Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Beberapa strain membentuk pigmen karotenoid.Spesies Mycobacterium ditemukan di tanah
sebagai saprotrof yang hidup bebas, di air, pada tanaman, dan sebagai parasit dan patogen
manusia dan hewan lain, termasuk ikan.
Metabolismenya adalah pernapasan, dan khususnya kemoorganotrofik – walaupun ada strain
kemolitotrofik dari M. marinum dan M. smegmatis. Secara nutrisi, mycobacteria umumnya tidak
berpuasa; sumber karbon dan nitrogen antara lain gula, hidrokarbon dan asam amino.
Dalam sejumlah spesies gliserol dan asparagin dipilih sebagai sumber karbon dan nitrogen.
Pertumbuhan dapat dirangsang oleh serum atau telur atau dengan peningkatan tekanan parsial
karbon dioksida; dalam anggota kompleks Mycobacterium tuberculosis pertumbuhan diperkaya
oleh piruvat atau (dalam beberapa spesies) dengan gliserol.
Dalam strain yang berkembang lambat (SG), pertumbuhan tampak di media padat dapat tidak
terlihat dalam 4 – 6 minggu (hingga 12 minggu pada M. malmoense). Pada strain yang cepat
berkembang (RG), pertumbuhan tampak di media padat dalam 1 minggu, bahkan 4 – 6 hari.
Catat kalau pertumbuhan media bactec (cairan) dapat dideteksi lebih cepat daripada di media
padat.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apakah sebenarnya Mycobacterium leprae dan tuberculosis
2. Apakah penyebab dari penyakit leprae dan tuberculosis
3. Bagaimanakah patofisiologi dari Mycobacterium leprae dan tuberculosis
4. Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit leprae dan tuberculosis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Leprae
Lepra disebabkan oleh kuman mycobacterium leprat, kuman ini dapat menyerang semua
umur, akan tetapi sangat rentan terhadap anak-anak dibandingkan dengan dewasa. Lepra searing
dihubungkan dengan latara belakanag social ekonomi yang rendah dan keadaan lingkungan yang
buruk.
Secara umum penularan terjadi melalui kontak langsung kulit dan otot. Jadi kita tidak perlu
takut bila kita berdekatan dengan penderita lepra karena penyakitnya tidak akan menular. Orang
yang hidup sehari-hari denagan penderita lepra tidak akan tertular, karena jika ketahuan
tubuhnya baik maka kuman lepra tidak dapat menyerang, dan perlu diketahui sekitar 95% orang
terinfeksi kuman lepra tidak mengalami sakit lepra.
Jika melihan bentuk penyakit lepra yang sudah berat orang awampun dapat menduga, gejala
awalnya sulit dikenali karena hanya berupa bercak pada kulit, dapat lebih putih dari pada kulit,
lebih hitam, atau kemerahan. Biasanya lebih mudah membedakan adalah berkurangnya sensasi
pada daerah bercak tersebut. Jika pada daerah rangsang tersebut rangsangan rabaan, panas atau
dingin bahkan nyeri tusukan jarum tidak terasa sama seperti kulit yang normal. Seperti sedang
mencakar dan kaki terkulai. Karena itu lepra tampak seperti mengerikan.
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya, kerusakan pada saluran dihidung bisa
menyebabkan hidung tersumbat, keruskan mata dapat menyebabkan kebutaan. Penderita
leprotomosa dapat menjadi impotent dapat mandul karena infeksi ini dapat menurunkan kadar
testseron dan jumlah seperma yang disebabkan oleh testis.
Lepra (disebut juga penyakit Kusta / penyakit Hansen / Penyakit Morbus Hansen) adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, yang menyebabkan kerusakan
pada kulit dan sistem saraf perifer. Penyakit ini berkembang perlahan-lahan (dari enam bulan
sampai 40 tahun) dan dapat menyebabkan lesi pada kulit hingga menjadikan seseorang menjadi
cacat. Penyakit Lepra biasanya didapatkan pada tempat yang paling sering lebih dingin dari pada
tubuh (misalnya, mata, hidung, telinga, tangan, kaki, dan testis).
Lesi kulit dan cacat pada lepra (kusta / Morbus hansen) bisa dianggap aib bagi beberapa orang
dan menjadi alasan secara historis bahwa orang yang terinfeksi dianggap sebagai orang buangan
dalam banyak kebudayaan. Meskipun penularan dari manusia ke manusia adalah sumber utama
infeksi, tiga spesies lainnya dapat membawa (walaupun jarang) transfer M. leprae manusia yaitu
simpanse, monyet, dan armadillo. Penyakit ini disebut penyakit granulomatosa kronis, mirip
dengan TBC, karena menghasilkan nodul inflamasi (granuloma) di kulit dan syaraf dari waktu ke
waktu.
Saat ini ada beberapa wilayah di dunia dimana WHO dan lembaga lainnya (misalnya,
Leprosy Mission) yang bekerja untuk mengurangi jumlah kasus klinis penyakit lepra (termasuk
penyakit lainnya seperti rabies dan schistosomiasis) yang terjadi di daerah terpencil. Meskipun
peneliti berharap untuk memberantas penyakit lepra seperti halnya penyakit cacar, wilayah
endemik lepra / kusta / morbus hansen yang cukup banyak membuat pemberantasan masih sulit
dilaksanakan. Gejala pada penderita lepra bisa bervariasi pada setiap orang yang terinfesi bakteri
penyebab. Pengobatan penyakit lepra (kusta/morbus hansen) haruslah dilakukan secara cepat,
sebab jika dibiarkan dapat membuat kecacatan penderita semakin terus bertambah.

