biasa dipanggil Dinda. Sedangkan di lingkungan pergaulan luar, saya sering dipanggil dengan Adel. Saya lahir di Banda Aceh, 10 November 1999. Saya adalah anak kedua dari 6 bersaudara. Ayah saya bernama Ridwan dan ibu saya bernama Nining Astuti. Ayah saya bekerja sebagai Satpam di sebuah hotel yaitu Hotel Kumala. Sedangkan ibu saya merupakan seorang ibu rumah tangga. Saat ini kami tinggal di Gampong Pie, Banda Aceh. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Alvin Ariski, tetapi beliau meninggal pada umurnya yang ke 9 tahun akibat peristiwa gempa dan tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam. Tidak hanya kakak laki-laki saya, tetapi kakek, atok, nenek, bibi, paman, sepupu, dan banyak saudara saya yang lainnya menjadi korban tsunami pada saat itu. Pada saat itu, saya dan kedua orang tua saya berada di Pekan Baru dikarenakan ayah saya yang bekerja disana. Kakak laki-laki saya tinggal bersama nenek di Gampong Pie yang sangat dekat dengan pantai Ulee Lheu. Oleh karena itulah, hanya kami bertiga yang selamat bahkan tidak merasakan peristiwa kelam tersebut. Pada tahun 2005, saya memulai jenjang pendidikan pertama saya di TK Pagar Air, Lambaro. Dan pada saat itu juga, untuk pertama kalinya saya memiliki seorang adik laki-laki bernama Muhammad Raka Fakira. Yang saat ini Raka sudah menginjak kelas 1 tingkat Sekolah Menegah Pertama, tepatnya di Mtsn Darul Hikmah , Kajhu, Aceh Besar. Ibu saya pernah bilang, bahwa Raka sangat mirip dengan almarhum bang Alvin. Yang membedakannya hanya warna kulitnya. Kalau dulu almarhum putih bersih, sedangkan Raka berkulit hitam. Pada tahun 2006, saya memulai jenjang Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Pagar Air, Lambaro. Dan saya juga belajar pendidikan agama di TPA Darul Iman tidak jauh dari rumah, sehingga saya selalu berangkat ke TPA dengan berjalan kaki. Dulu saya sering sekali di permainkan oleh teman-teman saya yang umurnya lebih tua. Saya sering diperolok dan diperintah, dan dengan polosnya saya menerima itu semua. Namun, pada dasarnya saya orang yang keras kepala, saya tidak peduli dan tetap berteman dengan mereka. Menginjak kelas 1 SD Semester 2, saya dan sekeluarga pindah ke Banda Aceh dikarenakan rumah ganti rugi akibat terkena tsunami usai dibangun. Saya pindah sekolah ke SD Negeri 74 Blang Oi. Setahun kemudian, saya sekeluarga pindah lagi ke Lhokseumawe dikarenakan ayah saya yang bekerja sebagai sopir di NGO dipindah tugaskan kesana. Saya melanjutkan pendidikan di SD Negeri 11 Kuta Blang. Saya juga melanjutkan pendidikan agama di TPA Kuta Blang. Disana saya mengejar ketertinggalan saya dan dengan cepat langsung bisa naik ke kelas Al- Qur’an dalam waktu setengah semester. Pada saat itu hal yang sama seperti pada saat saya tinggal di Lambaro terulang kembali. Yaitu diperolok oleh teman-teman yang umurnya lebih tua. Lebah memang menyengat tetapi dia bisa menghasilkan madu yang sangat manis. Sama seperti saat itu. Ketika saya mengalami pengalaman pahit, berita gembira menghampiri. Adik saya yang kedua berjenis kelamin perempuan lahir, lebih tepatnya pada tanggal 2 Desember 2018. Dan diberi nama Kesya Aura Syifa. Saat ini Kesya sudah berada di kelas 4 Sekolah Dasar tepatnya di SD Negeri Monsinget, Kajhu, Aceh Besar. Hanya setahun kami sekeluarga berada di Lhokseumawe dan kami pindah lagi ke Banda Aceh, ke rumah yang sebelumnya yaitu di Gampong Pie. Saya melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Banda Aceh yang merupakan nama Sekolah Dasar yang tertera pada Ijazah SD saya. Tahun 2013, saya lulus dari Sekolah Dasar dan ikut tes masuk di SMP Negeri 1 Banda Aceh. Namun sayangnya saya tidak lulus tes. Oleh karena itu saya