OLEH
KELOMPOK 13
SEMESTER : VII/AKK
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sistem Kesehatan di Negara-Negara Berkembang” ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk pengembangan laporan ini ke depannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Universal Health Coverage sebagai sistem kesehatan negaranya. Thailand
dalam mencapai sistem kesehatan Universal Health Coverage, hampir
setengah decade mengalami evolusi sejarah yang cukup panjang. Evolusi
tersebut dimulai dari sistem pembiayaan secara out of pocket sampai bertahap
mencapai sistem pembiayaan di muka.
Penyelenggaraan kesehatan di Thailand 3,5% dari alokasi dana APBN.
Proporsi pendanaannya 55,7% bersumber dari pajak, 8% dari asuransi umum,
8,4% dari asuransi swasta, 27,7% dari masyarakat (out of pocket) dan 0,2%
dari sumber lain. Untuk pelayanan kesehatan dari sektor pemerintah sanggup
menampung 78,2% rawat inap, dokter dan perawat jumlah yang cukup besar,
sementara sektor swasta biasanya menyediakan jasa jemput bola.
Sistem pelayanan rujukan merupakan sistem pelayanan yang
diterapkan oleh Thailand. Sistem tersebut dimulai dari primary care unit
sebanyak kurang lebih 8000 PCU, rumah sakit distrik atau biasa disebut
rumah sakit sekunder dan tersier sebanyak 800 unit di leve provinsi maupun
rumah sakit pendidikan. Pemerintah Thailand juga memberikan kesempatan
bagi kader-kader tenaga kesehatan untuk membuka lowongan tenaga
kesehatan yang akan mengabdi di pedesaan. Selain itu, pemerintah juga
memberikan putra daerah kesempatan untuk menyekolahkan mereka di
fakultas kesehatan yang mana kedepannya putra daerah tersebut akan
ditempatkan di daerah asalnya sebagai tenaga insentif yang memadai. Jumlah
dokter di Thailand sudah sangat banyak dibandingkan dengan Indonesia.
3. Kamboja
Kamboja memiliki sistem kesehatan Universal Health Coverage
dengan alokasi dana 6,4% dari APBN. Sumber pendanaan penyelenggaraan
kesehatannya 33,6% bersumber dari pajak, dan 66,4% dari masyarakat (out of
pocket). Dari segi regulasi kesehatan, Kamboja memiliki regulasi yang lemah,
50% pelayanan kesehatan swasta tidak berlisensi, serta sektor publik juga
bekerja di instansi swasta. Untuk pelayanan kesehatannya, dari sektor
pemerintah digunakan 22% penduduk untuk berobat dan untuk sektor swasta
3
hampir seluruhnya merupakan milik LSM, digunakan 78% penduduk untuk
berobat.
2.2 Perbandingan dengan Sistem Kesehatan di Indonesia
Indonesia sebenarnya telah memiliki sistem kesehatan sejak 1982 melalui
Sistem Kesehatan Nasional. Secara implementasi, sistem kesehatan bersifat
dinamis dan sangat dipengaruhi kondisi ekonomi, politik dan budaya suatu negara
sehingga sangat dimungkinkan sistem kesehatan mengalami perubahan seriring
waktu. Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di Indonesia, reformasi di
bidang sistem kesehatan perlu dilakukan.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Kamboja, ketiga
negara tersebut memiliki sistem kesehatan Universal Health Coverage sementara
Indonesia tidak. Alokasi dana yang diperoleh dari APBN pun hanya 2,1%, lebih
rendah dibandingkan dengan ketiga negara tersebut. Sumber pendanaan
penyelenggaraan kesehatan terbanyak berasal dari pajak yaitu 47%, kemudian
33% dari masyarakat (out of pocket), 2% dari asuransi umum dan 17% dari
asuransi swasta. Sementara dari segi regulasi, Indonesia sama dengan Kamboja
yang memiliki regulasi yang lemah, dimana pemerintah daerah yang berwenang
memberikan izin kepada instansi kesehatan bukan pusat. Untuk pelayanan
kesehatan, dari sektor pemerintah ada 7.100 puskesmas, 23.000 posyandu dan
4.000 klinik berjalan, sedangkan sektor swasta terdapat 510 rumah sakit swasta
yang mempunyai 42% tempat tidur dari jumlah seluruhnya.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malaysia menerapkan sistem Universal Health Coverage dengan
alokasi dana kesehatan 4,2% dari APBN. Sumber pendanaan penyelenggaraan
kesehatannya 56% dari pajak, 6% dari asuransi swasta, 33% dari masyarakat
(out of pocket), dan 5% dari lainnya. Untuk regulasi penyelenggaraan
kesehatan di Malaysia, Kementerian kesehatan bertanggung jawab penuh
terhadap sektor publik dan swasta. Sementara pelayanan kesehatannya, sektor
pemerintah menyediakan 75% kebutuhan rawat inap dan sektor swasta
menyediakan tenaga spesialis 2/3 dari jumlah satu negara, bekerja sama
dengan rumah sakit pemerintah. Thailand telah mencapai Universal Health
Coverage sebagai sistem kesehatan negaranya. Penyelenggaraan kesehatan di
Thailand 3,5% dari alokasi dana APBN. Proporsi pendanaannya 55,7%
bersumber dari pajak, 8% dari asuransi umum, 8,4% dari asuransi swasta,
27,7% dari masyarakat (out of pocket) dan 0,2% dari sumber lain. Untuk
pelayanan kesehatan dari sektor pemerintah sanggup menampung 78,2% rawat
inap, dokter dan perawat jumlah yang cukup besar, sementara sektor swasta
biasanya menyediakan jasa jemput bola. Kamboja memiliki sistem kesehatan
Universal Health Coverage dengan alokasi dana 6,4% dari APBN. Sumber
pendanaan penyelenggaraan kesehatannya 33,6% bersumber dari pajak, dan
66,4% dari masyarakat (out of pocket). Dari segi regulasi kesehatan, Kamboja
memiliki regulasi yang lemah, 50% pelayanan kesehatan swasta tidak
berlisensi, serta sektor publik juga bekerja di instansi swasta. Untuk pelayanan
kesehatannya, dari sektor pemerintah digunakan 22% penduduk untuk berobat
dan untuk sektor swasta hampir seluruhnya merupakan milik LSM, digunakan
78% penduduk untuk berobat.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Kamboja, ketiga
negara tersebut memiliki sistem kesehatan Universal Health Coverage
sementara Indonesia tidak. Alokasi dana yang diperoleh dari APBN pun hanya
5
2,1%, lebih rendah dibandingkan dengan ketiga negara tersebut. Sumber
pendanaan penyelenggaraan kesehatan terbanyak berasal dari pajak yaitu 47%,
kemudian 33% dari masyarakat (out of pocket), 2% dari asuransi umum dan
17% dari asuransi swasta.
6
DAFTAR PUSTAKA