Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


BIDANG STUDI FISIOTERAPI
PRAKTIK KLINIK TAHUN AKADEMIK
2018/2019

MAKALAH
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA

1 Identitas Mahasiswa

Nama : Muhammad Ihsan Fauzi NPM : 1606919455

2 Pembimbing

Nama : Wahyu Saputra, Str. Ftr

Nama : Astri Anita, S.Ft

3 Judul Makalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI


DENGAN TERAPI LATIHAN DI YAYASAN HEESU “CAHAYA CINTA” BOGOR

1
4 Persetujuan Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Wahyu Saputra, S. FT

5 Persetujuan Penilai Makalah

Nama Penilai & Gelar Tanggal dan Tanda tangan

Nilai Penilaian (mohon diberi tanda  )

 Diterima tanpa perbaikan


 Diterima dengan perbaikan
( mohon diberikan komentar)
 Tidak diterima
(mohon diberikan komentar)

6 Komentar Penilai (apabila tidak mencukupi dapat dituliskan di lembar tambahan)

2
7 Pendahuluan

Cerebral Palsy merupakan sekelompok gangguan gerak atau postur yang disebabkan
oleh Lesi yang tidak progresif dan menyerang otak yang sedang berkembang atau immature.
Lesi yang terjadi sifatnya menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai
akibat proses pertumbuhan dan maturasi otak. Kerusakan jaringan saraf yang tidak progresif
pada saat prenatal dan sampai 2 tahun postnatal termasuk dalam kelompok Cerebral Palsy1.
Cerebral palsy dapat di klasifikasikan berdasarkan keterlibatan alat gerak atau
ekstremitas (monoplegi, hemiplegi, diplegi, dan quadriplegi) dan karakteristik disfungsi
neurologik (spastis, hipotonik, distonia, athethoid, atau campuran). Manifestasi klinik yang
tampak seringkali berbeda, tergantung pada usia, gestasi saat kelahiran, usia kronologis,
distribusi lesi dan penyakit akibat kelainan bawaan.
Kelainan pada Cerebral Palsy Spastik Diplegi dapat dikarenakan terjadinya lesi pada
kortek cerebri. Lesi pada kortek cerebri mengakibatkan paralisis dan spastisitas tetapi tidak
pada semua otot. Spastisitas terjadi akibat adanya kerusakan pada pre-motor area. Spastisitas
adalah suatu keadaan dimana tonus otot lebih tinggi dari normal. Apabila kondisi tersebut tidak
mendapatkan intervensí yang sesuai dan adekuat akan berpotensi timbulnya deformitas berupa
kontraktur otot dan kekakuan sendi, yang akan semakin memperburuk postur tubuh dan pola
jalan2.
Kelainan terjadi pada ekstremitas, dimana ekstremitas atas lebih ringan daripada
ekstremitas bawah. Ekstremitas bawah (tungkai) akan mengalami hipertonus atau kekakuan
pada otot-otot sehingga gerakan menjadi kaku.3
Permasalahan umum yang timbul pada kondisi CP spastik diplegi adalah peningkatan
tonus otot-otot postur karena adanya spastisitas yang akan berpengaruh pada kontrol gerak.
Abnormalitas tonus postural akan mengakibatkan gangguan postur tubuh, kontrol gerak,
keseimbangan dan koordinasi gerak yang akan berpotensi terganggunya aktifitas fungsional
sehari-hari.2
Fisioterapi sebagai salah satu komponen penyelenggaraan kesehatan dapat berperan aktif
dalam usaha mengembalikan kemampuan fungsional aktivitas pasien guna meningkatkan
kualitas hidup. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, perlatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi,

3
komunikasi. Sehingga peran dari fisioterapi dalam mengatasi permasalahan akibat dari lesi
pada kortek cerebri tersebut sangat dibutuhkan.
Salah satu modalitas fisioterapi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah akibat lesi
yaitu terapi latihan, Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan
gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan,
ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi,
koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba mengkaji dan memberikan pelayanan
fisioterapi serta melaporkan hasil mengenai “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral
Palsy Spastik Diplegi Dengan Terapi Latihan Di Yayasan Heesu Cahaya Cinta Bogor”.

