DI SUSUN OLEH:
Kelompok
Asmul
Harmis Nelvina
Mardinal
Muhammad Desmur
Novia Asnina
Rima Yanti
Rini Nofriyenti
Setiawan
Susi Yetri
Trisna Yanti
Vini Veira Sari
Yati Sri Wahyuni
Yenny Riko Sri Dewi
Yessy Riani
Puji syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunianya kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai pengelolaan
kegawatdaruratan bencana.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………
1.2 Tujuan
Penulisan…………………………………………………………….
1.2.1 Tujuan
Umum……………………………………………………..
1.2.2 Tujuan
Khusus…………………………………………………….
1.3 Manfaat
Penulisan……………………………………………………………
1.1 Kesimpulan…………………………………………………………
………..
1.2 Saran
………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai negara yang tercakup pada satu planet yang bernama bumi
memiliki kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam mengingat
beberapa struktur lapisan yang membentuk bumi mengakibatkan perubahan,
pergeseran ataupun kerusakan yang berdampak pada suatu fenomena ataupun
peristiwa yang menganggu penghidupan atau kehidupan seluruh komunitas
ataupun populasi yang menempati wilayah di suatu negara.
TINJAUAN TEORITIS
Bencana alam adalah bencana yang bersumber dari fenomena alam. Bencana
alam terjadi hampir sepanjang tahun diberbagai belahan dunia termasuk
Indonesia. Jenis bencana alam sangatlah banyak beberapa diantaranya adalah
gempa, sunami, 1etusan gunung merapi, banjir, 1ongsor.
b). Dampak periode selama bencana terjadi berlanjut hingga dimulainya fase
paska dampak. Fase ini juga dikenal sebagai fase penyelamatan. Pada fase ini
pengkajian penting yang harus dilakukan yaitu mengevaluasi besarnya
kerugian, identifikasi sumebr daya yang ada, dan merencanakan penyelamata
korban.
c). Paska Dampak disebut fase pemulihan dimana besarnya kerugian sudah
dievaluasi dan penyelamatan korban telah selesai dilaksanakan.
2.7. Pencegahan
b) Saat bencana
Menurut PP No.11, langkah langkah yamg dilakukan pada saat tanggap
darurat yaitu
Pengkajian secara tepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, dan sumber daya sehingga dapat diketahui dan
diperkirakan magnitude bencana, luas daerah yang terkena, dan
diperkirakan tingkat kerusakannya.
Penentuan status keadaan darurat bencana
Berdasarkan penilaian awal dapat diperkiarakan tingkat bencana,
sehingga dapat juga ditentukan status keadaan daruratnya. Jika
tingkat bencana sangat besar dan berdampak luas mungkin
bencana tersebut dapat digolongkan bencana nasional.
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena
bencana.
Langkah berikut adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi
korban bencana. Kemudian besar bencana tersebut menimbulkan
korban yang dapat segera ditentukan, namun tidak jarang juga
korban dapat tertimbun atau terjebak reruntuhan, sehingga
diperlukan upaya yang keras untuk dapat menyelamatkannya.
Pemenuhan kebutuhan dasar
Dalam kondisi bencana, kemungkinan besar semua sarana dan
prasarana umum, sanitasi, dan logistic mengalami kehancuran
atau sekurang kurangnya terputus. Untuk itu salah satu langkah
yang harus dilakukan adalah memberikan layanan kebutuhan
dasar berupa pangan dan papan.
c) Pasca bencana
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah pasca bencana dengan sarana utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan penghidupan masyarakat pada wilayah pasca
bencana.
Rekonstruksi
Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan
prasarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun pada masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan dan berkembangnya, kegiatan perekonomian,
social dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah bencana.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra
bencana ini antara lain :
c). Koordinasi
Koordinasi menurut G.R Terry adalah suatu usaha yang singkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang
seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi
adalah mengimbangi dan meggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerja yang sesuai dengan tugas masing masing dan menjaga
agar kegiatan dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya diantara
anggota (Hasibuan, 2009).
