Anda di halaman 1dari 31

BAB 4

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Flowchart Tahapan Pekerjaan


Secara garis besar terdapat tiga jenis pekerjaan yang berlangsung di proyek
pembangunan gedung Fakultas Psikologi Kampus B UIN Raden Fatah
Palembang, yaitu pekerjaan struktur, arsitektur, dan MEP. Gambar 4.1
menunjukkan flowchart tahapan pekerjaan secara umum dan Gambar 4.2
menunjukkan flowchart tahapan pekerjaan konstruksi balok dan kolom.

Mulai

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan MEP Pekerjaan struktur Pekerjaan arsitektur

Pekerjaan elektrikal Pekerjaan pondasi Pekerjaan dinding

Pekerjaan plumbing Pekerjaan pilecap dan tie Pekerjaan plesteran dan


beam acian

Pekerjaan kolom Pekerjaan kusen, pintu,


dan jendela
Pekerjaan balok dan pelat
lantai Pekerjaan penutup lantai

Pekerjaan atap
Pekerjaan plafond

Pekerjaan pengecatan

Selesai

Gambar 4.1. Flowchart Pekerjaan Secara Umum

36 Universitas Sriwijaya
37

Mulai

Pekerjaan beton
bertulang

Pekerjaan kolom dan


balok

Pemotongan dan
pembengkokan besi
tulangan

Perakitan tulangan

Pemasangan bekisting

Pengecoran

Pelepasan bekisting

Perawatan beton

Selesai

Gambar 4.2. Flowchart Pekerjaan Beton Bertulang

Universitas Sriwijaya
38

4.2. Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan dilakukan sebelum melakukan suatu pekerjaan.
Pekerjaan persiapan dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
sehingga dapat menghambat proses pekerjaan. Adapun pekerjaan persiapan yang
dilakukan diantaranya pembersihan lahan, pembuatan direksi keet, persiapan
material, dan persiapan peralatan yang akan digunakan di lapangan.

4.2.1. Persiapan Material


Persiapan material dilakukan agar tidak terjadinya kekurangan material yang
sesuai dengan rencana anggaran biaya yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Berikut material yang digunakan dalam pembangunan gedung Fakultas Psikologi
Kampus B UIN Raden Fatah Palembang:
1. Semen
Semen merupakan salah satu material penyusun beton bertulang. Semen
berfungsi sebagai binder atau pengikat antar material lain dalam beton seperti
agregat kasar, agregat halus, dan bahan tambah. Semen yang digunakan di proyek
ini adalah semen Portland tipe I dengan merk semen baturaja. Semen yang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Semen


(Dokumen pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
39

2. Baja Tulangan Ulir


Baja tulangan ulir (deformed bar) memiliki permukaan memuntir dengan
pola-pola yang berbeda tergantung pabrik pembuatnya. Material ini merupakan
salah satu material pembentuk beton bertulang yang menyediakan daya tarik yang
tidak dimiliki beton. Baja ulir yang digunakan di proyek ini memiliki nilai f y = 400
Mpa dengan beragam diameter untuk konstruksi balok dan kolom. Tulangan baja
ulir pada instalasi pembesian dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Tulangan Baja Ulir


(Dokumentasi pribadi, 2019)

3. Bekisting
Terdapat dua jenis bekisting yang digunakan pada proyek ini yaitu PERI
Formwork System jenis PERI Vario Column sebagai material pembentuk
bekisting kolom dan plywood dengan tebal 12 mm sebagai material pembentuk
bekisting balok. PERI Formwork System dan plywood pada proyek ini dapat
dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.

Universitas Sriwijaya
40

Gambar 4.5. PERI Formwork System


(Dokumentasi pribadi, 2019)

Gambar 4.6. Plywood


(Dokumentasi pribadi, 2019)

4. Beton Ready Mix


Ready mix adalah istilah untuk beton yang telah dicampur dengan rangkaian
bahan material campuran sesuai dengan perencanaan luat tekan yang diinginkan.
Pengolahan ini dilakukan di batching plant hingga menjadi beton cor siap pakai.
Pada proyek ini beton ready mix yang digunakan memiliki mutu fc’ = 29,05 Mpa
berasal dari PT Nindya Beton. Beton ready mix dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Universitas Sriwijaya
41

Gambar 4.7. Beton Ready Mix


(Dokumentasi pribadi, 2019)

5. Beton Decking
Beton decking atau dalam bahasa lapangan sering disebut tahu beton adalah
beton yang dibuat berbentuk silinder ataupun kubus yang memiliki ketebalan
sesuai dengan selimut beton yang diinginkan. Pada proses pembuatannya beton
decking diisikan kawan bendrat yang berfungsi untuk mengikatkan beton decking
ke tulangan yang akan dicor. Fungsi beton decking adalah untuk memastikan
bahwa jarak antara pembesian dengan selimut beton sesuai dengan yang
direncanakan. Beton decking yang digunakan pada proyek ini memiliki ketebalan
4 cm. Beton decking dalam dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Beton Decking


(Dokumentasi pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
42

6. Bahan Tambahan
Dalam proses pengantarannya dari batching plant ke proyek beton ready
mix membutuhkn bahan tambah. Bahan tambah yang digunakan adalah bahan
tambah kimia jenis retarder yang berfungsi memperpanjang waktu pemadatan,
menghindari cold joints serta menghindari dampat penurunan mutu beton pada
pelaksanaan di lokasi proyek.

7. Kawat Bendrat
Kawat bendrat adalah kawat yang biasa digunakan sebagai pengikat
rangkaian tulangan-tulangan antara satu tulangan dengan yang lainnya baik untuk
tulangan balok dan kolom sehingga membentuk suatu rangkaian elemen struktur
yang siap dicor. Selain itu, kawat bendrat juga dapat digunakan untuk mengikat
beton decking pada tulangan. Kawat bendrat dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Kawat Bendrat


(Dokumentasi pribadi, 2019)

8. Kayu
Kayu digunakan sebagai balok penyangga yang diletakkan pada u-head di
bagian atas scaffholding atau sebagai bekisting balok. Kayu yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 4.10.

9. Paku
Paku berfungsi sebagai pengikat plywood dengan kayu untuk membuat
bekisting balok. Paku dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Universitas Sriwijaya
43

Gambar 4.10. Kayu


(Dokumentasi pribadi, 2019)

Gambar 4.11. Paku


(Dokumentasi pribadi, 2019)

10. Lem Beton


Lem beton digunakan sebagai perekat antara beton lama dengan beton coran
segar sehingga menjadikan sambungan antar coran beton homogen atau bisa juga
digunakan sebagai adukan mortar. Pada proyek ini digunakan lem beton Sika
Bond NV dengan perbandingan komposisi campuran Sika Bond NV : air : semen
= 1 : 1 : 3 dengan terlebih dahulu melapisi lapisan beton lama dengan adukan
semen. Lem beton dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Universitas Sriwijaya
44

Gambar 4.12. Lem Beton


(Dokumentasi pribadi, 2019)

4.2.2. Persiapan Peralatan


Alat-alat pada suatu proyek berfungsi untuk mempermudah dan
mempercepat proses pengerjaan suatu konstruksi. Alat-alat yang digunakan pada
proyek ini antara lain:
1. Concrete Mixer Truck
Concrete mixer truck merupakan kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut adukan beton ready mix dari batching plant ke lokasi proyek dimana
selama dalam pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12 putaran
permenit agar beton tetap homogen dan tidak mengeras dengan demikian mutu
beton akan selalu terjaga sesuai dengan kebutuhan rencana. Concrete mixer truck
yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Concrete Mixer Truck


(Dokumentasi pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
45

2. Tower Crane
Pada prinsipnya tower crane merupakan pesawat pengangkat dan
pengangkut yang memiliki mekanisme gerakan yang cukup lengkap, yakni :
kemampuan mengangkan muatan (lifting) menggeser (trolleying), menahannya
tetap di atas bila diperlukan dan membawa muatan ke tempat yang ditentukan
(slewing dan travelling).
Tower crane dirancang dan diletakkan di tempat atau di areal yang
membutuhkan dimensi cukup luas sehingga bisa menjangkau seluruh area proyek.
Tower crane yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Tower Crane


(Dokumentasi pribadi, 2019)

3. Concrete Pump Truck


Concrete pump truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dan lengan
(boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke tempat-tempat yang sulit
dijangkau. Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi dari panjang lengan
concrete pump truck dapat dilakukan dengan cara disambung dengan pipa secara
vertikal sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Concrete pump truck
yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4.15.