4
8 Tinjauan Kasus

FORMULIR FISIOTERAPI

UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
BIDANG STUDI RUMPUN KESEHATAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

Nama Fisioterapis : Astri Anita, S.Ft Peminatan : Pediatri


Nama Dokter : Tgl pemeriksaan. : 13-Maret-2019
No.reg : Ruangan : Yayasan heesu

A. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN (S)

Nama Jelas : An. Z.A.R


Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 23 Agustus 2007
Alamat : Bojong gede
Pendidikan Terakhir : Taman kanak kanak
Pekerjaan : Tidak ada
Hobi : Memasak
Diagnosis Medik : Cerebral Palsy Spastik Diplegi GMFCS level III

5
B. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)
KU : Kaku pada anggota gerak bawah
RPS : Saat usia 10 bulan Os mengalami keterlambatan tumbuh kembang, Os
belum dapat merangkak dan duduk sendiri tetapi aktif bergerak dengan
merayap. Kemudian saat usia 11 bulan Os dibawa ke dokter anak untuk
melakukan pemeriksaan dan CT scan dengan hasil terdapat penumpukan
cairan. Lalu Os di rujuk ke bagian rehab medik dan dianjurkan untuk
menjalani fisioterapi, Os menjalani fisioterapi sebanyak 1 minggu sekali
karena kendala biaya. Selama terapi Os mengalami perkembangan dapat
duduk sendiri. Saat usia 2,5 tahun Os belum mengalami perkembangan
lagi. Lalu os di kirim ke Yayasan Heesu Cahaya Cinta saat usia 3 tahun
,kini Os mampu berjalan dengan walker dinamis, Os mampu
menyelesaikan tanggung jawab ringan yang diberikan, Os mampu berdiri
berpegangan namun dalam waktu singkat.

R. prenatal
- kehamilan diinginkan
- Riwayat pendarahan : Tidak ada
- Jatuh : Tidak ada
- Usia Ibu hamil : 25 tahun
- kontrol rutin ke dokter

R. Natal
- Os lahir dibantu bidan
- Biru : Tidak ada
- Kuning : Tidak ada
- Kejang : Tidak ada
- Lahir normal/sc : Normal
- Lahir pada usia : kehamilan 9 bulan
- BBL : 3,4 kg
- PBL : 53 cm

R. Postnatal
- Biru : Tidak ada
- Kuning : Tidak ada

6
- Kejang : Tidak ada
- Jatuh : Tidak ada

RPP : Tidak ada

RPD : Tidak ada

RPK : Tidak ada


R. bahasa : Berbicara lancar
R. tumbang
Angkat kepala : 1 bulan
Berguling : 5 bulan
Duduk : 18 bulan
Merangkak : 3 tahun

Rpsikososial : Os sulit mengontrol emosi saat sesi terapi


Ayah Os bekerja sebagai karyawan
Ibu Os berkerja sebagai guru
Os tinggal di Yayasan heesu

C. PEMERIKSAAN (O)
1. Pemeriksaan Umum
Cara datang : Mandiri dengan walker dinamis
Kesadaran : Compos Mentis
Kooperatif /tidak kooperatif
Tensi : 110/65 mmHg
Nadi : 72 bpm
RR : 24x/menit
Status Gizi : IMT = 40/(1,35)2=21,94 (Normoweight)
Suhu : Afebris (36º)

7
2. Pemeriksaan Khusus
A. Pengamatan posisi
Statis
Posisi Terlentang
Kepala : Bergerak aktif
Shoulder : Protraksi
Elbow : Netral
Wrist : Netral
Finger : Netral
Hip : Semi Fleksi, endorotasi, adduksi
Knee : Semi Fleksi, Valgus
Ankle : Plantar Fleksi, inversi

Telungkup
Head lifting : Ada
Head Control : Adekuat
Forearm support : Positif
Posisi trunk : Asimetris
Hip : Semi Fleksi, endorotasi, adduksi
Knee : Semi Fleksi
Ankle : Plantar Fleksi, inversi bilateral

