PENDAHULUAN
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia
angka kesakitan dan kematian akibat diare. Diare dari tahun ke tahun tetap
menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada
anak. 5
yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah
lima tahun (balita). Kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal
yang wajar dan harus dimengerti. Permasalahan diare terletak apabila ada orang
tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang
mengalami diare. 5
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare
adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global
setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5 juta
per tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata
10
mengalami 3 episode diare per tahun. Setiap episodenya diare akan
1
Skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka
kematian akibat diare adalah 2,5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya,
yaitu sebesar 1,7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661 orang. Pada
tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang dengan angka
kematian 2,5%. 4
Goals/ MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3
bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak
Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces,dan Finger. 5 Pada
balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan
komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa.
Balita yang terkena diare lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi
2
Di Indonesia, sejak tahun 2001 terjadi peningkatan angka kematian
balita karena penyakit diare, berdasarkan data SKRT 2001 angka kematian
mencapai 13%, studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%).
SKRT 2001 (9%), studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%).3
Banyak dari kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi. Sekitar 90% dari
kasus diare akut, tanpa melihat etiologi maupun usia penderita, dapat ditangani
sebagai paduan obat diare. Lintas Diare meliputi pemberian oralit, zink selama
10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika selektif dan
nasihat bagi penggunaan zink untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan
keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta
3
Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efektif harus
dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang tepat
indikasi, tepat dosis, tepat penderita, tepat obat, serta waspada terhadap efek
didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut. 6
69%, sedangkan tahun 2012 sebesar 72,43% (masih dibawah target nasional
penyakit diare difokuskan pada efektifitas zink terhadap morbiditas diare dan episode
diare mendatang.
Tidak semua faktor masalah diare diteliti karena adanya keterbatasan waktu
4
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Definisi
peningkatan frekuensi buang air besar tiga kali atau lebih dalam satu hari dan
perubahan konsistensi tinja kearah cair. Diare akut cair menunjukkan diare yang
terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan sebagian besar
kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan
tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Diare akut cair dapat
menyebabkan dehidrasi. 6
II.1.2 Etiologi
Beberapa penyebab diare antara lain infeksi (bakteri, virus, protozoa, dan
imun. Pada saat ini, 75% kasus yang datang ke sarana kesehatan etiologinya
terinfeksi bakteri patogen dan parasit, sedangkan di negara maju banyak yang
6
II.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diare
a. Faktor Infeksi
diare merupakan faktor yang sangat penting pada morbiditas dan mortalitas
anak. Walaupun mekanisme sinergik antara campak dan diare pada anak
diidentifikasikan 25% dari tinja penderita diare akut. Pada saat ini dengan
mengidentifikasi pada sekitar 75% kasus yang datang ke sarana kesehatan dan
bakteri dan parasit. Rotavirus merupakan penyebab utama diare akut pada
anak, sedangkan bakteri penyebab diare tersering antara lain ETEC, Shigella,
Campillobacter. 2
b. Faktor Umur
banyak terjadi pada umur dibawah 2 bulan secara bermakna, dan makin muda
usia bayi makin lama kesembuhan kliniknya. Kerusakan mukosa usus yang
7
serta regenerasi epitel usus yang pada masa bayi muda masih terbatas
kemampuannya. 6
sering dan lebih lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan
tinggi, kelompok bayi yang mendapat air susu ibu (ASI) lebih jarang
menderita diare karena infeksi interal dan parenteral, hal ini disebabkan
d. Faktor Lingkungan
hasil dari hubungan antara faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau
8
untuk menimbulkan infeksi, disamping ketahanan pejamu untuk menghadapi
mikroba tersebut. 6
Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak
menjamin hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah laku
1. Antigen
molekul makro.