Universitas Sriwijaya
46

Gambar 4.15. Concrete Pump Truck


(Dokumentasi pribadi, 2019)

4. Dump Truck
Dump truck merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut material
lepas (loose material) baik berupa pasir, kerikil, tanah. Pada proyek ini dump
truck digunakan untuk mengangkut tanah galian dan timbunan. Dump truck yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Dump Truck


(Dokumentasi pribadi, 2019)

5. Excavator
Excavator merupakan alat berat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan
timbunan pada proyek. Excavator yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat
pada Gambar 4.17.

Universitas Sriwijaya
47

Gambar 4.17. Excavator


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019

6. Concrete Bucket
Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck mixer
concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump dan
telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari truck mixer
concrete dituangkan ke dalam concrete bucket kemudian pengangkutan dilakukan
dengan bantuan tower crane. Concrete bucket yang digunakan pada proyek ini
memiliki kapasitas 0,8 m3. Concrete bucket dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Concrete Bucket


(Dokumentasi pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
48

7. Pipa Tremie
Pipa tremie berfungsi untuk menyalurkan beton dari concrete bucket ke
dalam kolom yang akan dicor.

8. Alat Uji Slump


Alat uji slump terdiri dari kerucut terpancung (slump cone) dengan tinggi 30
cm, tongkat penumbuk sepanjang 60 cm, tapak slump, serta roll meter untuk
mengukur penurunan beton segar. Alat dan proses uji slump dapat dilihat pada
Gambar 4.19.

Gambar 4.19. Alat Uji Slump


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

9. Alat Cetak Benda Uji Beton


Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik
(kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami
kehancuran), serta dapat menentukan waktu untuk pembongkaran bekisting balok
dan kolom. Kuat tekan beton merupakan besarnya beban per satuan luas yang
menyebabkan benda uji beton hancur apabila dibebani dengan gaya tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian uji kuat tekan pada proyek ini
menggunakan benda uji berebentuk silinder dengan ukuran 15 x 30 cm dan
dilakukan pemeriksaan kekuatan tekan beton pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28
hari. Alat cetak benda uji beton dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Universitas Sriwijaya
49

Gambar 4.20. Alat Cetak Benda Uji Beton


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

10. Concrete Vibrator


Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk pemadatan beton yang
dituangkan ke dalam bekisting, dimana getaran vibrator ini ditujukan untuk
mengisi seluruh ruangan dan meminimalisir rongga udara sehingga beton
terhindar dari keropos. Concrete vibrator dapat dilihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21. Concrete Vibrator


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

11. Scaffolding
Scaffolding atau perancah adalah suatu struktur sementara yang digunakan
untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung
dan bangunan-bangunan besar lainnya. Scaffolding terbuat dari pipa-pipa besi

Universitas Sriwijaya
50

yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan untuk menopang


beban di atasnya. Scaffolding dapat dilihat pada Gambar 4.22.

Gambar 4.22. Scaffolding


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

12. Waterpass
Waterpass pada proyek ini digunakan untuk mengecek elevasi sebelum
dilakukannya pengecoran. Waterpass dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23. Waterpass


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
51

13. Bar Cutter


Bar cutter adalah alat yang berfungsi untuk memotong besi sesuai ukuran
yang telah direncanakan. Bar cutter dapat dilihat pada Gambar 4.24.
14. Bar Bender
Bar bender digunakan untuk membengkokkan baja tulangan tulangan dalam
berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Alat ini menggunakan mesin
hidrolis tenaga listrik. Bar bender dapat dilihat pada Gambar 4.25.