Duduk
Posisi bersila, WB di Gluteal
Head : Foreward head
Head control : Adekuat
Hand Support : Positif
Posisi trunk : Asimetris kanan lebih rendah
Trunk Control : Adekuat

Dinamis
Ke duduk.
Dari posisi terlentang.
- Forearm support : Positif
- Hand support : Positif

8
- Rotasi trunk : Ada

Merangkak
- Gerak simultan
- Rotasi trunk : Ada
- Hip : Fleksi, adduksi, endorotasi
- Knee : semifleksi
- Ankle : Plantar fleksi, inversi

Keberdiri
- Berpegangan dengan walker
- Forearm support : Adekuat
- Hand support : Adekuat
- Hip : Semifleksi, Adduksi, endorotasi
- Knee : Semifleksi
- Ankle : Flat foot

Berdiri
- Berpegangan pada walker
- Hand support : adekuat
- Hip : Semifleksi, adduksi, endorotasi
- Knee : semifleksi
- Ankle : Flat foot
- Standing balance : Inadekuat
- Tumpuan pada jari-jari kaki

Berjalan
- Menggunakan walker
- Fase hilang : Heel strike, fase swing
- Hip : Adduksi, endorotasi.
- Knee : Fleksi knee minimal
- Ankle : Dorsifleksi minimal, inversi

9
B. Palpasi
- Tonus postural tinggi

C. Move
- ROM dan MMT

Regio Arah gerak ROM PROM PROM MMT


Normal(º) dextra (º) sinistra (º)
Hip Fleksi 120 120 120 4

Ekstensi 30 28 30 4

Abduksi 45 30 25 3

Adduksi 30 30 30 4

Eksorotasi 45 30 35 2

Endorotasi 35 30 30 2

Knee Fleksi 135 120 120 4

Ekstensi 0 50 50 4

Ankle Dorsifleksi 20 10 10 4

Plantarfleksi 50 40 42 4

Inversi 35 40 40 3

Eversi 15 10 2 3

Kesimpulan : Adanya keterbatasan ROM Pasif pada hip bidang


frontal,transversal, knee bidang sagital, dan ankle bidang sagital.

Test Spastisitas
Skala asworth Dextra Sinistra
Upper extremity 0 0
Lower extremity 2 2
Kesimpulan : Peningkatan tonus otot lower extremity lebih nyata setengah
akhir gerakan

10
Test Ankle Klonus
- Negatif

Test Tightness
- M. Hamstring bilateral
- M. Adduktor hip bilateral
- M. Illiopsoas bilateral
- Tendon achilles bilateral

D. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak ada di status

E. URUTAN MASALAH FISIOTERAPIS BERDASARKAN PRIORITAS


1. Adanya spastik pada lower extremity, skala ashworth 2
2. Adanya tightness pada hamstring, adduktor hip, illiopsoas, achilles bilateral.
3. Adanya gangguan kontrol postur pada trunk
4. Keterbatasan ROM
5. Penurunan kekuatan otot
6. Gangguan pola jalan

F. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Impairment :
1. Adanya spastik pada lower extremity, skala ashworth 2
2. Adanya tightness pada hamstring, adduktor hip, illiopsoas, achiless bilateral
3. Adanya gangguan kontrol postur pada trunk
4. Keterbatasan ROM
5. Penurunan kekuatan otot

Funcional limitation :

1. Gangguan pola jalan


2. Postur saat duduk tidak tegak

Partisipation restriction :

1. Tidak dapat bersekolah seperti teman seusianya


2. Tidak dapat berkumpul bersama keluarganya dirumah

11
G. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik
-

2. Tujuan

a. Tujuan jangka pendek


1. Menurunkan tonus postural ke arah normal
2. Mengurangi tightness
3. Koreksi postur

b. Tujuan jangka Panjang


1. Mengkoreksi pola jalan
2. Dapat berjalan dengan walker statis

4. Teknologi Fisioterapi

No Jenis Metoda Dosis Keterangan

1. Manual Massage F = 1x/ minggu a. Relaksasi otot


terapi t = 15 menit b. Mengurangi tightness

2. Terapi Hanging F = 1x/ minggu Mengkoreksi postur


latihan T = 15 menit
Stretching F = 1x/ minggu Mengulur otot yang tightness
Hold = 8 detik
Repetisi = 3 kali

Gym Ball F = 1x/ minggu a. Memperbaiki postur saat


T = 15 menit duduk
b. Koreksi ankle

Sepeda statis F = 1x/ minggu Memperbaiki pola jalan

Gait training T = 15 menit Memperbaiki pola jalan

12
5. Uraian Tindakan
A. Massage dan hanging
Persiapan alat : Wedges, lader bobath
Tujuan : Relaksasi otot, mengurangi tightness, inhibisi spastis.
Posisi pasien : Supine lying
Posisi terapis : Disamping pasien
Tatalaksana :- Instruksikan pasien memegang lader bobath dengan kedua
tangannya.
- Ratakan media pelicin dengan tekhnik stroking dan efflurage.
- lakukan massage pada upper extremity dan lower extremity
dengan tekhnik palm kneeding dan finger kneeding.
B. Stretching
Tujuan : Mengulur otot yang tightness
Posisi pasien : Supine lying dan side lying
Posisi terapis : Disamping pasien
Tatalaksana :- Terapis melakukan stretching pada otot otot : Hamstring,
adduktor hip, illiopsoas, achilles.
- Tahanan setiap gerakan selama 8 detik.
- Dilakukan 3 kali repetisi setiap gerakan.

C. Gym ball Exercise


Tujuan : Memperbaiki postur saat duduk, koreksi ankle.
Persiapan alat : Sepatu AFO, gym ball.
Posisi pasien : Duduk diatas gymball
Posisi terapis : Disamping pasien
Tatalaksana :- Terapis memasangkan AFO terlebih dahulu.
- instruksikan pasien untuk duduk diatas gym ball dengan
kedua kaki menapak pada matras .
- Terapis melakukan stimulasi pada trunk pasien agar duduk
lebih tegak.

13
D. Sepeda statis
Tujuan : Memperbaiki pola jalan
Persiapan alat : Sepeda statis
Posisi pasien : Naik sepeda
Posisi terapis : Di samping pasien.
Tatalaksana :- Posisikan pasien naik sepeda.
- Fiksasi kaki pasien dengan lakban pada pedal sepeda.
- Instruksikan pasien mengayuh sepeda secara perlahan.
- Lakukan selama 15 menit.
E. Gait training
Tujuan : Memperbaiki pola jalan
Posisi pasien : Berdiri dengan walker statis.
Posisi terapis : Di belakang pasien
Prosedur :- Instruksikan pasien untuk melangkah satu persatu dengan
walker.
- Terapis mengkoreksi cara jalan pasien.
- Latihan diberikan selama 5 menit.

6. Program untuk dirumah


A. Edukasi pasien untuk duduk diposisi yang lebih tegak.
B. Edukasi pasien untuk duduk bersila dengan postur tegak.
C. Penggunaan AFO lebih rutin untuk koreksi ankle.
D. Menggunakan walker statis untuk mobilisasi.

14
H. EVALUASI

Evaluasi hasil terapi


Tanggal : 13- Maret- 2019
S : Kaku pada kedua anggota gerak bawah
O: a. Adanya spastik pada LE,

Skala asworth Dextra Sinistra


Upper extremity 0 0
Lower extremity 2 2

b. Adanya tightness pada hamstring


c. Gangguan kontrol postur
d. Keterbatasan ROM

Regio Arah gerak ROM PROM dextra PROM sinistra


Normal(º) (º) (º)
Hip Fleksi 120 120 120
Ekstensi 30 28 30
Abduksi 45 30 25
Adduksi 30 30 30
Eksorotasi 45 30 35
Endorotasi 35 30 30
Knee Fleksi 135 120 120
Ekstensi 0 50 50
Ankle Dorsifleksi 20 10 10
Plantarfleksi 50 40 42
Inversi 35 40 40
Eversi 15 10 2

e. Penurunan kekuatan otot


f. Gangguan pola jalan
A : Adanya gangguan gerak dan fungsional terkait dengan tonus postural tinggi
P : Mengurangi spastis dan memperbaiki pola jalan
- massage
- hanging

