Anda di halaman 1dari 40

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Spiritual Pasien

1. Konsep Spiritual

a. Definisi

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang

Maha Kuasa dan Maha pencipta, sebagai contoh seseorang yang

percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.

Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan

Tuhannya dengan menggunakkan instrumen (medium) sholat, puasa,

zakat, haji, doa, dan sebagainya (Hawari, 2002).

Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia

dengan Tuhannya dengan menggunakan instrument (medium) sholat,

puasa, zakat, haji, doa, dan sebagainya (As‟ad & Al Rosyid, 1994).

b. Aspek Spiritual

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan.

Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan

kematian, kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan

kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar

kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan

misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di waktu kesusahan

(Hawari, 2002).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


9

Spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:

1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau

ketidakpastian alam kehidupan.

2) Menemukan arti dan tujuan hidup.

3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan

dalam diri sendiri.

4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan

Maha Tinggi (Burkhardt dalam Hamid, 2000)

c. Dimensi Spiritual

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan

keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk

menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang mendapati stress

emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat

menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia

(Kozier, 2004).

Spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi

eksistensial dan dimensi agama, dimensi eksistensial berfokus pada

tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus

pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

Spiritual sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah

hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun

kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan

seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


10

lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua

dimensi tersebut (Hawari,2002).

2. Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaaan sakit, maka

hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang

dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang

mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Kholiq. Dalam

pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki

peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut

mampu memberikan pemenuhan spiritualnya pada saat pasien akan

dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat

keterkaitan antara keyakinan antara keyakinan dengan pelayanan

kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui

pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek

spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat

pasien dalam proses penyembuhan (Asmadi, 2008).

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,

menjalin hubunganpenuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual

adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

memberikan dan mendapatkan manfaat (Kozier, 2004).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


11

Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia

(Cineball dalam Hawari, 2002), yaitu:

1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara

terus menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup

ini adalah ibadah.

2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras

dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horizontal) serta

alam sekitarnya.

3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan

keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan

dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur

mengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan

seseorang tidak melemah.

5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. Rasa bersalah dan

berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik

bagi kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu

pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa

bersalah, dan berdosa terhadap Tuhan. Kedua secara horizontal yaitu

bebas dari rasa bersalah kepada orang lain.

6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan

self esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh

lingkungannya.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


12

7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap

harapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu

jangka pendek (hidup didunia) dan jangka panjang (hidup diakhirat).

Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi

kehidupan yang kekal diakhirat nanti.

8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi

sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan

manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila

seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi di hadapan Tuhan maka

dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.

9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama

manusia. Manusia hidup saling tergantung satu sama lain. Oleh karena

itu, hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia

juga tidak dapat dipisahkan lingkungan alamnya sebagai tempat

hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk

menjaga dan melestarikan alam ini.

10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-

nilai religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan

sering berkumpul dengan orang yang beriman akan mampu

meningkatkan iman orang tersebut.

3. Pola Norma Spiritual

Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan

berhubungan dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


13

Spiritualitas mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi

sebagai perspektif pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual.

Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu

diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

seorang pasien. Keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting

dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut diketahui sebagai

suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik (Hamid,

2000). Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk

meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat

memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada pasien. Setiap individu

memiliki definisi dan konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-

kata digunakan untuk menjabarkan spiritualitas termasuk makna,

transeden, harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan eksistensi (Potter &

Perry, 2005).

Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai

spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda

mengenai hal tersebut. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas

dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang,

serta persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut

nantinya dapat mengubah pandangan seseorang mengenai konsep

spiritualitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki dan

keyakinan yang ia pegang teguh (Hawari, 2002).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


14

Konsep spiritualitas memiliki arti yang berbeda dengan konsep

religius. Banyak perawat dalam praktiknya tidak dapat membedakan

kedua konsep tersebut karena menemui kesulitan dalam memahami

keduanya. Kedua hal tersebut memang sering digunakan secara bersamaan

dan saling berhubungan satu sama lain. Konsep religius biasanya berkaitan

dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu kegiatan.

Konsep religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik

mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah tertentu. Emblen dalam

Potter dan Perry mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan

ibadah terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas menunjukkan

spiritualitas mereka (Hawari, 2002).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi

adalah proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan

keyakinan tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

menunjukan spiritualitas diri mereka. Sedangkan spiritual memiliki konsep

yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang. Terlepas dari proses

ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan tersebut

(Hawari, 2002).

Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan

seseorang. Kepercayaan itu sendiri mremiliki cakupan mulai dari atheisme

(penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa

Tuhan ada dan slalu mengawasi) atau theism (Keyakinan akan Tuhan

dalam bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


15

Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan

seorang individu. Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau

berfikir sesuai dengan kepercayaan yang ia ikuti (Hawari, 2004).

Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya dikaitkan dengan

istilah agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh masyarakat

sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap

agama yang ada di dunia memeiliki karakteristik yang berbeda mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan

prinsip yang mereka pegang teguh. Keyakinan tersebut juga

mempengaruhi seseorang individu untuk menilai suatu yang ada sesuai

dengan makna dan filosofi yang diyakininya.Sebagai contoh, persepsi

seorang Muslim mengenai perawatan kesehatan dan respon penyakit

tentunya berbeda dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung

konsep spiritual yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan keimanan

seorang individu. Konsep spiritual yang dianut atau dipahami olehseorang

pasien dapat mempengaruhi cara pandang pasien mengenai segala

sesuatunya, tak terkecuali dalam bidang kesehatan. Paradigma mengenai

sakit, tipe-tipe pengobatan yang dilakukan, persepsi mengenai kehidupan

dan makna yang terkandung di dalamnya adalah contoh penerapan konsep

spiritual secara normal pada diri seorang individu. Ada beberapa agama

yang menerapkan pola normal spiritualnya dengan cara:

a. Beberapa orang menjadi spiritual setelah usia 40 tahun. Pada satu

tingkat pergi ke kuil, menghadiri wacana-wacana dan membaca buku-

buku atau kitab-kitab dianggap sangat spiritual.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


16

b. Tingkat kedua orang memiliki seorang guru mengikuti tradisi maka

mereka. Ini adalah zaman modern gaya.

c. Ada tingkat ketiga orang yang mempunyai dewa. Beberapa praktik

seni seperti astrologi atau obat atau tari atau musik dan kemudian

mereka menggunakan waktu luang ada dalam sadhana spiritual.

d. Beberapa orang menghadiri perkulpulan dan kemudian melakukan

pelayanan sosial yang juga baik seperti pelayanan kesehatan.

Pola normal spiritual sangat erat hubungannya dengan kesehatan,

karena dari pola tersebut dapat menciptakan suatu bentuk perilaku adaptif

ataupun maladaptif berhubungan dengan penerimaan kondisi diri. Dimensi

spiritual merupakan dimensi yang sangat penting diperhatikan oleh

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien.

Carson (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius

adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut

dikatakannya bahwa keimanan bahwa diketahui sebagai suatu faktor yang

sangat kuat (powerful) dalam menyembuhkan dan pemulihan fisik, yang

tidak dapat diukur. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam

penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk

meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat

memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua pasien.

4. Perkembangan Aspek Spiritual

Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi

semua kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual pasien.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


17

Berbagai cara dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien mulai

dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi

pasien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan

aspek spiritual pada pasien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima

dimensi manusia yang harus diintegrasikan dalam kehidupan. Lima

dimensi tersebut yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan

spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling

berinteraksi, intrrelasi, dan interdependensi, sehingga adanya gangguan

pada suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya (Carson, 2002)

Perawat harus mengetahui tahap perkembangan spiritual dari

manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan

tepat dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Tahap

perkembangan pasien dimulai dari lahir sampai pasien meninggal dunia.

Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan

mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa,

muda, dewasa muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia.

Secara umum tanpa memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses

perkembangan aspek spiritual dilihat dari kemampuan kognitifnya dimulai

dari pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan

intropeksi. Namun, berikut akan dibahas pola perkembangan aspek

spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia (Carson, 2002).

Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk

diperhatikan. Manusia sebagai pasien dalam keperawatan anak adalah

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


18

individu yang berusia 0-18 bulan, yang sedang dalam proses tumbuh-

kembang, yang mempunyai kebutuhan spesifik (fisik, psikologis, sosial,

dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu

yang masih tergantung pada orang dewasa dan lingkungan, artinya

membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Larson, 2009).

Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa

perkembangan bayi. Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan

spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.

Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual.

Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari tebentuknya

perkembangan spiritual yang baik pada bayi. Oleh karena itu, perawat

dapat menjalin kerjasama dengan orang tua bayi tersebut untuk membantu

pembentukan nilai-nilai spiritual pada bayi.

Dimensi spiritual dimulai menunjukkan perkembangan pada masa

kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami peningkatan

kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik

dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap

perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk

berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa

tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai

dari kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan

berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


19

sehari-hari. Anak akan merasa lebih senang jika menerima pengalaman-

pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual (Hamid, 2000).

Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)

berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.

Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan

harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak

hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan

norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan

anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar

tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena

anak sudah mulai berfikir konkrit. Mereka sedang sulit menerima

penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bukan mereka masih kesulitan

membedakan Tuhan dan orang tuanya (Hamid, 2000).

Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami

peningkatan kualitas kognitif pada anak. Anak usia sekolah (6-12 tahun)

berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep

abstrak untuk memahami gambaran dan makna spiritual dan agama

mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak

dapat diajak diskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat

mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka

(Hamid, 2000).

Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan

arti dan tujuan hidup. Menggunakan pengetahuan misalnya untuk

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


20

mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan

berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan

kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya.

Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role

model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok

paling tinggi perannya dari pada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil

dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka

protes dan membrontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap

paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak

untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan ramaja

(Hamid, 2000).

Dewasa muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani

proses perkembangan dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual,

memikirkan untuk memilih nilai kepercayaan mereka yang dipelajari saat

kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka

sendiri. Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka

lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri

bahwa mereka sudah dewasa (Hamid, 2000).

Dewasa pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertengahan merupakan

tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep

yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama

dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan

kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan

dan nilai spiritual (Hamid, 2000).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


21

Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada

tahap ini digunakan untuk intropeksi dan mengkaji kembali dimensi

spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain

dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan

ritual spiritual meningkat (Hamid, 2000).

Lanjut usia (65 tahun sampai kematian). Pada tahap perkembangan

ini, pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak

menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat

agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagiaan dan rasa berguna

bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik,

mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia

yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang , rasa

tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati.

Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dan

dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas

terhadap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu

sendiri (Hamid, 2000).

Dimensi spiritual menjadi bagian yang kompeherensif dalam

kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual,

walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengalaman yang berbeda-beda

berdasarkan nilai dan keyakinan mereka yang mereka percaya. Setiap fase

dari tahap perkembangan individu menunjukan perbedaan tingkat atau

pengalaman spiritual yang berbeda (Hamid, 2000).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


22

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual antara lain :

1) Perkembangan

Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan

spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini

kepercayaan terhadap Tuhan.

2) Keluarga

Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi

kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang

kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

3) Ras/Suku

Ras/Suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga

proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan

keyakinan yang dimiliki.

4) Agama yang dianut

Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat

menentukan arti kepentingan kebutuhan spiritual.

5) Kegiatan Keagamaan

Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan

dirinya dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada

PenciptaNYA (Asmandi, 2008).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


23

6. Masalah Kebutuhan Spiritual

Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual

adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu

atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam

kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan

arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan

spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan,

adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup,

mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup,

adanya keputusan menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-tanda seperti

menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang dengan

tanda-tanda fisik seperti nafsu maka terganggu, kesulitan tidur dan tekanan

darah meningkat (Hidayat, 2006). Beberapa orang yang membutuhkan

bantuan spiritual

1) Pasien kesepian

Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan

membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada

kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain

Tuhan.

2) Pasien ketakutan dan cemas

Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau,

yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya

dan ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


24

3) Pasien menghadapi pembedahan

Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat menghawatirkan

karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah

keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting

sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.

4) Pasien yang harus mengubah gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan

keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat

membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk, maka

pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual (Asmandi, 2008).

B. Dukungan Keluarga

Dukungan adalah bantuan , dorongan yang diberikan orang lain.

Dukungan keluarga adalah sikap atau tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarga. Dan anggota keluarga memandang bahwa orang

yang mendukung akan selalu siap memberikan pertolongan atau bantuan

(Friedman, 1998).

Keluarga mempunyai berbagai jenis dukungan yang mempunyai fungsi

yang berbeda-beda, yaitu:

1. Dukungan Informasional berfungsi sebagai kolektor dan desiminator

(penyebab) informasi berbagai hal. Manfaat dari dukungan ini adalah

sebagai masukan atau penjelasan kepada anggota lain atas informasi atau

pengetahuan yang di dapat. Sehingga masalah yang sedang dialami dapat

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


25

segera diatasi. Jenis informasi ini dapat berupa nasehat, saran, petunjuk,

ataupun kritikan.

2. Dukungan penilaian merupakan bimbingan umpan balik, bimbingan, dan

menengahi pemecahan masalah serta sebagai sumber dan validator

identitas anggota keluarga. Bentuk dukungan ini yaitu support,

penghargaan ataupun perhatian terhadap sesuatu yang telah dicapai oleh

angggota keluarga.

3. Dukungan Instrumental berfungsi sebagai pertolongan praktis dan konkrit.

Dalam hal ini keluarga sebagai pengambil keputusan terhadap penanganan

yang harus segera diberikan baik di dalam rumah ataupun tempat

pelayanan kesehatan (Klinik, Puskesmas dan Rumah Sakit). Selain itu

keluarga merupakan penyedia kebutuhan utama seperti makan, minum,

tempat tinggal bagi anggota keluarga lainnya.

