PENDAHULUAN
Kompleksitasnya tidak hanya dari segi jenis dan macam penyakit yang harus
diagnosis dan menentukan terapinya (upaya kuratif), namun juga adanya berbagai
macam peralatan medis dari yang sederhana hingga yang modern dan canggih. Hal
lain yang merupakan kompleksitas sebuah rumah sakit adalah adanya sejumlah
orang/personel yang secara bersamaan berada di rumah sakit, sehingga rumah sakit
kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat. Infeksi
nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap orang
yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat
ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang
berada di rumah sakit atau ketika berada di fasilitas kesehatan lainnya. Phlebitis
adalah infeksi nosokomial yang berasal dari mikroorganisme yang dialami pasien
1
2
yang diperoleh selama pasien di rawat di rumah sakit yang diikuti dengan
– 2 %) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal
dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi
Salah satu infeksi nosokomial adalah infeksi luka infus atau phlebitis.
Phlebitis merupakan daerah bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri pada kulit
sekitar tempat kateter intravaskular dipasang (kulit bagian luar). Jika phlebitis
disertai dengan tanda-tanda infeksi lain seperti demam dan pus (keluarnya nanah)
yang keluar dari tempat tusukan, ini digolongkan sebagai infeksi klinis bagian luar.
Selain pasien mendapatkan infeksi dari layanan kesehatan yang diberikan, prosedur
invasiv juga beresiko bagi tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dapat mengalami
cedera tertusuk jarum atau kontaminasi pada membran mukosa atau kulit yang tidak
skala derajat phlebitis (Visual Infusion Phlebitis Score) mulai dari skala 0 sampai
Faktor penyebab dari phlebitis terdiri dari faktor internal dan eksternal, yang
termasuk faktor penyebab internal dari phlebitis adalah usia, status gizi, stres,
kondisi vena, faktor penyakit pasien rawat inap yang terpasang infus serta jenis
kelamin (Perry dan Potter, 2009). Sedangkan faktor eksternal dari phlebitis terdiri
dari 3 jenis yaitu:faktor kimia, faktor mekanik dan faktorbakterial (Alexander,et al,
2011).
Salah satu yang memberi kontribusi terhadap faktor bakterial dari phlebitis
adalah durasi pemasangan infus yang terlalu lama. Salah satu cara untuk
mengatasinya adalah dengan merotasi lokasi infus apabila ada kontraindikasi. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Christian Komaling, dkk (2014) diketahui bahwa
dari total 21 responden yang lama pemasangan infus lebih dari 72 jam (≥ 3 hari),
The Center for Disease Control and Prevention telah menyusun penggantian
infus tidak boleh lebih dari 72 jam, kecuali untuk penanganan darah dan lipid emulsi
diganti tiap 24 jam. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui cairan infus
Semakin lama infus dipasang di satu area, maka akan semakin besar kemungkinan
terjadinya infeksi. Kejadian infeksi di rumah sakit rentan terjadi pada pasien yang
4
berusia tua, karena beratnya penyakit yang diderita, dan daya imunitasnya
Peran perawat dalam hal ini adalah mencegah terjadinya plebitis dengan
cara menetukan lokasi pemasangan vena dengan tepat, melakukan perawatan infus
dengan cara mengganti infus tidak lebih dari 72 jam, melakukan inserasi dengan
tepat dan dapat memilih ukuran abocat sesuai ukuran vena atau usia pasien.
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang masalah di atas
adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian plebitis pada pasien
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa adanya
Sebagai sarana informasi bagi pasien rumah sakit khususnya pasien rawat