LP NHL
LP NHL
Oleh:
Ilya Nur Rachmawati
125070200111018
Kelompok 16
Program A
A. ANATOMI FISIOLOGI
Fisiologi sistem limfatik
Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari
jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi
dalam jaringan tubuh.
b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein
didalam cairan jaringan ke dalam aliran darah.
c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan
berbahaya.
d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang
telah dicerna, terutama lemak.
B. DEFINISI
NHL adalah suatu keganasan dari limfosit T dan B berupa proliferasi
klonal yang terdapat pada berbagai tingkat tumor.Keganasan ini tidak boleh
disamankan dengan kelainan limfoproliferatif poliklonik.Kedua kelompok penyakit
tersebut terjadi dengan frekuensi tertinggi pada anak dengan status
imunodefisiensi herediter (Nelson, 2000). Limfoma maligna (LM) adalah
proliferasi abnormal sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya, terutama
menyerang kelenjar getah bening
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Limfoma Secara Umum
1. Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel – sel Reed Stern berg dan/
atau sel hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non Hodgkin
Klasifikasi NHL
Ada 2 klasifikasi besar penyakit NHL, yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama
‘agresif’ kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering
memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien
yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini
pertama, sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel
induk. Pada kenyataannya, limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin
mengalami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.
2. Limfoma non Hodgkin indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma
non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat.Secara tipikal,
pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak
terditeksi untuk beberapa saat.Gejala yang paling sering adalah
pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga
mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa
menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut
saat pertama terdiagnosis.
F. TAHAPAN
Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam
manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih
pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi
yang populer digunakan adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai
berikut:
STADIUM INTERPRETASI
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau
Stadium II
ekstra limfatik
Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas
Stadium III
diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik
Stadium IV Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau
disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.
Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau
tanpa melibatkan kelenjar limfe.
G. MANIFESTASI KLINIS
Kemungkinan
Gejala Penyebab
timbulnya gejala
Gangguan pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening
20-30%
Pembengkakan wajah di dada
Hilang nafsu makan
Sembelit berat Pembesaran kelenjar getah bening
30-40%
Nyeri perut atau perut di perut
kembung
Penyumbatan pembuluh getah
Pembengkakan tungkai 10%
bening di selangkangan atau perut
Penurunan berat badan
Diare Penyebaran limfoma ke usus halus 10%
Malabsorbsi
Pengumpulan cairan di
Penyumbatan pembuluh getah
sekitar paru-paru 20-30%
bening di dalam dada
(efusi pleura)
Daerah kehitaman dan
menebal di kulit yang
Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
terasa gatal
H. DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
SDP bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia
mungkin ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
SDM dan Hb/Ht menurun. Peneriksaan SDM dapat menunjukkan
normositik ringan sampai sedang, anemia normokromik
(hiperplenisme).
LED meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau
penyakit malignansi. Berguna untuk mengawasi pasien pada
perbaikan dan untuk mendeteksi bukti dini pada berulangnya
penyakit.
Kerapuhan eritrosit osmotik meningkat.
Trombosit menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang
digantikan oleh limfoma dan oleh hipersplenisme)
Test Coomb reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun,
hasil negatif biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
Besi serum dan TIBC menurun.
Alkalin fosfatase serum meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
Kalsium serum mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum meningkat sehubungan dengan destruksi
nukleoprotein dan keterlibatan hati dan ginjal.
b. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gstroskopy.
c. BUN mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk
mendeteksi keterlibatan organ.
d. Hipergamaglobulinemia umum hipogama globulinemia dapat terjadi pada
penyakit lanjut.
e. Foto dada dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat,
nodulus atau efusi pleural.
f. Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang
nyeri tekan menentukan area yang terkena dan membantu dalam
pentahapan.
g. Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada dilakukan bila
adenopati hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa
mediatinum.
h. Skan CT abdomenial mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit
nodus pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada
pemeriksaan fisik.
i. Ultrasound abdominal mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa
retroperitoneal.
j. Skan tulang dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang. Skintigrafi
Galliium-67: berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit
nodul, khususnya diatas diagfragma.
k. Biopsi sumsum tulang menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi
sumsum tulang terlihat pada tahap luas.
l. Biopsi nodus limfa membuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada
adanya sel Reed-Sternberg.
m. Mediastinoskopi mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus
mediastinal.
n. Laparatomi pentahapan mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen
nodus retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa
(Splenektomi adalah kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko
infeksi dan kadang-kadang tidak biasa dilakukan kecuali pasien mengalami
manifestasi klinis penyakit tahap IV. Laporoskopi kadang-kadang dilakukan
sebagai pendekatan pilihan untuk mengambil spesimen.
J. DIAGNOSA BANDING
1. Limfadenitis Tuberculosa histopatologi, kultur, gejala klinik
2. Karsinoma metastatik ada tumor primernya, jenis PA adalah karsinoma
3. Leukemia, mononukleus infeksiosa: gambaran hematologik
K. PENATALAKSANAAN
LIMFOMA HODGKIN
1. Therapy Medik
Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)
Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, terapi medik adalah therapy
utama
Untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuran
Misalnya
Obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi intermittend
dengan siklofosfamid
Dosis:
- Permulaan 150 mg/m2, maintenance 50 mg/m2 tiap hari atau
- 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu
Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin
(oncovin), prednison (COP)
Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m 2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m 2 po hari 1 – 5
Diulangi selang 3 minggu
Ideal: Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,
prednison (MOPP)
L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang umum dijumpai:
Tranfusi leukemik
Superior vena cava syndrom
Ileus
Penyulit kondisi NHL
Akibat langsung penyakitnya:
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa total
Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasi sunsum tulang
b. Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
c. Gagal ginjal akibat sisplatinum
d. Kluenitis akibat obat vinkristin
INTERVENSI KEPERAWATAN
Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan
secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat
pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam jalan napas klien kembali efektif
Criteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang , RR 26-24 kali/menit,
tidak ada penggunaan ototaksesori, tidak terdengar bunyi napas tambahan.
Intervensi Rasional
Kaji/awasi frekuensi pernapasan, Perubahan seperti takipnea, dipsnea,
kedalaman, irama, adanya penggunaan otot aksesori dapat
dispnea, penggunaan otot bantu mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan
pernapasan dan gangguan kelenjar limfe mediastinal yang
ekspansi dada. membutuhkan intervensi lebih lanjut.
Bantu perubahan posisi secara Meningkatkan aerasi semua segmen paru
periodic dan membantu mobilisasi sekresi.
Ajarkan teknik napas dalam (bibir, Meningkatkan aerasi semua segmen paru
diafragma, abdomen) dan membantu mobilisasi sekresi.
Kaji/awasi warna kulit, perhatikan Proliferasi sel darah putih dapat
adanya tanda pucat/sianosis menurunkan kapasitas pembawa oksigen
darah dan menimbulkan hipoksemia.
Kaji respon pernapasan terhadap Penurunan oksigenasi seluler menurunkan
aktivitas toleransi aktivitas, istirahat menurunkan
kebutuhan oksigen serta mencegah
kelelahan dan dispnea.
Observasi distensi vena leher, Klien LNH dengan sindrom vena cava
nyeri kepala, pusing, edema superior dan obstruksi jalan napas
preorbital, dispnea, stridor menunjukkan kedaruratan onkologis.
PATOFISIOLOGI NHL
Bahan kimia
Perubahan genetik
LImfoma Hodgin
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh :
Mahasiswa
Malang, 2016
NIP. NIP.
Kepala Ruang
NIP.
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
(RKM)
RUANG 26 HCU RSUD DR. SAIFUL ANWAR KOTA MALANG
Disusun untuk Melengkapi Tugas Profesi Ners di Departemen Medikal
Disusun oleh :
Nama : Ilya Nur Rachmawati
NIM : 125070200111018
Kelompok : 16 (RSSA)
B. Rencana Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 Melakukan pengkajian pada Hari ke 1 Mampu melakukan pengkajian
pasien pada pasien
2 a. Menentukan data objektif dari Hari ke 1 Mampu melakukan analisa
hasil pengkajian data dari hasil pengkajian
b. Menenjtukan data subjektif
dari hasil pengkajian
3 a. Menentukan diagnosa Hari ke 1 Mampu menentukan diagnosa
keperawatan dari hasil keperawatan serta prioritas
analisa data diagnosa keperawatan
b. Membuat prioritas diagnosa
keperawatan
4 a. Menentukan tujuan dari Hari ke 1 Mampu menentukan rencana
rencana asuhan keperawatan asuhan keperawatan yang
tiap diagnosa keperawatan meliputi penentuan tujuan,
b. Menentukan kriteria hasil dari
kriteria hasil dan rencana
rencana asuhan keperawatan
intervensi keperawatan
tiap diagnosa keperawatan
c. Menentukan rencana
intervensi keperawatan dari
tiap diagnosa keperawatan
5 Melakukan implementasiHari ke 1-6Mampu melakukan
rencana asuhan keperawatan implementasi rencana
yang telah ditentukan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan
6 Melakukan evaluasi terhadapHari ke 1-6Mampu mengevalusi ashuna
asuhan keperawatan yang telah keperawatan yang telah
dilakukan dilakukan
Mengetahui,
Perseptor Persepti
( ) (
)