4. Dukungan Emosional bahwa keluarga sebagai tempat yang aman dan

damai untuk beristirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Dengan adanya dukungan ini diharapkan akan bermanfaat

bagi seseorang yang sedang mengalami tekanan atau ketegangan sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Bentuk dukungan ini

seperti, rasa suka, cinta, empati, dan perhatian (Friedman, 1998).

Dukungan sosial keluarga bersifat rekroksitas yaitu adanya timbal balik

(kuantitas dan kualitas komunikasi) dan adanya keterlibatan emosional

(penghargaan, perhatian, dan kepercayaan). Adanya keterlibatan keluarga

dalam perawatan anak diharapkan akan mempengaruhi proses penyembuhan

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


26

pada anak yang sakit. Selain itu dengan adanya dukungan dan keterlibatan

keluarga (Hidayat, 2005).

C. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang

sumbernya tidak diketahui, interval, samar-samar atau konfliktual. Kondisi

seseorang yang preoperasi menunjukan suatu kejadian yang dirasakan

penuh ketidakpastian sehingga menimbulkan perasaan cemas,bahkan ada

yang berlanjut sampai panik, karena pembedahan dapat memeunculkan

reaksi psikologis pada pasien (Stuart & Sandeen, 1995). Penelitian

Perdana & Niswah Z (2011) Pembedahan adalah suatu stressor yang dapat

menimbulkan stres fisiologis dan stres psikologis. Permasalahan

keperawatan yang berhubungan dengan klien yang menjalani prosedur

pembedahan yaitu kecemasan. Cemas merupakan respon adaptif yang

normal terhadap stres terhadap pembedahan. Pada saat mengalami

kecemasan, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agama.

Dukungan tersebut dapat berupa bimbingan spiritual doa. Sehingga dapat

diketahui pengaruh bimbingan spiritual terhadap tingkat kecemasan pada

paisen pre operatif.

Perbedaan tingkat kecemasan dapat mempengaruhi persiapan

operasi. Tingkat kecemasan sedang merupakan waktu yang optimal untuk

mengembangkan mekanisme strategi koping pada pasien yang bersifat

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


27

konstuktif. Perawatan dalam melakukan tindakan proses keperawatan

komunikasi terapeutik tetap harus berpegang pada konsep bahwa pasien

adalah manusia yang bersifat unik dan kompleks yang dipengaruhi oleh

faktor biopsikososial dan spiritual (Sawitri & Sudaryanto, 2004)

Cemas sebagai esmosi tanpa objek yang spesifik, cemas merupakan

respon emosi terhadap penilaian stimulus yang mengancam, dapat

dikomunikasikan dan menular. Cemas adalah respon emosi dan

merupakan pengalaman subjektif individual, mempunyai kekuatan

tersendiri dan sulit untuk diobservasikan secara langsung. Perawat dapat

mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkah laku klien (Stuart &

Sundeen, 1998).

Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan

yang mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan

dalam bentuk perilaku seperti rasa tak berdaya, rasa tidak mampu, rasa

takut, phobia tertentu (Hamid, 2000).

b. Sebab Cemas

Penyebab cemas tidak diketahui, dan biasanya didahului oleh

pengalaman baru. Beberapa teori penyebab cemas (Stuart & Sundeen,

1998) :

1) Teori psikoanalisa

Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara 2 elemen

kepribadian diri dan superego. Fungsi kecemasan adalah mengingatkan

ego bahwa ada dan bahaya.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


28

2) Teori interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal.

3) Teori Perilaku

Kecemasan merupakan frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Teori keluarga

Kecemasan sering timbul pada kehidupan keluarga (Stuart & Sundeen,

1998).

Stressor sebagai faktor presipitasi kecemasan adalah bagaimana

individu berhadapan dengan kehilangan dan bahaya yang mengancam.

Bagaimana mereka menerimanya tergantung kebutuhan, keinginan,

konsep diri, dukungan keluarga, pengetahuan, kepribadian dan

kedewasaan (Bostrom dalam trismiati, 2006).

c. Jenis kecemasan

Kecemasan dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1) Kecemasan realitas atau objektif (Reality or Objektive Anxiety)

Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan

terhadap bahaya yang mengancam didunia nyata. Kecemasan seperti

ini misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa

bumi, atau binatang buas. Kecemasan ini menuntut kita untuk

berperilaku bagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutan

yang bersumber kepada realitas ini menjadi ekstrim. Seseorang dapat

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


29

menjadi sangat takut untuk keluar rumah karena takut terjadi

kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek api karena takut

terjadi kebakaran (Freud, 2009).

2) Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)

Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik

antara pemuasan instingual dan realitas. Pada masa kecil, terkadang

beberapa kali seorang anak mengalami hukuman dari orang tua akibat

pemenuhan kebutuhan id yang implusif terutama yang berhubungan

dengan insting seksual atau agresif. Anak biasanya dihukum karena

secara berlebihan mengekspresikan impuls seksual atau agresifnya itu.

Kecemasan atau ketakutan untuk itu berkembang karena adanya

harapan untuk memuaskan impuls Id tertentu (Freud, 2009).

Kecemasan neurotik yang muncul adalah ketakutan akan terkena

hukuman karena memperlihatkan perilaku impulsive yang didominasi

oleh Id. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketakutan terjadi bukan

karena ketakutan terhadap insting tersebut tapi merupakan ketakutan

atas apa yang akan terjadi bila insting tersebut dipuaskan. Konflik

yang terjadi adalah diantara Id dan Ego yang kita ketahui mempunyai

dasar dalam realitas (Freud, 2009).

3) Kecemasan moral (Moral Anxiety)

Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan

superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu

sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengeskpresikan impuls

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


30

instingual yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam

superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada

kehidupan sehari-hari ia akan menemukan dirinya sebagai “conscience

stricken”. Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya

superego biasanya individu dengan kata hati yang kuat dan puritan

akan mengalami konflik yang lebih hebat daripada individu yang

mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar.

Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral juga mempunyai

dasar dalam kehidupan nyata. Anak-anak akan dihukum bila

melanggar aturan yang ditetapkan orang tua mereka. Orang dewasa

juga akan mendapatkan hukuman jika melanggar norma yang ada

dimasyarakat. Rasa malu dan perasaan bersalah menyertai kecemasan

moral. Dapat dikatakan bahwa yang menyebabkan kecemasan adalah

kata hati individu itu sendiri (Freud, 2009).

Superego dapat memberikan balasan yang setimpal karena

pelanggaran terhadap aturan moral. Apapun tipenya, kecemasan

merupakan suatu tanda peringatan kepada individu. Hal ini

menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada

individu termotivasi untuk memuaskan. Tekanan ini harus dikurangi.

Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego

sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan

maka ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego

melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


31

dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi

kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu juga

dapat mengikuti kata hatinya. Atau jika tidak ada teknik rasional yang

bekerja, individu dapat memakai mekanisme pertahanan (defence

mechanism) yang non-rasional untuk mempertahankan ego (Freud,

2009).

d. Tanda Gejala Cemas

Manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini:

1) Manifestasi kognitif

Tanda terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali

memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi,

seperti kematian, tak berdaya, cacat, jatuh miskin. Tanda lain seperti

konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau

menyempit, takut, kehilangan kontrol, obyektifitas hilang.

2) Perilaku motorik

Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu

seperti gemetar, gerakan tak beraturan tanpa tujuan, meremas tangan,

bermain pensil dan lain-lain.

3) Perubahan somatik

Muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin,

diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan

lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan

peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan perubahan

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


32

tekanan darah. Kardiovaskular : palpitasi berdebar, tekanan darah

meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun. Saluran pernafasan :

nafas cepat dangkal, rasa tertekan didada, rasa seperti tercekik.

Gastrointestinal : hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada

epigastrium, diare. Neuromuskular : peningkatan refleks, wajah

tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara umum, ketakutan, tremor.

Saluran kemih : tak dapat menahan buang air kecil. Sistem kulit :

muka pucat, perasaan panas/dingin, pada kulit, rasa terbakar pada

muka, berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal.

4) Afektif

Diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang

berlebihan.

5) Emosi

Kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa,

cepat marah, kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya (Sue dalam

Trismiati, 2006).

e. Tingkat Kecemasan

Kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan

peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi

melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu

terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


33

kreativitas. Cemas ringan ditandai dengan sesekali nafas pendek, nadi

dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut

dan bibir bergetar. Pada kognitif akan dijumpai perubahan lapang

persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.

Pada perilaku dan emosi tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada

tangan, suara kadang-kadang meninggi.

2) Kecemasan sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan

menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan

mengesampingkan hal lain. Perubahan respon fisiologi sering nafas

pendek, nadi ekstra systole dan tekanan darah naik, mulut kering,

anorexia, diare/konstipasi, gelisah, sedang pada respon kognitif

ditemukan lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu

diterima, berfokus dan emosi berupa gerakan tersental-sentak

(meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, perasaan tidak

nyaman.

3) Kecemasan berat

Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu

cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal

yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntutan. Perubahan psikologis nafas pendek, nadi

dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


34

kabur. Respon kognitif berupa lapang persepsi sangat menyempit,

tidak mampu menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi,

perasaan ancaman meningkat, verbalisasi meningkat, blocking.

4) Panik

Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu

sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan

apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntutan. Terdapat respon

fisiologis berupa nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit

kepala, hipotensi, perubahan kognitif ditandai lapang persepsi

menyempit, tidak dapat berfijir lagi, respon perilaku dan emosi berupa

sagitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-berteriak,

blocking, persepsi kacau (Stuart & Sundeen, 1995).

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

1. Faktor internal

a) Pengalaman

Sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan

kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan

menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian didalam

kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya

seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu

tindakan maka dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau

kecemasan yang timbul tidak terlalu besar (Horney dalam

Trismiati, 2006)

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


35

b) Respon terhadap stimulus

Kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya

rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yang

timbul (Trismiati, 2006).

c) Usia

Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak

pengalamannya sehingga pengetahuannya semakin bertambah.

Karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap

dalam menghadapi sesuatu (Notoatmojo, 2003).

d) Gender

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers

(dalam Trismiati, 2006) mengatakan bahwa perempuan lebih

cemas terhadap ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki,

laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih

sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks

dibanding perempuan.

2. Faktor eksternal

a) Dukungan keluarga

b) Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seseorang lebih

siap dalam menghadapi permasalahan hal ini dinyatakan oleh

Kasdu (dalam Rohman, 2009).

c) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar dapat menyebabkan seseorang

dapat menyebabkan lebih kuat dalam menghadapi permasalahan,

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


36

misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak

memberikan cerita negatif suatu permasalahan menyebabkan

seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan hal ini

dinyatakan oleh Baso (dalam Rohman, 2009).

g. Skala Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami

kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 tanda yamg nampak pada

individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi

5 tingkatan skor antara 0 (No Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar

dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala

HARS telah dibuktikan memiliki faliditas dan reliabilitas cukup tinggi

untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian. Kondisi ini

menunjukan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala

HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable. Skala HARS menurut

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikutip (Nursalam, 2003)

penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :

1) Perasaan cemas : firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


37

2) Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan

lesu.

3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang.

4) Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6) Perasaan depresi : hilangnya minat, hilangnya kesenangan pada hobby,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7) Gejala somatic : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri didada, denyut nadi mengeras

dean detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan : rasa tertekan didada, perasaan tercekik, sering

menarik nafas panjang dan merasa napas pendek.

11) Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sesudah dan sebelum makan,

perasaan panas diperut.

12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

amenorea, ereksi lemah dan impotensi.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


38

13) Gejala vegetative : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,

bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat.

Cara Penilaian Kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori 0 = tidak ada gejala sama sekali, 1 = Satu dari gejala yang ada, 2

= Sedang/separuh dari gejala ada, 3 = berat/lebih dari gejala yang ada, 4

= sangat berat semua gejala ada. Penentuan derajat kecemasan dengan cara

menjumlahkan nilai skordam item 1-14 dengan hasil :

1. Skor 1 – 14 = kecemasan ringan

2. Skor 15 – 28 = kecemasan sedang

3. Skor lebih dari 28 = kecemasan berat.

h. Mekanisme Pertahanan Terhadap Kecemasan

Kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan

terjadi, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan.

Dalam hal ini ego harus mengurangi konflik kemauan Id dan Superego.

Konflik ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia karena insting akan

mencari pemuasan, sedangkan lingkungan sosial dan moral membatasi

pemuasan tersebut. Sehingga menurut Freud suatu pertahanan akan selalu

beroperasi secara luas dalam segi kehidupan manusia.

Layaknya semua perilaku dimotivasi oleh insting, begitu juga semua

perilaku mempunyai pertahanan secara alami, dalam hal untuk melawan

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


39

kecemasan Freud membuat postulat tentang beberapa mekanisme

pertahanan namun mencatat bahwa jarang sekali individu menggunakan

hanya satu pertahanan saja. Biasanya individu akan menggunakan

beberapa mekanisme pertahanan pada satu saat yang bersamaan. Ada dua

karakteristik penting dari mekanisme pertahanan. Pertama adalah bahwa

mereka merupakan bentuk penolakkan atau gangguan terhadap realitas.

Kedua adalah bahwa mekanisme pertahanan berlangsung tanpa disadari.

Kita sebenarnya berbohong pada diri kita sendiri namun tidak menyadari

telah berlaku demikian. Tentu saja jika kita mengetahui bahwa kita

berbohong maka mekanisme pertahanan tidak akan efektif. Jika

mekanisme pertahanan bekerja dengan baik, pertahanan akan menjaga

segala ancaman tetap berada di luar kesadaran kita. Sebagai hasilnya kita

tidak dapat mengetahui kebenaran tentang diri kita sendiri. Kita telah

terpecah oleh gambaran keinginan, ketakutan, kepemilikan dan segala

macam lainnya.

