MAKALAH
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA
1 Identitas Mahasiswa
2 Pembimbing
3 Judul Makalah
1
4 Persetujuan Pembimbing
Wahyu Saputra, S. FT
2
7 Pendahuluan
Cerebral Palsy merupakan sekelompok gangguan gerak atau postur yang disebabkan
oleh Lesi yang tidak progresif dan menyerang otak yang sedang berkembang atau immature.
Lesi yang terjadi sifatnya menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai
akibat proses pertumbuhan dan maturasi otak. Kerusakan jaringan saraf yang tidak progresif
pada saat prenatal dan sampai 2 tahun postnatal termasuk dalam kelompok Cerebral Palsy1.
Cerebral palsy dapat di klasifikasikan berdasarkan keterlibatan alat gerak atau
ekstremitas (monoplegi, hemiplegi, diplegi, dan quadriplegi) dan karakteristik disfungsi
neurologik (spastis, hipotonik, distonia, athethoid, atau campuran). Manifestasi klinik yang
tampak seringkali berbeda, tergantung pada usia, gestasi saat kelahiran, usia kronologis,
distribusi lesi dan penyakit akibat kelainan bawaan.
Kelainan pada Cerebral Palsy Spastik Diplegi dapat dikarenakan terjadinya lesi pada
kortek cerebri. Lesi pada kortek cerebri mengakibatkan paralisis dan spastisitas tetapi tidak
pada semua otot. Spastisitas terjadi akibat adanya kerusakan pada pre-motor area. Spastisitas
adalah suatu keadaan dimana tonus otot lebih tinggi dari normal. Apabila kondisi tersebut tidak
mendapatkan intervensí yang sesuai dan adekuat akan berpotensi timbulnya deformitas berupa
kontraktur otot dan kekakuan sendi, yang akan semakin memperburuk postur tubuh dan pola
jalan2.
Kelainan terjadi pada ekstremitas, dimana ekstremitas atas lebih ringan daripada
ekstremitas bawah. Ekstremitas bawah (tungkai) akan mengalami hipertonus atau kekakuan
pada otot-otot sehingga gerakan menjadi kaku.3
Permasalahan umum yang timbul pada kondisi CP spastik diplegi adalah peningkatan
tonus otot-otot postur karena adanya spastisitas yang akan berpengaruh pada kontrol gerak.
Abnormalitas tonus postural akan mengakibatkan gangguan postur tubuh, kontrol gerak,
keseimbangan dan koordinasi gerak yang akan berpotensi terganggunya aktifitas fungsional
sehari-hari.2
Fisioterapi sebagai salah satu komponen penyelenggaraan kesehatan dapat berperan aktif
dalam usaha mengembalikan kemampuan fungsional aktivitas pasien guna meningkatkan
kualitas hidup. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, perlatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi,
3
komunikasi. Sehingga peran dari fisioterapi dalam mengatasi permasalahan akibat dari lesi
pada kortek cerebri tersebut sangat dibutuhkan.
Salah satu modalitas fisioterapi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah akibat lesi
yaitu terapi latihan, Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan
gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan,
ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi,
koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba mengkaji dan memberikan pelayanan
fisioterapi serta melaporkan hasil mengenai “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral
Palsy Spastik Diplegi Dengan Terapi Latihan Di Yayasan Heesu Cahaya Cinta Bogor”.
4
8 Tinjauan Kasus
FORMULIR FISIOTERAPI
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
BIDANG STUDI RUMPUN KESEHATAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
5
B. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)
KU : Kaku pada anggota gerak bawah
RPS : Saat usia 10 bulan Os mengalami keterlambatan tumbuh kembang, Os
belum dapat merangkak dan duduk sendiri tetapi aktif bergerak dengan
merayap. Kemudian saat usia 11 bulan Os dibawa ke dokter anak untuk
melakukan pemeriksaan dan CT scan dengan hasil terdapat penumpukan
cairan. Lalu Os di rujuk ke bagian rehab medik dan dianjurkan untuk
menjalani fisioterapi, Os menjalani fisioterapi sebanyak 1 minggu sekali
karena kendala biaya. Selama terapi Os mengalami perkembangan dapat
duduk sendiri. Saat usia 2,5 tahun Os belum mengalami perkembangan
lagi. Lalu os di kirim ke Yayasan Heesu Cahaya Cinta saat usia 3 tahun
,kini Os mampu berjalan dengan walker dinamis, Os mampu
menyelesaikan tanggung jawab ringan yang diberikan, Os mampu berdiri
berpegangan namun dalam waktu singkat.
R. prenatal
- kehamilan diinginkan
- Riwayat pendarahan : Tidak ada
- Jatuh : Tidak ada
- Usia Ibu hamil : 25 tahun
- kontrol rutin ke dokter
R. Natal
- Os lahir dibantu bidan
- Biru : Tidak ada
- Kuning : Tidak ada
- Kejang : Tidak ada
- Lahir normal/sc : Normal
- Lahir pada usia : kehamilan 9 bulan
- BBL : 3,4 kg
- PBL : 53 cm
R. Postnatal
- Biru : Tidak ada
- Kuning : Tidak ada
6
- Kejang : Tidak ada
- Jatuh : Tidak ada
C. PEMERIKSAAN (O)
1. Pemeriksaan Umum
Cara datang : Mandiri dengan walker dinamis
Kesadaran : Compos Mentis
Kooperatif /tidak kooperatif
Tensi : 110/65 mmHg
Nadi : 72 bpm
RR : 24x/menit
Status Gizi : IMT = 40/(1,35)2=21,94 (Normoweight)
Suhu : Afebris (36º)
7
2. Pemeriksaan Khusus
A. Pengamatan posisi
Statis
Posisi Terlentang
Kepala : Bergerak aktif
Shoulder : Protraksi
Elbow : Netral
Wrist : Netral
Finger : Netral
Hip : Semi Fleksi, endorotasi, adduksi
Knee : Semi Fleksi, Valgus
Ankle : Plantar Fleksi, inversi
Telungkup
Head lifting : Ada
Head Control : Adekuat
Forearm support : Positif
Posisi trunk : Asimetris
Hip : Semi Fleksi, endorotasi, adduksi
Knee : Semi Fleksi
Ankle : Plantar Fleksi, inversi bilateral
Duduk
Posisi bersila, WB di Gluteal
Head : Foreward head
Head control : Adekuat
Hand Support : Positif
Posisi trunk : Asimetris kanan lebih rendah
Trunk Control : Adekuat
Dinamis
Ke duduk.
Dari posisi terlentang.
- Forearm support : Positif
- Hand support : Positif
8
- Rotasi trunk : Ada
Merangkak
- Gerak simultan
- Rotasi trunk : Ada
- Hip : Fleksi, adduksi, endorotasi
- Knee : semifleksi
- Ankle : Plantar fleksi, inversi
Keberdiri
- Berpegangan dengan walker
- Forearm support : Adekuat
- Hand support : Adekuat
- Hip : Semifleksi, Adduksi, endorotasi
- Knee : Semifleksi
- Ankle : Flat foot
Berdiri
- Berpegangan pada walker
- Hand support : adekuat
- Hip : Semifleksi, adduksi, endorotasi
- Knee : semifleksi
- Ankle : Flat foot
- Standing balance : Inadekuat
- Tumpuan pada jari-jari kaki
Berjalan
- Menggunakan walker
- Fase hilang : Heel strike, fase swing
- Hip : Adduksi, endorotasi.
- Knee : Fleksi knee minimal
- Ankle : Dorsifleksi minimal, inversi
9
B. Palpasi
- Tonus postural tinggi
C. Move
- ROM dan MMT
Ekstensi 30 28 30 4
Abduksi 45 30 25 3
Adduksi 30 30 30 4
Eksorotasi 45 30 35 2
Endorotasi 35 30 30 2
Ekstensi 0 50 50 4
Ankle Dorsifleksi 20 10 10 4
Plantarfleksi 50 40 42 4
Inversi 35 40 40 3
Eversi 15 10 2 3
Test Spastisitas
Skala asworth Dextra Sinistra
Upper extremity 0 0
Lower extremity 2 2
Kesimpulan : Peningkatan tonus otot lower extremity lebih nyata setengah
akhir gerakan
10
Test Ankle Klonus
- Negatif
Test Tightness
- M. Hamstring bilateral
- M. Adduktor hip bilateral
- M. Illiopsoas bilateral
- Tendon achilles bilateral
F. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Impairment :
1. Adanya spastik pada lower extremity, skala ashworth 2
2. Adanya tightness pada hamstring, adduktor hip, illiopsoas, achiless bilateral
3. Adanya gangguan kontrol postur pada trunk
4. Keterbatasan ROM
5. Penurunan kekuatan otot
Funcional limitation :
Partisipation restriction :
11
G. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
-
2. Tujuan
4. Teknologi Fisioterapi
12
5. Uraian Tindakan
A. Massage dan hanging
Persiapan alat : Wedges, lader bobath
Tujuan : Relaksasi otot, mengurangi tightness, inhibisi spastis.
Posisi pasien : Supine lying
Posisi terapis : Disamping pasien
Tatalaksana :- Instruksikan pasien memegang lader bobath dengan kedua
tangannya.
- Ratakan media pelicin dengan tekhnik stroking dan efflurage.
- lakukan massage pada upper extremity dan lower extremity
dengan tekhnik palm kneeding dan finger kneeding.
B. Stretching
Tujuan : Mengulur otot yang tightness
Posisi pasien : Supine lying dan side lying
Posisi terapis : Disamping pasien
Tatalaksana :- Terapis melakukan stretching pada otot otot : Hamstring,
adduktor hip, illiopsoas, achilles.
- Tahanan setiap gerakan selama 8 detik.
- Dilakukan 3 kali repetisi setiap gerakan.
13
D. Sepeda statis
Tujuan : Memperbaiki pola jalan
Persiapan alat : Sepeda statis
Posisi pasien : Naik sepeda
Posisi terapis : Di samping pasien.
Tatalaksana :- Posisikan pasien naik sepeda.
- Fiksasi kaki pasien dengan lakban pada pedal sepeda.
- Instruksikan pasien mengayuh sepeda secara perlahan.
- Lakukan selama 15 menit.
E. Gait training
Tujuan : Memperbaiki pola jalan
Posisi pasien : Berdiri dengan walker statis.
Posisi terapis : Di belakang pasien
Prosedur :- Instruksikan pasien untuk melangkah satu persatu dengan
walker.
- Terapis mengkoreksi cara jalan pasien.
- Latihan diberikan selama 5 menit.
14
H. EVALUASI
15
- stretching
- Gym ball exercise
- Gait training
16
e. Penurunan kekuatan otot
f. Fase swing saat berjalan lebih terlihat
g. fleksi knee saat berjalan bertambah
A : Adanya gangguan gerak dan fungsional terkait dengan tonus postural tinggi
P : Mengurangi spastis dan memperbaiki pola jalan
- massage
- stretching
- Gym ball exercise
- sepeda statis
17
9 Pembahasan
Pada kasus yang penulis bahas dalam makalah ini mengenai kondisi seorang pasien
di Yayasan Heesu “Cahaya Cinta” yang berinisial An. Z.A.R dengan diagnosis Cerebral
palsy spastic diplegi Dari pemeriksaan penulis menemukan beberapa permasalahan
fisioterapi berdasarkan prioritas, yaitu adanya spastik pada lower extremity, skala ashworth
2, adanya tightness pada hamstring bilateral, adanya gangguan kontrol postur pada trunk,
keterbatasan ROM, penurunan kekuatan otot, gangguan pola jalan. Pada dasarnya
pemberian intervensi atau penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral palsy spastic
diplegi dapat dilakukan dengan banyak cara, disesuaikan dengan gejala yang ditemukan dan
tentunya yang disesuaikan dengan keadaan pasien saat itu. Oleh karena itu, penulis
menggunakan massage dan terapi latihan sebagai tatalaksana untuk mengatasi masalah
tersebut diantaranya massage, hanging, stretching, gym ball exercise, sepeda statis, dan gait
training.
Spastisitas
Skala Asworth Evaluasi pertama Evaluasi kedua
UE Dx/sin= 0 Dx/sin= 0
LE Dx/sin= 2 Dx/sin= 1+
ROM
ROM knee Evaluasi pertama (º) Evaluasi kedua (º)
Dexstra Sinistra Dextra Sinistra
Fleksi 120 120 120 120
Ekstensi 50 50 45 38
Demikian isi dari makalah intervensi fisioterapi pada kasus cerebral palsy diplegi
dengan terap latihan, semoga bermanfaat.
19
10 Daftar Pustaka
1. Pratiwi Pradnya Cindy Putu, Indrojarwo Tavip Brato. Desain Mainan Anak Khusus
Penderita Cerebral Palsy Dengan Konsep Menstimulus Koordinasi Gerak Anak. Vol 5. No.
2. 2016.
2. Waluyo TS. Pengaruh Mobilisasi Trunk Terhadap Penurunan Spastisitas Pada Cerebral
Palsy Spastik Diplegi. YPAC Surakarta. 2010. Vol 19 No 1. 2010.
3. Larasati Febriana. Pelaksanaan Neuro Senso Motor (Nsm) Pada Kasus Cerebral
Palsyspastic Diplegi Di Griya Fisioterapi Bunda Novy. 2015.
4. Raoof A, Sajjad G. The effect of deep cross friction massage on spasticity of children with
cerebral palsy: A double-blind randomised controlled trial, Journal of the Pakistan Medical
Association. 2017; Vol. 67.
5. Ali M. Functional Stretching Exercise Submitted for Spastic Diplegic Children: A
Randomized Control Study. Hindawi Publishing Corporation. 2014, 814279.
6. Shahanawaz S, Tushar J. Effect of Swiss Ball on Balance in Children with Spastic
Diplegia: A Case Study. International Journal of Research in Pediatrics. 2015, PP 8-11.
7. Reda S. Effects of Stationary Cycling Intervention on Children with Diaplegic Cerebral
Palsy. Med. J. Cairo Univ. 2009. 139-147.
20