2. Osmolaritas
Susunan makanan baik berupa susu formula maupun makanan padat yang
3. Malabsorbsi
9
4. Mekanik
10
II.1.4 Patogenesis
2. Patomekanisme invasif
kasus diare pada anak. Infeksi Shigella, E. Coli strain invasif dan
usus besar. Invasi bakteri diikuti oleh pembengkakan dan kerusakan sel epitel
11
mukosa usus, yang menyebabkan ditemukannya sel-sel leukosit dan eritrosit
menyebabkan infeksi lisis pada enterosit. Invasi dan replikasi virus dalam sel
menginduksi kematian dan lepasnya sel. Enterosit yang lepas digantikan oleh
pendek, dan substansi alkohol. Selain itu, substansi ini dapat merangsang
II.1.5 Patofisiologi
penyebab diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam
12
(diare sekretorik), difusi (diare osmotik), malabsorbsi dan keluaran
langsung. Faktor lain yang cukup penting dalam diare adalah empedu,
fungsi mukosa usus, sehingga sekresi cairan di jejunum dan kolon serta
berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang
adekuat antara kim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk
dan absorbsi, yang kemudian akan terjadi diare. Selain itu hipermotilitas
13
c. Kelainan Tekanan Osmotik dalam Lumen Usus
yang terjadi karena defisiensi enzim lactase. Dalam hal in laktosa yang
kurang diabsorbsi oleh usus halus. Sebagai akibat diare, baik yang akut
muntah.
14
yang tinggi, (2) masukan cairan yang kurang, karena muntah,
2. Gangguan Gizi
Keadaan ini akan merubah ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan ini dapat pula disertai
isi usus.
15
II.1.5 Manifestasi Klinis
i. Anamnesa
lainnya
umum sadar
Keinginan Normal, tidak ada rasa Ingin minum terus, Malas minum
lambat
16
Bentuk klinis diare
Diare cair akut Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari
Kolera Diare air cucian beras yang sering dan banyak dan cepat
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi buruk
II.1.6 Tatalaksana
1. Rehidrasi
badannya lebih besar dan karena mereka tergantung pada orang lain
17
cepat dan dikoreksi dalam waktu 4 - 6 jam tergantung dari derajat
dinilai efektif dan hemat biaya. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) adalah cairan
yang khusus dikembangkan untuk terapi rehidrasi oral. Cairan rehidrasi oral
yang lebih efektif dan osmolaritas yang lebih rendah (yang konsentrasi
18
berkurangnya jumlah feses, dan penurunan kebutuhan untuk infus intravena
untuk mengganti kehilangan cairan dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare.
Selain itu, jika anak menginginkan minum lebih banyak, berikan sesuai
Pada beberapa anak, terutama anak dengan syok atau yang tidak
bulan atau demam di atas 39 oC bila berumur 3 - 36 bulan, diare berdarah, dan
dehidrasi ringan sampai sedang yang muntah setiap diberi minum walaupun
telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik.
Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau NaCl 0,9 % dengan
19
berat badan 3 - 10 kg : 200 ml/kgBB/hari
cairan peroral bisa diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum,
Terapi zink (20 mg/hari selama 10 - 14 hari) dapat mengurangi durasi dan
keparahan diare pada 2-3 bulan berikutnya. Hal ini mengurangi angka
Pemberian tablet zink untuk anak < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg/hari ), untuk
hari. 10
20
3. Pemberian Makan
nafsu makan anak belum membaik, pemberian makan tetap diupayakan pada
anak berumur 6 bulan atau lebih. Jika anak biasanya tidak diberi ASI, pikirkan
untuk relaktasi atau beri susu formula yang biasa diberikan. Jika anak
berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan makanan padat, beri makanan
yang disajikan secara segar atau dimasak. Berikut adalah makanan yang
direkomendasikan:
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari
7 kg. Jenis makanan yang diberikan, yaitu susu (ASI atau susu formula yang
mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh), makanan setengah
padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum
susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat, susu khusus yaitu
susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai
Untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg. Jenis makanan yang
Pemberian Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau
21
kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu
dan Clostridium difficile akan tumbuh yang akan menyebabkan diare sulit
antibiotik. 10
22
Gambar 2. Rencana Terapi A
23
Gambar 3. Rencana Terapi B
24
Gambar 4. Rencana Terapi C
25
II.2.1 Zink
dinding sel. Lebih dari 200 metaloenzim yang mengandung zink dengan
paling tidak 20 fungsi biologi yang berbeda telah diidentifikasi pada berbagai
defisiensi zink. Zink didapatkan pada sitosol, vesikel, organel, dan nukleus
sehingga zink tergabung dalam banyak enzim seluler. Peran penting non
lumen intestinal, zink dari diet bercampur dengan zink dari sekresi pankreas
dan hasil deskuamasi usus yang mengandung zink. Setelah uptake oleh sel
usus, zink melintasi permukaan serosa dan secara aktif disekresikan ke dalam
sirkulasi portal dimana kemudian zink terikat dengan albumin. Mekanisme ini
kadar yang tinggi di dalam telur, daging unggas, daging sapi, tiram, kepiting,
pada kandungan zink dari tanah dan absorbsi dalam usus dihambat oleh fitat.
