KLB DIFTERI
dr. H. Mohamad Subuh, MPPM
Direktur Jenderal P2P
Riwayat Pekerjaan :
• Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P): Jan
2016 s/d sekarang
• Dirjen Pengendalian Penyakit dan Peyehatan Lingkungan
(PP dan PL ): 2014 s/d Des 2015
• Sesditjen PP dan PL: 2013 – 2014
• Direktur P2ML Ditjen PP dan PL: 2010 – 2012
• Kepala Dinas Kesehatan Prop. Kalimantan Barat: 2008 -
2010
• Direktur RSUD dr. Soedarso Prop. Kalbar: 2004 – 2008
• Kabid Yankes Dinkes Prop. Kalbar: 2000 – 2003
• Kadis Kesehatan Kab. Sintang Prop Kalbar: 1996
• Kepala Puskesmas Sayan, Kotabaru, Sepauk, S. Durian
Kab. Sintang: 1988 – 1996
• DOKTER TELADAN: 1995
Sistematika
• Pendahuluan
• Penyakit Difteri
– Difteri
– Pencegahan dan Pengendalian Difteri
– Pengendalian KLB Difteri
• Outbreak Response Immunization
• Peran PDUI
• Kesimpulan
PENDAHULUAN
Indonesia Pintar
Indonesia Sehat
Trisakti
PIS-PK
Paradigma sehat
Presiden
Nawa Cita
Indonesia
Sehat
Penguatan
Visi dan Misi Institusi Yankes
GERMAS
Indonesia
Kerja
JKN
Program
Kebijakan
Strategi Operasional 5
Kegiatan Utama
GERMAS
*PERPRES 72/2012 SKN; PMK 36/2016 PDKT KELUARGA; PMK 46/2016 SPM KES
INDIKATOR PIS-PK,
1. Keluarga mengikuti KB
2. Ibu bersalin difaskes
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
5. Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar
SPM dan GERMAS
7. Penderita hipertensi berobat teratur
8. Gangguan jiwa berat di obati dan tidak ditelantarkan
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10. Keluarga memiliki atau memakai air bersih 1. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
11. Keluarga memiliki atau memakai jamban sehat 2. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN 3. Pelayanan kesehatan balita
4. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan
dasar
5. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
Puskesmas &
Jaringannya
70.000.000
anak < 15 Tahun
Terlindungi dari Polio
1.587.973 penduduk
usia 15 tahun ke atas yg
7.695 Orang
mendapatkan pelayanan Melakukan konseling dan di
screening FR PTM sesuai Obati 2.338 Puskesmas
standar di IPWL
Menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Jiwa dan Napza
UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
12
UPAYA SATU KESATUAN TIDAK
TERPISAH
DETECT DETECT
PREVENT PREVENT
PENYAKIT DI INDONESIA
& ZONOTIK
• FLU BURUNG
PENYAKIT MENULAR
• EBOLA
LANGSUNG
• MERS CO
• TB
• LEPTOSPIROSIS
• ISPA
KEWASPADAAN P2P • FILARIASIS
• HEPATITIS
• SURVEILANS • DBD
• HIV/AIDS
• KARANTINA • MALARIA
• DIARE
• IMUNISASI • RABIES
• KUSTA
• PENGENDALIAN VEKTOR • KECACINGAN,
• FRAMBUSIA
• SCHISOTOSOMIASIS
PENYAKIT TIDAK MENULAR PENYAKIT YANG DAPAT PENYAKIT NEGLECTED MASALAH KES JIWA DAN
• HIPERTENSI/JANTUNG/STROKE DICEGAH DENGAN TROPICAL NAPZA
• DIABETES MELLITUS IMUNISASI (PD3I) • FILARIASIS • MASALAH JIWA ANAK
• KANKER • CAMPAK • SCHISTOSOMIASIS DAN REMAJA
• PARU-PARU OBSTRUKSI • POLIO • RABIES • MASALAH JIWA DEWASA
KRONIS • DIFTERI • KUSTA DAN LANJUT USIA
• GAGAL GINJAL • TETANUS • FRAMBUSIA • PENYALAHGUNAAN
• KECELAKAAN LALU LINTAS L • PERTUSIS • TAENIA NAPZA
• TUBERKULOSIS • KECACINGAN
• HEPATITIS B • LEPTPOSPIROSIS
• PNEUMONIA DAN
MENINGITIS
PENYAKIT DIFTERI
PENYAKIT DIFTERI
endemis dan dapat
Penyakit menular yang
dicegah dengan imunisasi,
Disebabkan Kuman Corynebacterium
Diphtheriae
• Komplikasi : miokarditis, kelumpuhan otot jantung
Demam suhu lebih kurang 38 oC, Terdapat selaput • Cara Penularan : melalui droplet (percikan ludah) dari
putih keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah penderita (batuk, bersin, muntah). Reservoir adalah
berdarah pada tenggorokan , Sakit waktu menelan. Manusia
Sebanyak 94% kasus Difteri • Masa inkubasi penyakit: 2 – 5 hari, tapi penderita dapat
mengenai tonsil dan faring, Leher menularkan penyakit ke orang lain 2 - 4 minggu sejak
membengkak seperti leher sapi (bullneck), masa inkubasi,
disebabkan adanya pembengkakan kelenjar leher
dan Sesak nafas disertai bunyi mendengkur/ ngorok • Kematian : angka kematian rata-rata 5 – 10 % (Angka
(stridor) kematian di Indonesia tahun 2017 : 4,62%)
FAKTOR RESIKO
TERJADINYA KASUS DIFTERI
• Kepadatan Penduduk
Kepadatan rumah yang lebih dari lima penghuni meningkatkan resiko terjadinya penularan.
Kejadian KLB difteri sering terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.
• Mobilisasi Penduduk
Hampir diseluruh wilayah KLB difteri mobilitas penduduk sangat mudah baik antara
kabupaten, antar kecamatan dan antar desa.
EPIDEMIOLOGI DIPTERI DUNIA
1980-2016
Imunisasi rutin
• dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, terdiri atas
Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan,
• Imunisasi Dasar : Jenis hepatitis B, poliomyelitis, tuberculosis, difteri, pertussis,
Terdiri
Jenis tetanus, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenzatipe b (Hib) dan campak.
atas • Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar.
Rutin
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Program Tambahan
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, contoh : meningitis
Imunisasi Khusus meningokokus,yellow fever(demam kuning), rabies, dan poliomyelitis
90 91.6 92.04
86.9 87.2 86.5 460 416 322 243 241
464 31 235 329 319
4,570
4,565
4,564
4,524
4,521
4,455
4,446
4,442
4,430
4,415
4,288
2012 2013 2014 2015 2016 2017
IDL 86.9 90 87.2 86.5 91.6 92.04 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pemberian Imunisasi Difteri
SURVEILANS
Surveilans Jika dilaporkan adanya kasus Difteri :
Deteksi dini setiap penyakit 1. Dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk memastikan benar-tidaknya
termasuk Difteri agar ada kasus Difteri, bila ada kasus Difteri dilakukan pelacakan kontak erat
apabila muncul dapat kasus, mengidentifikasi faktor resiko dan kelompok rentan yaitu
dilakukan tindakan segera kelompok yang tidak mendapat imunisasi Difteri.
sesuai jenis penyakit 2. Pengambilan spesimen suspek kasus difteri dan kontak erat kasus oleh
petugas laboratorium untuk memastikan adanya kuman Difteri.
3. Kepada orang yang beresiko menularkan diberikan antibiotik
pencegahan
4. Setiap kasus Difteri dirawat di rumah sakit, di ruang isolasi, dan
diberikan ADS dan antibiotika.
5. Dilaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) 0-1-6
6. Dilakukan penguatan imunisasi rutin
7. Dilakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi tentang pencegahan dan
pengendalian Difteri termasuk pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
EDARAN KEWASPADAAN : FEBRUARI 2015
EDARAN KEWASPADAAN : APRIL 2017
PENGENDALIAN KLB DIFTERI
KLB DIFTERI
• Suatu wilayah dinyatakan KLB (Kejadian Luar
Biasa) Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus
terduga difteri.
KLB WABAH
• KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah munculnya atau • Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
meningkatnya kejadian sakit dan/ atau kematian yang menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
menjurus pada terjadinya
dapat
dapat
pada waktu dan daerah tertentu serta
8.1 1192 8
1200
30 7
1000
18 6.4 954
19 6
816
800
778
5 4.9 20 5
4.8 4.6
14 4.3
4
600 3.8 558
14 11 529
432 430 3
400
200 39
39 1
20 24 44
76 21
35 0.48
0.34 0.31 0.22 0.30
0.18 0.16 0.2
0 0
14 13
12 12
12 11 11
10
10 9 9 9 9 9
8 8 8 8 8 8 8 8 8
8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 1
0 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7
Provinsi Kab/Kota Kasus
Penyebaran dan penularan Difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi pada semua penduduk yang berisiko
Melalui ORI (Outbreak Response Immunization)
OUTBREAK RESPONSE
IMMUNIZATION (ORI)
Road Map Pelaksanaan ORI di 85 Kab/Kota di 14 Provinsi Tahun 2017-2018
Agustus
11 Desember 2017 Februari 2018 2018
Putaran I Putaran II Putaran III
12 Kab/Kota 73 Kab/Kota 73 Kab/Kota
• ORI akan dilaksanakan di 85 Kab/kota di 14 provinsi (DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Maluku )
• Sasaran ORI adalah kelompok umur 1 – <19 tahun, sebanyak 3 kali
• Pada tahap awal (Tahun 2017) ORI dilaksanakan di 12 kabupaten/kota di 3 Provinsi (Banten, DKI Jakarta
dan Jawa Barat) mulai tanggal 11 Desember 2017. Kemudian dilanjutkan pada Tahun ini (Tahun 2018) di
73 Kab/Kota di 14 provinsi.
AREA PELAKSANAAN ORI
DI 85 KAB/KOTA
Cluster 1
Cluster 2
Cluster 3
Cluster 4