15
- stretching
- Gym ball exercise
- Gait training

Evaluasi hasil terapi


Tanggal : 13- Maret- 2019
S : Kaku pada kedua anggota gerak bawah
O: a. Adanya spastik pada LE,

Skala asworth Dextra Sinistra


Upper extremity 0 0
Lower extremity 1+ 1+

b. Adanya tightness pada hamstring


c. Gangguan kontrol postur
d. Keterbatasan ROM

Regio Arah gerak ROM PROM dextra PROM sinistra


Normal(º) (º) (º)
Hip Fleksi 120 120 120
Ekstensi 30 28 30
Abduksi 45 30 25
Adduksi 30 30 30
Eksorotasi 45 30 35
Endorotasi 35 30 30
Knee Fleksi 135 120 120
Ekstensi 0 45 38
Ankle Dorsifleksi 20 10 10
Plantarfleksi 50 40 42
Inversi 35 40 40
Eversi 15 10 2

16
e. Penurunan kekuatan otot
f. Fase swing saat berjalan lebih terlihat
g. fleksi knee saat berjalan bertambah
A : Adanya gangguan gerak dan fungsional terkait dengan tonus postural tinggi
P : Mengurangi spastis dan memperbaiki pola jalan
- massage
- stretching
- Gym ball exercise
- sepeda statis

17
9 Pembahasan
Pada kasus yang penulis bahas dalam makalah ini mengenai kondisi seorang pasien
di Yayasan Heesu “Cahaya Cinta” yang berinisial An. Z.A.R dengan diagnosis Cerebral
palsy spastic diplegi Dari pemeriksaan penulis menemukan beberapa permasalahan
fisioterapi berdasarkan prioritas, yaitu adanya spastik pada lower extremity, skala ashworth
2, adanya tightness pada hamstring bilateral, adanya gangguan kontrol postur pada trunk,
keterbatasan ROM, penurunan kekuatan otot, gangguan pola jalan. Pada dasarnya
pemberian intervensi atau penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral palsy spastic
diplegi dapat dilakukan dengan banyak cara, disesuaikan dengan gejala yang ditemukan dan
tentunya yang disesuaikan dengan keadaan pasien saat itu. Oleh karena itu, penulis
menggunakan massage dan terapi latihan sebagai tatalaksana untuk mengatasi masalah
tersebut diantaranya massage, hanging, stretching, gym ball exercise, sepeda statis, dan gait
training.