Gambar 4.24. Bar Cutter


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 4.25. Bar Bender


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019

Universitas Sriwijaya
52

15. Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong material berupa kayu atau papan
plywood. Gergaji dapat dilihat pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26. Gergaji


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

16. Air Compressor


Air compressor berfungsi untuk membersihkan celah-celah area yang akan
dicor dari sampah. Air compressor dapat dilihat pada Gambar 4.27.

Gambar 4.27. Air Compressor


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

17. Meteran
Meteran merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau
panjang. Seperti mengukur jarak antar tulangan dan sengkang. Meteran dapat
dilihat pada Gambar 4.28.

Universitas Sriwijaya
53

Gambar 4.28. Meteran


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.3. Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Kolom


Teknis pelaksaan pekerjaan kolom ini dijabarkan untuk lantai satu dan dua.
Dalam gedung fakultas psikologi ini terdapat tiga jenis kolom dengan dimensi
berbeda. kegiatan pelaksanaan pekerjaan kolom pada proyek pembangunan
gedung Fakultas Psikologi Kampus B UIN Raden Fatah Palembang antara lain:
1. Penentuan as kolom
2. Pemotongan dan pembengkokkan besi tulangan kolom
3. Perakitan dan pemasangan tulangan kolom
4. Pemasangan bekisting kolom
5. Pengecoran dan pemadatan kolom
6. Pelepasan bekisting kolom

4.3.1 Penentuan As Kolom


Penentuan garis as dilakukan untuk mendapatkan garis acuan untuk
menentukan letak balok dan kolom. Penentuan garis as dan marking
menggunakan alat theodolite. Penentuan titik as dilakukan oleh surveyor sesuai
jarak dari gambar rencana sebagai titik acuan. Setelah semua garis as didapatkan
dilakukan marking pada kolom agar bekisting yang nantinya di pasang sesuai
dengan gambar rencana.

Universitas Sriwijaya
54

4.3.2. Pemotongan dan Pembengkokan Besi Tulangan Kolom


Pemotongan dan pembengkokan besi tulangan mulai dilakukan pada tanggal
19 April 2019, seterusnya beriringan dengan pemasangan tulangan kolom.
Pemotongan dan pembengkokan besi tulangan dilakukan langsung di lokasi
proyek, proses ini dinamakan fabrikasi tulangan. Pekerjaan pemotongan besi
dilakukan dengan menggunakan bar cutter sedangkan pekerjaan pembengkokan
besi menggunakan alat bar bender. Pada alat bar bender ini dapat diatur besarnya
sudut untuk besi tulangan yang diinginkan sesuai dengan perencanaan.

Gambar 4.29. Pemotongan Besi


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 4.30. Pembengkokan Besi


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
55

4.3.3. Perakitan dan Pemasangan Tulangan Kolom


Proses perakitan tulangan kolom dilakukan setelah besi tulangan selesai
dipotong dan dibengkokkan. Dilakukan pada tanggal 19 April 2019. Perakitan
besi tulangan ini langsung dilakukan di lokasi proyek. Tulangan kolom terdiri dari
tulangan utama dan tulangan geser. Tulangan yang digunakan harus sesuai dengan
gambar kerja yang telah direncanakan. Aspek yang harus diperhatikan pada saat
proses perakitan tulangan kolom adalah diameter besi yang dipakai, jumlah besi
pada tulangan utama, dan jarah antar tulangan geser kolom.
Besarnya sambungan antar tulangan utama kolom memiliki overlap sebesar
40D. Tulangan pada kolom diikat dengan kawat bendrat agar posisinya tidak
berubah, begitu pula dengan tulangan geser yang diikat menggunakan kawat
bendrat dengan sistem silang dengan jarak yang sesuai dengan gambar kerja. Besi
tulangan yang telah selesai difabrikasi kemudian diangkat menggunakan tower
crane untuk kemudian diletakkan di titik-titik kolom berada.

