Anda di halaman 1dari 57

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN

AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS


HIDUP PADA SISWA KELAS VIII DAN IX
MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN
UIN JAKARTA TAHUN AJARAN 2016-2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :

MELDA AGUSTIN

NIM 1113103000050

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2016 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga
akhir zaman. Alhamdulillah berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya berkat adanya dukungan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku ketua Program Studi Kedokteran
dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset mahasiswa
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013.
4. dr. Rahmatina,Sp.KK selaku Pembimbing I yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi dan membimbing penulis
sejak awal memulai penelitian ini hingga akhir penyusunan dan penyelesaian
laporan penelitian ini.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph,D FICS FACS selaku Pembimbing II yang telah
banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian
penulis serta telah membimbing penulis dalam penyusunan dan penyelesaian
laporan penelitian ini.
6. dr. Erfira, Sp.M dan Dr. dr. H. Syarief Hasan L, Sp.KFR selaku Penguji I dan
Penguji II pada sidang laporan penelitian ini yang telah memberikan kritik
serta saran yang sangat membangun demi kebaikan penelitian ini.
7. Ibu Hani Inayati, S.Psi dan Bapak Andri Sulistiyanto, S.Pd selaku guru
bimbingan konseling kelas IX dan VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta yang

v
telah banyak memberikan bantuan selama pengambilan data di MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
8. Kedua orang tua tercinta, Zainuddin dan Pirdiana, yang selalu memberikan
kasih sayang, doa dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini tepat pada waktunya.
9. Adik-adik tersayang, Panji Ramadhan dan Siti Nur Muawanah Khoir, serta
seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, doa, dan semangat yang
diberikan kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan tim riset akne vulgaris, Inggrid Nourmalydza,
Yusuf Abdul Hadi, dan Nur Izdihar Hadi. Terima kasih atas kerjasama,
dukungan, dan semangat kalian dalam proses pelaksanaan penelitian ini.
11. Seluruh responden riset yang telah bersedia membantu meluangkan waktunya
untuk menjadi subjek penelitian ini.
12. Seluruh teman-teman keluarga besar PSKPD 2013 yang telah menjadi teman
seperjuangan dalam menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan
Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan demi terwujudnya laporan
penelitian yang lebih baik. Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga
penulisan laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Ciputat, 19 Oktober 2016

Penulis

vi
ABSTRAK

Melda Agustin. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan


antara Derajat Keparahan Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup
pada Siswa Kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun Ajaran 2016-2017. 2016.
Latar belakang: Akne vulgaris telah diketahui dapat mempengaruhi kualitas
hidup, namun masih terdapat perbedaan dari berbagai hasil penelitian mengenai
hubungan antara derajat keparahan akne dengan tingkat kualitas hidup. Tujuan:
mencari hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas
hidup. Metode: analitik observasional potong lintang dengan responden terdiri
dari 222 siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta yang memenuhi
kriteria. Derajat keparahan akne vulgaris dinilai berdasarkan klasifikasi Lehmann
dan kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner CDLQI. Hasil: Didapatkan
derajat keparahan akne terbanyak yaitu akne sedang (67,6%). Interpretasi skor
CDLQI menunjukkan tingkat kualitas hidup terbanyak yang dialami responden
adalah gangguan ringan (45%,). Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov di
dapatkan tidak adanya hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan
gangguan kualitas hidup (p=0,999). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat gangguan
kualitas hidup.

Kata Kunci : akne vulgaris, derajat keparahan, kualitas hidup.

ABSTRACT

Melda Agustin. Medical Education. Correlation between The Degree of Acne


Vulgaris Severity with The Level of Quality of Life in Class VIII and IX
Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta 2016-2017. 2016.
Background: Acne vulgaris has been known to affect the quality of life, but still
there are differences of the various result of research on the correlation between
the degree of acne vulgaris severity and level of quality of life. Objectives: this
study aim is to determined the correlation between the degree of acne vulgaris
severity with levels of quality of life. Methods: A cross-sectional observational
analytic study in 222 students of class VIII and IX MTs Pembangunan UIN
Jakarta. The degree of acne vulgaris severity evaluated based on classification of
Lehmann and quality of life was measured using a CDLQI questionnaires.
Results: The most degree of acne vulgaris severity among subjects is moderate
acne (67,6%). Interpretation score of CDLQI showed the most level quality of life
among subjects is mild impairment quality of life (45%). By using Kolmogorov-
Smirnov test, it is concluded that there are no correlation between the degree of
acne vulgaris severity with the level of quality of life (p=0,999). Conclusions:
There is no significant correlation between the degree of acne vulgaris severity
with the level of quality of life.

Keywords : acne vulgaris, severity, quality of life.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL .............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
DAFTAR BAGAN .............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................3
1.3 Hipotesis ...................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................3
1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................3
1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................5
2.1 Landasan Teori .........................................................................................5
2.1.1 Definisi Akne Vulgaris .....................................................................5
2.1.2 Epidemiologi ....................................................................................5
2.1.3 Manifestasi Klinis .............................................................................5
2.1.4 Etiologi .............................................................................................6
2.1.5 Etiopatogenesis .................................................................................6
2.1.6 Bentuk Lesi Akne .............................................................................8
2.1.7 Derajat Keparahan ............................................................................10
2.1.8 Diagnosis ..........................................................................................12
2.1.9 Tatalaksana .......................................................................................12
2.1.10 Definisi Kualitas Hidup ..................................................................13
2.1.11 Ruang Lingkup Kualitas Hidup ......................................................14
2.1.12 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.....................................14
2.1.13 Hubungan derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup ................15
2.1.14 Pengukuran Kualitas Hidup ............................................................15
2.1.15 Perkembangan Remaja ...................................................................16
viii
2.2 Kerangka Teori .........................................................................................18
2.3 Kerangka Konsep .....................................................................................19
2.4 Definisi Operasional .................................................................................20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................21
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................21
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................21
3.3.1 Populasi Target .................................................................................21
3.3.2 Populasi Terjangkau .........................................................................21
3.3.3 Sampel Penelitian .............................................................................21
3.3.4 Kriteria Inklusi ..................................................................................22
3.3.5 Kriteria Eksklusi ...............................................................................22
3.4 Alur Penelitian..........................................................................................23
3.5 Manajemen Data.......................................................................................24
3.3.1 Pengumpulan Data ............................................................................24
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................24
3.3.3 Penyajian Data .................................................................................24
3.6 Etika Penelitian.........................................................................................25
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................26
4.1 Hasil Penelitian.........................................................................................26
4.1.1 Dekripsi Lokasi Penelitian .............................................................26
4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian ......................................................26
4.1.3 Tingkat Kualitas Hidup ..................................................................27
4.1.4 Hubungan antara derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup .....27
4.2 Pembahasan ..............................................................................................28
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................31
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................32
5.1 Simpulan...................................................................................................32
5.2 Saran .........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................33
LAMPIRAN .......................................................................................................36

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bentuk lesi akne vulgaris ....................................................................9


Tabel 2.2 Gradasi akne vulgaris menurut Pillsbury ............................................10
Tabel 2.3 Global Acne Grading System ..............................................................11
Tabel 2.4 Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang direvisi Cunliffe ......................11
Tabel 2.5 Derajat akne vulgaris menurut Lehmann ............................................12
Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin,derajat keparahan akne vulgaris ..........26
Tabel 4.2 Tingkat kualitas hidup berdasarkan interpretasi CDLQI ...................27
Tabel 4.3 Hubungan derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup ....................28

x
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Mekanisme dasar patogenesis akne vulgaris .....................................7

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Naskah persetujuan penelitian .........................................................36


Lampiran 2 Identitas dan pertanyaan penjaring ..................................................38
Lampiran 3 Kuesioner CDLQI............................................................................39
Lampiran 4 Surat Pemohonan Izin Penelitian .....................................................41
Lampiran 5 Surat Pemohonan Persetujuan Etik Penelitian.................................42
Lampiran 6 Foto Alat Ukur dan Dokumentasi Penelitian ...................................43
Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis ....................................................................44

xii
DAFTAR SINGKATAN

MTs = Madrasah Tanawiyah


UIN = Universitas Islam Negeri
FKIK = Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
CDLQI = Children’s Dermatology Life Quality Index
DLQI = Dermatology Life Quality Index
CADI = Cardiff Acne Disability Index
P.acnes = Propionibaterium acnes
GAGS = Global Acne Grading System
WHO = World Health Organization
WHOQoL = World Health Organization Quality of Life
CRF = Corticotropin realizing Factor
ACTH = Adrenocorticotropic Hormone

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akne vulgaris atau dikenal sebagai jerawat merupakan penyakit kulit kronis yang
terjadi akibat peradangan kronis pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat predileksinya yang
biasanya pada kelenjar sebasea berukuran besar seperti wajah, dada, dan
punggung bagian atas.1,2

Akne merupakan penyakit yang tidak dilaporkan, sehingga prevalensi tepatnya


tidak diketahui. Namun, dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami
akne vulgaris.3 Pada umumnya, akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun,
dengan puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun.1 Pada penelitian lain
disebutkan insiden akne terjadi di usia 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun
pada pada laki-laki, dengan lesi predominan adalah komedo dan papul. Lokasi
yang paling sering adalah pada bagian wajah (85%).2,4

Terdapat empat penyebab yang paling berpengaruh pada timbulnya akne vulgaris,
yaitu produksi sebum yang meningkat, hiperproliferasi folikel pilosebasea,
kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes, dan proses inflamasi.1,5 Faktor risiko
yang dapat menimbulkan akne antara lain genetik, penggunaan kosmetik, jarang
membersihkan wajah, efek manipulasi berupa menggaruk atau memencet, serta
faktor makanan yang dikonsumsi.2

Adanya akne membuat hidup menjadi tidak menyenangkan, dan akne sering
terjadi pada usia belasan hingga dua puluhan tahun yang merupakan kelompok
umur yang paling tidak siap menghadapi dampak psikologis dari akne. Bagian
tubuh yang paling sering terkena adalah wajah, dimana pada remaja wajah
bernilai penting yang berkaitan dengan citra dirinya.3

Meskipun bukan merupakan kondisi yang mengancam nyawa, beberapa studi


telah menunjukkan bahwa akne dapat memiliki efek yang serius pada gambaran
diri penderita yang dapat berkembang menjadi kecemasan, depresi, dan disfungsi

1
2

sosial.6 Pada remaja, akne vulgaris dapat memberikan efek negatif terhadap
penderitanya.7 Menurut Noorbala, akne vulgaris adalah kelainan kulit umum yang
memberikan dampak besar bagi kualitas hidup di kalangan remaja. 8

Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa akne vulgaris dapat


8,9
mempengaruhi kualitas hidup. Juga telah banyak dilakukan penelitian yang
mencari hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup
dan didapatkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Ningrum melaporkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan
kualitas hidup.10 Penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Tasoula, Noorbala, dan Vilar yang menyatakan adanya
hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas
hidup.7,8,9 Sedangkan menurut penelitian Kokandi, kualitas hidup seseorang tidak
berhubungan dengan derajat keparahan akne yang diderita seseorang.11 Hal ini
didukung dengan penelitian Bramantyo yang juga menyatakan tidak terdapat
hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup
penderitanya.12

Adanya perbedaan pendapat dalam penelitian-penelitian sebelumnya membuat


peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan antara
derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Peneliti juga
tertarik untuk melakukan penelitian ini pada kelompok yang spesifik yaitu pada
kelompok usia remaja, sebagaimana yang telah diketahui bahwa masa remaja
merupakan onset dimulai terjadinya akne vulgaris. Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta dikarenakan pada
kelompok tersebut belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Sehingga
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat gangguan kualitas hidup pada
siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian
adalah apakah terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan
tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat


kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta, yaitu
semakin berat derajat keparahan akne vulgaris maka semakin terganggu kualitas
hidup penderitanya.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

 Untuk mengetahui hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan


tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN
Jakarta.

1.4.2 Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui prevalensi penderita akne vulgaris pada siswa kelas VIII
dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta secara umum, dan berdasarkan usia
dan jenis kelamin.
 Untuk mengetahui derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan Klasifikasi
Lehmann.
 Untuk mengetahui tingkat kualitas hidup penderita akne vulgaris
berdasarkan skor CDLQI.
 Untuk mengetahui hubungan derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan
klasifikasi Lehmann dengan tingkat gangguan kualitas hidup penderita akne
vulgaris berdasarkan skor CDLQI pada siswa kelas VIII dan IX MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
4

1.5 Manfaat Penelitian


 Bagi peneliti, penelitian ini sebagai media pembelajaran guna menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penulisan karya ilmiah.
 Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
rujukan yang terkait dengan hubungan derajat keparahan akne vulgaris
dengan tingkat kualitas hidup.
 Menambah wawasan bagi responden penelitian yaitu siswa kelas VIII dan
IX MTs Pembangunan UIN Jakarta tentang derajat keparahan akne vulgaris
dan kualitas hidup.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi akne vulgaris
Akne vulgaris merupakan peradangan kronis folikel pilosebasea dengan penyebab
multifaktor dan menifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus, serta
kista.1 Akne vulgaris merupakan gangguan yang sering terjadi pada remaja. 4

2.1.2 Epidemiologi

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita oleh
masyarakat. Dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami akne pada
beberapa waktu dan hampir 80 % dari semua orang pernah mengalami akne
vulgaris.3

Prevalensi akne vulgaris pada masa remaja berkisar antara 47-90%. Pada ras Asia,
lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflmasi,
10% lesi komedonal.13

Di Amerika serikat, 85% dari penduduk dengan usia 12-14 tahun menderita akne
vulgaris. Di Afrika, didapatkan prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar
90,7%.14

Pada umumnya, akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun, dengan puncak
tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun.1 Di Palembang, sebesar 68,2 %
penduduk dengan usia 14-21 tahun mengalami akne vulgaris, dimana pada
kelompok laki-laki 37,3%, dan kelompok wanita 30,9%. 2

2.1.3 Manifestasi klinis


Akne vulgaris mempunya predileksi di wajah dan leher (99%) , punggung (66%),
dada(15%), serta bahu dan lengan atas.1 Lokasi yang paling sering adalah pada
bagian wajah (85%).2 Kadang pasien mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien
merasa terganggu secara estetis. Efloresensi akne terbagi menjadi:

5
6

 lesi non inflamasi: berupa komedo terbuka, komedo tertutup,dan


 lesi inflamasi: berupa papul, pustul, nodul, dan kista.1,13
2.1.4 Etiologi
Beberapa etiologi yang diduga terlibat dengan terjadinya akne vulgaris, berupa
faktor intrinsik, yaitu genetik, ras hormonal, dan faktor ekstinsik berupa stress,
iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet tinggi lemak jenuh, efek manipulasi
berupa menggaruk atau memencet, rokok, dan obat-obatan.1,2,13

Prevalensi akne vulgaris pada siswa SMA yang mengalami akne vulgaris ringan
sampai berat dengan riwayat akne vulgaris pada keluarga yaitu 19,9% dan tanpa
riwayat akne vulgaris pada keluarga yaitu 9,8%.4

Diketahui bahwa faktor stress merupakan salah satu pemicu timbulnya akne
vulgaris, dimana saat terjadi stress psikologis, maka akan merangsang
hipotalamus untuk memproduki CRF yang akan menstimulasi hipofisis anterior,
sehingga terjadi peningkatan ACTH. Peningkatan ACTH dalam darah akan
menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat, sehingga salah satu hormon
yang dihasilkan korteks adrenal yaitu hormon androgen pun mengalami
peningkatan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa hormon androgen
memiliki peran penting dalam patogenesis akne vulgaris. 15

2.1.5 Etiopatogenesis
Patogenesis akne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis vaskular
sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum yang berlebihan, inflamasi, dan
aktivitas Propionibacterium acnes.1,4,5,13,16