Tatalaksana program fisioterapi yang diberikan pertama adalah massage, massage


diberikan diawal terapi dengan tujuan merileksasi otot, inhibisi spastis, memperlancar
peredaran darah dan sebagai persiapan untuk terapi latihan. Teknik yang digunakan adalah
stroking dan efflurage untuk meratakan oil pada area yang diterapi, kemudian dilakukan
teknik palm kneeding pada otot-otot besar dan finger kneeding pada otot-otot yang lebih
kecil. Sembari dilakukan massage, pasien di posisikan hanging dengan posisi terlentang di
wedges dan tangan berpegangan pada ledder bobath dengan tujuan untuk mengkoreksi
postur pasien4.
Tatalaksana program fisioterapi yang kedua adalah stretching, stretching diperlukan
untuk menglur otot otot yang mengalami thighness, tighness mengakibatkan lingkup gerak
sendi pasien terbatas sehingga postur pasien terganggu, stretching diperlukan untuk
meningkatkan lingkup gerak sendi, stretching juga bertujuan untuk menurunkan tonus
otot5.
Tatalaksana fisioterapi yang ketiga yaitu terapi latihan menggunakan gym ball,
penggunaan gym ball pada intervensi ini adalah sebagai alat bantu, terapi dilakukan dengan
memposisikan pasien duduk diatas gym ball dengan memakai sepatu AFO, terapi ini
bertujuan untuk untuk memperbaiki postur pada trunk dan ankle, saat pasien duduk di
gymball terapis menginstruksikan pasien untuk duduk tegap dengan kaki menumpu pada
lantai, metode ini juga bisa dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan duduk6.
Tatalaksana fisioterapi yang ke empat adalah sepeda statis, intervensi ini dilakukan
untuk menguatkan otot-otot lower extremity, dengan mengayuh sepeda statis otot-otot
lower ekstemity berkontraksi sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot. Sebagai
persiapan untuk berjalan, latihan ini juga bisa dilakukan untuk meningkatkan gerak
simultan pada otot-otot lower ekstremity sehingga dapat memperbaiki pola jalan7.
18
Tatalaksana fisioterapi yang keempat adalah gait training, gait training dilakukan
dengna menggunakan walker statis dengan tujuan untuk memperbaiki pola jalan,
penggunaan walker statis lebih baik ketimbang walker dinamis dikarenakan saat
menggunakan walker statis ada fase disaat tangan pasien menggangkat walker untuk
melangkah sehingga tumpuan pada kaki lebih banyak saat tangan mengangkat walker,
penggunaan walker statis juga bertujuan untuk memperbaiki pola jalan karena otot-otot
dapat berkontraksi lebih maksimal, dikarenakan tumpuan pada lengan lebih kecil.
Evaluasi setelah terapi dengan intervensi yang telah disebutkan diatas mendapatkan
penurunan tonus otot dengan penurunan skala asworth dan meningkatnya fleksi knee saat
berjalan pada fase swing pada pengukuran ROM juga didapatkan perubahan lingkup gerak
sendi pada lutut yang dapat menunjukan penurunan tighness pada hamstring4,7.

Spastisitas
Skala Asworth Evaluasi pertama Evaluasi kedua
UE Dx/sin= 0 Dx/sin= 0
LE Dx/sin= 2 Dx/sin= 1+

ROM
ROM knee Evaluasi pertama (º) Evaluasi kedua (º)
Dexstra Sinistra Dextra Sinistra
Fleksi 120 120 120 120
Ekstensi 50 50 45 38

Demikian isi dari makalah intervensi fisioterapi pada kasus cerebral palsy diplegi
dengan terap latihan, semoga bermanfaat.

19
10 Daftar Pustaka

1. Pratiwi Pradnya Cindy Putu, Indrojarwo Tavip Brato. Desain Mainan Anak Khusus
Penderita Cerebral Palsy Dengan Konsep Menstimulus Koordinasi Gerak Anak. Vol 5. No.
2. 2016.
2. Waluyo TS. Pengaruh Mobilisasi Trunk Terhadap Penurunan Spastisitas Pada Cerebral
Palsy Spastik Diplegi. YPAC Surakarta. 2010. Vol 19 No 1. 2010.
3. Larasati Febriana. Pelaksanaan Neuro Senso Motor (Nsm) Pada Kasus Cerebral
Palsyspastic Diplegi Di Griya Fisioterapi Bunda Novy. 2015.
4. Raoof A, Sajjad G. The effect of deep cross friction massage on spasticity of children with
cerebral palsy: A double-blind randomised controlled trial, Journal of the Pakistan Medical
Association. 2017; Vol. 67.
5. Ali M. Functional Stretching Exercise Submitted for Spastic Diplegic Children: A
Randomized Control Study. Hindawi Publishing Corporation. 2014, 814279.
6. Shahanawaz S, Tushar J. Effect of Swiss Ball on Balance in Children with Spastic
Diplegia: A Case Study. International Journal of Research in Pediatrics. 2015, PP 8-11.
7. Reda S. Effects of Stationary Cycling Intervention on Children with Diaplegic Cerebral
Palsy. Med. J. Cairo Univ. 2009. 139-147.

20

Anda mungkin juga menyukai