(a) (b) (c)

Gambar 4.31. Perakitan dan Pemasangan Tulangan Kolom

4.3.4. Pemasangan Bekisting Kolom


Pemasangan bekisting kolom lantai satu dilakukan pada tanggal 10 Mei
2019. Sebelum pemasangan bekisting kolom dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
pemasangan beton decking pada tulangan utama kolom. Beton decking memiliki
ketebalan sesuai dengan tebal selimut kolom, yaitu sebesar 4 cm. Setelah beton
decking terpasang, barulah dilakukan pemasangan bekisting kolom. Bekisting

Universitas Sriwijaya
56

kolom pada proyek ini menggunakan PERI Formwork System jenis PERI Vario
Column yang terlebih dauhulu diolesi bensin di permukaan dalamnya untuk
mempermudah pelepasan bekisting dari kolom yang telah selesai dicor.
Bekisting kolom kemudian diangkat menggunakan tower crane lalu
dipasang pada titik-titik kolom yang pembesiannya telah selesai dilakukan.
Setelah terpasang maka dilakukan marking pada bekisting dan dipasang unting-
unting dengan tujuan agar kolom yang terbentuk lurus dan dimensinya sesuai
dengan yang direncanakan.

Gambar 4.32. Beton Decking pada Kolom


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 4.33. Pemasangan Bekisting Kolom


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
57

4.3.5. Pengecoran dan Pemadatan Kolom


Kegiatan pengecoran kolom dilakukan setelah proses pemasangan dan
marking bekisting sudah dikontrol. Pengecoran kolom lantai satu mulai dilakukan
pada tanggal 10 Mei 2019, biasanya dilakukan saat malam hari. Sebelum
dilaksanakan pengecoran perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa kolom yang akan
dicor telah bersih dari berbagai macam kotoran atau sampah. Beton ready-mix
terlebih dahulu diaduk di dalam concrete mixer truck. Seletah itu, beton
dimasukkan ke dalam concrete pump sebagai alat penyalur beton ke dalam
bucket. Pengecoran kemudian dilakukan menggunakan concrete bucket yang
dihubungkan dengan pipa tremie. Concrete bucket pada proyek ini memiliki
kapasitas 0,8 m3. Pipa tremie yang telah tersambung dengan bucket lalu
dimasukan ke dalam bekisting kolom, gunanya untuk mempermudah pengecoran
dan untuk memperhatikan tinggi jatuh beton. Tinggi jatuh beton segar maksimum
yang diperbolehkan adalah 1,5 m. Pengecoran dilakukan secara bertahap untuk
menghindari terjadinya segregasi yang dapat mengurangi mutu beton.
Beton yang digunakan pada proyek ini memiliki mutu K-350 atau f c’ 29,05
Mpa dengan nilai slump sebesar 12 ± 2 cm. Pengujian slump dilakukan di
lapangan oleh operator dari tempat pemesanan beton ready mix. Selama proses
pengecoran berlangsung dilakukan pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal
tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk
mencapai pemadatan yang maksimal.

Gambar 4.34. Pengujian Slump


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
58

Gambar 4.35. Pengecoran Kolom


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.3.6. Pelepasan Bekisiting Kolom


Pekerjaan pelepasan bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap telah
mengalami setting. Proses pembongkaran bekisting kolom harus dilakukan secara
perlahan dan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan struktur pada kolom yang telah
dicor. Proses pelepasan bekisting dilakukan dengan mengangkat bekisting
menggunakan tower crane secara berhati-hati.

Gambar 4.36. Pelepasan Bekisting Kolom


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
59

Gambar 4.37. Kolom


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Pekerjaan pelepasan bekisting kolom lantai satu mulai dilakukan pada


tanggal 11 Mei 2019. Pelepasan bekisting kolom dilakukan setelah 24 jam dari
pengecoran terakhir dengan pertimbangan bahwa beton sudah cukup kuat dan
mampu menahan berat sendirinya.

4.4. Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Balok


Pekerjaan konstruksi balok dilakukan setelah proses pelaksanaan pekerjaan
konstruksi kolom selesai. Teknik pelaksaan pekerjaan balok ini dijabarkan untuk
lantai satu dan lantai dua. Pada gedung fakultas psikologi ini terdapat lima jenis
balok yang berbeda dimensi. Adapun kegiatan pelaksanaan pekerjaan balok pada
proyek pembangunan gedung Fakultas Psikologi Kampus B UIN Raden Fatah
Palembang antara lain:
1. Pemotongan dan pembengkokkan besi tulangan balok
2. Pemasangan scaffolding
3. Perakitan dan pemasangan bekisting balok
4. Perakitan dan pemasangan tulangan balok
5. Pengecoran dan pemadatan balok
6. Pelepasan bekisting balok

Universitas Sriwijaya
60

4.4.1. Pemotongan dan Pembengkokkan Besi Tulangan Balok


Pemotongan dan pembengkokkan besi tulangan dilakukan langsung di
lokasi proyek pada tanggal 14 Mei 2019, proses ini dinamakan fabrikasi tulangan.
Pekerjaan pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan bar cutter sedangkan
pekerjaan pembengkokan besi menggunakan alat bar bender. Pada alat bar
bender ini dapat diatur besarnya sudut untuk besi tulangan yang diinginkan sesuai
dengan perencanaan.

4.4.2. Pemasangan Scaffolding


Scaffolding berfungsi sebagai struktur pendukung sementara untuk
pekerjaan balok, kolom, dan pelat lantai. Proses pemasangan scaffolding diawali
dengan memasang jack bass yang merupakan kaki dan tumpuan ke main frame
bagian bawah, lalu dilanjutkan dengan memasang cross brace dimana fungsinya
adalah untuk menghubungkan antara main frmae bagian atas dengan bagian
bawah. Tahapan terakhir adalah menghubungkan main frmae bagian atas dengan
u-head dimana u-head adalah alat yang dipasang pada bagian atas dari scaffolding
yang berfungsi sebagai penopang kayu untuk pemasangan bekisting balok dan
pelat lantai. Pemasangan scaffolding dilakukan pada tanggal 14 Mei 2019.

Gambar 4.38. Pemasangan Scaffolding


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
61

4.4.3. Perakitan dan Pemasangan Bekisting Balok


Sebelum pemasangan bekisting terlebih dahulu perlu dipasang angkel di atas
scaffolding. Angkel merupakan kayu memanjang sebagai penyangga suri-suri.
Suri-suri kemudian diletakkan melintang di atas angkel. Lalu di atas suri-suri
diletakkan lantai bekisting. Bekisting yang digunakan untuk konstruksi balok
berupa bekisting konvensional yang terbuat dari kayu dan plywood. Bekisting
balok terdiri dari tiga bagian, yaitu lantai balok, dinding balok, dan rangka siku.
Metode yang digunakan dalam proses pemasangan bekisting ini tidak
menggunakan tower crane karena pemasangan bekisting langsung dikerjakan di
lokasi balok yang telah direncanakan. Pekerjaan ini mulai dilakukan pada tanggal
16 Mei 2019.

Gambar 4.39. Pemasangan Angkel


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 4.40. Pemasangan Suri-suri


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
62

Gambar 4.41. Pemasangan Bekisting Balok


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.4.4. Perakitan dan Pemasangan Tulangan Balok


Metode perakitan tulangan balok dilakukan langsung di lokasi balok
tersebut berada, dilakukan mulai tanggal 20 Mei 2019. Besi tulangan yang telah
dipotong dan dibengkokkan terlebih dahulu diangkat oleh tower crane kemudian
baru dirakit secara konvensional di lokasi balok yang direncanakan. Tulangan
balok yang dirakit yaitu tulangan utama atau longitudinal dan tulangan sengkang
yang telah direncanakan sebelumnya. Tulangan balok harus dirakit sesuai dengan
gambar rencana seperti diameter tulangan yang digunakan, jumlah tulangan, dan
jarak antar tulangan sengkang. Tulangan sengkang kemudian dikaitkan ke
tulangan utama menggunakan kawan bendrat.