2.2. Patogenesis
Pada tahun 1960 Shepard berhasil Menginokulasikan M .Leprae kedalam
Telapak kaki Mencit, yang berkembang biak disekitar tempat suntikan. Ternyata tidak ada
perbedaan spesies dari dari manapun bahanitu didapat dari negeri manapun, dan dari macam lesi
apapun. Untuk tumbuhnya diperlukan jumlah minimum M.Leprae yang disuntikan dan kalau
melampaui jumlah maksimum, tidak akan meningkatkan perkembangbiakan.
Inokulasi pada mencit yang telah diambil timusnya diikuti oleh Irradiasi (goor) sehingga
kehilangan respon imun selulernya, akan menghasilkan Granuloma penuh basil yang
menyeluruh, terutama pada daerah yang dingin yaitu : hidung, cuping telinga, kaki & ekor. Basil
tersebut umtuk lanjut dapat Diinokulasikan lagi. Berarti memenuhi salah satu Postulat Koch,
meskipun belum dipenuh.
M.leprae berproduksi di daerah-daerah yang lebih dingin. Sebenarnya M.Leprae mempunyai
Patogenetas dan daya Invasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman jauh lebih
banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat,bahkan dapat sebaliknya,
ketidakseimbangan antara derajat infeksi dan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh sistem
imun yang berbeda yang mencegah timbulnya reaksi Granuloma setempat dan menyeluruh yang
dapat sembuh sendiri /Progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut penyakit
Imunologik. Gejala-gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada
intensitas infeksinya.

2.3. Jenis Lepra


a. Lepra Tuberkuloid
Ditandai dengan raum kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut
kebal terhadap sentuhan karena mikrobakteri telah merusak saraf-sarafnya.
b. Lepra Lepromatosa
Muncul benjolan kecil/ruam menonjol dengan berbagai ukuran dan bentuk, terjadi kerontokan
rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
c. Lepra Perbatasan
Merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Jika
keadaannya membaik maka akan menyerupai lepra tuberkuloid, jika keadaannya memburuk
maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
2.4. Masa Inkubasi
Belum dapat ditentukan dengan tepat. Di duga beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Seseorang dapat mendapatkan penularannya pada masa kanak-kanak, tapi gejala penyakitnya
baru nampak setelah dewasa.

2.5. Cara Penularan


Cara penularan penyakit ini meliputi penularan langsung dan tidak langsung, melalui kulit
yang ada lukanya atau lecet, dengan kontak yang lama dan berulang-ulang. Lepra merupakan
penyakit yang tidak mudah menular.

2.6. Gejala Penyakit


Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita. Gejala
pertamanya berupa penebalan pada kulit yang berubah warnanya berupa bercak keputih-putihan
(maculahypopigmentasi) yang kurang atau hilang perasaannya (anaesthesia). Pengenalan tanda
pertama ini sangat penting untuk berhasilnya pengobatan dan pencegahan kecacatan akibat lepra.
Bila mengenai kulit muka akan mengakibatkan tampang seseorang menjadi sangat menakutkan
yang disebut facies leonina (muka singa).

2.7. Pemberantasan
Mengingat bahwa pengobatan dapat menghentikan penularan maka pemberantasannya dapat
dilakukan dengan 3 usaha pokok yaitu:
1. Mencari dan menemukan semua penderita (case finding) dalam masyarakat untuk diberikan
pengobatan yang sebaik-baiknya.
2. Mengobati dan mengikuti penderita (case holding)
a. Pengobatan dilaksanakan di poliklinik yang semudah mungkin dicapai penderita.
b. Bila penderita tidak datang berobat ke poliklinik, dilakukan kunjungan rumah untuk diberikan
pengobatan dan penerangan
3. Pendidikan kesehatan tentang penyakit lepra kepada masyarakat:
a. Agar masyarakat mempunyai pengertian yang wajar tentang pengertian lepra tanpa membesar-
besarkannya atau mengecilkannya
b. Agar masyarakat dapat mengenal gejala penyakit lepra pada tingkat awal, sehingga
pengobatan dapat segera diberikan supaya memudahkan penyembuhan dan mencegah terjadinya
kecacatan
2.8. Diagnosa

 Bahan Pemeriksaan

Sampel yang paling baik untuk diperiksa adalah jaringan kulit dari cuping telinga kanan dan kiri
serta bercak yang paling aktif pada kulit.

 Pengambilan Jaringan Kulit

•Bagian yang akan diambil dibersihkan dengan alcohol


•Bagian tersebut dijepit di antara ibu jari dan jari telunjuk sedemikian kuat sehingga kulit
kelihatan menjadi pucat supaya kemungkinan pendarahan sedikit sekali
•Dengan lancet steril dibuat sayatan sepanjang ± ½ cm sedalam 2 mm
•Darah yang keluar pertama dibersihkan kemudian sisa dan dasar luka dikerok dengan lanset
untuk mendapatkan bubur jaringan epidermis dan dermis.

 Pembuatan Preparat

•Siapkan objek glass yang bersih dan bebas lemak diberi tanda tentang nomor lab, sampel yang
diambil, daerah yang akan di pulas dengan sampel tersebut.
•Bubur jaringan yang sudah diambil dipulaskan pada objek glass yang sudah siap sedemikian
rupa sehingga diperoleh smear yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis dengan Ø 1-1,5 cm
•Biarkan kering dengan sendirinya diudara atau di atas api dengan teknik khusus.
•Setelah kering difiksasi, setelah dingin baru boleh di cat

 Pengecatan

Dapat dilakukan pengecatan menurut Ziehl Nelson atau kinyoun gabbet

2.2 Mycobacterium Tuberculosis (Tbc)


Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe. (Suzanne dan Brenda, 2001).
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh
organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tbc sangat sering menyerang paru-paru, itulah mengapa kita mengenal tbc paru (atau tb paru).
Tanda dan gejala tbc paru-paru umumnya terdapat perbedaan antara lain batuk yang berlangsung
tiga minggu atau lebih, batuk darah, nyeri dada atau sakit ketika bernapas atau batuk.
Selain paru-paru, tbc juga dapat mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubuh, termasuk ginjal,
tulang belakang atau otak. Bila tbc terjadi di luar paru-paru, gejala tbc yang timbul bervariasi
menurut organ yang terlibat. Sebagai contoh, tuberkulosis tulang belakang dapat memberikan
nyeri punggung, dan gejala penyakit tbc pada ginjal Anda dapat menyebabkan darah dalam urin
atau hematuri.

2.2.1. Etiologi Tuberkulosis ( TBC )


Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam ( Price
, 1997 ) yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan
ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um.

2.2.2. Cara Kuman Memasuki Tubuh


TBC juga dapat ditularkan melalui susu. Cara penyebarannya melalui susu yang tidak steril
(biasanya hanya dipanaskan sampai 60 derajat celcius). Susu ini kemudian dikonsumsi oleh
orang yang sehat. Dalam hal ini usus merupakan tempat yang pertama. Kuman TBC ini melalui
sapi yang menderita TBC.
Awasi juga, kuman TBC juga bisa masuk melalui kulit terbuka. Kuman TBC yang masuk
akan masuk menjadi sel infeksi,pada perjalanan selanjutnya, kuman akan tidur. Pada fase inilah
yang sangat berbahaya, karena saat tubuh lemah, kuman akan menginfeksi kekebalan tubuh
manusia.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini
akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak
ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksisputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksisputum dapat diperkirakan sedang
mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC (Anonim d, 2010).

2.2.3. Gejala Infeksi Tbc


Menurut beberapa literatur, tanda pertama yang dialami oleh pasien TBC adalah pasien
tersebut yang biasanya lincah maka akan terlihat lesu dan tidak bergairah. Gejalan lanjutan dari
penderita TBCbiasanya berat badanmenurun drastis dan tentu saja nafsu makan menurun.
Parahnya, jika menyerang paru-par, maka paru-paru tersebut akan berlubang dan pasien akan
membatukkan darah.
Penyakit ini ternyata sangat erat kaitannya dengan keadaan gizi seseorang. Daya tahan tubuh
penderita sangat menentukan keadaan penderita sesudah serangan pertama. Biasanya pasien
yang memiliki kecukupan gizi yang baik, daya tahan tubuh yang lebih kuat. Karena itulah
biasanya pasien yang memiliki kecukupan gizi yang baik, akan dapat sembuh dengan
sendirinyawalaupun tidak diobati.
Senaliknya, jika pasien kekurangan gizi, maka kuman TBC akan menyebar sangat cepat ke
beberapa bagian tubuh, seperti ginjal,hati da tulang.
2.2.4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi
* Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau
efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa.
Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous.
Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
* Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
* Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura
atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
b.Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas
paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis,
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

2.2.5. Pencegahan Tuberkulosis ( Tbc )


Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikira.

2.2.6. Pengobatan Tbc.


Sistem kekebalan tubuh (pertahanan) dapat melawan infeksi dan menghentikan bakteri yang
menyebar. Sistem kekebalan tubuh akhirnya dengan membentuk jaringan parut mengelilingi
bakteri tbc dan mengisolasi seluruh tubuh. Tuberkulosis yang terjadi setelah paparan awal
bakteri sering disebut Tbc primer. Jika tubuh mampu membentuk jaringan parut (fibrosis) di
sekitar bakteri TB, maka infeksi terkandung dalam keadaan tidak aktif. Individu seperti biasanya
tidak memiliki gejala tbc dan tidak dapat menyebar TB kepada orang lain.
Jika seseorang terinfeksi tbc laten, mungkin perlu untuk mengambil hanya satu jenis obat
untuk pengobatan tbc. Tbc Aktif terutama jika itu adalah virus yang tahan obat (resisten), akan
membutuhkan beberapa obat sekaligus. Yang paling umum obat yang digunakan untuk
mengobati tuberkulosis antara lain Isoniazid, Rifampisin (Rifadin, Rimactane), Etambutol
(Myambutol), dan Pirazinamid.

2.2.6. Interpertasi Hasil


Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
• Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
• Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
• Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
• Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
• Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)

2.2.7. Kultur Dan Biokimia


Tumbuhnya lambat atau sangat lambat, betul-betul aerob, suhu optimum 37oC-38oC, range suhu
30oC-40oC. untuk tumbuhnya membutuhkan bahan-bahan tambahan misalnya darah, serum,
telor, dan bahan-bahan kimia tertentu, itupun masih membutuhkan waktu yang lama , 2-8
minggu.
Louwenstein Yensen :koloni bakteri tbc dapat dibaca minimal setelah diinkubasikan 2
minggu dengan cirri-ciri koloni kecil-sedang, cream, rough seperti bunga kobis disebut eugenic
(type humane) dan yang smooth disebut dysgenic (type bovine).
Kudoh : tumbuhnya seperti pada Louwenstein Yensen, hanya lebih cepat tumbuh
Tes-tes kimia
Catalase test

 Buatlah suspensi koloni yang akan diperiksa secukupnya dengan 0,5 ml phosphate
buffer pH 7,0 didalam tabung reaksi.
 Panaskan didalam waterbath 68oC 20 menit

 Setelah dingin tambahkan 0,5 ml campuran Tween-perokside (1 bagian 10% Tween 80


dan 1 bagian 30% Hydrogen peroxide)

 Dibaca ada tidaknya gelembung gas, kalau sampai 20 menit tidak ada gelembung gas
berarti negative.

 Gunakan control (+) dan control (-)

Hydrolisa Reduction
Reagensia:

 Sodium nitrade phosphate buffer pH 7,0

- 0,085 gram NaNO3


- 0,117 gram KH2PO4
- 0,485 gram Na2HPO4-12H2O
- 100 cc aquadest

 Larutan asam klorida

- 1 bagian HCl pekat dan 2 bagian aquadest

 0,2 % larutan sulfanilamide dalam aquadest

 0,1 % larutan N-naphthyl-ethylene-diamine di hydricloride dalam aquadest

Cara pemeriksaan
• Masukkan 2 ml sodium nitrate buffer dalam tabung reaksi
• Tambahkan 1 ose penuh koloni bakteri yang akan diperiksa, umur 4 minggu buat suspensi
• Kocok dan inkubasikan dalam waterbath 370 C selama 2 jam
• Tambahkan 1 tetes larutan asam klorida
• Tambahkan 2 tetets larutan sulfanilamide dan 2 tetes larutan N-naphthyl-ethylene-diamine
• Baca terbentuknya warna kemerah-merahan sampai merah (+)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. LEPRA
Secara umum penularan terjadi melalui kontak langsung kulit dan otot. Jadi kita tidak perlu
takut bila kita berdekatan dengan penderita lepra karena penyakitnya tidak akan menular. Orang
yang hidup sehari-hari denagan penderita lepra tidak akan tertular, karena jika ketahuan
tubuhnya baik maka kuman lepra tidak dapat menyerang, dan perlu diketahui sekitar 95% orang
terinfeksi kuman lepra tidak mengalami sakit lepra.
Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah
penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bila tidak
ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota
gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan
pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah

2. TBC
Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam keadaan dingin
atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada
dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana
memungkinkan untuk berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali.
Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis (TB) yang
dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)). Infeksi kuman ini paling sering disebarkan
melalui udara (air borne, droplets infection).

Anda mungkin juga menyukai