mendaftar di SMP Negeri 17 Banda Aceh dan Alhamdulillah saya diterima di sekolah tersebut. Tidak banyak hal yang berkesan saat saya menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Menegah Pertama. Saya hanya mengikuti satu ekstrakulikuler yaitu PMR (Palang Merah Remaja). Dan masih berada dalam rangking 10 besar setiap semesternya. Menginjak kelas 3 SMP, saya dihadiahkan lagi seorang adik perempuan yang lahir pada tanggal 24 Agustus 2014. Diberi nama Aqifa Nayla. Saat ini Aqifa telah berumur 4 tahun dan tahun depan akan memulai jenjang pendidikan pertamanya di Sekolah Dasar. Tahun 2015 saya lulus dari Sekolah Menengah Pertama dengan nilai yang memuaskan. Dan juga adik saya yang keempat lahir tepatnya pada tanggal 2 Oktober 2015. Dan di beri nama Abiyu Riski Mutha. Saat ini Abiyu masih berumur 3 tahun dan merupakan adik saya yang paling kecil. Karna sepertinya orang tua saya tidak punya rencana untuk menambah ‘anggota’ lagi. Lulusnya saya dari Sekolah Menengah Pertama, saya melanjutkan pendidikan dengan mendaftar di SMA Negeri 4 Banda Aceh. Untuk bisa bersekolah di SMA Negeri 4 Banda Aceh, dilakukan tes tulis dan tes wawancara. Setelah melewati semua tahapan tes, Alhamdulillah saya dinyatakan lulus sebagai Siswa baru SMA Negeri 4 Banda Aceh. Adapun jurusan saya adalah IPA (Ilmu Pendidikan Alam) Di SMA ini, saya mengikuti ekstrakulikuler Teater atau dikenal dengan nama Beksis (Bengkel Aktor Siswa). Saya memilih ekskul ini bukan karna saya suka berakting, melainkan hanya bermodal rasa penasaran terhadap sesuatu yang belum pernah saya coba. Seiring berjalannya waktu, setelah bergabung ke ekskul teater dan telah belajar banyak hal mengenai teater, saya menjadi sangat mencintai hal-hal yang berkaitan dengan dunia teater. Saat itu untuk pertama kalinya saya tampil di atas panggung yaitu pada saat acara perpisahan anak kelas 3. Tentu saja saat itu saya sangat gugup dan Alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar walau kami sadar masih banyak kekurangan pada pementasan itu. Namun hal itu tidak membuat kami gentar, kami terus belajar sehingga kami dapat mengikuti lomba teater di Taman Budaya. Di sana kami membawakan sebuah teater dengan tema Tanah Air Indonesia. Teater tersebut menceritakan tentang betapa indahnya Indonesia dengan berbagai macam suku dan budaya. Dan saya mendapat peran sebagai Ibu Pertiwi. Tapi sayangnya, kami pun belum diberi kesempatan untuk membawa pulang penghargaan saat itu. Walau pun kami tidak pernah memenangkan perlombaan apapun, hal itu tidak menghilangkan kecintaan saya terhadap teater. Ketika melihat para penonton bersorak dan bertepuk tangan seusai kami tampil saja itu sudah cukup bagi saya. Memang benar apa kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Di sini, saya mendapatkan teman-teman terbaik yang selalu mendukung saya dalam keadaan apapun. Maka dari itu, hari dimana kami dinyatakan telah lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas, merupakan hari yang menggembirakan sekaligus menyedihkan karna harus berpisah dengan teman terbaik. Akan tetapi, tentu saja hari itu bukanlah perpisahan yang sesungguhnya. Kami akan terus bertemu walau tidak sesering dulu. Saya dan teman-teman memilih jalan yang berbeda. Saya memilih untuk melanjutkan pendidikan di jenjang perkuliahan, tepatnya di Universitas Syiah Kuala. Adapun konsentrasi yang saya ambil adalah Teknik Pertambangan. Dari sini saya telah mengikuti pendidikan selama 2 semester. Saya berharap semoga ilmu yang saya dapatkan dari jurusan ini dapat dipertanggung jawabkan, agar kedepannya bisa sukses membahagiakan kedua orang tua dan berguna bagi orang lain dan negara. Aamiin ya Rabbal’alamin.