26
mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 6 bulan. Bayi dapat menyerap kira-
kira 80% zink yang terdapat dalam ASI. Susu formula mengandung zink lebih
3
tinggi, tetapi hanya sebagian kecil yang diserap.
malabsrobsi spesifik zink. Bayi yang lahir dengan kondisi ini mengalami
gejala defisiensi yang berat seperti lesi pada kulit, diare yang berat dan
hilangnya rambut. Penyakit ini sangat berdampak pada sistem imunitas tubuh,
antara lain, atrofi thymus, penurunan jumlah limfosit terutama pada jaringan
limfoid perifer dan darah, serta munculnya infeksi virus, jamur dan bakteri
untuk proliferasi limfosit sebagai respon terhadap IL-1 atau IL-2. Terdapat
27
defisiensi zink. Zink dibutuhkan untuk mitogenik limfosit B dan respon
aktifitas sel natural killer (NK) pada keadaan defisiensi zink fungsi sel NK
enteropatika dan tipe defisiensi zink lainnya. Jumlah leukosit PMN biasanya
inkubasi dengan garam zink in vitro. Perbaikan cepat dari fungsi makrofag
setelah pemberian zink mendukung bahwa efek terapi suplementasi zink pada
1
diare mungkin melibatkan beberapa aspek fungsi makrofag.
melalui mekanisme ikatan pada kelompok thiolat. Pelepasan zink dari ikatan
thiolat dapat mencegah peroksidasi lipid. Nitrit oksida memicu pelepasan zink
28
dari metalotionin, dimana zink terikat dan protein transport utama pada tubuh
sedikit selama inflamasi. Dampak akhir pada gangguan sistem imunitas ini
saluran cerna hal ini berakibat lebih mudah terkena diare karena infeksi
barrier non spesifik terhadap invasi kuman penyakit. Sekresi mukus dan
adanya perlekatan yang kuat antara sel enterosit, mencegah masuknya bakteri
dan patogen lain. Zink berperan dalam menjaga integritas mukosa usus
melalui fungsinya dalam regenerasi sel dan stabilitas membran sel. Pada diare
dapat mencerminkan derajat kerusakan usus. Saat ini sering dibahas peranan
nitrit oksida (NO) dalam proses terjadinya perubahan mukosa usus dan diare.
transport pada dinding sel untuk mensekresi CI. Aktivasi enzim PKC juga
29
GMP juga akan meningkatkan C-AMP melalui proses yang serupa akan
tubuh melawan reaktif oksigen spesies (ROS). Jika tidak terkontrol ROS
dapat merusak DNA, protein, lemak sel dan dapat megubah atau menghambat
mengandung satu atom tembaga dan atom zink. Pada sisi aktif enzim,
Oleh karena itu, aktivitas enzim dihambat pada keadaan tidak adanya mineral.
logam yang secara kimia serupa. Zink memberikan dua fungsi : menstabilkan
ekstraseluler pada binatang yang makan diet rendah zink atau tembaga. 1
lemak yang berlebihan. Dampak radikal bebas pada mukosa usus adalah
terjadinya atrofi mukosa melalui proses apoptosis sel mukosa usus. Atrofi
30
mukosa usus akibat defisiensi zink dapat terjadi karena menurunnya produksi
dan aktivitas enzim SOD pada sel mukosa usus sehingga aktivitas radikal
vili usus. 3
mukosa usus yang memicu peningkatan TNF-α oleh sel imun kompeten.
TNF-α yang tinggi akan merusak tight junction pada sel enterosit mukosa
usus. Atrofi vili usus dapat pula terpicu oleh berkurangnya IGF-1 (insulin like
growth factor 1) dan GH (growth hormon) sebagai akibat defisiensi zink dan
protein akibat kumulatif atrofi usus dan rusaknya tight junction menyebabkan
sel epitel mukosa usus. Zink juga meningkatkan pembentukan enzim ADP
ribosil, DNA dan RNA polimerase yang berperan dalam proses perbaikan dan
tingginya kadar TNF-α dan IL-6 pada saat sebelum intervensi dan sebaliknya,
meredanya respon imunitas ditandai oleh penurunan pada TNF-α dan IL-6
31
setelah pemberian zink. Zink dapat menurunkan kadar sitokin dalam serum
yang berarti zink dapat turut mengontrol respon imunitas terhadap radikal
TNF-α tinja dan berdasarkan pada peran TNF-α dapat diyakinkan bahwa
TNF-α bertanggung jawab terhadap kerusakan mukosa usus karena sitokin ini
mekanisme terjadinya diare pada defisiensi zink, sedangkan TNF-α tinja dan
TNF-α serum dapat dipakai sebagai tanda adanya inflamasi yang memicu
3
produksi sitokin.
sukrose, dan maltase. Oleh karena itu, zink dapat mempengaruhi perjalanan
lama diare berlangsung, kadar zink dalam serum semakin rendah. Terjadilah
suatu lingkaran setan antara diare, defisiensi zink, lamanya diare dan
selama diare.7
32
II.2.4 Peranan Zink Sebagai Ko-faktor Enzim
pada organ yang mengalami regenerasi epitel dengan cepat seperti pada
mukosa usus. Zink juga mempengaruhi integritas sel, baik struktur maupun
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
C. SUMBER DATA
1. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan wabah (W2) yang dimiliki oleh
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM
KEPALA PKM
ENDANG P. S. KEP KEPALA TATA
USAHA
SUJIANTO S. Kep
- PENJI :
PUSKESMAS PENI : POLI - LABORATORIUM :
- DENIEK : KIA UMUM - PANTI : KAMAR
- HENY : KB DENIEK : POLI OBAT & GUDANG OBAT
- AULIA R. : UKS KIA-KB - ARIESTA :
- UCIEK : UKGS Drg. UCIEK : POLI AMBULAN
- FITRI : PRB. GIGI - ENDANG :
GIZI FITRI : KLINIK PUSLING
GIZI
- UDIN : KES.
SAIFUDINKALIMAS: UGD DEMUNG
JIWA CITRA SHAFINA
- KES. KERJA
- AULIA :
PROMKES BESUKI JETIS PESISIR
- METAL : LINDA NINING KARTIKA
KESLING
- UDIN : KES.
INDRA BLORO LANGKAP BLIMBING S. REJO W. PAYUNG
- YUDI NANING: BATRA RISTA TUTIK ROBIATUL A. DOVI
- WIWIK : K.
USILA Gambar 5. Profil Tenaga Kerja Puskesmas Besuki
- AULIA : KES. OR
35
B. KONDISI GEOGRAFIS
Situbondo yang terletak didaerah dataran rendah dan berbatasan dengan laut
merupakan dataran rendah. Luas wilayah per desa dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
36
C. KONDISI DEMOGRAFIS
dan yang termasuk dalam sasaran program Jamkesmas sebanyak 27.154 jiwa
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah penduduk, jumlah
37
D. KETENAGAAN DI PUSKESMAS BESERTA JARINGANNYA
Status Kepegawaian
No. Pendidikan P T T/kontrak/
PNS THLP
1 Dokter Umum 2 -
2 Dokter Gigi 1 -
3 Apoteker - -
4 SKM 1 -
5 Akper 3 10
6 AKL - 1
7 AKZI 1 -
8 AKBID 5 23
9 SPRG - -
10 SAA - -
11 SPK 2 -
12 Bidan 1 -
13 SMAK - -
14 SPPH - -
15 SPAG - -
16 SLTA 3 -
17 SLTP 2 -
18 SD - -
JUMLAH 21 34
Sumber data: Data Dasar Puskesmas Besuki Tahun 2014
38
D. SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KECAMATAN
1. Obat-obatan
2. Laboratorium
3. Bidan Kit
4. UKGM Kit
5. PHN Kit
6. Media Penyuluhan
39
BAB V
Di Jawa Timur cakupan pelayanan penderita diare tahun 2011 sebesar 69%,
sedangkan tahun 2012 sebesar 72,43% (masih dibawah target nasional 100%), jadi
masih ada sekitar 25,57% penderita diare yang tidak mendapatkan pelayanan
dapatkan tidak terdapat perincian data umur pasien sehingga kami hanya
A. DESA BESUKI
Dilihat dari table 1, terdapat 176 pasien diare yang mendapat pelayanan
kesehatan di tahun 2014. Jadi incidence rate sebesar 1,17% dari jumlah penduduk
Jumlah Penderita
25
20
15
10
5
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
40
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yang didapatkan dari data nasional
LITBANG tahun 2010 yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat 2497 penderita diare
di desa Besuki tahun 2014. Jadi sebesar 2321 kasus tidak terlacak di laporan W2 desa
Besuki.
Jika dilihat dari jumlah kasus diare di Ponkesdes Besuki sebesar 176 kasus, berarti
Ponkesdes Besuki membutuhkan zink sebanyak kurang lebih 1.760 tablet. Ini berupa
karena tidak terdapatnya data berdasarkan golongan umur, maka kami tidak bisa
B. DESA PESISIR
Berdasarkan data laporan mingguan wabah (W2) didapatkan penduduk desa Pesisir
sebanyak 9.669 jiwa dengan jumlah penderita diare sebanyak 127 jiwa.
Jumlah Penderita
25
20
15
10
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
41
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
1614 penderita diare di desa Pesisir tahun 2014. Jadi sebesar 1487 kasus tidak
Sedangkan angka kebutuhan zink untuk daerah Pesisir sebanyak 1.270 tablet zink.
C. DESA DEMUNG
Berdasarkan data laporan mingguan wabah (W2) didapatkan penduduk desa Demung
Jumlah Penderita
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
728 penderita diare di desa Demung tahun 2014. Jadi sebesar 658 kasus tidak terlacak
42
Berdasarkan hitungan kasar bahwa 1 penderita membutuhkan 1 tablet/hari, selama 10
hari, maka angka kebutuhan zink untuk daerah Demung sebanyak 700 tablet zink.
D. DESA KALIMAS
Berdasarkan data laporan mingguan wabah (W2) didapatkan penduduk desa Kalimas
sebanyak 4.972 jiwa dengan jumlah penderita diare sebanyak 153 jiwa.
Jumlah Penderita
20
15
10
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
830 penderita diare di desa Kalimas tahun 2014. Jadi sebesar 677 kasus tidak terlacak
Angka kebutuhan zink untuk daerah Kalimas sebanyak 1530 tablet zink.
43
E. DESA BLORO
Berdasarkan data laporan mingguan wabah (W2) didapatkan penduduk desa Bloro
sebanyak 3.960 jiwa dengan jumlah penderita diare sebanyak 257 jiwa.
Jumlah Penderita
40
35
30
25
20
15
10
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
661 penderita diare di desa Bloro tahun 2014. Jadi sebesar 404 kasus tidak terlacak di
Angka kebutuhan zink untuk daerah Bloro sebanyak 2570 tablet zink.
44
F. DESA LANGKAP
Berdasarkan data laporan mingguan wabah (W2) didapatkan penduduk desa Langkap
sebanyak 2.840 jiwa dengan jumlah penderita diare sebanyak 274 jiwa.
Jumlah Penderita
50
40
30
20
10
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
474 penderita diare di desa Langkap tahun 2014. Jadi sebesar 200 kasus tidak terlacak
Angka kebutuhan zink untuk daerah Langkap sebanyak 2740 tablet zink.
G. DESA BLIMBING
Blimbing sebanyak 6.355 jiwa dengan jumlah penderita diare sebanyak 102 jiwa.
45
Jumlah Penderita
20
15
10
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
1061 penderita diare di desa Blimbing tahun 2014. Jadi sebesar 959 kasus tidak
Angka kebutuhan zink untuk daerah Blimbing sebanyak 1020 tablet zink.
H. DESA JETIS
Berdasarkan data laporan mingguan wabah (W2) didapatkan penduduk desa Jetis
46
Jumlah Penderita
14
12
10
8
6
4
2
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
1258 penderita diare di desa Jetis tahun 2014. Jadi sebesar 1185 kasus tidak terlacak
Angka kebutuhan zink untuk daerah Jetis sebanyak 730 tablet zink.
I. DESA WIDOROPAYUNG
Widoropayung sebanyak 4.447 jiwa dengan jumlah penderita diare sebanyak 277
jiwa.
47
Jumlah Penderita
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
742 penderita diare di desa Widoropayung tahun 2014. Jadi sebesar 465 kasus tidak
Angka kebutuhan zink untuk daerah Widoropayung sebanyak 2770 tablet zink.
J. DESA SUMBEREJO
Sumberejo sebanyak 2.114 jiwa dengan jumlah penderita diare sebanyak 143 jiwa.
48
Jumlah Penderita
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Jumlah Penderita
Jika dihitung dari prevalence rate kasus diare yaitu 16,7 %, maka seharusnya terdapat
353 penderita diare di desa Sumberejo tahun 2014. Jadi sebesar 210 kasus tidak
Angka kebutuhan zink untuk daerah Sumberejo sebanyak 1430 tablet zink.
zink.
49
BAB VI
6.1 Simpulan
Status sosial ekonomi, pendidikan ibu, kebersihan perorangan dan lingkungan
risiko penderita diare yang paling dominan adalah kebersihan perorangan dan
bulan. Bayi dapat menyerap kira-kira 80% zink yang terdapat dalam ASI. Susu
formula mengandung zink lebih tinggi, tetapi hanya sebagian kecil yang diserap.
Menurut angka prevalence rate diare yakni didapatkan angka kejadian diare
yang tidak mencapai angka prevalence rate, hal ini dikarenakan belum secara
sempurna dan menyeluruh dalam pencatatan kejadian diare, dimana mungkin para
penderita diare tidak datang berobat atau terdapat beberapa penderita diare yang
kejadiannya.
6.2 Saran
6.2.1 Puskesmas
6.2.1.1 Optimalisasi KIE khususnya warga yang memiliki balita tentang
penyakit diare.
50
6.2.1.2 Pemenuhan kebutuhan zink di puskesmas untuk penanganan penyakit
diare.
6.2.1.3 Petugas kesehatan mampu secara aktif memberikan informasi kepada
masyarakat tentang pentingnya pemberian zink pada penderita diare
dan ASI Eksklusif pada bayi.
6.2.1.4 Pentingnya data yang lengkap tentang umur dan Insidence Rate di
wilayah kerja masing-masing, untuk menghitung angka kebutuhan
tablet zink per wilayah.
6.2.1.5 Pentingnya kerjasama dengan Lintas Profesi Praktek Swasta dan Unit
Pelayanan yang lain untuk mendapatkan data angka kesakitan
diare/penyakit wabah yang lain.
6.2.1.6 Meningkatkan peran bidang Promosi Kesehatan dalam rangka
mempromosikan Unit Pelayanan di wilayah kerja Besuki, untuk
meningkatkan jumlah kunjungan.
6.2.1.7 Monitoring evaluasi pemberian zink lebih lanjut pada kasus diare.
6.2.2. Masyarakat
6.2.1.1 Masyarakat diharapkan lebih aktif melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala ke posyandu atau puskesmas.
6.2.1.2 Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh Puskesmas.
6.2.1.3 Penelitian ini dapat dijadikan alat atau bahan untuk mengurangi angka
kejadian diare pada masyarakat.
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. 2011.
4. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
2013.
5. Pudjiadi AH, Hegar Badriul, H Setyo, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI. 2010:
pp: 58-59.
6. Subagyo B. Santoso NB. Diare Akut. Dalam : Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari
7. UNICEF, 2009. New Formulation of Oral Rehidration Salts (ORS) with Reduced
Osmolarity. Unicef-Oral_Rehidration_Salts(ORS)_pdf.
10. World Health Organization, The Treatment of Diarrhea A Manual for Physicians
and Other Senior Health Workers, 2005; 4th Revision. Geneva : WHO Press 3.
52
11. Zulfiqar AB. Acute Gastroenteritis In Children dalam Kliegman MR, Stanton
BF, Schor NF, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatric. 19th ed. Sauders
53