Anda di halaman 1dari 10

1

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK IPA MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR APLIKATIF
DAN SIKAP ILMIAH

Nursina Sari
sari_nursina@yahoo.com,

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan dan (2) keefektifan komik hasil
pengembangan dalam peningkatan kemampuan berpikir aplikatif dan sikap ilmiah peserta didk setelah
menggunakan media komik hasil pengembangan model guided inquiry di dalam pembelajaran IPA.
Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi model dari Borg & Gall.
Sampel sejumlah dua kelas ditentukan dengan teknik nonequivalent control group pretest-posttest.
Pengumpulan data variabel kemampuan berpikir aplikatif menggunakan instrumen lembar soal dan
variabel sikap ilmiah menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media
komik IPA: (1) layak digunakan dengan kriteria “sangat baik”, dan (2) efektif meningkatkan
kemampuan berpikir aplikatif secara signifikan, nilai rata-rata gain kemampuan berpikir aplikatif
peserta didik kelas kontrol sebesar 0,42 dengan kategori sedang dan kelas eksperimen sebesar 0,59
dengan kategori sedang. Peningkatan sikap ilmiah peserta antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
berbeda secara signifikan.

Kata kunci: komik IPA, inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir aplikatif, sikap ilmiah

DEVELOPING A NATURAL SCIENCE COMIC MEDIA USING THE GUIDED


INQUIRY MODEL TO IMPROVE THE APPLICATIVE THINKING ABILITY
AND SCIENTIFIC ATTITUDES

Abstract

This research aims to reveal: (1) the feasibility and (2) effectivness of the developed comic
teaching media in improving the applicative thinking ability and scientific attitude of students after its
use in the teaching of natural science. This study was research and development adopting Borg & Gall
model. The sample, consisting of two classes, was nonequivalent control group pretest-posttest
technique. The data applicative thinking ability were collected through test sheet and the scientific
attitude was measured using observation sheets. The study results are (1) fits for use, in the criteria of
"very good", (2) effectively improves students' applicative thinking ability significantly, with the
average gain score in students’ applicative thinking ability of the control class of 0,42 or in the
medium category and 0,59 in the experimental class or in the medium category. The increase of the
scientific attitude between the control class and experimental class is significantly different.

Keywords: natural science comic, guided inquiry, applicative thinking, scientific attitude.
2

Pendahuluan Dalam hal ini peserta didik tidak sekedar


Lahirnya kurikulum 2013 sebagai upaya menguasai materi pelajaran, tetapi yang
penyempurnaan kurikulum sebelumnya adalah terpenting adalah dapat mengembangkan ide-
salah satu langkah pemerintah untuk ide atau gagasan-gagasan melalui kemampuan
meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan verbalnya, fakta atau pengalaman sosial
menjadi suatu langkah yang dilakukan dalam maupun pemecahan masalah dengan cara
menyiapkan warga negaranya untuk mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
bersaing dan mempertahankan hidupnya di Salah satu aspek kognitif dalam taksonomi
persaingan global. Ilmu Pengetahuan Alam Bloom adalah dimensi mengaplikasikan (C3).
sebagai salah satu mata pelajaran di SMP/MTs Kemampuan berpikir aplikatif merupakan
yang diatur dalam kurikulum 2013 suatu kemampuan berpikir untuk menerapkan
dikembangkan sebagai mata pelajaran suatu pengetahuan dalam penyelesaian
integrative science yaitu pendidikan yang masalah di kehidupan sehari-hari.
mengarahkan pembelajaran untuk berorientasi Selain dari kemampuan berpikir, sikap
aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, peserta didik terhadap ilmu pengetahuan
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan adalah indikator penting dari nilai bagaimana
pengembangan sikap peduli dan bertanggung mereka menempatkan diri dan dalam
jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. melakukan proses pembelajaran sains. Harlen
Chiapetta & Koballa (2010, p.105) (Osman, Iksan & Halim, 2007, p.43)
menjelaskan tentang empat dimensi yang harus menyatakan bahwa reaksi seseorang terhadap
ada dalam pembelajaran sains yaitu a way of fenomena yang berlaku dalam kehidupannya
thinking (cara berpikir), a way of investigating dipengaruhi oleh sikapnya. Dalam proses
(cara penyelidikan) dan body of knowledge pembelajaran, sikap bukan hanya
(sekumpulan pengetahuan), and its mempengaruhi apa yang akan dipelajari, tetapi
interactions with technology and society juga akan mempengaruhi usaha yang akan
(Interaksi dengan masyarakat dan teknologi). diberikan dalam melakukan sesuatu tugas,
Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagai proses sehingga usaha itu akan mempengaruhi sejauh
juga dapat meliputi kecenderungan sikap atau mana kesuksesan yang akan dicapai.
tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, Sikap juga merupakan salah satu bentuk
dan seperangkat prosedur yaitu pendekatan konsep afektif yang paling penting dalam
ilmiah. Dengan begitu penyampaian pembelajaran IPA, sehingga dapat dipahami
pembelajaran sains atau Ilmu Pengetahuan bahwa sains atau Ilmu Pengetahuan Alam
Alam setidaknya memperhatikan pembentukan bukan hanya sekedar kumpulan fakta, prinsip,
pengetahuan dalam benak peserta didik. dan kumpulan pengetahuan, tetapi sains lebih
Suparno (2001, pp.142-143) menyatakan sebagai cara berpikir bagaimana memperoleh
bahwa anak dalam perkembangannya fakta dan prinsip tersebut beserta sikap ilmiah
mempunyai struktur pemikiran yang berbeda dalam melakukan kerja ilmiah.
dengan orang dewasa. Peserta didik sendirilah Wahyudi dan Khanafiyah (2009, p.114)
yang harus mengartikan apa yang telah mengartikan sikap ilmiah sebagai suatu
diajarkan oleh guru dan belajar menyesuaikan kecenderungan, kesiapan atau kesediaan relatif
terhadap pengalaman-pengalaman yang peserta didik untuk memberikan respon,
diperoleh melalui kegiatan berpikir dan tanggapan atau bertingkah laku secara ilmiah.
kecenderungan dalam bersikap di kehidupan Sekar (2013, p.146) menyatakan bahwa Sikap
sehari-hari. ilmiah sungguh merupakan suatu gabungan
Berpikir adalah kemampuan jiwa untuk dari sejumlah kebiasaan mental, atau
meletakkan hubungan antara bagian-bagian kecenderungan untuk bereaksi secara konsisten
pengetahuan (Djamarah, 2011, p.34). J.M di suatu situasi yang meragukan.
Bochenski (Hamdani, 2011, p.93) juga Kecenderungan atau kebiasaan ini meliputi
menyatakan bahwa berpikir adalah ketelitian, kejujuran intelektual, mengingat,
perkembangan ide dan konsep. Berpikir pertimbangan, berpikir kritis, dan suatu
bukanlah kegiatan fisik, melainkan kegiatan kebiasaan mencari hubungan sebab akibat.
mental. Apabila seseorang secara mental Pitaffi & Farooq (2012, p.383), menyatakan
sedang mengikatkan diri dengan sesuatu dan bahwa kebiasaan berfikir dengan
sesuatu itu terus berjalan dalam ingatannya, mempertimbangkan kehati-hatian merupakan
orang tersebut bisa dikatakan sedang berpikir. pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
3

memiliki arti diantaranya sikap sebagai rasa dapat menunjang tercapainya tujuan
ingin tahu, rasional, kesediaan mengambil pembelajaran, sedangkan media pembelajaran
keputusan, berfikir terbuka, berfikir kritis, merupakan alat bantu mengajar yang dapat
obyektif, jujur, dan rendah hati, sehingga dapat mempertinggi proses belajar peserta didik
diartikan bahwa sikap ilmiah merupakan melalui pencarian konsep dan pada akhirnya
karakter peserta didik terhadap sains. dapat mempertinggi hasil belajar yang
Pembelajaran IPA hakikatnya tidak dicapainya.
lepas dari bahan ajar dan media yang Peserta didik dalam hal proses pencarian
digunakan. Selaras dengan perkembangan konsep tersebut tentunya dapat menggunakan
teknologi dan informasi saat ini, proses pendekatan ilmiah yaitu model inkuiri
pembelajaran membutuhkan suatu terbimbing yang sesuai dengan pembelajaran
pengembangan dalam menyampaikan suatu IPA. Model inkuiri terbimbing merupakan
pesan kepada peserta didik. Akan tetapi, suatu proses berpikir yang ditempuh oleh
kenyataan di lapangan belum sesuai dengan peserta didik yang diawali dengan proses
harapan pemerintah kaitannya dengan pengajuan pertanyaan yang kemudian
pembelajaran yang mengarahkan pada menerapkan pengetahuan yang ada melalui
pengembangan ranah pengetahuan, sikap dan kegiatan eksperimen. Wena (K.Dewi et al.,
keterampilan. 2013: p.2) menyatakan inkuiri merupakan
Berdasarkan hasil observasi dan suatu proses berpikir yang ditempuh peserta
wawancara guru diperoleh informasi bahwa didik untuk menemukan suatu konsep melalui
sikap tidak jujur teramati ketika beberapa langkah perumusan masalah, pengajuan
peserta didik dari suatu kelompok tidak hipotesis, merencanakan pengujian hipotesis,
menampilkan data hasil percobaan dari melakukan pengujian hipotesis melalui
kegiatan kelompoknya melainkan data hasil eksperimen dan demonstrasi, mencatat data
dari kelompok lain yang kemudian digunakan hasil eksperimen, mengolah data, menganalisis
saat dipresentasikan di depan kelas. Hal sama data, dan membuat kesimpulan.
dengan sikap kurang kerjasama teramati ketika Kindsvatter, Wilen & Ishler (Suparno,
beberapa dari peserta didik pada beberapa 2007, pp.66-70) membedakan inquiry menjadi
kelompok kurang aktif dalam kelompoknya, 2 macam, yaitu guided inquiry (penyelidikan
tidak ada kegiatan saling bekerjasama ketika terarah) dan open inquiry (bebas). Guided
proses diskusi berlangsung. Proses berdiskusi inquiry merupakan inquiry yang banyak
dan bertukar pendapat untuk mengerjakan dicampuri oleh guru. Guru banyak
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dari guru mengarahkan dan memberi petunjuk baik
hanya terlihat pada beberapa kelompok saja. melalui prosedur yang lengkap dan pertanyaan
Selain itu, permasalahan yang juga pengarahan selama proses inquiry.
ditemui adalah, IPA sudah diajarkan secara Pembelajaran inquiri bisa dilakukan di dalam
terintegrasi dengan Kurikulum Tiga Belas maupun di luar kelas. Karaktristik materi yang
(KURTILAS) namun kemampuan berpikir tepat untuk metode penemuan terbimbing
peserta didik terhadap IPA belum maksimal. adalah materi yang berhubungan langsung
Hal ini terlihat dari hasil kemampuan dengan alam, sehingga proses pembelajaran
pemahaman konsep sebagian besar dari peserta dengan inquiri akan lebih menyenangkan dan
didik yang belum mencapai Kriteria bermakna
Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga sering Inkuiri terbimbing menempatkan peserta
dilakukan remedial. Hal ini berpengaruh didik sebagai subjek belajar bukan sebagai
terhadap kemampuan berpikir aplikatif peserta objek belajar. Secara khusus tujuan dari model
didik dalam pemecahan masalah. Ketika inkuiri adalah mengembangkan intelektual,
pemahaman konsep peserta didik rendah, maka sehingga peserta didik termotivasi untuk aktif
kemampuan berpikir aplikatif dalam proses berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan
pembelajaran belum tentu tercapai. maupun penyelesaian tugas sendiri. Selain itu,
Sudjana & Rivai (2011, pp.1-2) penerapan model inkuiri dalam proses
menyatakan bahwa bahan pembelajaran pembelajaran juga memberikan kesempatan
merupakan seperangkat materi keilmuan yang kepada peserta didik untuk mengembangkan
terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi metode ilmiah dan sikap ilmiah.
suatu ilmu yang bersumber dari kurikulum dan
4

Model inkuiri terbimbing ini sejalan peserta didik malas belajar dan menilai bahwa
dengan teori belajar Bruner. Bruner belajar IPA sulit, sehingga berkurangnya minat
menganggab, bahwa belajar penemuan sesuai peserta didik terhadap pembelajaran IPA.
dengan pencaharian pengetahuan secara aktif Minat merupakan modal awal
oleh manusia, dan dengan sendirinya terbentuknya motivasi. Ketika minat peserta
memberikan hasil yang paling baik (Sayekti et didik berkurang, maka motivasi peserta didik
al., 2012, 144). Jelas bahwa dalam pelaksanaan untuk belajar IPA juga berkurang. Ketika
dan hasil belajar sains, memberi peluang peserta didik kurang tertarik terhadap pelajaran
dikembangkannya kemampuan berpikir maka akan mempengaruhi cara mereka
diharapkan peserta didik dalam proses bereaksi atau memperhatikan guru. Salah satu
pencarian konsep mampu mengembangkan upaya dalam meningkatkan minat belajar
sikap ilmiahnya dan memiliki kemampuan peserta didik yaitu penggunaan media
berpikir dan bertindak berdasarkan pembelajaran yang menarik. Salah satu media
pengetahuan yang dimilikinya melalui model pembelajaran yang dapat membantu peserta
inkuiri terbimbing dalam kerangka berpikir didik memberikan gambaran-gambaran dari
sains. materi pada buku teks adalah media
Hasil observasi di lapangan diperoleh pembelajaran visual seperti komik.
bahwa pelaksanaan proses pembelajaran Waluyanto (Widyawati, 2015, p.25)
IPA dengan Kurikulum Tiga Belas menyatakan media komik merupakan bentuk
(KURTILAS) pada materi kalor di SMP lebih media komunikasi visual yang mempunyai
didominasi materi fisika, dan variasi kekuatan untuk menyampaikan informasi
pengintegrasian dengan materi lainnya masih secara popular dan lebih mudah dimengerti
kurang. Materi kalor sebagai kajian yang karena terdiri dari gambar dan tulisan yang
abstrak yaitu dari keberadaannya sebagai dirangkai dalam alur cerita, sehingga mudah
energi yang tidak dapat diihat, tapi dapat dipahami. Media komik dapat digunakan
diketahui dari akibat yang ditimbulkan pada dalam proses pembelajaran dua arah, yaitu
suatu benda khususnya mengenai bagaimana sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media
kalor berperan dalam merubah wujud zat belajar yang dapat digunakan sendiri oleh
merupakan kajian yang konkret. Oleh karena peserta didik. Nugraha (2013, p.61)
itu dibutuhkan suatu media yang mampu menyatakan bahwa komik sains merupakan
menyampaikan tema yaitu: Membuat Garam salah satu alternatif media bermain sambil
untuk mencapai pembelajaran bermakna bagi belajar. Pemberian pengalaman belajar yang
peserta didik. menyenangkan dapat meningkatkan hasil
Munadi (2013, pp.7-8) mengatakan belajar peserta didik. Selain itu, penggunaan
bahwa media pembelajaran segala sesuatu komik sains dalam pembelajaran membuat
yang dapat meyampaikan dan menyalurkan kegiatan pembelajaran lebih menarik dan
pesan dari sumber secara terencana sehingga tidak membosankan sehinggga minat belajar
tercipta lingkungan belajar yang kondusif peserta didik menjadi lebih tinggi.
dimana penerimaannya dapat melakukan Hakikat penggunaan komik sebagai
proses belajar secara efisien dan efektif. media pembelajaran tidak saja membantu
Penggunaan media tidak dilihat dari segi dalam proses pembelajaran, tetapi juga
kecanggihannya, tetapi yang lebih penting memberikan sisi positif terhadap perubahan
adalah fungsi dan peranannya dalam sikap peserta didik yaitu sikap ilmiah. Hal ini
membantu proses pembelajaran dan membantu dikarenakan penggunaan komik ini lebih
mempertinggi proses pengajaran (Sudjana dan ditekankan pada proses pembelajaran yang
Rivai, 2010, p.4). meliputi seluruh kegiatan pembelajaran
Tella (Norsalisa et al., 2013, p.15) sebagai alur pembimbing kegiatan
menyatakan tanpa dukungan media pembelajaran dan penyedia materi pelajaran
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar yang sehingga mengarahkan peserta didik dalam
hanya menggunakan buku pelajaran sebagai menerapkan pengetahuan dengan cara
satu-satunya sumber belajar oleh peserta didik, menyelesaikan suatu jenis kegiatan yang sudah
menjadikan suasana belajar menjadi kurang dirancang dalam lembar kerja peserta didik
menarik dan membosankan serta membuat sehingga kemampuan berpikir aplikatif dan
anak kurang mengembangkan kemampuan sikap ilmiah dapat ditingkatkan.
serta kreativitas peserta didik, dengan begitu
5

Tujuan penelitian ini untuk: (1) 1. Studi Pendahuluan


Mengetahui kelayakan media komik IPA dan
(2) Mengetahui perbedaan antara penerapan
pembelajaran menggunakan media komik IPA 2. Perencanaan
tema kalor ditinjau dari kemampuan berpikir
aplikatif dan sikap ilmiah peserta didik SMP 3. Mengembangkan
kelas VII. Produk Awal

Metode Penelitian
4. Melakukan Uji Produk
Jenis Penelitian Lapangan Awal (terbatas)

Jenis penelitian ini adalah penelitian


5. Revisi 2 Produk
dan pengembangan atau Research and
Development (R&D). Penelitian ini dilakukan
melalui pendekatan quasi experiment dengan 6. Melakukan Uji
Lapangan (kelas kontrol &
jenis nonequivalent control group pretest- kelas Eksperimen
posttest design. Pada desain ini, menggunakan
satu kelas eksperimen yang menggunakan 7. Revisi 3 Produk
media pembelajaran IPA komik model inkuiri
dan satu kelas kontrol tanpa menggunakan 8. Produk Media
media pembelajaran IPA komik model inkuiri. Komik (produk akhir)
Pada penelitian ini, materi yang dipilih
adalah kalor khususnya perpindahan kalor. 9. Tahap Diseminasi
Terbatas Produk
Selain karena pada materi ini tercakup
karakteristik IPA, materi kalor sangat dekat Gambar 1. Langkah Pengembangan Produk
dengan kehidupan sehari-hari sehingga materi
Uji Coba produk dilakukan melalui
kalor dapat diintegrasikan dengan materi
tahap-tahap yaitu: Uji ahli terdiri dari ahli
lainnya. Selain itu juga karena indikator
materi dan ahli media, uji coba lapangan awal
pencapaian kompetensinya adalah sesuai
(uji coba terbatas), uji lapangan (uji lapangan
dengan pembelajaran berbasis penemuan, yaitu
dengan kelas kontrol dan kelas eksperimen).
menyelidiki peran kalor dalam merubah wujud
benda. Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Waktu dan Tempat Penelitian Jenis data pada penelitian ini berupa
data kualitatif data kuantitatif. Data kualitatif
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
diperoleh dari hasil tanggapan ahli materi dan
Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang
ahli media, dan peserta didik melalui angket,
dilaksanakan pada bulan April hingga Mei
dan wawancara, yang berisikan masukan,
2015.
tanggapan dan saran yang nantinya akan
Subjek Penelitian dianalisis. Hasil analisis ini akan digunakan
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas untuk melakukan perbaikan atau merevisi
VII D dan kelas VII B SMP Muhammadiyah 2 media komik sains yang dikembangkan. Data
Yogyakarta yang diambil tanpa adanya random kuantitatif yang berupa skor berdasarkan
sampling. pencapaian indikator pada setiap sub aspek,
dimana setiap sub aspek masing-masing terdiri
Prosedur dari 5 indikator melalui observasi, hasil
Prosedur pengembangan yang diakukan validasi ahli dan penilaian guru IPA serta
dalam penelitian ini meliputi 9 tahapan yang di teman sejawat, uji coba lapangan awal
tunjukkan oleh Gambar 1. (terbatas), dan uji coba lapangan (kelas kontrol
dan kelas eksperimen).
Teknik Analisis Data
Data hasil penilaian untuk media IPA berupa
skor yang diperoleh berdasarkan pencapaian
indikator pada setiap sub aspek. Skor dari
6

masing-masing penilai dijumlahkan, kemudian Syarat sebelum dilakukan uji statistik


dirata-rata. Skor penilaian diubah menjadi nilai MANOVA bila memenuhi syarat yaitu (1) data
dalam skala 100 dengan persamaan: bersifat normal jika nilai sig lebih besar dari
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 0,05 (α), dan (2) data bersifat homogen yang
Nilai Akhir = 𝑥 100 dilihat dari hasil uji Lavene dan uji Box’s.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Kriteria yang digunakan untuk menentukan
Produk dikatakan layak digunakan jika
homogenitas adalah menerima H0 apabila nilai
memiliki kriteria minimal “baik”. Konversi
signifikansi (2-tailed) > α yang ditetapkan
skor menjadi nilai mengacu pada persamaan
adalah 0,05.
berikut, dimana konversi kriteria penilaian
media dapat dilihat pada Tabel 1. Variabel sikap ilmiah peserta didik
dilakukan dengan cara observasi menggunakan
Tabel 1.Kriteria Penilaian Media
lembar observasi sikap ilmia. Besarnya
Interval Skor Nilai Kategori peningkatan pada sikap ilmiah dapat dilihat
Rumus Perhitungan dengan membandingkan peningkatan hasil
X > Xi + 1,8 Sbi X>4 A Sangat baik sikap ilmiah pada setiap pertemuan
Xi + 0,6 SBi < X ≤ Xi + 3<X≤4 Baik pembelajaran berdasarkan hasil lembar
B
1,8 SBi observasi. Analisis data dilakukan dengan
Xi - 0,6 SBi < X ≤ Xi + 2<X≤3 Cukup baik
0,6 SBi
C menggunakan uji statistik yaitu uji t yaitu
Xi – 1,8 SBi < X ≤ Xi – 1<X≤2 Kurang baik independent sampel T test yang digunakan
D
0,6 SBi
X ≤ Xi - 1,8 Sbi X≤1
E
Sangat kurang untuk menguji signifikansi beda rata-rata sikap
baik
ilmiah dua kelompok yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Persyaratan uji t yang harus
Pengumpulan data variabel kemampuan terpenuhi jika data tersebar normal dan
berpikir aplikatif peserta didik yaitu melalui homogen. Uji statistik normalitas data yaitu
tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan soal dengan Kolmogrof-Smirnov. Data dikatakan
uraian. Besarnya peningkatan kemampuan terdistribusi normal jika p-value lebih besar
berpikir aplikatif (kognitif) dianalisis dengan dari 0,05.
meggunakan nilai Gain. Nilai awal (pretest) Hasil Penelitian dan Pembahasan
dan nilai akhir (postest) digunakan untuk
memeroleh Gain score melalui persamaan Hasil Validasi Produk
yang dikemukakan oleh Bao (2006, 917) : Hasil penelitian ini berupa produk
( 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒)− ( 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒) media pembelajaran IPA komik. Pada
g = 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑜𝑠𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 −(𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒)
pengembangan produk tahap yang perlu
dilakukan adalah validasi dan penilaian
produk. Validasi produk terbagi atas ahli
Nilai gain kemudian diklasifikasikan materi, ahli media. Validator ahli materi adalah
dengan kriteria gain skor, kriteria gain score dosen FMIPA yang menguasai materi IPA dan
menurut Hake (1991, 1) disajikan pada Tabel validator ahli media adalah dosen FBS Seni
2. Rupa yang menguasai ilustrasi dan komik.
Tabel 2. Kriteria Gain Skor Hasil penilaian dari validator ahli materi dan
media yaitu berupa skor, masukan, dan saran
Kriteria Nilai untuk pengembangan komik melalui tahap
Tinggi g ≥ 0,7 revisi. Komik setelah direvisi kemudian
Sedang 0,7> g ≥ 0,3 dianjutkan dengan penilaian oleh guru IPA
Rendah g < 0,3 SMP dan teman sejawat yang terdiri dari 2
Analisis data dilakukan dengan guru IPA dan 2 teman sejawat mahasiswa
menggunakan uji statistik, yaitu MANOVA Pascasarjana jurusan pendidikan IPA. Hasil
dengan tujuan untuk mengetahui signifikansi penilaian dari penilaian produk yaitu berupa
perbedaan kemampuan berpikir aplikatif pada skor, masukan, dan saran yang dapat
kelas kontrol dan eksperimen yang digunakan untuk melakukan revisi terhadap
menggunakan media pembelajaran IPA komik produk.
dan tidak menggunakan media pembelajaran Adapun hasil validasi produk oleh ahli
IPA komik. materi menujukkan bahwa draft awal
7

pengembangan media pembelajaran berbentuk sejawat (2) media pembelajaran berbentuk


komik memiliki kriteria sangat baik yaitu komik pada seluruh sub aspek dalam Gambar
dengan rata-rata sebesar 4,29. Kemudian hasil 3.
validasi produk oleh ahli media menujukkan
bahwa draf awal pengembangan media
pembelajaran berbentuk komik memiliki 6
kriteria sangat baik yaitu dengan rata-rata 5

Rerata Skor
4
sebesar 4,78.
3
Adapun hasil penilaian oleh guru IPA 2
(1) dan teman sejawat (1) sebagai penilai 1
kelompok pertama diperoleh hasil bahwa 0

Warna
Cerita
Cara penulisan
Anatomi komik

Kelayakan isi

Kemudahan dipahami
Sampul
Mutu gambar

Bahasa digunakan

Sikap ilmiah

Penggunaan media
Materi

Kemampuan berpikir

Kesesuaian media
Jenis balon
Tampilan fisik
media pembelajaran berbentuk komik yang
dikembangkan masuk ke dalam kriteria sangat
baik dengan nilai penskoran yaitu 4,75 untuk
guru IPA (1) dan 4,81 untuk teman sejawat (1).
Berikut disajikan skor rata-rata hasil penilaian
kelompok kedua oleh guru IPA (2) dan teman Sub Aspek
Guru IPA (2) Teman Sejawat (2)
sejawat (2) media pembelajaran berbentuk
komik pada seluruh sub aspek dalam Gambar Gambar 3.Penilaian Media Komik oleh
2. Kelompok Kedua
6 Pada persentase kesepakatan (percent
5 of agreement) antar penilai pada kelompok
kedua diperoleh hasil hasil perhitungan
Rerata Skor

4
koofisien kesepakatan penilaian terhadap
3
komik pada seluruh sub aspek yaitu 0,96 atau
2 96,25 % yang tergolong reliabel atau baik.
1
Baik penilaian oleh ahli, guru IPA
0
maupun teman sejawat menunjukkan bahwa
media pembelajaran IPA komik pada seluruh
sub aspek baik. Dari keseluruhan hasil-hasil
tersebut menunjukkan bahwa media
pembelajaran IPA komik yang dkembangkan
Sub Aspek masuk dalam kriteria sangat baik, sehingga
Guru IPA (1) Teman Sejawat (1) layak dan valid untuk digunakan dalam
pembelajaran
Gambar 2.Penilaian Media Komik oleh
Kelompok Pertama Kemampuan Berpikir Aplikatif

Pada persentase kesepakatan (percent Penelitian dilaksanakan di SMP


of agreement) antar penilai pada kelompok Muhammadiyah 2 Yogyakarta, yaitu VII D
pertama diperoleh hasil perhitungan koofisien sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 29
kesepakatan penilaian terhadap komik pada orang peserta didik dan kelas VII B sebagai
seluruh sub aspek yaitu 0,96 atau 96,25% yang kelas kontrol yang terdiri 29 orang peserta
tergolong reliabel atau baik. didik.

Sementara hasil penilaian oleh guru Peningkatan hasil kemampuan berpikir


IPA (2) dan teman sejawat (2) sebagai penilai aplikatif dapat dilihat dengan membandingkan
kelompok kedua diperoleh hasil bahwa media nilai pretest dan posttest baik pada kelas
pembelajaran berbentuk komik yang eksperimen maupun pada kelas kontrol.
dikembangkan masuk ke dalam kriteria sangat Peningkatan hasil kemampuan berpikir
baik dengan nilai penskoran yaitu 4,75 untuk aplikatif peserta didik diperoleh dengan cara
guru IPA (2) dan 4,81 untuk teman sejawat (2). mencari Gain Score. Data rerata Gain Score
Berikut disajikan skor rata-rata hasil penilaian untuk kemampuan berpikir aplikatif antara
kelompok kedua oleh guru IPA (2) dan teman
8

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji statistik MANOVA,
selengkapnya pada Tabel 3. dapat dapat dihasilkan output yang dapat
dilihat selengkapnya pada Tabel 4.
Tabel 3. Rerata Gain Kemampuan Berpikir
Aplikatif Tabel 4. Hasil Uji MANOVA
Aspek Pretest Posttest Gain Value Sig.
Kelas Eksperimen 24,59 69,41 0,59 Wilks’ Lamda 0,645 0,000
Kelas Kontrol 23,72 55,86 0,42
Hasil output pengujian yang diperoleh
Perbandingan rerata Gain Score untuk menunjukkan bahwa nilai sig. of dari Wilks
kemampuan berpikir aplikatif antara kelas Lamda yaitu 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak,
eksperimen dan kelas kontrol terangkum yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
disajikan pada Gambar 4. signifikan pada rata-rata kemampuan berpikir
aplikatif antara peserta didik yang diajar
0.7
dengan menggunakan media pembelajaran IPA
0.6 komik dan peserta didik yang tidak
Rerata Gain

0.5 menggunakan media pembelajaran IPA komik.


0.4
0.3 Berdasarkan Gain Score dan uji
Kelas Eksperimen MANOVA dapat disimpulkan bahwa media
0.2
24,59 69,41 komik IPA memberikan pengaruh yang positif
0.1
Kelas Kontrol
terhadap hasil kemampuan berpikir aplikatif
0 peserta didik yaitu adamya perbedaan
69,41 55,86 23,72 55,86
peningkatan hasil kemampuan berpikir
24,59 23,72 aplikatif antara peserta didik yang diajar
Kelas Kelas dengan menggunakan media pembelajaran IPA
Eksperimen Kontrol komik dan peserta didik yang tidak
menggunakan media pembelajaran IPA komik.
Hasil Uji Rerata Gain
Hasil simpulan yang diperoleh
Gambar 4. Histogram Hasil Uji Rerata Gain menunjukkan bahwa media pembelajaran IPA
Kemampuan Berpikir Aplikatif berbentuk komik dapat meningkatkan
Hasil yang diperoleh menunjukkan kemampuan berpikir aplikatif peserta didik.
bahwa kemampuan berpikir aplikatif peserta Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
didik kelas eksperimen sebelum proses dilakukan oleh Wahyuningsih (Widyawati,
pembelajaran mendapatkan skor 24,59 dan 2015, p.25) bahwa media pembelajaran dengan
setelah mendapat perlakuan 69,41 dengan menggunakan komik dapat meningkatkan hasil
peningkatan gain 0,59 berkategori sedang. belajar, sehingga mencapai KKM serta dapat
Pada kelas kontrol sebelum mendapat meningkatkan minat dan ativitas belajar
perlakuan proses pembelajaran mendapatkan peserta didik. Hal ini juga didukung oleh
skor 23,72 dan setelah mendapat perlakuan penelitian yang dilakukan PuspitoRini (2014)
55,86 dengan peningkatan gain 0,42 menunjukkan bahwa penggunaan media komik
berkategori rendah. IPA berkarakter dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik ranah kognitif
Berdasarkan perolehan nilai gain (pengetahuan) dengan gain skor sebesar 0,42.
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
IPA komik dapat meningkatkan kemampuan Sikap Ilmiah
berpikir aplikatif peserta didik. Hal tersebut Peningkatan hasil sikap ilmiah peserta
didukung oleh penelitian tentang pembuatan didik dilihat dari penilaian dengan bentuk
komik sains inkuiri oleh Nugraha (2013) observasi melalui penggunaan lembar
yang menunjukkan peningkatan hasil belajar observasi dapat diihat dengan membandingkan
kognitif peserta didik berdasarkan uji gain. penilaian observasi rata-rata pada setiap
Ada tidaknya perbedaan hasil pertemuan pembelajaran yang terangkum pada
kemampuan berpikir aplikatif menggunakan Tabel 5.
media pembeajaran IPA komik dilakukan Tabel 5. Nilai Rerata Sikap Ilmiah
9

adanya interaksi yang dialami oleh peserta


Sikap Ilmiah
Aspek didik sebagai individu.
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
1 2 3 Ada tidaknya perbedaan hasil sikap ilmiah
Kelas antara kelas yang menggunakan media
81 87 88
eksperimen pembelajaran IPA komik dan kelas yang tidak
Kelas menggunakan media pembelajaran IPA komik.
80 86 88
kontrol Pada uji statistic yaitu uji t, diperoleh nilai sig
(0,469) < α 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti
Perbandingan rerata sikap ilmiah
kedua kelompok tidak memiliki varian yang
peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas
sama. Selain itu juga diperoleh hasil nilai t
kontrol terangkum disajikan pada Gambar 5.
hitung (0,218) > t tabel (0,16725) maka Ho
90 ditolak, yang berarti kedua kelompok tidak
88 memiliki rata-rata sikap ilmiah yang sama.
86
Rerata Skor

84 Secara teoritis dan praktis, dari hasil


82 penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
80 Kelas eksperimen media pembelajaran IPA komik inkuiri
78 terbimbing lebih efektif dibandingkan
76 Kelas kontrol
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
pembelajaran tanpa menggunakan media
1 2 3 pembelajaran IPA komik. Hal ini juga
Sikap Ilmiah
didukung oleh penelitian yang dilakukan Dewi
(2013) menunjukkan bahwa penggunaan
Nilai Rerata Sikap Ilmiah
setting inkuiri terbimbing dalam perangkat
pembelajaran dapat meningkatkan
Gambar 5. Histogram Hasil Nilai Rerata pemahaman konsep dan kinerja ilmiah peserta
Sikap Ilmiah didik.
Gambar 5 menunjukkan bahwa Simpulan dan Saran
peningkatan sikap ilmiah peserta didik terjadi
pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Simpulan
Pada pertemuan pertama dan kedua proses Berdasarkan hasil analisis data dan
kegiatan pembelajaran diisi dengan proses pembahasan maka disimpulkan bahwa komik
kegiatan praktikum, sedangkan pertemuan IPA dengan model inkuiri terbimbing telah
ketiga diisi dengan kegiatan diskusi. Hasil layak digunakan untuk pembelajaran karena
yang diperoleh pada kelas eksperimen yaitu menurut penilaian ahli, guru IPA maupun
pada pertemuan pertama yaitu 81, teman sejawat menunjukkan bahwa media
pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu 87, pembelajaran IPA komik pada seluruh sub
dan pembelajaran pada pertemuan ketiga yaitu aspek sangat baik.
88. Sementara perolehan hasil pada kelas
kontrol yaitu pada pertemuan pertama yaitu 80, Media pembelajaran IPA komik model
pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu 86, inkuiri terbimbing yang dikembangkan dapat
dan pembelajaran pada pertemuan ketiga yaitu meningkatkan kemampuan berpikir aplikatif
88. peserta didik SMP kelas VII. Terdapat
perbedaan yang signifikan pada rata-rata
Hasil penilaian rata-rata ketiga pertemuan kemampuan berpikir aplikatif antara peserta
pada pembelajaran tersebut menunjukkan didik yang menggunakan media pembelajara
terjadinya peningkatan pada setiap IPA komik dan peserta didik yang tidak
pertemuannya, baik pada kelas kontrol maupun menggunakan media pembelajara IPA komik.
kelas eksperimen dengan perbandingan rentang
skala yang tidak terlalu besar. Namun dari Media pembelajaran IPA komik model
pengamatan terhadap hasil sikap ilmiah peserta inkuiri terbimbing yang dikembangkan dapat
didik paling baik yaitu pada proses kegiatan meningkatkan sikap ilmiah peserta didik SMP
praktikum. Hal tersebut dikarenakan pada kelas VII. Terdapat perbedaan rata-rata sikap
kegiatan praktikum meuntut adanya sikap ilmiah kelas eksperimen yang menggunakan
ilmiah. Sementara sikap dapat terjadi karena media pembelajaran komik dengan rata-rata
10

sikap ilmiah kelas kontrol yang tidak Sayekti, Candra, I, Sarwanto, & Suparmi.
menggunakan media pembelajaran komik (2012). Pembelajaran IPA
Menggunakan Pendekatan Inkuiri
Daftar Pustaka
Terbimbing Melaui Metode Eksperimen
Chiappetta, E.L. & Koballa, T.R. (2010). Dan Demonstrasi Ditinjau Dari
Science instruction in the middle and Kemampuan Analisis Dan Sikap Ilmiah
secondary schools: Developing Siswa. Surakarta: Jurnal Inkuiri, 2252-
fundamental knowledge and skills (7th 8793, Vol 1, No 2, 2012 (hal 142-153).
ed.). Boston: Pearson Education, Inc.
Sekar, P (2013. Aug). The scientific Attitude
Dewi, K, Sadia, I. W, & Ristiati, N. P. (2013). and Reasoning Ability of Biology and
Pengembangan Perangkat Computer Group Students. Indian
Pembelajaran IPA Terpadu Dengan journal of research. Volume 3. ISSN
Setting Inkuiri Terbimbing Untuk 2249-555X.
meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Sudjana, N, & Rivai, A. (2011). Media
Kinerja Ilmiah Peserta Didik. E-journal
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Algensindo.
Ganesha. Program Studi Pendidikan IPA
(Volume 3 Tahun 2013).
Suparno, P. (2007). Metodologi pembelajaran
fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata
Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar.
Dharma.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan
Hamdani. (2011). Filsafat Sains. Bandung:
Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Pustaka Setia
Kanisius.
Munadi, Y. (2013). Media Pembelajaran.
Swadarma, D. (2013). Penerapan Mind
Jakarta: Referensi GP Press Group.
Mapping Dalam Kurikulum
Nugraha, E. A, Yulianti, D. & Pembelajaran. Jakarta: PT. Elex Media
Khanafiyah, S. (2013). “Pembuatan Komputindo.
Bahan Ajar Komik Sains Inkuiri Materi
Wahyudi & Khanafiyah, S. (2009).
Benda untuk Mengembangkan Karakter
Pemanfaatan KIT Optik sebagai
Siswa Kelas IV SD”. Unnes Physics
Wahana Peningkatan Sikap Ilmiah.
Education Journal. UPEJ 2, (1), halaman
Jurnal Pendidikan isika Indonesia 5
60-68.
(2009): 113-118.
Osman, K, Iksan, Z.H, & Halim, L. (2007).
Widyawati, A., & Prodjosantoso, A. (2015).
Sikap terhadap sains dan sikap saintifik
Pengembangan Media Komik IPA untuk
di kalangan pelajar sains. Jurnal
Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Pendidikan 32 (2007) 39-60.
Karakter Peserta Didik SMP. Jurnal
Pitafi, A.S. & Farooq, M. (2012). Inovasi Pendidikan IPA, 1(1), 24-35.
Measurement of Scientific attitude of Diakses pada tanggal 14 Agustus 2015,
secondary school students in Pakistan. diambil dari situs
Academic Research International. http://journal.uny.ac.id/index.php/jipi/art
Volume 2,No.2, March 2012. icle/view/4529

Puspitorini, R. (2014). Pengembangan Media


Komik IPA Berkarakter sebagai
Implementasi Kurikuum 2013 untuk
Meingkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Peserta Didik kelas VII. Cakrawala
Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII,
No. 3.

Anda mungkin juga menyukai