Anda di halaman 1dari 10

SISTEM KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

OLEH

KELOMPOK 13

ANGGREANY D. R MANU NIM: 1607010108


DESI HUNGGU URANG NIM : 1607010046
SUMAYYAH JAMAL H. M. ARIFIN NIM: 1607010103

SEMESTER : VII/AKK

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sistem Kesehatan di Negara-Negara Berkembang” ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Bantuan dan dukungan dari semua pihak sangat
dibutuhkan untuk pengembangan makalah ini menjadi lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk pengembangan laporan ini ke depannya.

Kupang, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………... 1

1.3 Tujuan ……………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Sistem Kesehatan di Negara-Negara Berkembang ……………..…… 2

2.2 Perbandingan dengan Sistem Kesehatan di Indonesia………………. 4

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 5

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kesehatan merupakan suatu istilah yang mencakup personal,
lembaga, komoditas, informasi, pembiayaan dan strategi tata pemerintah dalam
memberikan layanan pencegahan dan pengobatan kepada masyarakat. Sistem
kesehatan dibuat dengan tujuan dapat merespon kebutuhan dan harapan yang
dimiliki masyarakat dalam pemenuhan pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
Menurut WHO (2000) Sistem kesehatan didefinisikan dengan membatasi
cakupan aktivitas mereka. Sebuah sistem kesehatan terdiri dari seluruh organisasi,
orang, dan aksi yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan,
meningkatkan, atau menjaga kesehatan, termasuk upaya untuk mempengaruhi
faktor-faktor di bidang kesehatan serta kegiatan kesehatan secara langsung. Oleh
karena itu, sebuah sistem kesehatan lebih dari sebuah piramida fasilitas yang
dimiliki publik yang memberikan pelayanan kesehatan pribadi.
Sistem kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia berbeda dengan
sistem kesehatan di negara maju. Hampir seluruh negara di Eropa menerapkan
Universal Health Coverage walaupun berbeda-beda alokasi dana baik dari
pemerintah, asuransi, maupun dari individu. Sedangkan di Indonesia, lebih
cenderung menunjukkan lemahnya regulasi dalam penyelenggaraan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem kesehatan di negara berkembang?
2. Bagaimana perbandingan sistem kesehatan di negara berkembang lainnya
dengan sistem kesehatan di indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem kesehatan di negara-negara berkembang.
2. Untuk memahami perbandingan sistem kesehatan di negara berkembang
lainnya dengan sistem kesehatan di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kesehatan di Negara Berkembang


1. Malaysia
Malaysia negara berpenduduk terbanyak ke 43 dan negara dengan
daratan terluas ke-66 di dunia dengan jumlah penduduk kira-kira 27 juta dan
luas wilayah melebihi 30.000 km2. Malaysia telah menerapkan sistem
Universal Health Coverage dengan alokasi dana kesehatan 4,2% dari APBN.
Sumber pendanaan penyelenggaraan kesehatannya 56% dari pajak, 6% dari
asuransi swasta, 33% dari masyarakat (out of pocket), dan 5% dari lainnya.
Untuk regulasi penyelenggaraan kesehatan di Malaysia, Kementerian
kesehatan bertanggung jawab penuh terhadap sektor publik dan swasta.
Sementara pelayanan kesehatannya, sektor pemerintah menyediakan 75%
kebutuhan rawat inap dan sektor swasta menyediakan tenaga spesialis 2/3 dari
jumlah satu negara, bekerja sama dengan rumah sakit pemerintah.
Pemerintah Malaysia membebaskan pajak untuk alat kesehatan dan
obat-obatan, yang berdampak pada biaya oprasional di Malaysia yang menjadi
murah. Pemerintah Malaysia membatasi praktik dokter yang hanya satu
tempat, sehingga dokter harus memilih akan praktik di pelayanan kesehatan
milik pemerintah atau milik swasta. Selain itu, dengan adanya feed back atau
pemasukan dari dokter yang tinggi, tentu akan mempengaruhi kualitas
pelayanan. Untuk mengklaim pembiayaan kesehatan, rumah sakit pemerintah
melihat besarnya pengeluaran yang terjadi di tahun sebelumnya dan kemudian
rumah sakit tersebut baru bisa mengajukan anggaran kepada Kementerian
kesehatan.
2. Thailand
Thailand memulai sistem jaminan kesehatan di negaranya sejak tahun
1990an yang saat itu baru mencakup 16% dari populasi, pada tahun 2002
sudah mencakup seuruh penduduk yang diperkirakan sudah mencakup 75%
dari seluruh penduduk. Sejak tahun 2002 tersebut Thailand telah mencapai