1. Produksi sebum yang meningkat

Pada individu penderita akne vulgaris, secara umum ukuran folikel kelenjar
sebasea serta jumlah lobul tiap kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada dibawah
kontrol hormon androgen. Hormon androgen berperan dalam perubahan sel-sel
sebosit dan sel-sel keratinosit folikular sehingga menyebabkan terjadinya
mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang menjadi lesi inflamasi. 1,4,16
7

Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memiliki mekanisme selular


yang digunakan untuk mencerna hormon androgen, yaitu enzim-enzim 5-α-
reduktase (tipe 1) serta 3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat
pada sel-sel sebosit basal yang belum diferensiasi. Setelah berdiferensiasi, sel-sel
sebosit kemudian ruptur dengan melepaskan sebum kedalam duktus pilosebasea.
Telah diketahui bahwa akibat stimulus hormon androgen kelenjar sebasea mulai
berkembang pada usia 7-8 tahun. Tingkat peningkatan androgen pada masa
remaja diketahui menjadi titik awal untuk pengembangan jerawat remaja.1,16

Hormon androgen

Keratiniasi folikel abnormal peningkatan produksi sebum

Obstruksi

P.acnes

Lesi noninflamasi (komedo) lesi inflamasi (papul, pustul, nodul)


P.acnes

Bagan 2.1. mekanisme dasar patogenesis akne vulgaris.5

2. Hiperproliferasi folikel pilosebasea

Penelitian imunohistokimiawi menunjukkan adanya peningkatan proliferasi


keratinosit basal dan diferensiasi abnormal dari sel-sel keratinosit folikular. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya kadar asam linoleat sebasea.
Lapisan granulosum menebal, tonofilamen dan butir-butir keratohialin meningkat,
kandungan lipid bertambah sehingga lama-kelamaan menebal dan membentuk
sumbatan pada orifisium folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel sehingga
menyebabkan folikel melebar. Pada akhirnya secara klinis terdapat lesi non
inflamasi dan lesi inflamasi, bila terdapat proliferasi P.acnes.1,16

3. Kolonisasi Propionibacterium acnes


8

Dalam patogenesis jerawat, mikroflora alami kulit turut memainkan peran, yaitu
bakteri Gram positif berbentuk batang yang bersifat anaerob, Propionibaterium
acnes (P.acnes). P.acnes adalah mikroorganisme utama yang ditemukan di daerah
infra infundibulum dan dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran
sebum. P.acnes menyajikan sejumlah kegiatan enzimatik, salah satunya
komponen lipasenya yang memecah diasilgliserol sebaseous dan trigliserida
menjadi gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan hiperkeratosis
proliferatif di saluran folikel, sehingga menghasilkan efek komedogenik.
Pengaruhnya dalam menurunkan pH menyebabkan pecahnya komedo. Protease
dari P.acnes memungkinkan perembesan isi folikel melalui dindingnya dan
hyaluronidase mendukung penyebarannya di dermis. Konsekuensi klinis dari
proses ini adalah papula, indurasi dan abses.1,4,16

P.acnes mempengaruhi kedua komponen seluler dan humoral dari sistem


kekebalan tubuh. P.acnes mampu bertahan dalam makrofag dan meningkatkan
kemotaksis leukosit polimorfonuklear. Bakteri ini juga sitotoksik aktif yaitu dapat
mengaktifkan komplemen dan menyebabkan hipersensitivitas tipe cepat atau
lambat. Produk lain dari P.acnes adalah fosfatase, neuraminidase,
deoksiribonuklease, dan zat yang mirip dengan prostaglandin menjadi tanda
penting dalam pembentukan manifestasi inflamasi akne.16

4. Proses inflamasi

P.acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada akne vulgaris


dangan menghasilkan faktor kemotaktik dan enzim lipase yang akan mengubah
trigliserida menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P.acnes yang
memicu inflamasi. Selain itu antibodi terhadap antigen dinding sel P.acnes
meningkatkan respons inflamasi melalui aktivitas komplemen.1,13 Mekanisme
kekebalan tubuh juga berkontribusi terhadap pembentukan peradangan reaktif.
Tes intradermal dengan suspensi P.acnes tewas pada pasien dengan bentuk parah
dari jerawat menunjukkan setelah 48 jam reaksi inflamasi secara signifikan lebih
besar dari pada orang yang sehat. Pada pasien ini, peningkatan antibodi spesifik
juga terdaftar.16
9

2.1.6 Bentuk lesi

Berdasarkan efloresensinya akne vulgaris memiliki beberapa macam bentuk lesi,


seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan kista yang rinciannya dijelaskan dalam
tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Bentuk Lesi Akne Vulgaris
Bentuk lesi Gambaran klinis Gambaran4

Komedo Diameter 0,1-0,3 mm.Dapat berbentuk datar


terbuka atau meninggi, puncaknya berwarna hitam
dikarenakan terdapat banyak pigmen melanin.

Komedo Lesi kecil dan jelas dengan diameter 0,1-0,3


tertutup mm. lesi mengalami perbaikan dalam waktu 3-4
hari sebanyak 25% dan akan berkembang
menjadi lesi inflamasi sebanyak 75%.

Papul 50% berasal dari mikrokomedo.Terdapat 2 tipe


papul, yaitu aktif dan tidak aktif, dimana untuk
yang tidak aktif, berwarna kurang merah dan
lebih kecil dari yang aktif, berdiameter 4mm.

Pustul Letaknya dalam ataupun superfisial. Lebih


jarang dijumpai daripada papul. Pustul terbentuk
dari papul atau nodul yang mengalami inflamasi,
dapat bertahan selama 7 hari atau lebih.

Nodul Nodul terletak lebih dalam dan dapat bertahan


selama 8 minggu dan kemudian mengecil.
Namun, tidak semua nodul dapat menghilang,
sebagian dapat menjadi parut.

Kista Kista jarang terjadi, bila terbentuk, diameter


mencapai beberapa sentimeter. Bila diaspirasi
dengan jarum besar akan didapati material
kental berupa krem berwarna kuning.

Sumber : Bernadette, 2015, Zaenglein, 2012


10

2.1.7 Derajat keparahan


Menentukan derajat keparahan akne vulgaris dapat membantu pasien dalam
memilih pengobatan yang tepat. Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda dalam
menilai derajat keparahan akne vulgaris. Setidaknya terdapat 25 klasifikasi yang
telah ada.11 Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia (oleh FKUI/RS Cipto
Mangunkusumo) untuk menentukan derajat keparahan akne vulgaris adalah
klasifikasi menurut Lehmann.1 Klasifikasi yang banyak digunakan di negara lain
seperti di Hong Kong, India, Yordania, Malaysia, Arab Saudi, dan Turki ialah
GAGS. Klasifikasi lain yang sering juga dipakai adalah Klasifikasi Leeds.
Sedangkan, di Korea menggunakan Korean Acne Grading System, dan Jepang
menggunakan klasifikasi Hayashi dalam menilai derajat keparahan akne vularis. 18
Menurut Pillsbury, akne vulgaris dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu I, II, III, dan IV,
yang dinilai berdasarkan gambaran klinis yang terdapat di muka, dada, dan
punggung.

Tabel 2.2 Derajat keparahan akne vulgaris menurut menurut Pillsbury17,18


Gradasi Gambaran Klinis

I Komedo di muka

II Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka.

III Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada,
punggung.

IV Akne konglobata.

