pengecoran balok.
 Pada saat pengecoran dilakukan proses pemadatan dengan vibrator dan juga secara
manual dengan meratakan beton dengan kayu yang telah dibentuk.
 Setelah pengecoran, bekisting tetap dibiarkan selama waktu yang telah di tentukan,
setelah itu bekisting dibuka kembali.
 Balok yang bekistingnya telah di buka dilakukan curing. Curing dilakukan dengan
cara menyemprotkan air ke balok. Setelah proses curing maka dilanjutkan pada
pekerjaan selanjutnya.
5. Pembongkaran Scaffolding dan Bekisting
Setelah 14 hari dari proses pengecoran balok, bekisting dan scaffolding mulai dilepas.
Pastikan beton benar-benar kering dan mampu menahan berat sendiri sebelum melpas bekisting
dan scaffolding. Pelepasan bekisting dan scaffolding dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak beton. Bekisting dan scaffolding yang telah dilepaskan dapat digunakan kembali untuk
pekerjaan selanjutnya.
5. Pekerjaan Shearwall
Adapun kegiatan pelaksanaan pekerjaan dinding geser antara lain:

5.1 Penentuan As Dinding Geser

Penentuan as dinding geser diperoleh dari hasil pekerjaan pengkuran pematokan, yaitu
penandaan berupa huruf atau angka yang digunakan sebagai dasar dari penentuan letak dinding
geser. Alat yang digunakan untuk menentukan as tersebut adalah theodolite, yaitu dengan
menentukan jarak as awal kemudian dibuat as-as yang lain dengan mengikuti jarak yang telah
disyaratkan dalam perencanaan awal. Letak as ini harus selalu dikontrol karena bukan tidak
mungkin karena suatu hal posisi as akan berubah.
5.2 Penulangan Dinding Geser

Urutan penulangan dinding geser adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan Tulangan Stek pada Kolom


Langkah-langkah pengecoran dinding geser adalah sebagai berikut:
a. Lakukan pengeboran pada kolom untuk membuat lubang tempat tulangan stek dinding
geser akan ditempatkan.
b. Masukkan tulangan stek kedalam lubang pada kolom yang sebelumnya telah dibor.
Kedalaman tulangan stek tersebut setengah dari panjang ukuran kolom.
Gambar Tulangan Stek

2. Perakitan Tulangan Dinding Geser


Langkah-langkah perakitan dinding geser adalah sebagai berikut:
a. Letakkan tulangan vertikal yang menyambung dari tulangan dinding geser dengan
menggunakan kawat bendrat.
b. Pasang tulangan horizontal pada kedua stek pada kolom yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
c. Kemudian ikat tulangan horizontal dan vertikal dengan menggunakan kawat bendrat.

Gambar
Perakitan
Tulangan
Dinding Geser

5.3 Pemasangan
Bekisting Dinding
Geser
Pembuatan papan bekisting ini dibuat di los kerja dengan menggunakan peralatan tukang.
Cetakan yang telah selesai dibawa ke lokasi pekerjaan dan dipasang sesuai dengan posisi
tulangan yang telah terpasang sebelumnya. Setelah itu, permukaan bagian dalam bekisting
diberi oli agar mudah dilepaskan saat dibongkar, selanjutnya dipasang bandul/pemberat supaya
kolom bisa dibuat tegak lurus terhadap lantai.
Adapun langkah-langkah pelurusan bekisting dinding geser sebagai berikut:
a. Membuat titik tengah pada bagian atas dan bawah sebagai titik patokan.
b. Memasang paku pada bagian atas dinding geser dan diujungnya diikatkan seutas
benang sebagai tempat untuk mengikatkan unting-unting atau bandulan.
c. Memasang unting-unting atau bandulan pada sisi yang bersebelahan dan mengikatkan
pada benang yang telah dipasang dengan jarak tertentu dari sisi bekisting.
d. Setelah pemeriksaan selesai, bekisting dirapatkan sisinya dengan dipasang penyangga
yaitu besi yang diangkut pada pelat lantai sekaligus berfungsi untuk memastikan
bekisting tidak bergeser pada saat pengecoran melakukan pemeriksaan kembali
terhadap bekisting dinding geser untuk mengetahui tegak atau tidaknya dinding geser.
e. Setelah pemeriksaan selesai dan bekisting kolom dinyatakan tegak, maka selanjutnya
bekisting dinding geser dikencangkan dan dirapatkan keempat sisinya untuk
menghindari keluarnya beton pada saat pengecoran.
Gambar
Pemasangan
Bekisting
Dinding Geser
5.4 Pengecoran
Dinding Geser
Adapun langkah-langkah pengecoran dinding geser adalah sebagai berikut:
a. Seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan menggunakan compressor untuk
menghilangkan sampah dan debu di bekisting.
b. Beton dipesan dari batching plant dibawa menggunakan mixer truck. Kemudian beton
dibawa ke lokasi pengecoran menggunakan concrete bucket dengan bantuan tower
crane.
c. Katup concrete bucket dibuka oleh salah satu pekerja yang berada diatas concrete
bucket untuk menyalurkan beton ke dalam bekisting.
d. Setelah dinding geser terisi 1/3 tinggi dinding geser adukan dipadatkan dengan
menggunakan besi. Hal ini tidak boleh terlalu lama dilakukan untuk menghindari
terjadinya segregasi. Setelah pemadatan dilakukan adukan kembali dimasukkan
sampai 2/3 dinding geser dan pemadatan kembali dilakukan. Pengisian kembali
dilakukan sampai dinding geser penuh pada batas yang telah ditentukan.

Gambar
Pengecoran
Dinding Geser

5.5 Pelepasan
Bekisting Dinding
Geser
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 2 hari. Pembongkaran bekisting
dilakukan dengan melepas balok-balok pengunci, tie rod, dan tiang-tiang penyangga. Kegiatan
ini dibantu dengan menggunakan palu karet dan harus dilakukan secara cermat serta hati-hati
agar tidak merusak struktur beton pada dinding geser.
Gambar Pelepasan
Bekisting Dinding Geser

5.6 Perawatan dan Grouting


Dinding Geser
Pada saat pembongkaran
bekisting selesai, maka
langsung dilakukan perawatan
beton yang bisa dengan
membasahi permukaan
dinding geser. Apabila beton yang dihasilkan tidak sempurna, maka dilakukan grouting pada
bagian yang diperlukan. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian pekerja pada
saat pengecoran dan penggetaran yang mengakibatkan tidak seluruh ruang dalam bekisting
terisi dengan beton.

Gambar Hasil Permukaan Dinding Geser


6. Pekerjaan Pelat Lantai dan Tangga
1. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pelat Lantai dan Tangga

Pelaksanaan struktur pelat lantai terbagi menjadi beberapa tahap pelaksanaan pekerjaan.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

1.1. Marking dan Leveling

Marking dan Leveling adalah pekerjaan pengukuran di lapangan agar ukuran dan posisi
yang dikerjakan sesuai dengan gambar yang ada. Alat yang digunakan pada pekerjaan ini
adalah Theodolite dan Waterpass. Marking dan Leveling bertujuan untuk menentukan elevasi
dari tiap lantai, ketinggian tangga dan lainnya. Pada tahap pekerjaan ini, surveyor didampingi
konsultan pengawas untuk memastikan pembacaan alat benar dan sesuai dengan gambar
rencana.

1.2. Pemasangan Perancah (Scaffolding)

Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan alat scaffolding. Scaffolding adalah alat yang
berguna sebagai struktur pendukung sementara pekerjaan struktur pelat lantai dan tangga.
Scaffolding harus dipasang sedemikian rupa agar kokoh karena harus menopang beban di
atasnya. Untuk mendapatkan kekokohannya, scaffolding harus dirangkai terlebih dahulu.

Rangkaian scaffolding diawali dari jack base sebagai kakinya yang dipasang pada main
frame. Kemudian pemasangan cross brace pada main frame agar saling mengikat. Terakhir
adalah u-head untuk menjadi kayu melintang untuk meletakkan bekisting pelat lantai nantinya.
Ketinggian scaffolding ini dapat diatur pada u-head.

1.3. Pemasangang Bekisting

Setelah scaffolding terpasang, maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting. Bekisting


akan menahan beton segar. Bekisting harus disusun rapat tanpa celah agar nantinya pada saat
penuangan beton tidak terjadi kebocoran.

a) Bekisting Pelat Lantai

Pada pekerjaan pelat lantai dan tangga digunakan plywood dengan ketebalan 12 mm.
Sebelum dipasang, plywood dialasi terlebih dahulu dengan kayu melintang sebagai penahan
beban saat pengecoran sehingga tidak terjadi penurunan. Plywood disesuaikan dengan ukuran
dan bentuk luasan pelat lantai yang akan dikerjakan. Pada tempat sambungan, baik pada pelat
lantai ataupun balok dan kolom, harus dilakukan dengan seksama agar tidak terjadi kebocoran
pada saat pengecoran nanti.

b) Bekisting Tangga

Pemasangan bekisting pada tangga agak berbeda dengan pelat lantai karena terdiri dari
beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut adalah pelat tangga, anak tangga, dan
pelat bordes. Kemudian tangga juga memiliki kemiringan tertentu, tidak seperti pelat lantai
yang datar.

Sama halnya dengan pemasangan bekisting pelat lantai, tangga juga harus dipasangi
scaffolding terlebih dahulu dan disesuaikan dengan elevasi yang telah ditentukan. Scaffolding
sendiri berguna untuk menahan beban di atasnya hingga bekisting dilepas. Setelah pemasangan
scaffolding, dilanjutkan pemasangan kayu sebagai gelagar melintang. Penempatannya tepat
berada di atas U-head.

Selanjutnya adalah pemasangan plywood yang merupakan bekisting utama sebagai tempat
menampung beton segar pada saat pengecoran. Pada sisi kanan dan kirinya juga dipasang
plywood dengan lebar sesuai ukuran. Kemudian diberi tulangan dan dilanjutkan dengan
pemasangan bekisting anak tangga sesuai dengan ukuran. Bagian anak tangga yang ditutup
dengan plywood adalah bagian optrade.

1.4. Pekerjaan Penulangan Besi

Tulangan besi adalah komponen yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada beton.
Dengan fungsi sebagai penahan gaya tarik, maka tulangan adalah komponen yang penting
sehingga pelaksanaannya tidak boleh dilakukan sembarangan. Pelaksanaan perakitan tulangan
harus diawasi agar tulangan dipotong, disambung, dan dirakit sesuai dengan apa yang
direncanakan.

(a) Penulangan Pelat Lantai

Besi tulangan yang digunakan untuk pelat lantai adalah besi polos yang sudah dirangkai
dan disebut wiremesh. Proses perangkaian tulangan pada pelat lantai dilakukan di suatu tempat
dan setelah selesai lalu dihamparkan di atas bekisting. Pada proyek ini, pelat lantai terdiri dari
dua lapis tulangan. Langkah yang pertama adalah memasang tulangan lapis pertama terlebih
dahulu. Setelah terpasang, tulangan harus terikat kuat dan tidak bergeser sehingga pada saat
pengecoran nanti tetap pada tempatnya. Langkah kedua adalah pemasangan tulangan pada
lapis kedua atau bagian atas. Hal pertama yang diperhatikan adalah menentukan jarak antara
tulangan atas dan bawah. Jarak antara tulangan atas dan bawah dibatasi oleh beton tahu. Beton
tahu ini berfungsi sebagai pemberi jarak antara tulangan atas dan bawah. Sama seperti
tulangan bawah, tulangan atas juga harys diikatkan dengan kuat dan tidak bergeser pada saat
pengecoran.

Setelah kedua tulangan terpasang di atas bekisting,langkah selanjutnya adalah memasang


beton tahu di bagian bawah tulangan bawah. Hal ini bertujuan agar jarak yang telah ditetapkan
sebelumnya terisi oleh beton segar dan sebagai selimut beton. Apabila tulangan tidak tertutup
dengan sempurna, maka akan menyebabkan penurunan kekuatan konstruksi dan kerusakan
lainnya. Salah satu kerusakan tersebut adalah korosi pada tulangan akibat reaksi antara air dan
udara pada besi.

(b) Penulangan Tangga

Besi yang digunakan dalam penulangan tangga adalah besi polos dan ulir. Besi ulir
digunakan untuk arah y (besi utama) sedangkan besi polos digunakan untuk arah x dan
tulangan pada anak tangga. Setiap ujung besi utama disambungkan pada tulangan pelat lantai
dan dinding geser. Penulangan tangga menggunakan dua lapis tulangan seperti pelat lantai.

Setelah rangkaian besi lapisan pertama terpasang, selanjutnya dilakukan untuk lapisan
kedua atau lapisan atas.

1.5. Pekerjaan Pengecoran Beton Bertulangan

Pada pekerjaan ini, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan. Adapun tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut.

a) Pengujian Slump (Slump Test)

Slump test adalah pengujian yang bertujuan untuk mnegetahui seberapa kental beton segar
yang telah dimix. Pengujian slump ini dilakukan dengan cara memasukkan beton segar pada
suatu cetakan yang berbentuk kerucut terpancang. Beton segar dimasukkan per tiga lapisan
dengan masing-masing lapisan dilakukan penumbukan sebanyak 25 kali. Kemudia setelah
cetakan penuh, angkat cone dan lihat berapa selisih tinggi cone dengan beton segar yang jatuh
setelah yang dilepaskan dari cetakan. Semakin kecil selisih nilainya maka semakin kental
campuran beton.

b) Membuat Benda Uji

Beton ynag digunakan dalam pengecoran pelat lantai dan tangga adalah beton ready mix.
Ketika sebuah pelaksana memesan beton ready mix, mereka telah memberikan spesifikasi
beton yang harus dicampurkan seperti nilai uji slump, mutu beton, spesifikasi material dan
lainnya.

Tujuan dari dilakukannya pembuatan benda uji adalah untuk mengecek apakah beton
ready mix yang didatangkan benar-benar memiliki mutu yang telah ditentukan. Apabila
ternyata benda uji menunjukkan angka mutu kurang dari yang telah ditentukan, maka ulang
pemesanan atau dengan membongkar kembali beton yang dicor dan menggantikannya dengan
campuran beton dengan mutu yang dipesan.
c) Pengecoran Beton Pelat Lantai dan Tangga

Pengecoran pelat lantai dan tangga dilakukan setelah pemasangan tulangan dan bekisting.
Namun, sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu dibersihkan dari segala kotoran dengan
cara menyemprotkan air ke area yang akan dicor.

Pekerjaan pengecoran beton bertulang dilakukan menggunakan alat concrete pump truck.
Beton yang digunakan adalah beton ready mix dengan mutu yang telah ditentukan. Beton ready
mix yang berasal dari truck mixer dituangkan ke concrete pump dan kemudian beton segar
dialirkan melalui pipa menuju lokasi pengecoran. Selanjutnya mulai diratakan oleh para
pekerja. Pengecoran pelat lantai dilakukan dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya. Pelat
lantai dicor sesuai dengan ketebalan rencana.

Untuk pengecoran tangga, beton yang digunakan adalah beton yang berbeda dengan yang
digunakan pada pengecoran pelat lantai karena perbedaan mutunya. Pengecoran tangga juga
menggunakan tower crane. Beton segar dituangkan ke dalam concrete bucket dan disalurkan ke
bekisting tangga melalui pipa tremi.

1.6. Pekerjaan Perawatan

Setelah dilakukan pengecoran, beton harus dirawat dengan baik agar mutu yang diinginkan
dapat tercapai. Pelaksanaan perawatan beton dilakukan dengan cara membasahi beton dengan
air. Pembasahan beton ini bertujuan agar tidak mengalami perubahan suhu yang mendadak.
Proses reaksi hidrasi yang terjadi antara air dan semen menyebabkan suhu beton meningkat.
Perubahan suhu beton yang tiba-tiba dapat menyebabkan beton menjadi retak.

