Anda di halaman 1dari 39

PENANGGULANGAN

KLB DIFTERI
dr. H. Mohamad Subuh, MPPM
Direktur Jenderal P2P

Kongres Nasional III Perhimpunan Dokter Umum Indonesia


Jakarta, 27 Januari 2018
DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT

• Nama : MOHAMAD SUBUH, dr, MPPM


• Tempat /tg lahir : Pontianak 19 Januari 1962
• Pendidikan : - Dokter FKUI Jakarta 1988
- S2 USC Los Angeles 1999

Riwayat Pekerjaan :
• Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P): Jan
2016 s/d sekarang
• Dirjen Pengendalian Penyakit dan Peyehatan Lingkungan
(PP dan PL ): 2014 s/d Des 2015
• Sesditjen PP dan PL: 2013 – 2014
• Direktur P2ML Ditjen PP dan PL: 2010 – 2012
• Kepala Dinas Kesehatan Prop. Kalimantan Barat: 2008 -
2010
• Direktur RSUD dr. Soedarso Prop. Kalbar: 2004 – 2008
• Kabid Yankes Dinkes Prop. Kalbar: 2000 – 2003
• Kadis Kesehatan Kab. Sintang Prop Kalbar: 1996
• Kepala Puskesmas Sayan, Kotabaru, Sepauk, S. Durian
Kab. Sintang: 1988 – 1996
• DOKTER TELADAN: 1995
Sistematika

• Pendahuluan
• Penyakit Difteri
– Difteri
– Pencegahan dan Pengendalian Difteri
– Pengendalian KLB Difteri
• Outbreak Response Immunization
• Peran PDUI
• Kesimpulan
PENDAHULUAN
Indonesia Pintar
Indonesia Sehat
Trisakti
PIS-PK
Paradigma sehat

Presiden
Nawa Cita
Indonesia
Sehat
Penguatan
Visi dan Misi Institusi Yankes

GERMAS
Indonesia
Kerja

JKN
Program
Kebijakan
Strategi Operasional 5
Kegiatan Utama
GERMAS

Melaksanakan kampanye Meningkatkan Meningkatkan


Gerakan Masyarakat Hidup pendidikan pelaksanaan deteksi
Sehat serta meningkatkan mengenai gizi dini di Puskesmas
advokasi dan pembinaan seimbang dan dan menyusun
pemberian Air panduan
daerah dalam pelaksanaan
Susu Ibu (ASI) pelaksanaan deteksi
kebijakan Kawasan Tanpa eksklusif, serta dini di instansi
Rokok (KTR) aktivitas fisik pemerintah dan
swasta
UPAYA MENCAPAI SPM BIDANG
KESEHATAN

LINGKUNGAN POLITIK, HUKUM, EKONOMI, SOSIAL, AGAMA,


BUDAYA, FISIK, BIOLOGI, ILMU DAN TEKNOLOGI
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KESEHATAN
KELUARGA SPM
PEMBIAYAAN
SEHAT UPAYA KESEHATAN
KESEHATAN
SUMBER DAYA
KESEHATAN
SEDIAAN FARMASI,
ALKES DAN
MAKANAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANAJEMEN


KESEHATAN

*PERPRES 72/2012 SKN; PMK 36/2016 PDKT KELUARGA; PMK 46/2016 SPM KES
INDIKATOR PIS-PK,
1. Keluarga mengikuti KB
2. Ibu bersalin difaskes
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
5. Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar
SPM dan GERMAS
7. Penderita hipertensi berobat teratur
8. Gangguan jiwa berat di obati dan tidak ditelantarkan
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10. Keluarga memiliki atau memakai air bersih 1. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
11. Keluarga memiliki atau memakai jamban sehat 2. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN 3. Pelayanan kesehatan balita
4. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan
dasar
5. Pelayanan kesehatan pada usia produktif

SPM 6. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut


7. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
8. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus
9. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan
jiwa berat
10. Pelayanan kesehatan orang dengan TB
PIS-PK 11. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko
terinfeksi HIV

GERMAS 1. Persentase Kabupaten/Kota yang


melaksanakan kebijakan KTR di minimal 50
(lima puluh) persen sekolah
2. Jumlah puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50
tahun
3. Jumlah pedoman pelaksanaan deteksi dini
penyakit di instansi pemerintah dan swasta
Pendekatan Keluarga
Dalam Pencegahan & Pengendalian Penyakit

Puskesmas &
Jaringannya

DETECT, PREVENT, RESPONS

Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga


Pembudayaan PHBS, Mencegah morbiditas, Mencapai Eradikasi,
pengendalian FR, deteksi mortalitas, disabilitas, Eliminasi, Reduksi
dini penyakit kronisitas penyakit penyakit
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Pencegahan & penanggulangan KLB/ Wabah


Peningkatan Promtif & termasuk yang berdimensi Internasional
Preventif

Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat


Perlindungan
guna, pemberdayaan dan peningkatan peran
kelompok berisiko
swasta dan masyarakat

Penatalaksanaan epidemiologi Peningkatan Surveilans epidemiologi faktor


dan pemutusan rantai risiko, penyakit menular, Penyakit tidak
penularan menular dan kesehatan Jiwa
10
CAPAIAN P2P 2017
3.990.317 Bayi
Telah di Imunisasi Lengkap 255 % 4,4 Juta
Penurunan Kasus PD3I pasien TB diobati

70.000.000
anak < 15 Tahun
Terlindungi dari Polio

178.715.165 2.421.441 kasus diare


penduduk
Bebas malaria
83.517 ODHA ditangani
Mendapat Anti Retroviral

1.587.973 penduduk
usia 15 tahun ke atas yg
7.695 Orang
mendapatkan pelayanan Melakukan konseling dan di
screening FR PTM sesuai Obati 2.338 Puskesmas
standar di IPWL
Menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Jiwa dan Napza
UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

To prevent To detect To respond


Cegah deteksi tanggulangi

12
UPAYA SATU KESATUAN TIDAK
TERPISAH

DETECT DETECT

FAKTOR PENCEGA PENGEN


RESPONSE KEJADIAN RESPONSE
RISIKO HAN DALIAN PENYAKIT
PENYAKIT PENYAKIT PENYAKIT

PREVENT PREVENT

1.Penyakit tidak bertambah parah


2.Penyakit tidak menyebar
3.Penyakit menuju: Reduksi bertahap, Eliminasi bertahap dan Eradikasi bertahap
PROGRAM PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR

PENYAKIT DI INDONESIA
& ZONOTIK
• FLU BURUNG
PENYAKIT MENULAR
• EBOLA
LANGSUNG
• MERS CO
• TB
• LEPTOSPIROSIS
• ISPA
KEWASPADAAN P2P • FILARIASIS
• HEPATITIS
• SURVEILANS • DBD
• HIV/AIDS
• KARANTINA • MALARIA
• DIARE
• IMUNISASI • RABIES
• KUSTA
• PENGENDALIAN VEKTOR • KECACINGAN,
• FRAMBUSIA
• SCHISOTOSOMIASIS

PENYAKIT TIDAK MENULAR PENYAKIT YANG DAPAT PENYAKIT NEGLECTED MASALAH KES JIWA DAN
• HIPERTENSI/JANTUNG/STROKE DICEGAH DENGAN TROPICAL NAPZA
• DIABETES MELLITUS IMUNISASI (PD3I) • FILARIASIS • MASALAH JIWA ANAK
• KANKER • CAMPAK • SCHISTOSOMIASIS DAN REMAJA
• PARU-PARU OBSTRUKSI • POLIO • RABIES • MASALAH JIWA DEWASA
KRONIS • DIFTERI • KUSTA DAN LANJUT USIA
• GAGAL GINJAL • TETANUS • FRAMBUSIA • PENYALAHGUNAAN
• KECELAKAAN LALU LINTAS L • PERTUSIS • TAENIA NAPZA
• TUBERKULOSIS • KECACINGAN
• HEPATITIS B • LEPTPOSPIROSIS
• PNEUMONIA DAN
MENINGITIS
PENYAKIT DIFTERI
PENYAKIT DIFTERI
endemis dan dapat
Penyakit menular yang
dicegah dengan imunisasi,
Disebabkan Kuman Corynebacterium
Diphtheriae
• Komplikasi : miokarditis, kelumpuhan otot jantung
Demam suhu lebih kurang 38 oC, Terdapat selaput • Cara Penularan : melalui droplet (percikan ludah) dari
putih keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah penderita (batuk, bersin, muntah). Reservoir adalah
berdarah pada tenggorokan , Sakit waktu menelan. Manusia
Sebanyak 94% kasus Difteri • Masa inkubasi penyakit: 2 – 5 hari, tapi penderita dapat
mengenai tonsil dan faring, Leher menularkan penyakit ke orang lain 2 - 4 minggu sejak
membengkak seperti leher sapi (bullneck), masa inkubasi,
disebabkan adanya pembengkakan kelenjar leher
dan Sesak nafas disertai bunyi mendengkur/ ngorok • Kematian : angka kematian rata-rata 5 – 10 % (Angka
(stridor) kematian di Indonesia tahun 2017 : 4,62%)
FAKTOR RESIKO
TERJADINYA KASUS DIFTERI

• Akumulasi Kelompok Rentan Yang Tidak Mendapat Imunisasi


Berdasarkan cakupan imunisasi difteri dalam 10 tahun terakhir, tren cakupan imunisasi difteri
nasional pada bayi walaupun selalu mencapai target >95%, namun masih terdapat populasi
bayi yang tidak mendapat imunisasi.

• Kepadatan Penduduk
Kepadatan rumah yang lebih dari lima penghuni meningkatkan resiko terjadinya penularan.
Kejadian KLB difteri sering terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.

• Mobilisasi Penduduk
Hampir diseluruh wilayah KLB difteri mobilitas penduduk sangat mudah baik antara
kabupaten, antar kecamatan dan antar desa.
EPIDEMIOLOGI DIPTERI DUNIA
1980-2016

• Sejak 1996 Kasus


Cenderung menurun
• Cakupan imuniasi DPT3
juga meningkat sejak
1996
• Jumlah kasus <<<
dengan cakupan
imunisasi >>>>
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN DIFTERI
Penanganan Penyakit Difteri
A. Upaya Pencegahan :
– Imunisasi Lengkap (dasar dan lanjutan)
– Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
– Surveilens Penyakit
B. Pengendalian :
 Apabila dalam suatu wilayah ditemukan satu kasus difteri maka dilakukan ORI (Outbreak
Response Immunization) pada wilayah dan kelompok usia yang tepat dengan cakupan
yang tinggi dan merata
 Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
 Tatalaksana kasus Difteri dengan pemberian antibiotika dan Anti Difteri
Serum (ADS)
UPAYA PENCEGAHAN

Imunisasi Difteri Surveilans


PENYELENGGARAAN IMUNISASI
PERMENKES 12 TAHUN 2017

Imunisasi rutin
• dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, terdiri atas
Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan,
• Imunisasi Dasar : Jenis hepatitis B, poliomyelitis, tuberculosis, difteri, pertussis,
Terdiri
Jenis tetanus, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenzatipe b (Hib) dan campak.
atas • Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar.

Rutin
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Program Tambahan
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, contoh : meningitis
Imunisasi Khusus meningokokus,yellow fever(demam kuning), rabies, dan poliomyelitis

Dapat berupan : pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus,


Diatur oleh
Pilihan diare yang disebabkan oleh rotavirus, influenza, cacar air (varisela), gondongan
Menteri (mumps), campak jerman (rubela), demam tifoid, hepatitis A, kanker leher rahim yang
disebabkan oleh Human Papillomavirus, Japanese Enchephalitis, herpes zoster,
hepatitis B pada dewasa; dan demam berdarah.
CAKUPAN IMUNISASI
JUMLAH BAYI YANG DIIMUNİSASİ DPT3
IMUNISASI DASAR LENGKAP INDONESIA,
DI INDONESIA 2006 – 2016
2012-2017

Diimunisasi Tidak Imunisasi

90 91.6 92.04
86.9 87.2 86.5 460 416 322 243 241
464 31 235 329 319

4,570

4,565
4,564
4,524

4,521

4,455
4,446

4,442
4,430
4,415
4,288
2012 2013 2014 2015 2016 2017
IDL 86.9 90 87.2 86.5 91.6 92.04 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pemberian Imunisasi Difteri
SURVEILANS
Surveilans Jika dilaporkan adanya kasus Difteri :
Deteksi dini setiap penyakit 1. Dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk memastikan benar-tidaknya
termasuk Difteri agar ada kasus Difteri, bila ada kasus Difteri dilakukan pelacakan kontak erat
apabila muncul dapat kasus, mengidentifikasi faktor resiko dan kelompok rentan yaitu
dilakukan tindakan segera kelompok yang tidak mendapat imunisasi Difteri.
sesuai jenis penyakit 2. Pengambilan spesimen suspek kasus difteri dan kontak erat kasus oleh
petugas laboratorium untuk memastikan adanya kuman Difteri.
3. Kepada orang yang beresiko menularkan diberikan antibiotik
pencegahan
4. Setiap kasus Difteri dirawat di rumah sakit, di ruang isolasi, dan
diberikan ADS dan antibiotika.
5. Dilaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) 0-1-6
6. Dilakukan penguatan imunisasi rutin
7. Dilakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi tentang pencegahan dan
pengendalian Difteri termasuk pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
EDARAN KEWASPADAAN : FEBRUARI 2015
EDARAN KEWASPADAAN : APRIL 2017
PENGENDALIAN KLB DIFTERI
KLB DIFTERI
• Suatu wilayah dinyatakan KLB (Kejadian Luar
Biasa) Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus
terduga difteri.

• KLB ditetapkan oleh pemerintah daerah dan


dilaporkan berjenjang dalam 24 jam ke
Kementerian Kesehatan (Public Health
Emergency Operation Center).

• Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Menteri
dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB
apabila suatu daerah memenuhi salah satu
kriteria KLB (Permenkes 1501 Tahun 2010)
KLB VS WABAH

KLB WABAH
• KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah munculnya atau • Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
meningkatnya kejadian sakit dan/ atau kematian yang menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
menjurus pada terjadinya
dapat
dapat
pada waktu dan daerah tertentu serta

wabah. menimbulkan malapetaka.


• Kepala Dinas Kesehatan • Wabah ditetapkan oleh
Kabupaten/Kota, Kepala Menteri Kesehatan (UU No 4 tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular)
Dinas Kesehatan Provinsi
atau Menteri dapat • Saat inibelum terjadi wabah
karena masih sporadis dan belum terjadi di semua
menetapkan daerah dalam keadaan KLB kabupaten/kota, serta kecenderungan menunjukkan
terjadi penurunan kasus baru dan jumlah kematian
apabila suatu daerah memenuhi salah satu kriteria KLB
(Permenkes 1501 Tahun 2010) (angka kematian masih rendah dari angka global)
PERKEMBANGAN DIFTERI KLINIS DI INDONESIA
TAHUN 2010-2017
1400 18 9

8.1 1192 8
1200

30 7

1000
18 6.4 954
19 6
816
800
778
5 4.9 20 5
4.8 4.6
14 4.3
4
600 3.8 558
14 11 529

432 430 3
400

200 39
39 1
20 24 44
76 21
35 0.48
0.34 0.31 0.22 0.30
0.18 0.16 0.2
0 0

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Kasus Kematian CFR IR


Trend Kasus Difteri,Provinsi,dan Kab/Kota
Berdasarkan Tanggal Mulai Sakit Kasus, 1 Desember 2017 – 7 Januari 2018
20 19
18 17 n = 251
16 16
16 15 15

14 13
12 12
12 11 11
10
10 9 9 9 9 9
8 8 8 8 8 8 8 8 8
8 7 7 7 7 7 7 7 7 7
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 1
0 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7
Provinsi Kab/Kota Kasus

KABUPATEN/KOTA TERDAMPAK DIFTERI KASUS BERDASARKAN UMUR


TAHUN 2017 DAN 2018
STATUS IMUNISASI KASUS DIFTERI DI INDONESIA 2017
Kasus Difteri terjadi karena adanya kelompok penduduk yang (1) tidak diimunisasi, (2) status imunisasi tidak lengkap
atau (3) kekebalannya sudah sangat menurun

• Imunisasi lengkap difteri adalah 3 kali


imunisasi dasar dan 4 kali imunisasi lanjutan:
N= 954 kasus • Status imunisasi kasus difteri 1 Januari – 31
Desember 2017:
– Tdk pernah imunisasi: 7%
– Imunisasi tdk lengkap: 3%
– Imunisasi lengkap: 8%
– Tidak diketahui status imunisasi: 73%
– 1x imunisasi : 1%
– 2x imunisasi : 1%
– 3x imunisasi : 6%
– 4x imunisasi : 1%

Penyebaran dan penularan Difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi pada semua penduduk yang berisiko
Melalui ORI (Outbreak Response Immunization)
OUTBREAK RESPONSE
IMMUNIZATION (ORI)
Road Map Pelaksanaan ORI di 85 Kab/Kota di 14 Provinsi Tahun 2017-2018

Agustus
11 Desember 2017 Februari 2018 2018
Putaran I Putaran II Putaran III
12 Kab/Kota 73 Kab/Kota 73 Kab/Kota

Januari 2018 Juli 2018


Putaran II 12 Kab/Kota Putaran III
Putaran I 12 Kab/Kota
73 Kab/Kota

• ORI akan dilaksanakan di 85 Kab/kota di 14 provinsi (DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Maluku )
• Sasaran ORI adalah kelompok umur 1 – <19 tahun, sebanyak 3 kali
• Pada tahap awal (Tahun 2017) ORI dilaksanakan di 12 kabupaten/kota di 3 Provinsi (Banten, DKI Jakarta
dan Jawa Barat) mulai tanggal 11 Desember 2017. Kemudian dilanjutkan pada Tahun ini (Tahun 2018) di
73 Kab/Kota di 14 provinsi.
AREA PELAKSANAAN ORI
DI 85 KAB/KOTA

Cluster 1
Cluster 2
Cluster 3
Cluster 4

Cluster 1: 12 Kab/Kota Cluster 2: 10 Kab/Kota Cluster 3: 45 Kab/Kota Cluster 4: 18 Kab/Kota


i. Putaran I: Desember 2017 i. Putaran I: Januari 2018 i. Putaran I: Januari 2018 i. Putaran I: Juli 2018
ii. Putaran II: Februari 2018 ii. Putaran II: Februari 2018 ii. Putaran II: Juni 2018 ii. Putaran II: Agustus 2018
iii. Putaran III: Agustus 2018 iii. Putaran III: Agustus 2018 iii. Putaran III: Desember 2018 iii. Putaran III: Februari 2019
Peran PDUI yang
diharapkan…..
Kegiatan
Upaya
Pencegahan Pengendalian
Prevent Mendorong keberhasilan Pemberian obat pencegahan
program imunisasi di layanan pada semua kasus kontak dan
(Pemerintah dan Swasta) kasus carrier Difteri

Detection Menemukan kasus dengan Menemukan dan melaporkan


gejala difteri kasus difteri

Respond Melaporkan ke Puskesmas/ Merujuk/Tatalaksana kasus


Dinas Kesehatan
KESIMPULAN
• Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian Difteri
dengan berbagai upaya sejak beberapa dasawarsa yang lalu
• Difteri merupakan penyakit yang masih endemik di beberapa daerah di
Indonesia
• Munculnya kasus dan KLB Difteri menunjukkan perlunya peningkatan
cakupan, kualitas dan akses masyarakat pada layanan imunisasi di
beberapa daerah, utamanya di daerah-daerah yang masih sering ditemukan
kasus PD3I
• Dukungan seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah di Pusat dan Daerah
serta segenap lapisan masyarakat (termasuk PDUI) sangat diperlukan guna
mendukung suksesnya Program Imunisasi dan pencegahan serta
pengendalian PD3I, termasuk Difteri

Anda mungkin juga menyukai