Beberapa mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melawan

kecemasan antara lain adalah :

1) Represi

Represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran

(conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak

sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.

Konsep tentang represi merupakan dasar dari sistem kepribadian Freud

dan berhubungan dengan semua perilaku neurosis.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


40

2) Reaksi formasi

Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang

mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial

diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat diterima. Misalnya

seorang yang mempunyai impuls seksual yang tinggi menjadi seorang

yang dengan gigih menentang pornografi. Lain lagi misalnya

seseorang yang mempunyai impuls agresif dalam dirinya berubah

menjadi orang yang ramah dan sangat bersahabat. Hal ini bukan berarti

bahwa semua orang yang menentang, misalnya peredaran film porno

adalah seorang yang mencoba menutupi impuls seksualnya yang

tinggi. Perbedaan antara perilaku yang diperbuat merupakan dengan

benar-benar dengan yang merupakan reaksi formasi adalah intensitas

dan keekstrimannya.

3) Proyeksi

Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang

menganggap suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat

diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang lain. Misalnya

seseorang berkata “Aku tidak benci dia dialah yang benci padaku”.

Pada proyeksi impuls itu masih dapat bermanifestasi namun dengan

cara yang lebih dapat diterima oleh individu tersebut.

4) Regresi

Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu

kembali ke masa periode awal dalam hidupnya yang lebih

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


41

menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang saat ini

dihadapi. Regresi biasanya berhubungan dengan kembalinya individu

kesuatu tahap perkembangan psikoseksual. Individu kembali kemasa

dia merasa lebih aman dari hidupnya dan dimanifestasikan oleh

perilakunya disaat itu, seperti kekanak-kanakan dan perilaku

dependen.

5) Rasionalisasi

Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang

melibatkan pemahaman kembali perilaku kita untuk membuatnya

menjadi lebih rasional dan dapat diterima oleh kita. Kita berusaha

memaafkan atau mempertimbangkan suatu pemikiran atau tindakan

yang mengancam kita dengan meyakinkan diri kita sendiri bahwa ada

alasan yang rasional dibalik pikiran dan tindakan itu. Misalnya seorang

yang dipecat dari pekerjaan mengatakan bahwa pekerjaannya itu

memang tidak terlalu bagus untuknya. Jika anda sedang bermain tenis

dan kalah maka anda akan menyalahkan raket dengan cara

membantingnya atau melemparnya dari pada anda menyalahkan diri

anda sendiri telah bermain buruk. Itulah yang dinamakan rasionalisasi.

Hal ini dilakukan karena dengan menyalahkan objek atau orang lain

akan sedikit mengurangi ancaman pada individu itu.

6) Pemindahan/Displacement

Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls

terhadap objek lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


42

tersedia. Misalnya seorang anak yang kesal dan marah dengan orang

tuanya, karena perasaan takut berhadapan dengan orang tua maka rasa

kesal dan marahnya itu ditimpakan kepada adiknya yang kecil. Pada

mekanisme ini objek pengganti adalah suatu objek yang menurut

individu bukanlah merupakan suatu ancaman.

7) Sublimasi

Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk

memuaskan Id, sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari

impuls Id itu sendiri. Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi

lain, yang secara sosial bukan hanya diterima namun dipuji. Misalnya

energi seksual diubah menjadi perilaku kreatif yang artistik.

8) Isolasi

Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak

dapat diterima dengan cara melepas mereka dari peristiwa yang

seharusnya mereka terikat, merepresikannya dan bereaksi terhadap

peristiwa tersebut tanpa emosi. Hal ini sering terjadi pada psikoterapi.

Pasien berkeinginan untuk mengatakan kepada terapis tentang

perasaannya namun tidak ingin berkonfrontasi dengan perasaan yang

dilibatkan itu. Pasien kemudian akan menghubungkan perasaan

tersebut dengan cara pelepasan yang tenang walaupun sebenarnya ada

keinginan untuk mengeksplorasi lebih jauh.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


43

9) Undoing

Dalam undoing, individu akan melakukan perilaku atau pikiran

ritual dalam upaya untuk mencegah impuls yang tidak dapat diterima.

Misalnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, melakukan

cuci tangan berulang kali demi melepaskan pikiran-pikiran seksual

yang mengganggu.

10) Intelektualisasi

Sering bersamaan dengan isolasi ; individu mendapatkan jarak

yang lebih jauh dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan

analisis intelektual yang abstrak dari individu itu sendiri (Freud, 2009).

D. Pre Operasi

a. Pengertian Pre Operasi

Fase Pre Operasi adalah waktu dimulai ketika keputusan untuk

menyetujui tindakan pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien

dikirim kemeja operasi (Smeeltzer, 2001).

b. Perawatan Pre Operasi

Menyatakan bahwa perawatan pre operasi adalah perawatan yang

diberikan kepada pasien yang akan menjalani operasi. Tujuan dari

perawatan pre operasi adalah untuk mempersiapkan diri pasien

menghadapi anesthesia dan operasi, baik mental maupun emosional

(Depkes, 1989). Persiapan pasien pre operasi meliputi persiapan fisik dan

persiapan mental, persiapan ini penting sekali untuk mengurangi faktor

resiko yang akibatnya dari suatu pembedahan (Sjamsuhudajat, 2005).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


44

1) Persiapan fisik

Perawatan yang harus diberikan pada pasien pre operasi adalah

mempersiapkan secara fisik hal-hal yang dapat berpengaruh baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberhasilan

tindakan pembedahan atau operasi, diantaranya :

a) Keadaan umum pasien yang meliputi : kesadaran, tensi, nadi, suhu

serta pemeriksaan fisik seperti edema, atau bunyi nafas abnormal.

Keseimbangan cairan dan elektrolit harus normal.

b) Status nutrisi harus baik.

c) Klisma, pengosongan kandung kemih dan puasa yaitu

pengosongan lambung dan kolon harus baik dan bersih.

d) Personal hygiene pasien harus baik (Suhartono & Evelyn, 2007).

2) Persiapan mental

Pasien secara mental harus dipersiapkan untuk menghadapi

pembedahan, karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap

penyuntikan, nyeri luka operasi, anestesia, bahkan terhadap

kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini, hubungan baik antar

penderita, keluarga dan tenaga kesehatan sangat membantu untuk

memberikan dukungan sosial atau yang lebih dikenal dengan istilah

support system (Arini, 2003). Kecemasan ini adalah reaksi normal

yang dapat dihadapi dengan sikap yang terbuka dan penerangan dari

dokter dan petugas pelayanan kesehatan lainnya (Sjamsuhidajat,

2005).

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


45

Perawat harus mampu memberikan dukungan psikologis

terhadap pasien pre operasi. Dukungan psikologis yang dapat

diberikan misalnya dengan menginformasikan pada pasien sesuatu

yang bisa terjadi, menentukan status psikologis pasien, memberikan

prioritas peringatan dari hal-hal yang dapat membahayakan dan

mengkomunikasikan status emosional pasien kepada anggota tim

kesehatan lain secara tepat (Lemone, 1996).

Upaya lain dalam asuhan keperawatan untuk persiapan mental pasien

yang akan menjalani pembedahan adalah dengan memberikan

bimbingan spiritual atau memenuhi kebutuhan spiritual pasien (RSU

Banyumas, 2006). Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual ini dapat

dilakukan dengan mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan

pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien,

memberikan privacy untuk berdoa, memberikan kelonggaran bagi

pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (keluarga, teman dan

sebagainya) serta menjalin komunikasi yang terapeutik terhadap pasien

(Hamid, 2000).

Suatu penelitian terhadap pasien-pasien yang akan menjalani

operasi dilakukan oleh (Larson, et al. 2002), hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa pasien-pasien lanjut usia dan religius (banyak

berdo‟a dan berzikir) kurang mengalami rasa ketakutan atau

kecemasan terhadap operasi yang akan dijalaninya.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


46

E. Kerangka Teori

Tindakan Masalah pada pasien :


Operasi Respon Psikologi :
- Takut tidak bangun
kecemasan
lagi/mati
- Takut nyeri
- Takut efek anestesi
- Ancaman kecacatan Terapi spiritual : Dukungan
- Pikiran keganasan Langsung atau tak Keluarga
langsung :
- Do‟a / dzikir
(langsung/tertulis)
- Ceramah/
bimbingan
keagamaan
- Bimbingan ibadah
- Tukar pikiran

Gambar 1.1. Kerangka Teori

Sumber diadopsi dari Arini (2003)

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014


47

F. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori, maka peneliti menyusun kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Variabel bebas

Terapi Spiritual : Variabel Terikat


bimbingan do‟a
Respon kecemasan

Dukungan
Keluarga

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini yaitu “Ada Pengaruh

Pelayanan Terapi Spiritual Bimbingan Doa dan Dukungan Keluarga Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Rumah

Sakit Islam Purwokerto”.

Pengaruh Pelayanan Terapi...., Jefri Januanto, Keperawatan S1 UMP , 2014

Anda mungkin juga menyukai