Koordinasi merupakan upaya menyatupadukan baerbagai sumber
daya dan kegiatan organisasi menjadi satu kekuatan yang sinergis, agar
dapat melakukan penaggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat
kedaruratan dan bencana secara menyeluruh dan terpadu sehingga dapai
tercapai sasaran yang direncanakan secara efektif dan harmonis. Upaya
menciptakan koordinasi yang baik merupakan kesiapsiagaan
penanggulangan masalah kesehatan.
Penatalaksanaan kegawat daruratan dilapangan dari suatu bencana
massal membutuhkan mobilisasi dan koordinasi sector sector yang
biasanya tidak bekerja sama secara rutin seperti tenaga kesehatan,
pemadam kebakaran, kepolisian, anggota TNI, petugas keamanan sipil,
dan tim penyelamat lainnya . Efisiensi aktivitas bergantung pada
terciptanya koordinasi yang baik antara sector sector tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan yang koordinasi ini tim harus dibentuk pada awal
operasi kegawatdaruratan bencana.
Koordinasi dan pengendalian merupakan hal yang sangat diperluakn
dalam penaggulangan dilapangan, karne dengan koordinasi yang baik
diharapkan menghasilkan keluaran yang maksimal sesuai dengan sumber
daya yang ada meminimalkan kesenjangan dan kekurangan dalam
pelayanan, adanya kesesuaian tanggung jawab demi keseragaman
langkah dan tercapainya standart penanggulangan bencana dilapangan
yang diharapkan.
Koordinasi yang baik akan menghasilkan keselarasan dan kerja sama
yang efektif dari organisasi yang terlibat penanggulangan bencana
dilapangan. Dalam hal ini perlu penempatan struktur organisasi yang
tepat sesuai dengan tingkat penanggulangan bencana yang berbeda, serta
adanya kejelasan tugas, tanggung jawab serta otoritas dari masing masing
komponen atau organisasi yang terus menerus dilakukan secara lintas
program dan lintas sector mualai saat persiapan, saat terjadi bencana dan
pasca bencana.
Gangguan aksesibilitas.
Gangguan keamanan.
Gangguan politik.
Keengganan untuk mengamati tujuan.
Masalah khusus koordinasi adalah
Penundaan inisiatif
Keikutsertaan pemerintahan sangat minim dengan
pertimbangan.
Tidak prioritas
Adanya konflik pemerintah dengan pihak lain
Badan internasional tidak sepaham dengan
pemerintah.
Perbedaan tujuan karena adanya konflik internal
dalam sector pemerintahan.
Pembagian tugas tidak berjalan
Kerangka waktu tidak disepakati.
Pengalihan tugas.
Koordinasi memerlukan :
d). Komunikasi
Yang dimaksud dengan korban adalah penduduk atau masyarakat yang karena
bencana memerlukan pertolongan dan bantuan. Umumnya korban mengalami
penderitaan seperti kehilangan rtempat tinggal, kehilangan mata pencarian
kehilangan harta benda dan kehilangan nyawa atau keluarga. Korban bencana
pada dasarnya dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
a) Korban primer
Korban primer yaitu semua orang didaerah bencana yang kehilangan
sanak keluarga, luka berat, meninggal dunia serta kerugian harta benda.
Korban primer menjadi focus pemberian bantuan social pada tahap
darurat.
b) Korban sekunder
Korban sekunder yaitu semua orang yang berada di daerah bencana atau
rawan bencana yang mengalami kerugian ekonomi akibat bencana
ataupun akibat bantuan social yang tidak menggunakan potensi ekonomi
setempat.
c) Korban tertier
Korban tertier adalah semua orang yang berada diluar daerah bencana
tetapi ikut menderita akibat bencana misalnya terganggu proses produksi,
distribusi atau pemasaran barang dagangan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Dari makalah di atas ada beberapa saran disampaikan dalam makalah ini
diantaranya diharapkan bagi petugas pengelolaan kegawatdaruratan bencana agar
sering melakukan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas
yang bersangkutan dalam melakukan tugas penaggulangan bencana, terutama
pada pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Bagi penulis makalah sendiri
diharapkan agar ikut serta dalam melestarikan lingkungan dengan penggunaan
sumberdaya alam dan sumber daya manusia dengan tepat guna.
DAFTAR PUSTAKA
Mukti, A.G. dan A Winarna. 2012. Manajemen Resiko Bencana dalam Konstruksi
Masyarakat Tangguh Bencana. Yogyakarta : Mirza.