Sumber : Ramli, 2012, Adityan, 2009

Doshi, Zaheer dan Stiller merancang sistem penilaian yang dinamakan GAGS.
Sistem ini menilai enam daerah yaitu dahi, masing masing pipi, hidung , dagu,
dada dan punggung. Setiap lokasi dihitung sebagai faktor, dan jenis lesi diberi
nilai tergantung pada tingkat keparahannya, kemudian ditentukan skor lokal yaitu
dengan mengalikan faktor dan keparahan. Jumlah dari seluruh skor lokal disebut
11

dengan skor global. Keparahan akne vulgaris dinilai dengan menggunakan skor
global tersebut.18,19

Tabel 2.3 Derajat keparahan akne vulgaris menurut GAGS 18,19


Lokasi Faktor Keparahan (s) Skor lokal Derajat Keparahan
(f) (fxs) akne
Dahi 2 0 Tidak ada Ringan 1-18
lesi

Pipi kiri 2 1 Komedo Sedang 19-30

Pipi 2 2 Papul Berat 30-38


kanan

Hidung 1 3 Pustul Sangat >39


berat

Dagu 1 4 Nodul

Dada 3 Skor total

Sumber : Ramli, 2012

Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang di revisi oleh Cunliffe menyebutkan bahwa
akne vulgaris terbagi menjadi derajat I, II, III, dan IV dengan kriteria yang
dijelaskan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang di revisi Cunliffe (2003)9,19
I Komedo predominan, papul dan pustul (kecil dan <10) Ringan

II 10-40 papul dan pustul Sedang

III 40-100 papul dan pustul, >40 komedo, terdapat nodul Sedang/ berat

IV Nodulokistik dan akne konglobata dengan keparahan, Berat


lesi yang nyeri, papul, pustul, dan komedo.

Sumber : Vilar, 2015, Adityan, 2009


12

2.1.8 Diagnosis

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia (FKUI/RSCM) untuk
menentukan derajat akne vulgaris adalah klasifikasi menurut Lehmann, yang
diadopsi dari 2nd Acne Round Table Meeting (South East Asia) Regional
Consensus on Acne Management.1

Tabel 2.5. Derajat keparahan akne vulgaris menurut Lehmann1


Derajat Lesi Gambar14

Akne ringan Komedo < 20, atau

Lesi inflamasi <15, atau

Total lesi < 30

Akne sedang Komedo 20-100, atau

Lesi inflamasi 15-50, atau

Total lesi 30-125

Akne berat Kista >5, atau komedo >100,


atau

Lesi inflamasi > 50, atau

Total lesi >125

Sumber : Bernadette, 2015

2.1.9 Tatalaksana

Tujuan tatalaksana akne vulgaris adalah untuk mempercepat penyembuhan,


mencegah pembentukan akne baru, dan mencegah jaringan parut yang merupakan
komplikasi dari akne yang bersifat permanen.1,13

Tatalaksana akne vulgaris harus berdasarkan penyebab atau faktor pencetusnya,


patogenesis, keadaan klinis, derajat keparahan akne, dan aspek psikologis. Dari
13

aspek psikologis, sebagian besar pasien akne vulgaris merasa malu yang
berlebihan, rendah diri, perasaan cemas dan menyendiri, sehingga memerlukan
terapi yang lebih efektif.1

Penatalaksanaan umum akne vulgaris dimulai dengan mencuci wajah minimal 2


kali dalam sehari menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah mengandung
antibakteri, misalnya triklosan yang menghambat kokus positif gram. Selain itu
juga banyak sabun mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat. 1,4

Penatalaksanaan medikamentosa berupa pemakaian bahan topikal untuk


pengobatan akne sangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid, resorsinol, dan
asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas. Asam azaleat dengan
konsentrasi krim 20 persen atau gel 15 persen, memiliki efek antimikroba dan
komedolitik, selain mengurangi pigmentasi dengan berfungsi sebagai inhibitor
kompetitif tirosinase. Benzoil peroksida merupakan antimikroba kuat, tetapi
bukan antibiotik, sehingga tidak menimbulkan resistensi. 4,13

Antibiotik topikal yang sering digunakan adalah klindamisin dan eritromisin.


Keduanya dapat digunakan dengan kombinasi bersama benzoil peroksida dan
terbukti mengurangi resistensi.4

2.1.10 Definisi kualitas hidup

Menurut World Health Organization (WHO), kualitas hidup diartikan sebagai


persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam konteks kultural dan
sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar,
dan perhatiannya.20
Seperti halnya definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau
penyakit, demikian juga mengenai kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti
tidak adanya keluhan saja, akan tetapi terdapat hal-hal lain yang dirasakan oleh
penderita, bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya
menjadi keinginannya.21
14

2.1.11 Ruang lingkup kualitas hidup20,22


Secara umum terdapat 6 aspek yang yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup
berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO, bidang tersebut antara
lain:
1. Kesehatan fisik
Terdiri dari kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual,
tidur, dan istirahat.
2. Kesehatan psikologis
Terdiri dari perasaan positif, cara berpikir, belajar, memori, konsentrasi,
harga diri, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, dan
kepercayaan individu.
3. Keleluasaan aktivitas
Terdiri dari mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja.
4. Hubungan sosial
Terdiri dari hubungan sosial dan dukungan sosial.
5. Lingkungan
Terdiri dari kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah,
sumber keuangan, kepedulian sosial,dan kepuasan kerja.
6. Spiritual
Terdiri dari agama, spritualitas, dan kepercayaan.

2.1.12 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Berdasarkan definisi yang dikemukakan dalam World Health Organization


Quality of Life (WHOQoL), bahwa persepsi individu mengenai kualitas hidupnya
dipengaruhi oleh konteks kultural dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup
dan tinggal.20 Berbagai penelitian menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup tersebut antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan orang lain, dan standar referensi yang menjadi pembanding
antara kualitas hidupnya dengan orang lain. 21,23
15

2.1.13 Hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas


hidup

Meskipun bukan sebuah kondisi yang mengancam kehidupan, berbagai penelitian


telah mengungkapkan bahwa akne vulgaris terdapat hubungan dengan kualitas
hidup.8,9 Keluhan pasien akne vulgaris yang dilaporkan terkait keluhan efek
fungsional, sosial, psikologikal, dan emosional mereka sebanding dengan yang
dilaporkan oleh pasien penyakit lain, seperti asma kronik, epilepsi, diabetes, dan
artritis, sehingga akne vulgaris bukanlah penyakit yang bisa diacuhkan
dibandingkan dengan kondisi penyakit kronis lain. 25 Penelitian Ningrum
melaporkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne
vulgaris dengan kualitas hidup.10 Pada penelitian Vilar,dkk menyatakan bahwa
derajat keparahan akne vulgaris berhubungan dengan kualitas hidup yang buruk. 9
Sejalan dengan Ningrum dan Vilar, menurut Tasoula, akne vulgaris pada remaja
dapat memberikan efek psikis yang negatif pada penderitanya dan mempengaruhi
tingkat kualitas hidup.7

Namun hal yang berbeda disampaikan dalam penelitian Kokandi yang


menyatakan tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris.11 Hal
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bramantyo bahwa derajat
keparahan akne vulgaris tidak berhubungan dengan tingkat kualitas hidup.12

2.1.14 Pengukuran kualitas hidup pada penderita akne vulgaris

Menurut WHO, pengukuran kesehatan dan efek perawatan kesehatan harus


mencakup tidak hanya indikasi perubahan frekuensi dan tingkat keparahan
penyakit, tetapi juga perkiraan kualitas hidup.20,24

Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Terdapat


berbagai macam kuesioner yang digunakan untuk mengukur berbagai penyakit
baik secara umum, maupun spesifik untuk suatu penyakit. Untuk akne vulgaris,
terdapat indikator spesifik untuk pengukuran kualitas hidup. Saat ini, yang paling
banyak dipakai ialah Cardiff Acne Disability Index (CADI), Dermatology Life
Quality Index (DLQI), dan Children’s Dermatology Life Quality Index (CDLQI).
16

CADI merupakan kuesioner yang spesifik untuk akne vulgaris yang didesain
untuk digunakan pada remaja dan dewasa muda yang menderita akne vulgaris.26
DLQI digunakan untuk menilai kualitas hidup pada responden dewasa, yaitu
diatas usia 16 tahun, sedangkan CDLQI digunakan untuk menilai kualitas hidup
responden berusia dibawah 16 tahun. Selain menilai kualitas hidup penderita akne
vulgaris, Kedua kuesioner ini banyak digunakan dalam penelitian yang mengukur
kualitas hidup karena validitas dan reliabilitasnya yang baik, cara pengukurannya
sederhana, serta mampu membandingkan kualitas hidup suatu penyakit kulit
dengan penyakit kulit lainnya. 27
CDLQI dapat dianalisis dengan 6 kategori yaitu : gejala dan perasaan, waktu
luang, sekolah atau liburan, hubungan pribadi, tidur, dan perawatan. CDLQI
merupakan kuesioner berbahasa inggris yang diterjemahkan dalam berbagai
bahasa yang telah divalidasi oleh Universitas Cardiff, termasuk juga dalam bahasa
Indonesia.7,27 Skor setiap jawaban dari pertanyaan dinilai dalam bentuk skor, yang
kemudian dihitung dengan menjumlahkan total skor setiap jawaban. Tingkat
kualitas hidup interpretasikan berdasarkan total skor yaitu mulai dari tidak
terganggu, gangguan ringan, sedang, berat, dan sangat berat.27

Sampai dekade yang lalu, prosedur evaluasi perawatan medis hampir hanya
didasarkan pada kriteria objektif yang tekait klinis dan somatik saja. Dalam
dekade terakhir ini, rekaman dengan cara yang standar dari faktor subjektif seperti
pengalaman, perilaku pasien, dan beban penyakit dapat diandalkan
secara intensif yang memungkinkan dokter untuk menilai jalannya penyakit dan
efek terapi.26

2.1.15 Perkembangan remaja

Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa, dimana
terjadi berbagai perubahan baik hormonal, fisik, psikologis, maupun sosial.
Perubahan fisik yang menonjol ialah perkembangan tanda-tanda seks sekunder
dan pacu tumbuh. Terjadi juga perubahan psikososial baik dalam tingkah laku,
hubungan dengan lingkungan, serta ketertarikan dengan lawan jenis. Perubahan
17

psikososial remaja dibagi dalam 3 tahapan, yaitu remaja awal, pertengahan, dan
akhir.28,29
Pada masa remaja awal, peran teman sebaya sangat dominan, mereka berusaha
untuk membentuk kelompok, bertingkah laku, berpenampilan, mempunyai bahasa
atau isyarat yang sama. Pada masa remaja pertengahan, mereka sudah mulai
mempunyai role model dan konsisten terhadap cita-cita. Dan pada masa remaja
akhir, mereka lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang
diinginkannya nanti, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan
lingkungan.29
18

2.2 Kerangka Teori

Faktor internal Faktor eksternal:


lingkungan
Hormon androgen
Kolonisasi P.acnes
Hiperproliferasi
folikel pilosebasea inflamasi

Peningkatan Akne ringan,


produksi sebum Papul,pustul,nodul sedang, berat,
sangat berat
Mikrokomedo dan (grade I- IV)
komedo

GAGS
Bentuk lesi akne

Leeds
Penilaian derajat Ringan,
keparahan Sedang,
Lehmann
berat
Perubahan
hormonal AKNE VULGARIS

Remaja Kesehatan fisik

Kesehatan
Usia KUALITAS HIDUP psikologis

Jenis kelamin Keleluasaan


aktivitas
Tingkat pendidikan
Instrumen pengukur Hubungan sosial
pekerjaan
 DLQI lingkungan
Hubungan dengan  CDLQI
orang lain  CADI spiritual

Standar referensi

Tidak Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


terganggu ringan sedang berat sangat berat
19

2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep tentang kualitas hidup


pada pasien akne vulgaris dapat dirumuskan secara skematis pada bagan berikut :

Akne Ringan
Usia
Akne Sedang Jenis kelamin

Akne Berat

Klasifikasi Lehmann

Derajat keparahan akne vulgaris Kualitas hidup penderita akne


vulgaris

Pengukuran dengan
Kuesioner CDLQI

Tidak Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


terganggu ringan sedang berat sangat berat

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak dihubungkan


20

2.4 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara ukur Alat Hasil ukur Skala


ukur ukur

1. Derajat Penilaian Pemeriksaan kaca Jumlah dari masing Ordinal


keparahan gradasi akne fisik berupa pembesar masing bentuk lesi
akne vulgaris inspeksi bagian akne vulgaris
vulgaris menurut wajah pasien,
klasifikasi menentukan Komedo<20 atau,
Lehmann. bentuk lesi dan lesi inflamasi <15
menghitung atau, total lesi <30 =
jumlah akne akne ringan
vulgaris. Komedo 20-100,
atau lesi inflamasi
15-50,atau total lesi
30-125 =akne
sedang

Kista >5,atau
komedo >100,atau
lesi inflamasi
>50,atau total lesi
>125 =akne berat

2. Kualitas Penilaian Menjawab 10 Kertas Skor dari total 10 Ordinal


Hidup persepsi pertanyaan kuesioner pertanyaan kuesioner
individu dalam kuesioner CDLQI CDLQI
tentang CDLQI dan alat 0-1=tidak terganggu
keberadaanny tulis 2-6=sedikit
a dalam hidup, berupa terganggu
dalam konteks pensil / 7-2=terganggu
kultural, nilai, pulpen 13-18=banyak
harapan, terganggu
standar, dan 19-30= sangat
perhatiannya terganggu
berdasarkan
CDLQI.
21

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain potong


lintang untuk mencari hubungan antarvariabel yaitu derajat keparahan akne
vulgaris (variabel independen) dan kualitas hidup (variabel dependen) yang
ditentukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner dan
pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis responden.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-27 September 2016 di MTs Pembangunan
UIN Jakarta.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Semua siswa penderita akne vulgaris yang berusia 16 tahun ke bawah.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Penderita akne vulgaris di kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

3.3.3 Sampel Penelitian


Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif, dimana setiap subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak terdapat kriteria eksklusi dimasukkan dalam
penelitian.
Perhitungan besar sampel diambil berdasarkan jenis pertanyaan penelitian yaitu
analitis bivariat kategorik tidak berpasangan, dengan rumus sebagai berikut.
√ √
n1= n2 =[ ]

√ √
=[ ]

21
22

n1= n2 = 63,2 sampel, dibulatkan menjadi 63 sampel.

Pada penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 63 sampel untuk masing-masing


derajat keparahan akne vulgaris yaitu derajat ringan dan derajat sedang-berat. Di
penelitian ini dilakukan penggabungan pada derajat keparahan akne sedang dan
berat untuk dilakukan analisis bivariat.

keterangan :
n1 = n2 = jumlah sampel setiap kelompok
Zα = deviat baku alfa = 5% = 1,96
Zβ = deviat baku beta = 20% = 0,84
P2 = proporsi pada kelompok yang telah diketahui= 0,46.9
Q2 = 1 - P2 = 1- 0,46 = 0,54
P1 = proporsi yang nilainya merupakan judgement peneliti = 0,7
Q1 = 1 – P1 = 1-0,7 = 0,3
P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,24
P = proporsi total (P1+P2) / 2 = (0,7+0,46)/2 =0,58
Q = 1- P = 1- 0,58 = 0,42

3.3.4 Kriteria inklusi

a. Siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.


b. Berusia 16 tahun ke bawah.
c. Sedang mengalami akne vulgaris minimal satu minggu terakhir.
d. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan (inform
consent).

3.3.5 Kriteria eksklusi

a. Mengalami penyakit kulit lain selain akne vulgaris di wajah.


b. Telah mengisi kuesioner, namun tidak bersedia dilakukan pemeriksaan fisik
dermatologis.
23

3.4 Alur Penelitian

Populasi siswa VIII dan IX MTs


Pembangunan UIN Jakarta

Pengisian kuesioner penjaring oleh


seluruh populasi terjangkau

Diperoleh sampel yang memenuhi


kriteria inklusi dan eksklusi

Memberi penjelasan dan inform


consent kepada sampel.

Sampel mengisi kuesioner CDLQI

Sampel melengkapi Menilai derajat keparahan akne

ketidaklengkapan kuesioner vulgaris dengan pemeriksaan


fisik inspeksi wajah

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisis data

Penyajian data

kesimpulan
24

3.5 Manajemen Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1.1 Data Primer

Data primer dikumpulkan dari pengisian kuesioner penjaring dan CDLQI oleh
responden dan hasil pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis responden yang
dilakukan oleh peneliti, berupa inspeksi wajah penderita akne vulgaris untuk
melihat bentuk lesi serta menghitung jumlahnya untuk menentukan derajat
keparahan akne vulgaris berdasarkan klasifikasi Lehmann.

3.5.1.2 Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari pihak Madrasah yaitu berupa data jumlah siswa
kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

3.5.2 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data menggunakan program statistika SPSS 22.0. data dilakukan


pengolahan statistik deskriptif, kemudian dilakukan uji One-way Kolmogorov-
smirnov untuk mengetahui normalitas distribusi data. Analisis data menggunakan
uji Chi-Square bila syarat terpenuhi, yaitu sel yang mempunyai hitung harapan
kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Bila tidak memenuhi syarat, untuk
tabel selain 2 x 2 dan 2 x k, dilakukan uji alternatif yaitu penggabungan sel
kemudian diuji kembali dengan menggunakan uji Chi-Square. Bila tidak
memenuhi syarat, digunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov.

3.5.3 Rencana Penyajian Data

Data yang telah di analisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
25

3.6 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait etika penelitian pada penelitian ini adalah:


1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan pada pihak MTs Pembangunan
UIN Jakarta sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan kepada responden secara lisan maupun tertulis dengan
menandatangani form persetujuan bersedia mengikuti penelitian.
3. Menyertakan surat komisi etik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
26

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian


4.1.1 Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berlokasi di
Jalan Ibnu Taimiya 4, Kota Tangerang Selatan, Banten. Pengaturan alokasi waktu
belajar adalah 40 menit per jam pelajaran, sehingga jumlah jam pelajaran
perminggu teralokasi 45 jam pelajaran. Fasilitas yang yang tersedia berupa, ruang
kelas, perpustakaan, laboratorium komputer, MIPA, IPS, Bahasa, dan kitchen lab,
masjid dan aula, sarana audio visual, UKS dan perawatan RS Syarif Hidayatullah,
ruang bimbingan dan konseling, ruang musik, tabungan amal saleh, sarana antar
jemput, kantin, satpam, koperasi sekolah, sarana olahraga dan Bank.

4.1.2 Karakteristik responden

Dari total 472 siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta, diperoleh
sebanyak 222 siswa (47%) yang menjadi responden dalam penelitian ini, dengan
rerata usia 13,35 tahun (± 0,65). Distribusi usia, jenis kelamin, dan derajat
keparahan akne vulgaris pada responden disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin, derajat keparahan akne vulgaris
responden
Karakteristik Frekuensi Persentase Total
(n) (%) n (%)
Usia
12 tahun 16 7,2
13 tahun 118 53,2 222
14 tahun 83 37,4 (100,0)
15 tahun 5 2,3
Jenis kelamin
Laki-laki 121 54,5 222
Perempuan 101 45,5 (100,0)
Derajat keparahan akne
Ringan 69 31,1
222
Sedang 150 67,6
(100,0)
Berat 3 1,4

26
27

Berdasarkan tabel 4.1 Responden yang terbanyak berasal dari usia 13 tahun
(53,2%), dan responden yang paling sedikit yakni usia 15 tahun (2,3%).
responden yang mengalami akne vulgaris lebih banyak pada jenis kelamin laki-
laki (54,5%) daripada perempuan (45,5%). Derajat keparahan akne vulgaris
terbanyak yang dialami oleh responden ialah akne derajat sedang (67,6%),
kemudian akne derajat ringan (31,1%) dan yang paling sedikit ialah akne derajat
berat (1,4%).

4.1.3 Tingkat kualitas hidup

Berdasarkan interpretasi skor CDLQI, tingkat kualitas hidup terbagi mulai dari
tidak terganggu sampai gangguan sangat berat. Data lengkap tingkat kualitas
hidup responden berdasarkan interpretasi CDLQI disajikan dalam tabel 4.2
berikut.
Tabel 4.2 Tingkat kualitas hidup responden berdasarkan interpretasi CDLQI
Tingkat kualitas Frekuensi (n) Persentase (%) Median
hidup
Tidak terganggu 61 27,5
Gangguan ringan 100 45,0
Gangguan sedang 51 23,0
3,50
Gangguan berat 10 4,5
Gangguan sangat 0 0,0
berat
Total 222 100,0

Berdasarkan tabel 4.2, Gangguan kualitas hidup ringan merupakan yang paling
banyak dialami responden (45%), dan yang paling sedikit ialah gangguan kualitas
hidup berat (4,5%). Diketahui median dari skor CDLQI adalah 3,50 yang artinya
rata-rata responden mengalami gangguan kualitas hidup ringan.

4.1.4 Hubungan antara derajat keparahan akne dan tingkat kualitas hidup

Pada penelitian ini, variabel yang dihubungkan adalah derajat keparahan akne
vulgaris dan tingkat kualitas hidup. Kedua variabel ini merupakan variabel
28

kategorik. Hubungan antara variabel penelitian disajikan dalam tabel 4.3 sebagai
berikut.
Tabel 4.3 Hubungan antara derjat keparahan akne dan tingkat kualitas hidup
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
Tingkat kualitas hidup
Derajat
keparahan Tidak Gangguan Gangguan p
Total
akne terganggu ringan sedang-berat

n % n % N %

Ringan 22 31,9 30 43,5 17 24,6 69


0,999
Sedang-berat 39 25,5 70 45,8 44 28,8 153

Total 61 27,5 100 45,0 61 27,5 222

Dari tabel 4.3, diketahui bahwa pada responden dengan derajat keparahan akne
vulgaris ringan, paling banyak mengalami gangguan kualitas hidup ringan
(43,5%). Responden dengan derajat akne vulgaris sedang hingga berat juga
didapatkan paling banyak mengalami gangguan kualitas hidup yang ringan
(45,5%).

Didapatkan p=0,999, dimana p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan


bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup.

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini, didapatkan prevalensi akne vulgaris sebanyak 47%
dengan kejadian akne vulgaris lebih tinggi pada laki-laki meskipun tidak terlalu
signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa prevalensi akne
pada masa remaja berkisar antara 47-90% dan kejadian akne vulgaris lebih banyak
terjadi pada laki-laki.4,13 Penelitian Tjekyan menyebutkan bahwa prevalensi akne
vulgaris lebih tinggi pada laki-laki (54,7%) dibandingkan perempuan.2 Penelitian
yang dilakukan Yahya juga mendukung bahwa kejadian akne vulgaris lebih tinggi
terjadi pada laki-laki (50,8%).14 Penelitian Hanisah pada remaja usia sekolah
mendukung bahwa prevalensi akne lebih tinggi pada laki-laki (71,1%).30 Menurut
29

Noorbala, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara akne vulgaris dengan
jenis kelamin, dimana dalam penelitiannya didapatkan pada laki-laki sebesar
45%.8

Dalam penelitian ini, kejadian akne vulgaris paling banyak didapatkan pada
responden yang berusia 13 tahun. Sesuai dengan kepustakaan sebelumnya yang
menyatakan bahwa akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun.1 Akne vulgaris
dimulai pada onset remaja dimana hal ini sejalan dengan adanya peningkatan
hormon androgen pada onset pubertas remaja.5,13

Derajat keparahan terbanyak yang dialami responden laki-laki dan perempuan


ialah akne vulgaris derajat sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Yurivka yang
dilakukan di Rusunawa putri Unimus, dimana pada penelitiannya mendapatkan
sebanyak 42,5% responden mengalami derajat keparahan akne vulgaris derajat
sedang.31 Berat ringannya derajat keparahan akne vulgaris dipengaruhi oleh
jumlah sebum yang diproduksi, dimana pada penderita akne vulgaris, baik laki-
laki maupun perempuan akan memproduksi sebum yang lebih banyak daripada
individu normal, namun komposisi sebum tidak berbeda dengan orang normal.1

Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara
derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Bramantyo pada siswa SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang berusia 15-20 tahun, bahwa tidak terdapat
hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas
hidup.12 Pada penelitian Kokandi juga mendukung bahwa tidak adanya hubungan
antara derajat keparahan akne vulgaris dan tingkatan kualitas hidup seseorang.
Menurut Kokandi, kualitas hidup pada pasien akne vulgaris dapat dipengaruhi
oleh alasan lain selain derajat keparahan akne vulgaris, seperti karena faktor
sosial, emosional, tipe kepribadian seseorang, adanya skar dan masalah sekolah
ataupun pekerjaan.11
Hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian Tasoula yang
menyebutkan adanya hubungan positif antara derajat keparahan akne vulgaris
dengan gangguan pada kualitas hidup.7 Penelitian Ningrum juga menyatakan
30

adanya hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat
kualitas hidup penderitanya.10 Dan pada penelitian Vilar,dkk juga menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan buruknya
kualitas hidup.9 Adanya perbedaan antara satu penelitian dengan penelitian lain
dapat dikaitkan dengan berbagai faktor seperti perbedaan klasifikasi yang
digunakan untuk menilai keparahan akne vulgaris, perbedaan karakteristik
responden antara satu tempat dengan tempat yang lain, dan perbedaan persepsi
penderita tentang seberapa parah akne vulgaris yang dialaminya.7

Pada penelitian ini, derajat keparahan akne vulgaris tidak berhubungan dengan
tingkat kualitas hidup. Responden paling banyak mengalami akne vulgaris derajat
sedang, namun kualitas hidup responden yang paling banyak ialah gangguan
ringan dan tidak terganggu, sehingga menurut peneliti kualitas hidup pada
responden masih lebih baik bila dibandingkan derajat keparahan yang dialaminya.

Derajat keparahan dan kualitas hidup dapat dilihat dari berbagai aspek, dimana
pada penelitian ini derajat keparahan dan kualitas hidup responden dapat dikaitkan
dengan aspek spiritualitasnya. Responden yang merupakan siswa madrasah,
dimana dalam rutinitas sehari-harinya, selain belajar mereka juga dibiasakan
melakukan kegiatan ibadah, seperti sholat wajib dan sunnah, tilawah atau
membaca al-Quran, serta menghafal al-Qur’an. Pengaruh dari kegiatan ibadah
telah banyak diteliti dan terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan
psikis. Sebagai contohnya ialah berwudhu yang merupakan rangkaian dari
kegiatan ibadah, terbukti dapat mencegah timbulnya penyakit kulit, salah satunya
akne vulgaris, dimana pada saat berwudhu, air yang mengenai bagian tubuh saat
berwudhu akan dibersihkan dari debu, kotoran, dan bahan kimia yang menempel
pada kulit. Selain itu, efek dari air wudhu juga akan memelihara keselarasan pusat
saraf, dimana tempat-tempat terkenanya air wudhu seperti dahi, tangan, dan kaki
merupakan lokasi pusat saraf yang paling peka dari tubuh manusia.32 Dengan
terpeliharanya pusat saraf yang merupakan pengendali dari seluruh tubuh, maka
kualitas hidup juga akan menjadi lebih baik.
31

4.3 Keterbatasan penelitian

1. Proporsi responden dengan derajat keparahan akne berat tidak sebanding


dengan derajat keparahan akne ringan dan sedang, sehingga tidak dapat
dinilai tingkat kualitas hidupnya.
2. Pada saat proses pengisian kuesioner, terdapat beberapa responden yang
mengisi kuesioner tidak berdasarkan sesuai keadaannya atau hanya melihat
dari teman didekatnya sehingga dapat menimbulkan bias pada penelitian ini.
32

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
 Prevalensi penderita akne vulgaris pada siswa kelas VIII dan IX MTs
Pembangunan UIN Jakarta yaitu sebesar 47%, dengan usia terbanyak yaitu
13 tahun, dan prevalensi pada laki-laki lebih tinggi. Derajat keparahan
akne vulgaris yang paling banyak diderita yaitu akne derajat sedang.
Tingkat kualitas hidup terbanyak yang dialami berdasarkan CDLQI adalah
gangguan kualitas hidup ringan.
 Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne
vulgaris dengan tingkat kualitas hidup pada siswa kelas VIII dan IX MTs
Pembangunan UIN Jakarta.

5.2 SARAN

 Penelitian selanjutnya diharapkan mendapatkan proporsi derajat keparahan


akne berat yang seimbang dengan derajat ringan dan sedang sehingga
dapat menilai tingkat kualitas hidup pada masing-masing kelompok.
 Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan studi kohort dalam
melihat hubungan derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat kualitas
hidup.

32
33

DAFTAR PUSTAKA

1. Bernadette I, Wasitaatmaja SM . Akne vulgaris. Dalam: Menaldi SL. Ilmu


penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI 2015;288-91.
2. Tjekyan, RM Suryadi. Kejadian dan faktor risiko akne vulgaris. M Med
Indonesia.Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2008;
43(1):38-40.
3. Graham Brown R, Burns T. Lecture notes: dermatologi edisi 8. Jakarta:
Erlangga 2005:55-7.
4. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne vulgaris and acneiform
eruptions. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel
DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.McGraw-Hill
2012;8(1):897-909.
5. Tahir M. Pathogenesis of acne vugaris: simplified. JPAD 2010;20:93-7.
6. Safizadeh H, Meymandi S, Naeimi A. Quality of life in Iranian patient
with acne. Dermatol Res Prac 2012;1-4.
7. Tasoula E, Chalikias J, Danopoulou I, Rigopoulos D. The impact if acne
vulgaris on quality of life and psychic in health young adolescent in
Greece.Result of population Survey. An Bras Dermatol 2012;87(6):862-9.
8. Noorbala MT, Mozaffary B. Prevalence of acne and its impact on the
quality of life in high school-aged adolescent in Yazd, Iran. JPAD
2013;23(2):168-72.
9. Vilar GN, Filho JFS, Santos LA. Quality of Life, self-esteem and
psychosocial factors in adolescents with acne vulgaris. An Bras Dermatol
2015;90(5):622-9.
10. Ningrum PF. Hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup
pada remaja di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. FKUMS 2016.
11. Kokandi A. Evaluation of acne quality of life and clinical severity in Acne
female adults. Dermatol Res Prac 2010:1-3.
12. Bramantyo N. Hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dan
kualitas hidup penderita akne vulgaris. UGM 2015.
34

13. Movita T. Continuing medical education: acne vulgaris. CDK-203


2013;40(4):269-7.
14. Yahya H. Acne vulgaris in Nigeria adolescent: prevalence, severity,
beliefs, perseptions, and practices. Int J Dermatol 2009;48:498-505.
15. Ika. Hubungan tingkat stress dengan timbulnya jerawat pada siswa SMP 4
Ngawi. FKUMS 2015.
16. Loveckova Y, Havlikova I. A microbiological approach to acne vulgaris.
Biomed Papers.Institute of Microbiology Faculty of Medicine Poacky
University and Teaching Hospital in Olamouc 2002;146(2):29-30.
17. Johansyah RB. Hubungan antara derajat keparahan acne dengan kualitas
hidup mahasiswa pre-klinik program pendidikan dokter umum Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun ajaran 2015/2016.Makassar:
FKUNHAS 2015.
18. Ramli R, Malik AS, Hani AFM. Review acne analysis, grading and
computational asessment methods: an overview. Skin Res Technol
2012;18:2-7.
19. Adityan B, Kumari R, Thappa DM. Scoring system in acne vulgaris.
Indian J Dermatol Venerol Leprol 2009;75:320-1.
20. Division of Mental Health and Prevention of Subtance Abuse. WHOQoL:
Measuring quality of life. Geneva: WHO 1997:1-2.
21. Chairani N. Kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan
Padang Hulu Tebing Tinggi.FKUI 2013.
22. Larasati T. Jurnal kualitas hidup pada wanita yang sudah memasuki masa
menopause. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2013:5.
23. Wagner JA, Abbott G, Lett, S. Age related differences in individual
quality of life domain in youth with type 1 diabetes. SoM 2004:6-8.
24. Both H, Essink-Bot ML, Busschbach J, Nijsten T. Critical review of
generic and dermatology-spesific health-related quality of life instruments.
J Inves Dermatol 2007;127:2726-39
35

25. Jones CM, Chren MM, Soller B, Pedrosa E, Penas PF. Quality of Life in
mild to moderate acne: relationship to clinical severity and factors
influencing change with treatment.JEADV 2010;21:219-26.
26. Augustin M, Langenbruch A, Gutknecht M, Radtke MA, Blome C.
Quality of life measures for dermatology: definition, evaluation, and
interpretation.Curr Derm Rep 2012;1:148-151.
27. Finlay AY, Jones MS. The Children’s Dermatology Life Quality Index
(CDLQI).Br J Dermatol 1995;132(6)942-9. (Di unduh 01/05/2016).
28. Sanders RA. Adolescent, psycosocial, and cognitive development. Peds in
Review 2013;34(8):354-7.
29. Batubara, Jose RL. Adolescent development (perkembangan remaja).
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Sari Pediatri 2010;12(1):21-7.
30. Hanisah A, Omar K, Azhar S. Prevalence of acne and its impact on the
quality of Life in school-aged adolescents in Malaysia. J Prim Health Care
2009;1(1):20-2.
31. Yurivka A, Indrastiti R, Tiyas M. Hubungan antara tingkat gradasi akne
vulgaris dengan kualitas hidup di Rusunawa putri UNIMUS. UNIMUS
2015.
32. Lela, Lukmawati. Ketenangan: makna dawamul wudhu. PSIKIS
2015;1(2):56-7.
36

LAMPIRAN

Lampiran 1

Naskah persetujuan penelitian

NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN

Kami, Melda Agustin, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam


Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta semester VII, melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Derajat Keparahan dengan Kualitas Hidup Pada Pasien
Akne Vulgaris”. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi persyaratan
penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan derajat keparahan


akne vulgaris dengan kualitas hidup pasien. Akne vulgaris, atau yang biasa
disebut dengan jerawat, merupakan penyakit kulit yang umum yang ditandai
dengan bentuk lesi yang bervariasi. Kualitas hidup merupakan derajat kepuasan
yang dialami oleh seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Data yang kami peroleh dari pemeriksaan saudara akan kami rahasiakan
dan tidak akan di sebarkan. Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa.
Apabila saudara bersedia menjadi peserta penelitan, dengan senang hati kami
mengharapkan untuk dapat kiranya mengisi formulir yang kami sediakan.

Atas partisipasi dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih

September, 2016

Peneliti

Melda Agustin
PSKPD UIN Jakarta
37

Tanggal Pengambilan:

KUESIONER KUALITAS HIDUP PENDERITA AKNE


VULGARIS
No Kuesioner:

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset
Hubungan Derajat Keparahan dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada
siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
oleh Melda Agustin, Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2013 FKIK
UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara
sukarela. Pernyataan bersedia diwawancarai dan diperiksa.

Ciputat, 2016

( _______________________ )
38

Lampiran 2

Identitas dan Pertanyaan penjaring


IDENTITAS RESPONDEN

Nama :
Kelas
Usia : tahun
Jenis kelamin : laki-laki/ perempuan (lingkari salah satu)
No. HP :
I. Jawablah pertanyaan dibawah ini.
1. Apakah saat ini saudara sedang menderita jerawat?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika “Ya”, sudah berapa lama kah saudara memiliki jerawat saat ini?
a. < (Kurang dari) seminggu
b. Satu minggu
c. > (Lebih dari) seminggu
d. Satu bulan
e. >(Lebih dari) 1 bulan
3. Kapan saudara pertama kali menderita/memiliki jerawat?
Sejak ……………………………………………………..
4. Bagaimanakah pola munculnya jerawat yang saudara alami selama ini?
a. Hanya saat: (menjelang haid/ saat stress/saat makan makanan tertentu)
b. Tidak ada waktu tertentu/ muncul kapan saja.
c. Lain-lain :…………………………………………………
5. Apakah saudara melakukan pengobatan terhadap jerawat saudara?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika “Ya”, jenis pengobatan bagaimana yang saudara lakukan?
a. Pengobatan resep dokter
b. Pengobatan sendiri
c. Pengobatan herbal
d. Lain-lain, sebutkan : .........................................................
7. Apakah saudara memiliki penyakit kulit selain jerawat ?
a. Ya . sebutkan : ……………………………………………
b. Tidak
39

Lampiran 3
Kuesioner CDLQI
II. Kuesioner CDLQI (Children’s Dermatology Life Quality Index)
Tujuan kuesioner ini adalah untuk mengukur seberapa jauh masalah
kulit yang anda miliki mempengaruhi SATU MINGGU TERAKHIR,
beri tanda centang () pada salah satu untuk setiap pertanyaan.

No. Pertanyaan

Selama satu minggu terakhir seberapa gatal, Sangat


1
ingin menggaruk, perih atau sakitkah kulit
Cukup
anda ?

Sedikit

Tidak sama sekali

Selama
1 satu minggu terakhir, seberapa kesal, Sangat
2
malu minder, atau sedihkah anda karena kulit
Cukup
anda?
Sedikit

Tidak sama sekali

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh Sangat


3
kulit anda mempengaruhi pertemanan anda?
Cukup

Sedikit

Tidak sama sekali

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh Sangat


4
anda telah mengganti atau memakai
Cukup
pakaian/sepatu yang berbeda atau khusus
akibat kulit anda ? Sedikit

Tidak sama sekali

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh Sangat


5
masalah kulit anda mempengaruhi kegiatan
Cukup
luar rumah, bermain, atau hobi anda?
Sedikit
40

Tidak sama sekali

6 Selama satu minggu terakhir, apakah anda Sangat


menghindari berenang atau olahraga lain
Cukup
karena masalah kulit anda?
Sedikit

Tidak sama sekali

- Seminggu terakhir pada waktu sekolah: Sangat


7
seberapa jauh kulit anda mempengaruhi
Cukup
kegiatan sekolah anda?
Sedikit

Tidak sama sekali

- Atau, pada waktu libur, dalam seminggu Sangat


terakhir seberapa jauh kulit anda
Cukup
mempengaruhi rencana liburan anda?
Sedikit

Tidak sama sekali

Selama satu minggu terakhir, seberapa besar Sangat


masalah yang anda hadapi dengan kulit anda
Cukup
8 dan orang lain yang memberi julukan,
mengolok-olok, merundung, bertanya-tanya Sedikit

atau menghindari anda ? Tidak sama sekali

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh Sangat


9
masalah kulit mempengaruhi tidur anda?
Cukup

Sedikit

Tidak sama sekali

Selama satu minggu terakhir, seberapa jauhkah Sangat


10
perawatan kulit menjadi masalah bagi anda?
Cukup

Sedikit

Tidak sama sekali

Harap memeriksa kembali apakah anda telah menjawab SETIAP


pertanyaan. Terima kasih
41

Lampiran 4
Surat Permohonan Izin Penelitian
42

Lampiran 5
Surat Permohonan Persetujuan Etik Penelitian
43

Lampiran 6
Foto Alat Ukur dan Dokumentasi Penelitian

Alat pengukuran derajat


keparahan akne vulgaris:
Kaca Pembesar (Loop)

Penjelasan dan pengisian kuesioner

Pemeriksaan fisik kondisi klinis


dermatologis berupa inspeksi wajah
oleh peneliti

Foto lesi akne vulgaris pada salah


satu responden
44

Lampiran 7
Riwayat Hidup Penulis

Identitas

Nama : Melda Agustin

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 09 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pangeran Ratu RT.11 RW 003 Palembang

No. Hp : 0899-5509-617

Email : meldaphyann@ymail.com

Riwayat Pendidikan

 2001 - 2007 : SD Negeri 96 Palembang


 2007 - 2010 : SMP Negeri 15 Palembang
 2010 - 2013 : MA Negeri 1 Palembang
 2013 - sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai