Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HAMIL MOLA
DI RUANG 9 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


RSU Dr.SAIFUL ANWAR
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
HAMIL MOLA
DI RUANG 25 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Tanggal 13 Juli 2019

Oleh :
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“ Hamil Mola“

Topik : Hamil Mola


Peserta : Keluarga pasien di ruang 9 Rumah Sakit dr Saiful Anwar
Tempat : Ruangan 9, Rumah Sakit dr Saiful Anwar
Waktu : Jumat, 13 Juli 2019

1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyuluhan ini adalah agar peserta dapat mengetahui tentang konsep hamil mola

2. Tujuan Khusus
1. Peserta mampu mengetahui konsep hamil mola
2. Peserta mampu mengetahui macam-macam atau jenis hamil mola
3. Peserta mampu mengetahui tanda dan gejala hamil mola

3. Sasaran
Keluarga Klien di Ruang 9 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

4. Materi (Terlampir)
Konsep hamil mola

5. Metode
Ceramah dan tanya jawab
6. Media
Leaflet, Powerpoint dan LCD
7. Seting tempat :
Layar proyektor

XXXXXXXXXXXXXXXX
Peserta
XXXXXXXXXXXXXXXX
Penyajian :

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Media


Kegiatan
Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam Ceramah -
dan memperkenalkan 2. Mendengarkan materi
diri penyuluhan
2. Menjelaskan topik yang
akan disampaikan pada
penyuluhan
3. Melakukan kontrak
waktu dengan peserta
4. Melakukan kontrak
bahasa yang akan
digunakan selama
penyuluhan
Pelaksanaan 20 1. Menjelaskan materi 1. Mendengarkan dan Ceramah Leaflet,
menit tentang pengertian memperhatikan materi dan Powerpo
hamil mola penyuluhan Tanya int
2. Menjelaskan macam- 2. Mengajukan pertanyaan Jawab
macam atau jenis hamil bila kurang mengerti
mola
3. Menjelaskan tanda dan
gejala leukimia
Penutup 10 1. Melakukan evaluasi 1. Memperhatikan dan Ceramah
menit dengan memberikan menjawab pertanyaan
pertanyaan 2. Menjawab salam
2. Menyimpulkan tentang
materi yang telah
disampaikan
3. Menutup dan
mengucapkan salam
LAMPIRAN

A. PENGERTIAN
 Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai
dengan degenerasi hidropik (Hamilton, 1995).
 Mola hidatidosa adalah kehamilan dini akan berkembang secara abnormal dan uterus
terisi oleh gelembung-gelembung mirip buah anggur yang menghasilkan hormon
korionik gonadotropin dalam jumlah yang sangat besar (Farrer, 1999).
 Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai
dengan degenerasi hidropik (Heller, 1986).
 Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hidrofik (Mansjoer, 1999).
 Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas
plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan
hidropik.

B. ETIOLOGI
Belum diketahui pasti, ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan
genetik. Yang paling cocok ialah teori Acosta sison, yaitu defisiensi protein. Faktor
resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia < 20 tahun dan paritas tinggi.
Menurut Heller (1986), penyebab dari mola hidatidosa adalah anomali yaitu karena
pembengkakan edematosa pada villi (degenerasi hidrofik) dan proliferasi trofoblast.

C. PATOFISIOLOGI
Faktor ovum, imunoselektif dari tropoblas, sosial-ekonomi yang rendah, paritas
tinggi, keurangan protein, infeksi virus, faktor kromosom yang belum jelas
menyebabkan chorionic vili berganda.
Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.
Biasanya tidak ada janin. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola
pada plasenta dengan bayi normal. Suatu agonesis yang lengkap/degenerasi dini dari
sistem vaskularisasi buah kehamilan pada kehamilan minggu ke III – V.
Sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel trofoblas
memproduksi hormon. Cairan ini dapat berupa gelembung yang dapat sebesar butir
kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi kavum uteri.
Stroma vili dan kelembaban, terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma,
adanya proliferasi dari trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom poliploidi dan hampir
pada semua kasus mola susunan sex kromatin adalah wanita.
Pada mola hidatidosa ovarium dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya ada
satu ovarium, kadang-kadang pada keduanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan
cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran tinju/kepala bayi. Kista lutein
terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista
akan menghilang dengan sendirinya setelah mola dilahirkan.
(Mansjoer, 1999 : 266 dan Mochtar, 1998 : 239).

D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Farrer (1999) dan Mansjoer (1999) :
 Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
 Uterus berukuran lebih besar daripada ukuran untuk kehamilan yang normal dan
teraba lunak serta bundar.
 Jantung janin tidak terdengar.
 Bagian tubuh janin tidak teraba.
 Hiperemesis karena peningkatan HCl melampaui nilai normal dan preeklamsia
timbul secara dini dan pada keadaan ini bila ditemukan perdarahan pervaginam
mendekati akhir bulan ketiga yang sedikit dan berwarna gelap.
 Kadang-kadang gelembung seperti buah anggur tampak keluar dari dalam vagina.
 Tes urine untuk kehamilan menunjukkan hasil positif.

E. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (1999)
 Anemia.
 Syok.
 Infeksi.
 Eklamsia.
 Tirotoksikosis.
 Perdarahan hebat.
 Anemis.
 Syok.
 Perforasi usus.
 Keganasan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji sonde uterus (Hanifa).
Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 3600
dengan deviasi sonde kurang dari 100.
2. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin.
3. USG menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern).
4. Foto thoraks ada gambaran emboli udara.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
6. Hitung darah lengkap dengan apusan darah : lazimnya ditemukan anemia defisiensi
besi, eritropoesis megaloblastik jarang.
7. Urinalisis : biasanya normal proteinuria memberi kesan adanya kaitan dengan kaitan
pre eklamsia.

G. PENATALAKSANAAN
Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan, yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum.
 Koreksi dehidrasi.
 Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang).
 Bila ada gejala pre eklamsia dan hiperemesis gravidarum, diobati sesuai dengan
protokol penanganan dibagian obstetri.
 Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsul ke bagian penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi.
Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
 Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin dan
kadar beta HCG dan foto toraks), kecuali bila jaringan mola telah keuar spontan.
 Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan
kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
 Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan
tetesan oxytosin 10 IU dalam 500 cc D5%.
 Kuretase dilakukan 2x dengan interval minimal 1 minggu.
Histerektomi.
Syarat melakukan histerektomi :
 Umur ibu 35 tahun atau lebih.
 Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
3. Pemeriksaan tindak lanjut.
Meliputi :
 Lama pengawasan 1-2 tahun.
 Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi kondom,
pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien
datang untuk kontrol.
 Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap 1 minggu sampai ditemukan
kadarnya yang normal 3 x berturut-turut.
 Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan kadarnya
normal 6 x berturut-turut.
 Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik dan foto
thorax semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut berhenti
menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali.
 Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada
pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien
harus dievaluasi dimulai pemberian kemoterapi.
A. PENGKAJIAN
Menurut Doengoes, 1999 :
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala : insomnia, sensitifitas , otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atrofi otot, tremor.
2. Sirkulasi.
Gejala : perdarahan pervaginam.
Tanda :  tekanan darah, takikardi saat istirahat.
3. Eliminasi.
Gejala : urin dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses.
4. Intergritas ego.
Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
5. Makanan/cairan.
Gejala : kehilangan BB mendadak, nafsu makan , mual dan muntah.
Tanda : distensi vena jugularis, edema, turgor kulit dapat dilihat dari
kelembaban/kering; membran mukosa.
6. Neurosensori.
Gejala : rasa ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan.
Tanda : gangguan status mental, bicara cepat/parau, perilaku seperti bingung,
gelisah, disorientasi, peka rangsang, delirium, psikosis, struktur koma.
7. Nyeri.
Gejala : nyeri abdomen.
Tanda : mengkerutkan muka, menjaga area yang sakit, respon emosional terhadap
nyeri.
8. Pernafasan.
Gejala : frekuensi pernafasan , takipneu, dispneu, edema paru (pada krisis
tiroksikosis).
Tanda : fungsi mental/kegelisahan, kesadaran/rileks.
9. Keamanan.
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan.
Tanda : suhu  diatas 37,40C, diaporesis, kulit halus, hangat dan kemerahan,
rambut tipis, mengkilap dan lurus.
10. Seksualitas.
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea.
11. Integumen.
Tanda : adanya luka bekas operasi.
12. Verbal.
Gejala : pernyataan tidak mengerti/salah mengerti.
Tanda : kerusakan kemampuan untuk bicara, gagap, disastria, afasia, suara
lemah/tidak mendengar.
13. Penyuluhan/pembelajaran.
Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah, masalah penyakit
trofoblast, terutama mola hidatidosa.
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
“LEUKIMIA”
DI RUANG 9 RUMAH SAKIT dr SAIFUL ANWAR
……………, ………………… 2019

No. Nama Peserta Alamat TandaTangan


1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

Anda mungkin juga menyukai