1.7. Pembongkaran Bekisting

Bekisting pelat lantai dan balok dilepas secara bersamaan. Pelepasan bekisting diikuti
bersamaan dengang pelepasan scaffolding. pada saat pelepasan, bekisting harus dilepaskan
dengan hati-hati agar tidak merusak konstruksi beton yang telah dicor dan bagian-bagian
bekisting tetap utuh sehingga bekisting dapat digunakan kembali.

1.8. Pekerjaan Finishing

Setelah semua scaffolding dan bekisting dibongkar maka dilanjutkan dengan pekerjaan
finishing berupa pembersihan. Pelat dibersihkan dari sisa-sisa kayu bekisting yang menempel,
penambahan bagian yang keropos dan lain-lain.

7. Pekerjaan Dinding lt 1-5


 Pasang profil/usuk untuk menentukan kelurusan dan ketegakan pasangan. Profil
dipasang pada ujung tembok dan diusahakan tegak lurus dan diskur yang kuat. Buatlah
garis ketinggian untuk tarikan per lapisnya.
 Buat campuran/ spesi dengan komposisi sebagai berikut:
1 semen : 3 pasir untuk lapisan trassram
1 semen : 5-7 pasir untuk pasangan biasa.

 Pasir diayak halus dengan ayakan ± 4 mm. Pembuatan adukan dapat dilakukan secara
manual atau dengan molen. Adukan harus plastis atau pulen.

 Sebelum dipasang, batu bata disiram air, sehingga air yang terkandung dalam spesi
tidak diserap oleh batu bata

 Tarik panduan pasangan dari benang pada setiap lapis atau kalau sudah ahli maka
tarikan dapat dibuat per 3 lapis

 Begitu pasangan mencapai ketinggian 1,50 m maka segera kolom praktis di cor agar
ikatan bata terkunci/tidak bergerak. Berikutnya pemasangan yang lebih dari 1,50 m
digunakan perancah atau andang.

 Pasangan batu bata akan lebih sempurna bila selesai dipasang kemudian ditutup dengan
plastik. Setelah plastik dibuka sebaiknya dinding bata dibasahi sebagai proses
perawatan (curing) terutama pada saat akan diplester sebaiknya dinding bata dibasahi
agar tidak menyerap air plesteran

 Setelah diplester sebaiknya plesteran dinding dirawat dengan membasahi agar plesteran
tidak retak-retak.

8. Pekerjaan Lantai Keramik

Cara Pemasangan Keramik

1. Temukan titik pusat dari area lantai. Titik pusat dapat ditentukan dengan mengukur
persilangan sudut ruangan yang satu ke sudut lainnya. Kemudian tandai pertengahan
garis yang terukur. Menemukan titik pusat merupakan prioritas utama, karena hal ini
akan menentukan di mana harus memasang keramik yang pertama dan berikutnya.
2. Mulailah pemasangan keramik yang pertama dari titik pusat ke salah satu dinding
3. Aplikasikan mortar perekat keramik dengan cetok (bergerigi lebih baik) secara merata
pada dasar lantai. Rentangan aplikasi perekat sebaiknya jangan terlalu luas cukup 3-4
ubin keramik. Dikhawatirkan perekat akan cepat mengering, sehingga rekatannya pada
keramik tidak bagus.

4. Letakkan keramik di atasnya, dan tekan ke bawah dengan pelan, serta ketok dengan
palu karet hingga posisi ubin stabil. Pada saat mengetok keramik, pastikan Anda
mengecek suara yang timbul. Jika suara berdengung berarti ada perekat yang tidak
merekat pada keramik. Segera angkat keramik tersebut dan lakukan perbaikan
pengadukan perekat hingga merata dan tempelkan pada posisi semula.

5. Gunakan tile spacer (pemisah ubin) dan lanjutkan pemasangan ubin berikutnya.

6. Pakailah waterpass alumunium untuk mengepaskan ketinggian keramik sampai merata.


Jika terlihat ada permukaan yang tidak rata, maka bisa menambah atau mengurangi
mortar perekat keramik sampai rata.

7. Pada saat pemasangan pada ujung baris, lakukan pengukuran pada keramik yang akan
dipotong dengan cara menempatkannya di atas keramik terakhir, serta dengan memberi
ruang untuk nat. Tandai dengan spidol pada keramik yang akan dipotong.

8. Ulangi langkah nomer 2 hingga 7 untuk baris keramik berikutnya.

9. Biarkan selama satu setengah hari agar mortar perekat keramik mengering.

10. Lakukan pengisian nat dengan grout. Grout merupakan mortar (semen) yang digunakan
untuk mengisi kekosongan atau celah keramik.

11. Bersihkan kelebihan grout dengan menggunakan spons basah.

9. Pekerjaan Atap

Adapun Bahan - Bahan Yang Digunakan Dalam Pekerjaan Atap Baja :

 Kuda – Kuda
 Profil Baja Sesuai Perencanaan

 Profil Gording Sesuai Perencanaan

 Papan Jengger Kayu Jati 15/2 Dengan Panjang 3m


 Usuk 5/7 Kayu Panggire Klas 1, Panjang 4m
 Bagel U Baja
 Paku 5cm, 10cm
 Cat Anti Rayap (Supraleum)
 Air Untuk Campuran
 Kertas Alumunium Foil Type : Super – 588 S/S, Single Sided, Ukuran 1.22 X 50
M
 Reng 4/3, Kayu Jati Klas 1 Dengan Panjang 1,5 M, 2 M, 2,5 M.
 Genteng Beton Mutiara Kualitas 1
 Semen
 Genteng Bubungan/Kerpus
 Kayu Glusuk 5/7 Panjang 3-4m.
 Papan GRC 30/15 Panjang 2m
 Dua buah kayu dengan panjang sekitar 15 cm yang berfungsi sebgai pengungkit
genteng.

Adapun Alat - Alat Yang Digunakan Dalam Pekerjaan Atap Baja :

 Palu
 Gergaji
 Pensil
 Meteran
 Golok/parang
 Linggis
 Kuas
 Ember sebagai tempat campuran.
 Tang
 Benang
 Alat pemotong genteng
 Sendok semen
 Waterpas

Adapun Langkah – Langkah Dalam Pekerjaan Atap Rangka Baja :

1. Pekerjaan Kuda-Kuda
Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk
pada atapnya.
Tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut :
a) Pengangkutan kuda-kuda, bahan dan alat ke lokasi proyek
b) Pekerjaan pengecatan rangka kuda.
c) Pekerjaan perangkaian kuda-kuda
d) Pekerjaan menaikan kuda-kuda keatas atap.
e) Pekerjaan pemasangan kuda-kuda

2. Pekerjaan pemasangan Ikatan Angin Vertikal (IAV)


Ikata Angin Vertikal berfungsi sebagai pengikat antar kuda-kuda. IAV dipasang setelah
kuda-kuda telah terpasang.
3. Pekerjaan Pemasangan Balok Nok (Jurai Dan Balok Bubungan).
Pekerjaan pemasangan balok nok dipasang setelah pekerjaan pemasangan kuda- kuda
dan Ikatan Angin Vertikal telah selesai.

Tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut :

a) Persiapan pemasangan.
b) Pekerjaan menaikan balok nok ke atap.

4. Tahapan Pekerjaan Gording

a) Persiapan pemasangan
Untuk memindahkan gording dari lantai bawah ke lantai atas dilakukan
dengan cara manual yaitu dengan tenaga manusia. Material gording sebelumnya
disiapkan dilantai atas untuk dilakukan pengecatan dan persiapan pemasangan
b) Pengecatan

Sebelum gording dipasang terlebih dahulu dilakukan pengecatan anti karat. Cat
yang digunakan: cat baja zinkromat dicampur dengan thinner sebagai pengencer.

c) Pemasangan gording
Setelah gording sudah berada diatas atap dilakukan pemasangan gording.
Gording ditempatkan diatas kuda-kuda pada titik buhul kuda-kuda.
Penyambungan dilakukan dengan pengelasan.
1. Pekerjaan Pemasangan Ikatan Angin Horisontal (IAH)
IAH berfungsi sebagai pengikat antara kuda-kuda yang dipasang secara horizontal.

Tahapan pemasangannya adalah sebagai berikut :

 Masing-masing kuda-kuda pada kedua titik buhul bagian bawah terlebih dahulu
dipasang tul baja pada ujungnya dibuat seperti kait yang berfungsi untuk
mengaitkan panskrup,
 setelah pengait panskrup dipasang selanjutnya yaitu pamasngan panskrup,
panskrup dikaitkan pada baja tul.
 Pada bagian atas masing-masing kuda-kuda dipasang baja tul pada ujungnya
dibuat seperti kait sebagai pengait panskrup, kedua baja ini ditarik secara silang.
Penyambungan dilakukan dengan pengelasan.
 Tahap selanjutnya, baja tul yang telah dipasang ditarik secara menyilang ujung
baja pada kuda-kuda A dikatkan pada panskrup kuda-kuda B demikianpula
sebaliknya.
Setelah itu dilakukan pengancingan pada panskrup.
2. Pekerjaan Pemasangan Sagrod.

Sagrod berfungsi sebagai pengikat antar gording, Sagrod adalah batang besi bulat
terbuat dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi
bisa digeser (diperpanjang/diperpendek).

Tahapan pemasangannya adalah sebagai berikut :

 Kedua gording terlebih dahulu dilobangi


 Tulangan sagrod dimasukan kedalam lobang kedua gording.
 Setelah itu dilakukan pengancingan dengan baut.
3. Pekerjaan Pemasangan Plat Jengger
Plat jengger merupakan plat baja profile L dengan tinggi 15cm, yang berfungsi
sebagai plat dudukan papan ruiter, plat ini ditempatkan diatas nok.

Tahapan pemasangannya adalah sebagai berikut :

 Plat baja profil L


 Pada plat jengger dilobangi dengan dua titik lobang sebagai tempat pemasangan
paku.
Plat jengger kemudian dipasang
4. Pekerjaan Pemasangan Konsol
Konsol merupakan rangka yang berfungsi seperti kuda-kuda yang ditempatkan
pada atap tritisan.

Tahapan pemasangannya adalah sebagai berikut :

 Rangka konsol sebelunya sudah jadi dibengkel, pada lokasi proyek konsol
kemudian dipasang

 Katrol sebagai pengangkat konsol disiapkan diatas atapKonsol kemudian


dililitkan pada rantai dari katrol
 Setelah itu konsol kemudian ditarik keatas sampai pada tempat penempatan
konsol.
 Konsol langsung ditempatkan pada angkur yang tersedia.

 Setelah konsol sudah terpasang dengan baik dan lurus maka dlakukan
pengancingan antara angkur dan konsol dengan baut.
5.2. Pekerjaan Penutup Atap
Pekerjaan penutup atap terdiri dari pekerjaan :

.
1. Pekerjaan Pemasangan Papan Ruiter
Papan ruieter dipasang diatas nok yang berfungsi sebagai pertemuan antara balok
usuk.

Tahap pemasangan :
 papan ruiter ditempatkan digaris tengah konsol antara plat jengger, papan ruiter
dipasang secarah berurutan dari bawah keatas.
 Setelah itu dilakukan pemasangan, untuk lebih kuat dilakukan pemakuan antar
plat jengger dengan papan ruieter .

2. Pekerjaan Pemasangan Usuk.


Tahapan pekerjaannya adalah :
 Bagel U dipaku pada usuk dengan jarak 1,4m dan 1,8 (mengikuti jarak
antargording)Bagel U dipasang pada penampang bawah usuk yang berfungsi
sebagai pengait antara gording dan usuk.
 Setelah bagel U terpasang pada usuk setelah itu usuk dipasang pada gording
dengan cara bagel U dikaitkan pada gording

 Pada pertemuan antara usuk dan papan ruiter ujung pada usuk dipotong miring
agar dapa tersambung baik dengan papan ruiter, pada sambungan antar papan
ruiter dan usuk dilakukan pemakuan.
3. Pekerjaan Pengecatan Anti Rayap Pada Usuk
Pengecatan anti rayap pada usuk dilakukan dua tahap, tahap pertama dilakukan
pada saat usuk belum terpasang. Dan pada tahap kedua pengecatan dilakukan setelah usuk
terpasang.

Tahapan pekerjaannya adalah :


 Cairan anti raya dicampur telebih dahulu dengan air dengan campuaran 1liter air
dan 1 tutupan airan anti rayap, setelah campuran suda siap maka dilakukan
pengecatan.

4. Pekerjaan Pemasangan Alumunium Foil.


Alumunium foil berfungsi sebagai lapisan genteng, alimunium foil dipasang diatas
usuk.

Tahapan pekerjaannya adalah :


 Alumunium foil dibentangkan sesuai dengan bentangan atap , setelah itu dipaku
pada usuk.
5. Pekerjaan Pemasangan Reng.
Setelah pemasangan alumunim foil pekrjaan selanjutnya yaitu pekerjaan
pemasangan reng.
Tahapan pekerjaannya adalah :
 Reng dipaku diatas usuk dengan jarak antar reng; pada bagian bawah atap jarak
reng 35 cm dan diteruskan keatas dengan jarak 30 cm. sebagai patokan jarak reng
digunakan kayu dengan panjang 35 cm dan 30 cm agar reng dapat lurus.
6. Pekerjaan Pemasangan Genteng.
Tahapan pekerjaannya adalah :
 Sebelum dilakukan pekerjaan pemasangn genteng sebelumnya disiapkan diatas
atap (disusun) pada titik-titik tertentu.
 Genteng dipasang secarah horisontal terlebih dahulu pada bagian atas.
 Setelah pada bagian paling atas terpasang diteruskan pada bagian bawahnya
secara horizontal. Dengan cara pemasangan genteng pada bagian atas diangkat
atau diungkit setelah itu dimasukan genteng pada bagian bawahnya. Pertemuan
dengan jurai genteng dipotong dengan bentuk segitiga agar rapi
7. Pekerjaan Pemasangan Genteng Pada Bubungan Dan Jurai.
Tahapan pekerjaannya adalah :
 Pemasangan benang sebagai patokan pemasangan genteng
 Sebelum genteng pada bubungan dipasang terlebih dilakukan semenisasi sebagai
perekat antara genteng bubungan dan ganteng setelah itu dipasang genteng.
8. Pekerjaan Pemasangan Papan Lisplank
Pada pekerjaan papan lisplank terdapat beberapa tahap pekerjaan yaitu;

1) Pekerjaan Pemasangan Rangka Lisplank


 Rangka pada bagian atas ditempatkan diatas usuk kemudian dipaku
 Kemudian kayu sepanjang 15 cm dipaku dibawah rangka bagian atas yang telah
terpasang
 Rangka bagian bawah dipaku pada rangka kayu sepanjang 15 cm. setelah itu
diberikan pengakuan dengan kayu yang dipasang miring.
2) Pekerjaan Pemasangan Lisplank
 Papan lisplank dipaku pada rangka lisplank.
 Pada sambungan papan lisplank dibuat sambungan bibir lurus.
 Setelah selesai pemasangan tahap berkutnya yaitu dilakukan pendumpulan dan
pengecatan.
10. Pekerjaan Pengecatan Interior Dan Exterior

Berikut adalah beberapa peralatan dan bahan yang umumnya dipakai dalam proses
pengecatan yaitu:

 Cat

 Spatula (Kape), alat ini digunakan untuk mengangkat permukaan cat lama pada dinding dan
untuk mengaplikasikan plamur pada celah atau retakan dinding.
 Meteran, untuk mengukur luas area ruangan yang akan dicat sehingga kita dapat mengetahui
berapa banyak cat yang dibutuhkan.
 Amplas, digunakan untuk membersihkan permukaan dinding.
Dinding lama, amplas dipakai untuk menghilangkan kotoran pada dinding yang pernah dicat.
Sedangkan untuk Dinding baru, amplas dipakai untuk menghilangkan dan meratakan acian,
debu, kotoran, minyak dan lain-lain sebelum di cat.

 Bak Cat untuk menampung cat dan mengurangi jumlah cairan cat yang berlebihan pada roller
sebelum diaplikasikan pada dinding.
 Ember dan Alat Pengaduk, ember digunakan sebagai tempat untuk mengaduk atau
mencampur cat yang masih kental dengan air (sesuai petunjuk pemakaian). Sedangkan alat
pengaduk dipakai untuk mengaduk cat yang masih kental dengan air agar pengencerannya
merata.
 Obeng, alat ini dapat dipakai untuk membuka kaleng cat
 Kuas Dan Roller, kuas lebih banyak dipakai untuk pengaplikasian cat kayu dan besi. Untuk cat
tembok, kuas hanya dipakai pada bagian tertentu saja sepert untuk mengecat pada bagian
pinggir dinding yang berbatasan dengan kusen jendela atau pintu. Sedangkan roller dipakai
untuk mengaplikasikan cat pada dinding yang permukaannya luas, biasanya dipakai untuk cat
tembok emulsion.
 Spectacles, alat ini dipakai untuk melindungi mata dari percikan cat saat mengaplikasikan cat
pada dinding.
 AH
A. Pengecatan Dinding

Yang harus di lakukan untuk memulai proses pengecetan adalah menyiapkan


permukaan yang akan dicat. Pastikan permukaan dinding bersih dan kering untuk mencegah
terjadinya pengelupasan. Kerjakan pengecatan pada siang hari. Mulai dari dekat jendela.
menuju ke ruang dalam. Bila mengecat seluruh ruangan, kerjakanlah mulai dari langit – langit
yang diteruskan ke dinding dekat kusen jendela, pintu-pintu, dan kemudian ke bagian bawah.
Lakukanlah pembuangan sisa saat melakukan pengecatan karena kita harus bertanggung jawab
terhadap lingkungan dengan menghindarkan membuang limbah/sisa cat ke dalam saluran
pembuangan. Terakhir adalah membiarkan sisa cat mengering di wadahnya sebelum dibuang
ketempat sampah.

a. Pemberian Cat Dasar


Cat dasar untuk tembok dibagi dua, yaitu cat dasar yang berupa varnish dasar air yaitu
cat tanpa pigmen dengan dasar emulsi acrylic 100%. Cat dasar ini biasanya disebut Wall Sealer
Water Base. Wall Sealer sangat baik untuk tembok baru yang banyak retak rambut untuk
mengisi celah-celahnya dan untuk menguatkan lapisan cat lama yang mulai mengapur. Kedua
adalah cat dasar yang berupa cat tembok warna putih dengan dasar emulsi acrylic 100% dan
mempunyai daya tahan alkali yang tinggi, daya rekat serta daya isi yang baik serta kadar bahan
anti jamur cukup tinggi. Cat dasar ini disebut Alkali Resisting Primer atau Undercoat Tembok.

Cara pemakaiannya adalah; encerkan cat sesuai dengan petunjuk pabrik, jangan berlebihan,
karena dapat menghilangkan fungsi cat dasar.

b. Langkah Pengecatan

 Reaksi pengerasan (curing) semen pada plesteran harus sudah sempurna, minimal harus
ditunggu selama 28 hari.
 Periksa kelembaban tembok. Gunakan alat protimeter, yaitu alat pengukur kadar air.
Kadar air harus sudah di bawah 18 %.
 Periksa kadar alkali tembok.Gunakan kertas lakmus untuk mengukur pH (derjat
keasaman/alkali). Kadar alkali harus menunjukkan kurang lebih pH 8.Kalau lebih dari
pH 8, berarti reaksi semen belum sempurna dan tembok belum layak dicat.
 Kalau kadar air sudah rendah, tetapi kadar alkali masih tinggi, berarti masih ada semen
bebas yang belum beraksi karena kekurangan air.
 Basahkan permukaan tembok dengan air bersih.
 Bila semua persyaratan diatas sudah terpenuhi, bersihkan permukaan dari bekas
percikan semen, Efflorescene (pengkristalan garam), pengapuran, debu, kotoran, dan
minyak. Gosok permukaan tembok dengan kertas amplas kasar atau sikat sambil
permukaan tembok dibasahi air bersih. Kemudian keringkan dengan kain lap yang
bersih.
 Cuci permukaan tembok dengan larutan asam chlorida (HCl) 10-15% untuk
menetralkan alkali yang masih ada dan juga mengetching permukaan tembok agak lebih
kasar sehingga daya lekat lebih baik.
 Bila permukaan tembok berlumut atau berjamur cuci dengan larutan kaporit10-15%
c. Pemberian Cat Akhir

 Persiapan permukaan harus telah sempurna.


 Bagian-bagian tembok yang tidak akan dicat, alat-alat rumah tangga seperti kursi, meja,
lantai sudah ditutup plastik atau kertas koran.

 Siapkan alat alat pengecatan yang dibutuhkan, seperti kuas, roller, ember, pengaduk,
tangga, dan lain-lain.

 Periksa kaleng cat, apakah sesuai dengan ketentuan pabrik. Catat nomor batch (lot)nya.

 Aduk cat sampai rata dan pengenceran sesuai dengan kebutuhan pabrik.

 Selang waktu antara setiap lapis harus cukup lama. Secara teoritis adalah 2-4 jam, tetap
sebaiknya minimal 8 jam atau semalam.

 Ventilasi ruangan harus sebaik mungkin dan kalau dapat Pengecatan dilakukan waktu
cuaca terang dan kering.engenceran cat jangan langsung didalam kalengnya, kecuali
kalau dapat habis pada hari itu juga.

 Tutup rapat-rapat kaleng yang yang masih ada sisa catnya untuk menghindari
pembusukan.

d. Pengecatan Ulang

 Bila daya lekat cat lama masih baik, cuci permukaan dengan air bersih sambil digosok
dengan kertas amplas/sikat. Bila perlu cuci dengan larutan ditergent, kemudia bilas
dengan air bersih.

 Bila permukaan cat lama masih baik daya lekatnya, tetapi berlumut/berjamur, cuci
dengan larutan kaporit sambil disikat. Bilas dengan air bersih.

 Bila terjadi pengapuran, amplas atau bersihkan debu-debu pengapuran dengan lap yang
dibasahi air sampai kelapisan cat yang tidak mengapur.

 Bila lapisan cat lama sudah tebal atau terkelupas, kerok seluruhnya sampai kedasar
tembok.

 Bila lapisan lama berasal dari cat kualitas rendah dimana mudah larut dengan air,
sebaiknya dikerok seluruhnya sampai kedasar tembok.

 Bila permukaan tembok berlumut atau berjamur cuci dengan larutankaporit 10-15%.

B. Pengecatan Plafon
Langkah pekerjaan pengecatan pada plafon sama dengan pengecatan pada tembok.
Bahan cat yang digunakan juga adalah cat untuk tembok/dinding. Perbedaan mendasar yang
ada adalah bahwa plafon terletak di bagian atas dalam posisi mendatar, sehingga diperlukan
cara khusus dalam menyapukan cat pada plafon.

C. Pengecatan Genteng

Fungsi umum dari cat genteng adalah untuk melindungi genteng dari pengaruh cuaca
luar seperti lumut dan jamur sekaligus untuk memberikan keindahan dengan warna-warna
sesuai pilihan.

Langkah pengecatan untuk genteng baru adalah sebagai berikut :

 Sebaiknya pengecatan dilakukan dibawah (sebelum genteng dipasang), hal ini untuk
memungkinkan seluruh permukaan genteng terlapisi oleh cat dan untuk menghindari
menempelnya debu pada saat cat belum kering sempurna.

 Untuk genteng yang kurang padat (porus) dianjurkan pemberian lapisan lem sesuai
yang direkomendasikan (lem index) agar pori-pori genteng tertutup rapat sehingga cat
genteng tidak banyak terserap kedalam genteng.

 Beri lapisan cat secara merata setelah cat diencerkan dengan air bersih dengan
penambahan air sebesar 30 – 40 % dari volume cat.

 Biarkan kering sempurna (2–3 jam) sebelum diberikan lapisan berikutnya dan ulangi
sampai permukaan genteng tertutup sempurna.

 Untuk hasil lebih sempurna beri lapisan akhir dengan vernis genteng (glassure) Untuk
pengecatan genteng lama, langkah pengecatan yang dilakukan adalah sebagai berikut;

 Bersihkan genteng lama dari debu dan kotoran lain seperti lumut atau jamur yang
mungkin telah tumbuh. Bila perlu gunakan sikat dan air sabun.

 Keringkan genteng sehingga benar-benar kering sebelum mulai pelapisan awal

 Lakukan langkah-langkah selanjutnya seperti pada genteng baru.

D. Pengecatan Kayu

Langkah pengerjaan pengecatan kayu adalah sebagai berikut;

 Sebelum memulai mengecat kayu, permukaannya harus bersih


 Gosoklah permukaan kayu kain yang lembab untuk menghilangkan debu

 Haluskan permukaan kayu dengan menggunakan kertas gosok/ampelas

 Permukaan kayu yang tidak rata perlu ditambal dengan undercoat, bila diperlukan
sapukanlah undercoat pada seluruh permukaan setelah kering kemudian digosok dengan
ampelas.

 Langkah berikutnya adalah mulai melakukan pengecatan. Pengecatan dapat dilakukan


menggunakan kuas ataupun dengan penyemprotan menggunakan alat spray cat.

 Terakhir, berikan lapisan anti gores pada kayu yang telah dicat.

 Untuk pengecatan ulang pada kayu, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung
mengecat di atas permukaan cat yang lama atau dengan terlebih dahulu menghilangkan
cat lama, kemudian baru melakukan pengecatan ulang. Langkah pekerjaan pengecatan
juga sama dengan pengecatan kayu yang baru dicat.

E. Pengecatan Besi

Pengecatan pada bahan yang terbuat dari besi menggunakan bahan cat dengan solvent
base (pelarut minyak). Kegunaan cat pada umumnya berfungsi sebagai pelindung suatu
substrat (media) dari karat, pengaruh cuaca, lumut, bakteri, jamur, dan lain-lain. Juga berfungsi
sebagai dekorasi. Langkah pekerjaan pengecatan pada bahan besi prinsipnya hampir sama
dengan mengecat bahan dari kayu. Aplikasi pengecatan bahan besi pada bangunan gedung
banyak dilakukan untuk konstruksi pagar, teralis, dan pegangan tangga.

Anda mungkin juga menyukai