2
Universal Health Coverage sebagai sistem kesehatan negaranya. Thailand
dalam mencapai sistem kesehatan Universal Health Coverage, hampir
setengah decade mengalami evolusi sejarah yang cukup panjang. Evolusi
tersebut dimulai dari sistem pembiayaan secara out of pocket sampai bertahap
mencapai sistem pembiayaan di muka.
Penyelenggaraan kesehatan di Thailand 3,5% dari alokasi dana APBN.
Proporsi pendanaannya 55,7% bersumber dari pajak, 8% dari asuransi umum,
8,4% dari asuransi swasta, 27,7% dari masyarakat (out of pocket) dan 0,2%
dari sumber lain. Untuk pelayanan kesehatan dari sektor pemerintah sanggup
menampung 78,2% rawat inap, dokter dan perawat jumlah yang cukup besar,
sementara sektor swasta biasanya menyediakan jasa jemput bola.
Sistem pelayanan rujukan merupakan sistem pelayanan yang
diterapkan oleh Thailand. Sistem tersebut dimulai dari primary care unit
sebanyak kurang lebih 8000 PCU, rumah sakit distrik atau biasa disebut
rumah sakit sekunder dan tersier sebanyak 800 unit di leve provinsi maupun
rumah sakit pendidikan. Pemerintah Thailand juga memberikan kesempatan
bagi kader-kader tenaga kesehatan untuk membuka lowongan tenaga
kesehatan yang akan mengabdi di pedesaan. Selain itu, pemerintah juga
memberikan putra daerah kesempatan untuk menyekolahkan mereka di
fakultas kesehatan yang mana kedepannya putra daerah tersebut akan
ditempatkan di daerah asalnya sebagai tenaga insentif yang memadai. Jumlah
dokter di Thailand sudah sangat banyak dibandingkan dengan Indonesia.
3. Kamboja
Kamboja memiliki sistem kesehatan Universal Health Coverage
dengan alokasi dana 6,4% dari APBN. Sumber pendanaan penyelenggaraan
kesehatannya 33,6% bersumber dari pajak, dan 66,4% dari masyarakat (out of
pocket). Dari segi regulasi kesehatan, Kamboja memiliki regulasi yang lemah,
50% pelayanan kesehatan swasta tidak berlisensi, serta sektor publik juga
bekerja di instansi swasta. Untuk pelayanan kesehatannya, dari sektor
pemerintah digunakan 22% penduduk untuk berobat dan untuk sektor swasta

3
hampir seluruhnya merupakan milik LSM, digunakan 78% penduduk untuk
berobat.
2.2 Perbandingan dengan Sistem Kesehatan di Indonesia
Indonesia sebenarnya telah memiliki sistem kesehatan sejak 1982 melalui
Sistem Kesehatan Nasional. Secara implementasi, sistem kesehatan bersifat
dinamis dan sangat dipengaruhi kondisi ekonomi, politik dan budaya suatu negara
sehingga sangat dimungkinkan sistem kesehatan mengalami perubahan seriring
waktu. Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di Indonesia, reformasi di
bidang sistem kesehatan perlu dilakukan.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Kamboja, ketiga
negara tersebut memiliki sistem kesehatan Universal Health Coverage sementara
Indonesia tidak. Alokasi dana yang diperoleh dari APBN pun hanya 2,1%, lebih
rendah dibandingkan dengan ketiga negara tersebut. Sumber pendanaan
penyelenggaraan kesehatan terbanyak berasal dari pajak yaitu 47%, kemudian
33% dari masyarakat (out of pocket), 2% dari asuransi umum dan 17% dari
asuransi swasta. Sementara dari segi regulasi, Indonesia sama dengan Kamboja
yang memiliki regulasi yang lemah, dimana pemerintah daerah yang berwenang
memberikan izin kepada instansi kesehatan bukan pusat. Untuk pelayanan
kesehatan, dari sektor pemerintah ada 7.100 puskesmas, 23.000 posyandu dan
4.000 klinik berjalan, sedangkan sektor swasta terdapat 510 rumah sakit swasta
yang mempunyai 42% tempat tidur dari jumlah seluruhnya.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malaysia menerapkan sistem Universal Health Coverage dengan
alokasi dana kesehatan 4,2% dari APBN. Sumber pendanaan penyelenggaraan
kesehatannya 56% dari pajak, 6% dari asuransi swasta, 33% dari masyarakat
(out of pocket), dan 5% dari lainnya. Untuk regulasi penyelenggaraan
kesehatan di Malaysia, Kementerian kesehatan bertanggung jawab penuh
terhadap sektor publik dan swasta. Sementara pelayanan kesehatannya, sektor
pemerintah menyediakan 75% kebutuhan rawat inap dan sektor swasta
menyediakan tenaga spesialis 2/3 dari jumlah satu negara, bekerja sama
dengan rumah sakit pemerintah. Thailand telah mencapai Universal Health
Coverage sebagai sistem kesehatan negaranya. Penyelenggaraan kesehatan di
Thailand 3,5% dari alokasi dana APBN. Proporsi pendanaannya 55,7%
bersumber dari pajak, 8% dari asuransi umum, 8,4% dari asuransi swasta,
27,7% dari masyarakat (out of pocket) dan 0,2% dari sumber lain. Untuk
pelayanan kesehatan dari sektor pemerintah sanggup menampung 78,2% rawat
inap, dokter dan perawat jumlah yang cukup besar, sementara sektor swasta
biasanya menyediakan jasa jemput bola. Kamboja memiliki sistem kesehatan
Universal Health Coverage dengan alokasi dana 6,4% dari APBN. Sumber
pendanaan penyelenggaraan kesehatannya 33,6% bersumber dari pajak, dan
66,4% dari masyarakat (out of pocket). Dari segi regulasi kesehatan, Kamboja
memiliki regulasi yang lemah, 50% pelayanan kesehatan swasta tidak
berlisensi, serta sektor publik juga bekerja di instansi swasta. Untuk pelayanan
kesehatannya, dari sektor pemerintah digunakan 22% penduduk untuk berobat
dan untuk sektor swasta hampir seluruhnya merupakan milik LSM, digunakan
78% penduduk untuk berobat.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, dan Kamboja, ketiga
negara tersebut memiliki sistem kesehatan Universal Health Coverage
sementara Indonesia tidak. Alokasi dana yang diperoleh dari APBN pun hanya

5
2,1%, lebih rendah dibandingkan dengan ketiga negara tersebut. Sumber
pendanaan penyelenggaraan kesehatan terbanyak berasal dari pajak yaitu 47%,
kemudian 33% dari masyarakat (out of pocket), 2% dari asuransi umum dan
17% dari asuransi swasta.

6
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2012. Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers


Adisasmito, W. 2014. Sistem Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai