PUSKESMAS
Oleh :
1. dr. Rolando Agustian Halim
2. dr. Destrianti
3. dr. Dera Apriyunita
4. dr. Nadiyah Zhafirah Luvi
5. dr. Niken Widyahadi
6. dr. Retno Widyastuti
Pembimbing :
dr. Nurul Iswahyuni
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan mini project yang berjudul “Gambaran Pengetahuan
Kader, Bidan Desa dan Petugas Puskesmas terhadap Penyakit Tuberkulosis di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Agung Periode Agutus 2019”. Adapun
penulisan laporan mini project ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu tugas Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Tanjung Agung.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Di kabupaten Muara Enim tahun 2015, terdapat 884 kasus TB yang
terbanyak ditemukan di kecamatan Tanjung Enim (169) dan kecamatan
Tanjung Agung (100). Tahun 2016, temuan kasus baru TB BTA+ di
kabupaten Muara Enim meningkat menjadi 534 kasus, dari 406 kasus di
2015. Secara nasional, target penanggulangan TB adalah tercapainya
penemuan pasien TB BTA+ (case detection rate/CDR) paling sedikit 70%.
Capaian CDR di kabupaten Muara Enim pada tahun 2015 adalah 43% dan
meningkat menjadi 60% di tahun 2016. Namun capaian ini masih jauh
dibandingkan dengan capain CDR nasional di tahun 2012 sebesar 82,4%.5
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di poliklinik TB
Puskesmas Tanjung Agung, temuan penderita baru TB di puskesmas
Tanjung Agung di tahun 2018 mencapai 84 orang, dan diperkirakan jumlah
ini akan semakin meningkat, terlihat dari peningkatan jumlah kasus baru
dalam dua triwulan awal tahun 2019 sebanyak 77 kasus. Selain itu juga
terjadi peningkatan temuan kasus TB resisten obat, dimana di tahun 2018
tidak ditemukan kasus TB resisten obat dan menjadi 2 kasus di tahun 2019.
Walaupun penemuan kasus TB resisten obat meningkat tiap
tahunnya, tetapi jumlah masih rendah dibandingkan dengan jumlah kasus
yang diperkirakan. Tahun 2017, diperkirakan 37% pasien belum memulai
pengobatan akibat under reporting, meninggal, dan menolak diobati.
Beberapa upaya penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menemukan
pasien secara aktif dan terintegrasi, melakukan surveilance aktif/penyisiran
data, peningkatkan kapasitas pengawasan minum obat dan pelacakan kasus
mangkir, serta meningkatkan promosi dan pengendalian faktor risiko.
Dalam menjalankan upaya ini, kader, bidan desa, petugas puskesmas, dan
pejabat pemerintahan memainkan peranan yang besar dalam mewujudkan
eliminasi TB di tahun 2030 dan tidak ada temuan kasus baru di tahun 2050.6
Menurut Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI, kader
adalah warga masyarakat setempat yang dipilih oleh masyarakat dan dapat
bekerja secara sukarela. Kader merupakan salah satu kunci keberhasilan
program peningkatan pengetahuan dan keterampilan bidang kesehatan
dalam masyarakat. Keberadaan kader dalam pengendalian kasus TB sangat
2
strategis, kader dapat berperan sebagai penyuluh, membantu menemukan
kasus secara dini, merujuk penderita dan sekaligus mengawasi menelan obat
bagi penderita TB secara langsung.7,8
Kader TB berperan sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dengan
cara mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan, memberi motivasi kepada pasien agar berobat teratur,
mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri
ke unit pelayanan kesehatan.9 Kader merupakan perpanjangan tangan dari
puskesmas atau Dinas Kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Namun demikian, dari penelitian sebelumnya didapatkan bahwa tingkat
pengetahuan, sikap dan motivasi kader kesehatan dalam pengendalian kasus
tuberkulosis masih sangat rendah.10
Melihat masih besarnya jumlah penderita TB, target eliminasi dan
eradikasi TB dan peran besar berbagai pihak untuk mencapai target tersebut,
penulis menganggap penting dilakukan penelitian mengenai gambaran
pengetahuan kader, bidan desa, petugas puskesmas, dan pejabat
pemerintahan terhadap tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Agung.
3
1.3.3 Bagaimana gambaran pengetahuan bidan desa terhadap tuberkulosis?
1.3.4 Bagaimana gambaran pengetahuan petugas puskesmas terhadap
tuberkulosis?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengetahuan kader, bidan desa dan petugas puskesmas
terhadap tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui prevalensi dan karakteristik penderita tuberkulosis di
Puskemas Tanjung Agung.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan kader, bidan desa dan petugas
puskesmas terhadap penyakit tuberkulosis secara umum.
c. Mengetahui gambaran pengetahuan kader, bidan desa dan petugas
puskesmas terhadap penularan tuberkulosis.
d. Mengetahui gambaran pengetahuan kader, bidan desa dan petugas
puskesmas terhadap diagnosis tuberkulosis
e. Mengetahui gambaran pengetahuan kader, bidan desa dan petugas
puskesmas terhadap pengobatan tuberkulosis.
f. Mengetahui gambaran pengetahuan kader, bidan desa dan petugas
puskesmas terhadap pencegahan tuberkulosis.
g. Mengetahui gambaran pengetahuan kader terhadap peran kader TB
dalam pencegahan, penemuan kasus dan pengendalian
tuberkulosis.
4
1.5.3 Diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengevaluasi program TB
yang dijalankan di Puskesmas Tanjung Agung
1.5.4 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi tenaga
kesehatan, kader, dan tokoh masyarakat tentang pengetahuan terhadap
tuberkulosis sehingga diharapkan dapat ikut bekerja sama secara aktif
dengan pihak puskesmas terkait dalam pencegahan dan pengendalian
penderita tuberkulosis.
1.5.5 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang tuberkulosis secara umum, penularan, diagnosis,
pengobatan, pencegahan dan peran kader sehingga dapat ikut
berperan aktif dalam pencegahan dan pengendalian tuberkulosis di
Puskesmas Tanjung Agung.
DAFTAR PUSTAKA
5
7. Fadhilah, Nur, dkk. 2014. Perilaku Kader dalam Penemuan Suspek
Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI
8. Wahyudi, Eko. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi
Kader dengan Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Sanankulon. Diakses dari http://www. digilib.uns.ac.id
9. Depkes RI. 2007. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis edisi ke-
2. Jakarta : Depkes RI.
10. Wijaya, I Made Kusuma, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap,
dan Motivasi Kader Kesehatan dengan Aktivitasnya dalam
Pengendalian Kasus Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng. Jurnal
Magister Kedokteran Keluarga, diakses dari
https://eprints.uns.ac.id/1862/