Gambar 4.42. Perakitan Tulangan Balok


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
63

4.4.5. Pengecoran dan Pemadatan Balok


Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu perlu dipastikan bahwa
bekisting kolom yang akan dicor bersih dari kotoran. Untuk membersihkannya
dapat menggunakan alat air compressor. Pekerjaan pengecoran menggunakan
bucket berkapasitas 0,8 m3 diawali dengan penuangan beton ready mix dari
concrete mixer ke dalam concrete pump. Kemudian dari concrete pump disalurkan
ke dalam bucket. Bucket lalu diangkat menggunakan tower crane untuk
selanjutnya dilakukan proses pengecoran. Pengecoran balok biasanya dilakukan
bersamaan dengan pengecoran pelat lantai. Beton segar yang telah dituang
kemudian dipadatkan dengan menggunakan concrete vibrator, tujuannya agar
beton dapat secara merata mengisi seluruh ruangan dan mengurangi rongga udara.
Pengecoran dan pemadatan balok dilakukan pada tanggal 29 Mei 2019.

Gambar 4.43. Pengecoran Balok


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 4.44. Pemadatan Balok


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
64

4.4.6. Pelepasan Bekisting Balok dan Scaffolding


Bekisting balok dapat dilepas setelah balok mengalami setting, tepatnya
setelah 14 hari setelah pengecoran dilakukan dengan pertimbangan bahwa beton
sudah mampu menahan berat sendirinya dan beban dari luar, dilakukan pada
tanggal 12 Juni 2019. Pembongkaran bekisting dilakukan secara manual melalui
langit-langit lantai satu menggunakan linggis dan palu. Pembongkaran bekisting
harus dilakukan secara berhati-hati agar tidak merusak selimut beton. Bekisting
yang telah dibongkar dan masih layak pakai dapat digunakan untuk bekisting
balok lainnya.

Gambar 4.45. Pelepasan Bekisting Balok


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 4.46. Balok


(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Universitas Sriwijaya
65

4.5. Permasalahan di Lokasi Proyek


Permasalahan yang terjadi di lokasi proyek dapat berupa masalah struktural
maupun non-struktural. Beberapa permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
pekerjaan proyek pembangunan gedung Fakultas Psikologi Kampus B UIN Raden
Fatah Palembang adalah sebagai berikut:
1. Perawatan kolom yang seharusnya dilakukan dengan membungkus kolom
menggunakan plastik tidak dilakukan dan terjadinya keropos kecil pada
permukaan selimut beton akibat pemadatan yang tidak merata. Keropos
yang terjadi pada beton ini masih dalam daerah kerusakan non-struktur
karena kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang.

Gambar 4.47. Keropos pada Beton


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019

2. Ketidaktelitian pekerja dalam proses penulangan balok dan kolom. Jarak


penulangan sengkang pada balok dan kolom yang terpasang di lapangan
kurang tepat sesuai dengan gambar kerja.
3. Akses jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut material dan alat berat
adalah jalan tanah lunak yang tidak stabil ditambah kondisi cuaca yang tidak
mendukung proses pengecoran konstruksi mengakibatkan jalan di sekitar
lokasi proyek menjadi berkubang sehingga menghambat kendaran untuk
keluar masuk.

Universitas Sriwijaya
66

4.6. Penyelesaian Masalah


Penyelesaian yang dilakukan oleh pihak kontraktor terhadap permasalahan
yang dihadapi pada proyek pembangunan gedung Fakultas Psikologi Kampus B
UIN Raden Fatah Palembang adalah sebagai berikut:
1. Pekerja melakukan acian pada konstruksi balok dan kolom yang
mengalami keropos.
2. Pelaksana lapangan memberikan evaluasi berupa teguran kepada para
pekerja untuk memperbaiki jarak penulangan yang terpasang.
3. Pihak kontraktor menghentikan sementara pekerjaan pengecoran hingga
kondisi cuaca mendukung dan melakukan pemadatan tanah serta
membangun jalan sebagai jalur akses kendaraan.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai