Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOLOGI II

FARMAKOLOGI ANTISEPTIKA

Oleh :
Muhammad Khairu Rasyid Ridho
1702101010083

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
DAFTAR ISI

Pendahuluan ................................................................................................................ 2
Isi
Mekanisme Kerja Antiseptik ....................................................................................... 3
Penggunaan Antisepti .................................................................................................. 4
Syarat Antiseptik ......................................................................................................... 5
Macam-macam Antiseptik .......................................................................................... 5
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Antiseptik ...................................................... 6
Penutup ....................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 9

1
1. Pendahuluan
Antiseptik merupakan suatu bahan yang mencegah multiplikasi
organisme pada permukaan tubuh, dengan cara membunuh mikroorganisme
tersebut atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas mataboliknya. Antiseptik
perlu dibedakan dengan antibiotik yang membunuh mikroorganisme dalam
tubuh makhluk hidup, dan desinfektan yang membunuh mikroorganisme
pada benda mati. Namun antiseptik sering pula disebut sebagai desinfektan
kulit. Hampir semua bahan kimia yang dipakai sebagai antiseptik dapat pula
berperan sebagai desinfektan. Hal ini ditentukan oleh konsentrasi bahan
tersebut. Biasanya konsentrasi bahan (Desiyanto dan Siti, 2013).
Secara umum antiseptik adalah desinfektan yang nontoksik karena
digunakan terhadap kulit, mukosa, dan jaringan hidup lainnya. Sampai saat ini
belum ada antiseptik yang ideal, tidak jarang bersifat toksik bagi jaringan,
penghambat penyambuhan luka, dan menimbulkan sensitivitas. Selain itu,
antiseptik juga sukar berdifusi kedalam kulit karena diendapkan oleh protein
seperti, iodeine, garam, merkuri dan perak. Khasiatnya juga sering kali
berkurang oleh adanya cairan tubuh seperti darah atau pus misalnya pada
povidone-iodine, natrium hipoklorit, fenol dan lain-lain (Darmadi, 2008).
Hand sanitizer merupakan antiseptik yang baik sebagai pengganti cuci
tangan dengan sabun, tetapi penyimpanan hand sanitizer yang kurang baik juga
akan menurunkan kemampuan bahan aktif dalam membunuh kuman.
Seharusnya penyimpanan hand sanitizer adalah ditempat yang sejuk dan

2
jauhkan dari bahan yang mudah terbakar serta dikemas dalam wadah yang
tidak mempengaruhi bahan yang didalamnya baik secara fisika maupun kimia
sehingga tidak dapat mengakibatkan perubahan khasiat, mutu atau
kemurniannya (Walidah dkk., 2014).

2. Isi
Hand sanitizer merupakan antiseptik yang baik sebagai pengganti cuci
tangan dengan sabun, tetapi penyimpanan hand sanitizer yang kurang baik juga
akan menurunkan kemampuan bahan aktif dalam membunuh kuman.
Seharusnya penyimpanan hand sanitizer adalah ditempat yang sejuk dan
jauhkan dari bahan yang mudah terbakar serta dikemas dalam wadah yang
tidak mempengaruhi bahan yang didalamnya baik secara fisika maupun kimia
sehingga tidak dapat mengakibatkan perubahan khasiat, mutu atau
kemurniannya (Wati, 2015).

Mekanisme Kerja Antiseptik

 Denaturasi Protein
Pada beberapa antiseptik akan membentuk kompleks protein dengan
ikatan yang lemah dan segera mengalami penguraian diikuti dengan
penetrasi antiseptik kedalam sel yang menyebabkan presifitasi dan
denaturasi protein. Protein yang mengalami denaturasi akan kehilangan
aktivitas fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
Perubahan struktur protein pada mikroorganisme akan meningkatkan
permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan sel
akan menjadi rusak.
 Mengubah Permeabilitas membran sel mikroba

3
Terjadinya perubahan permeabilitas membran sel mikroba
mengakibatkan kebocoran konstituan sel yang esensial yang
menyebabkan kematian pada sel mikroba. Senyawa kation aktif seperti
clorhexadine dapat berinteraksi dengan gugus-gugus membran sel
mikroba yang bermuatan negatif yang menyebabkan terjadinya
netralisasi muatan yang memfasiltasi transportasi zat aktif sehingga
mikroba mengalami kematian.

 Interaksi dengan DNA (deoxyiribonucleic acid)

Senyawa turunan trifenilmetan seperti gentian violet dan akridin seperti


akriflavin bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat
asam nukleat. Ikatan ini mengahmbat sintesis DNA sehingga sintesisi
protein tidak terjadi . Hal ini menyebabkan penghambatan proses
biologi sehingga menyebabakan kematian pada bakteri.

 Menghambat Pembentukan Enzim


Beberapa turuna fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin dapat
membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri.
Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan
gangguan fungsi enzim-enzim sehingga jasad renik mengalami
kematian (Wati, 2015).

Penggunaan Antiseptik

Antiseptik digunakan pada prosedur tindakan medis antara lain :

 pengobatan lokal misalnya pada kulit, mulut, atau tenggorokan


 iritasi daerah-daerah tubuh yang terinfeksi
 mencuci luka, terutama luka kotor

4
 mencegah infeksi pada perawatan luka
 muyucihamakan kulit sebelum dioperasi
 mencegah infeksi silang

Syarat dari Antiseptik

 memiliki spektrum luas, artinya efektif membunuh bakteri, virus,


jamur, dan sebagainya
 tidak merangsang kulit maupun mukosa
 toksisitas atau daya serap kulit atau mukosa rendah
 efektifitasnya tidak terpengarauh oleh adanya darah atau pus
(Darmadi, 2008).

Macam-Macam Antiseptik

 Alkohol
Aktivitas alkohol sebagai antimikroba adalah dengan cara
mendenaturasi protein bakteri sehingga mengganggu proses
metabolisme sel bakteri yang menyebabkan kematian sel bakteri.
Alkohol efektif membunuh bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif. Alkohol juga efektif untuk membuhuh jamur. Sedangkan
aktivitas triklosan diduga dengan cara mempengaruhi dinding sel
mikroba sehingga integritas dinding sel bakteri terganggu yang dapat
mengakibatkan sel tersebut mengalami lisis. Triklosan efektif untuk
bakteri baik Gram positif ataupun Gram negatif, akan tetapi tidak
efektif
terhadap jamur (Radji dkk., 2007).
 Triclosan
Efek antimikroba triclosan dengan cara mempengaruhi membran
sitoplasma, sintesis RNA, asam lemak, dan protein sel bakteri.
Aktivitas tricolsan terhadap gram positif termasuk MRSA lebih besar

5
dibanding Gram negatif basil khususnya Pseudomonas aeroginosae,
Micobacterium, dan Candida sp.Tricolsan (0,1% mengurangi jumlah
bakteri tangan sebesar 2,8 log 10 setelah 1 menit dengan handwash.
 Chlorhexidine gluconate
Chlorhexidine gluconate adalah bisbiguanide kationik, yang hampir
tidak larut dalam air, namun dalam bentuk digluconate bisa larut dalam
air. Aktivitas antimikroba chlorhexidine adalah dengan mendenaturasi
membran sitoplasma dan menyebabkan selnya mengendap. Efek
antimikrobanya sangat baik pada bakteri Gram positif namun masih
kurang efektif pada bakteri Gram negatif, jamur, Mycobakterium, dan
spora. Konsentrasi chlorhexidine 0,5%, 0,75%, atau 1% kurang efektif
dibanding konsentrasi 4%.
 Chloroxylenol
Aktivitas antimikroba dari chloroxylenol adalah dengan
menginaktivasi enzim bakteri dan mengubah sel bakteri, sehingga
dapat mereduksi bakteri Gram negatif, Gram positif, Mycobacterium,
dan beberapa virus.
 Heksaklorofen
Aktivitas antimikroba heksaklorofen berhubungan dengan
kemampuannya untuk menonaktifkan sistem enzim penting dalam
mikroorganisme. Heksaklorofen adalah bakteriostatik, dengan aktivitas
yang baik terhadap Staphylococcus aureus dan relatif aktivitas lemah
terhadap bakteri Gram negatif, jamur, dan Mycobacteria.
 Iodin dan iodophors.
Molekul iodin cepat menembus dinding sel mikroorganisme dan
menonaktifkan sel dengan membentuk kompleks dengan asam amino
dan asam lemak tak jenuh, menyebabkan terjadinya gangguan sintesis
protein dan perubahan membran sel. Sehingga iodin dan iodophors

6
memiliki aktivitas bakterisida terhadap bakteri Gram positif, Gram
negatif, dan beberapa bakteri yang membentuk spora.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Efektivitas Antiseptik

1. Faktor antiseptik
a. Konsentrasi
- Pada konsentrasi yang sedikit lebih tinggi, efek fungisid lebih kuat
daripada efek bakterisid
- Adanya perbedaan efek misalnya pada penggunaan fenol, bila
konsentrasinya di bawah 1% mempunyai efek bakteriostatis, tetapi bila
di atas 1,5% mempunyai efek bakterisid.
b. Ph
Efek klorheksidin 10 kali lebih kuat pada Ph 6 daripada pH 9; juga asam
benzoat dan ester-esternya lebih aktif pada pH asam.
c. Zat Pelarut
Klorheksidin dalam larutan alkohiolm kerjanya fungisid, sedangkan
larutannya dalam air hanya berdaya fungistatis lemah.
2. Faktor Mikroba
a. Jumlah mikroba
Semakin banyak jumlah mikroba, maka semakin lama waktu yang
diperlukan
b. Bentuk endospora sulit untuk dibunuh, sedangkan bentuk vegetatif
memiliki kepekaan yang berbeda
3. Faktor Lingkungan
Adanya darah, pus, feces, atau saliva yang menghambat kerja antiseptik
4. Waktu Pemamparan
Berbagai antiseptik memerlukan waktu yang berbeda dalam membunuh
kuman. Misalnya pada larutan iodine 4% dapat membunuh kuman dalam
waktu 1 menit sedangkan pada iodine 1% memerlikan waktu 4 menit.

7
Penutup

Kesimpulan
- Antiseptik merupakan suatu bahan yang mencegah multiplikasi
organisme pada permukaan tubuh, dengan cara membunuh
mikroorganisme tersebut atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas
mataboliknya
- Antiseptik berbeda dengan antibiotik yang membunuh mikroorganisme
dalam tubuh makhluk hidup, dan desinfektan yang membunuh
mikroorganisme pada benda mati.
- Mekanisme kerja antiseptik adalah : denaturasi protein, mengubah
permeabilitas membran sel mikroba, interaksi dengan DNA
(deoxyiribonucleic acid), dan menghambat pembentukan enzim.
- Macam-macam antiseptik : Alkohol, Triclosan, Chlorhexidine
gluconate, Chloroxylenol, Heksaklorofen, Iodin dan iodophors
- Faktor yang mempengaruhi kerja antiseptik :faktor antiseptik, faktor
mikroba, faktor lingkungan, waktu pemamparan.

8
DAFTARPUSTAKA

Darmadi. 2005. Infeksi Nosokomial. Salemba Medika, Jakarta.

Desiyanto. F. A. dan Djannah. S. N. 2013. Efektifitas mencuci tangan menggunakan


cairan pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer) terhadap jumlah
angka kuman. Kesmas. 7(2) : 55-112.

Radji. M., Suryadi. H. dan Ariyanti. D. 2007. Uji aktivitas antimikro babeberapa merek
dagang pembersih tangan antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian. 4(1) : 1-
6.

Walidah. I., Supriyanta. B. dan Sujono. 2014. Daya bunuh hand sanitizer berbahan
aktif alkohol 59% dalam kemasan setelah penggunaan berulang terhadap
Angka Lempeng Total (ALT). Jurnal Teknologi Laboratorium. 3(1) : 1-6

Wati. H. A. 2015. Pengaruh berbagai larutan antiseptik dalam menghambat


pertumbuhan bakteri. Skripsi. Halaman : 1-57

Anda mungkin juga menyukai