Nursina Sari
sari_nursina@yahoo.com,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan dan (2) keefektifan komik hasil
pengembangan dalam peningkatan kemampuan berpikir aplikatif dan sikap ilmiah peserta didk setelah
menggunakan media komik hasil pengembangan model guided inquiry di dalam pembelajaran IPA.
Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang mengadaptasi model dari Borg & Gall.
Sampel sejumlah dua kelas ditentukan dengan teknik nonequivalent control group pretest-posttest.
Pengumpulan data variabel kemampuan berpikir aplikatif menggunakan instrumen lembar soal dan
variabel sikap ilmiah menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media
komik IPA: (1) layak digunakan dengan kriteria “sangat baik”, dan (2) efektif meningkatkan
kemampuan berpikir aplikatif secara signifikan, nilai rata-rata gain kemampuan berpikir aplikatif
peserta didik kelas kontrol sebesar 0,42 dengan kategori sedang dan kelas eksperimen sebesar 0,59
dengan kategori sedang. Peningkatan sikap ilmiah peserta antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
berbeda secara signifikan.
Kata kunci: komik IPA, inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir aplikatif, sikap ilmiah
Abstract
This research aims to reveal: (1) the feasibility and (2) effectivness of the developed comic
teaching media in improving the applicative thinking ability and scientific attitude of students after its
use in the teaching of natural science. This study was research and development adopting Borg & Gall
model. The sample, consisting of two classes, was nonequivalent control group pretest-posttest
technique. The data applicative thinking ability were collected through test sheet and the scientific
attitude was measured using observation sheets. The study results are (1) fits for use, in the criteria of
"very good", (2) effectively improves students' applicative thinking ability significantly, with the
average gain score in students’ applicative thinking ability of the control class of 0,42 or in the
medium category and 0,59 in the experimental class or in the medium category. The increase of the
scientific attitude between the control class and experimental class is significantly different.
Keywords: natural science comic, guided inquiry, applicative thinking, scientific attitude.
2
memiliki arti diantaranya sikap sebagai rasa dapat menunjang tercapainya tujuan
ingin tahu, rasional, kesediaan mengambil pembelajaran, sedangkan media pembelajaran
keputusan, berfikir terbuka, berfikir kritis, merupakan alat bantu mengajar yang dapat
obyektif, jujur, dan rendah hati, sehingga dapat mempertinggi proses belajar peserta didik
diartikan bahwa sikap ilmiah merupakan melalui pencarian konsep dan pada akhirnya
karakter peserta didik terhadap sains. dapat mempertinggi hasil belajar yang
Pembelajaran IPA hakikatnya tidak dicapainya.
lepas dari bahan ajar dan media yang Peserta didik dalam hal proses pencarian
digunakan. Selaras dengan perkembangan konsep tersebut tentunya dapat menggunakan
teknologi dan informasi saat ini, proses pendekatan ilmiah yaitu model inkuiri
pembelajaran membutuhkan suatu terbimbing yang sesuai dengan pembelajaran
pengembangan dalam menyampaikan suatu IPA. Model inkuiri terbimbing merupakan
pesan kepada peserta didik. Akan tetapi, suatu proses berpikir yang ditempuh oleh
kenyataan di lapangan belum sesuai dengan peserta didik yang diawali dengan proses
harapan pemerintah kaitannya dengan pengajuan pertanyaan yang kemudian
pembelajaran yang mengarahkan pada menerapkan pengetahuan yang ada melalui
pengembangan ranah pengetahuan, sikap dan kegiatan eksperimen. Wena (K.Dewi et al.,
keterampilan. 2013: p.2) menyatakan inkuiri merupakan
Berdasarkan hasil observasi dan suatu proses berpikir yang ditempuh peserta
wawancara guru diperoleh informasi bahwa didik untuk menemukan suatu konsep melalui
sikap tidak jujur teramati ketika beberapa langkah perumusan masalah, pengajuan
peserta didik dari suatu kelompok tidak hipotesis, merencanakan pengujian hipotesis,
menampilkan data hasil percobaan dari melakukan pengujian hipotesis melalui
kegiatan kelompoknya melainkan data hasil eksperimen dan demonstrasi, mencatat data
dari kelompok lain yang kemudian digunakan hasil eksperimen, mengolah data, menganalisis
saat dipresentasikan di depan kelas. Hal sama data, dan membuat kesimpulan.
dengan sikap kurang kerjasama teramati ketika Kindsvatter, Wilen & Ishler (Suparno,
beberapa dari peserta didik pada beberapa 2007, pp.66-70) membedakan inquiry menjadi
kelompok kurang aktif dalam kelompoknya, 2 macam, yaitu guided inquiry (penyelidikan
tidak ada kegiatan saling bekerjasama ketika terarah) dan open inquiry (bebas). Guided
proses diskusi berlangsung. Proses berdiskusi inquiry merupakan inquiry yang banyak
dan bertukar pendapat untuk mengerjakan dicampuri oleh guru. Guru banyak
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dari guru mengarahkan dan memberi petunjuk baik
hanya terlihat pada beberapa kelompok saja. melalui prosedur yang lengkap dan pertanyaan
Selain itu, permasalahan yang juga pengarahan selama proses inquiry.
ditemui adalah, IPA sudah diajarkan secara Pembelajaran inquiri bisa dilakukan di dalam
terintegrasi dengan Kurikulum Tiga Belas maupun di luar kelas. Karaktristik materi yang
(KURTILAS) namun kemampuan berpikir tepat untuk metode penemuan terbimbing
peserta didik terhadap IPA belum maksimal. adalah materi yang berhubungan langsung
Hal ini terlihat dari hasil kemampuan dengan alam, sehingga proses pembelajaran
pemahaman konsep sebagian besar dari peserta dengan inquiri akan lebih menyenangkan dan
didik yang belum mencapai Kriteria bermakna
Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga sering Inkuiri terbimbing menempatkan peserta
dilakukan remedial. Hal ini berpengaruh didik sebagai subjek belajar bukan sebagai
terhadap kemampuan berpikir aplikatif peserta objek belajar. Secara khusus tujuan dari model
didik dalam pemecahan masalah. Ketika inkuiri adalah mengembangkan intelektual,
pemahaman konsep peserta didik rendah, maka sehingga peserta didik termotivasi untuk aktif
kemampuan berpikir aplikatif dalam proses berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan
pembelajaran belum tentu tercapai. maupun penyelesaian tugas sendiri. Selain itu,
Sudjana & Rivai (2011, pp.1-2) penerapan model inkuiri dalam proses
menyatakan bahwa bahan pembelajaran pembelajaran juga memberikan kesempatan
merupakan seperangkat materi keilmuan yang kepada peserta didik untuk mengembangkan
terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi metode ilmiah dan sikap ilmiah.
suatu ilmu yang bersumber dari kurikulum dan
4
Model inkuiri terbimbing ini sejalan peserta didik malas belajar dan menilai bahwa
dengan teori belajar Bruner. Bruner belajar IPA sulit, sehingga berkurangnya minat
menganggab, bahwa belajar penemuan sesuai peserta didik terhadap pembelajaran IPA.
dengan pencaharian pengetahuan secara aktif Minat merupakan modal awal
oleh manusia, dan dengan sendirinya terbentuknya motivasi. Ketika minat peserta
memberikan hasil yang paling baik (Sayekti et didik berkurang, maka motivasi peserta didik
al., 2012, 144). Jelas bahwa dalam pelaksanaan untuk belajar IPA juga berkurang. Ketika
dan hasil belajar sains, memberi peluang peserta didik kurang tertarik terhadap pelajaran
dikembangkannya kemampuan berpikir maka akan mempengaruhi cara mereka
diharapkan peserta didik dalam proses bereaksi atau memperhatikan guru. Salah satu
pencarian konsep mampu mengembangkan upaya dalam meningkatkan minat belajar
sikap ilmiahnya dan memiliki kemampuan peserta didik yaitu penggunaan media
berpikir dan bertindak berdasarkan pembelajaran yang menarik. Salah satu media
pengetahuan yang dimilikinya melalui model pembelajaran yang dapat membantu peserta
inkuiri terbimbing dalam kerangka berpikir didik memberikan gambaran-gambaran dari
sains. materi pada buku teks adalah media
Hasil observasi di lapangan diperoleh pembelajaran visual seperti komik.
bahwa pelaksanaan proses pembelajaran Waluyanto (Widyawati, 2015, p.25)
IPA dengan Kurikulum Tiga Belas menyatakan media komik merupakan bentuk
(KURTILAS) pada materi kalor di SMP lebih media komunikasi visual yang mempunyai
didominasi materi fisika, dan variasi kekuatan untuk menyampaikan informasi
pengintegrasian dengan materi lainnya masih secara popular dan lebih mudah dimengerti
kurang. Materi kalor sebagai kajian yang karena terdiri dari gambar dan tulisan yang
abstrak yaitu dari keberadaannya sebagai dirangkai dalam alur cerita, sehingga mudah
energi yang tidak dapat diihat, tapi dapat dipahami. Media komik dapat digunakan
diketahui dari akibat yang ditimbulkan pada dalam proses pembelajaran dua arah, yaitu
suatu benda khususnya mengenai bagaimana sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media
kalor berperan dalam merubah wujud zat belajar yang dapat digunakan sendiri oleh
merupakan kajian yang konkret. Oleh karena peserta didik. Nugraha (2013, p.61)
itu dibutuhkan suatu media yang mampu menyatakan bahwa komik sains merupakan
menyampaikan tema yaitu: Membuat Garam salah satu alternatif media bermain sambil
untuk mencapai pembelajaran bermakna bagi belajar. Pemberian pengalaman belajar yang
peserta didik. menyenangkan dapat meningkatkan hasil
Munadi (2013, pp.7-8) mengatakan belajar peserta didik. Selain itu, penggunaan
bahwa media pembelajaran segala sesuatu komik sains dalam pembelajaran membuat
yang dapat meyampaikan dan menyalurkan kegiatan pembelajaran lebih menarik dan
pesan dari sumber secara terencana sehingga tidak membosankan sehinggga minat belajar
tercipta lingkungan belajar yang kondusif peserta didik menjadi lebih tinggi.
dimana penerimaannya dapat melakukan Hakikat penggunaan komik sebagai
proses belajar secara efisien dan efektif. media pembelajaran tidak saja membantu
Penggunaan media tidak dilihat dari segi dalam proses pembelajaran, tetapi juga
kecanggihannya, tetapi yang lebih penting memberikan sisi positif terhadap perubahan
adalah fungsi dan peranannya dalam sikap peserta didik yaitu sikap ilmiah. Hal ini
membantu proses pembelajaran dan membantu dikarenakan penggunaan komik ini lebih
mempertinggi proses pengajaran (Sudjana dan ditekankan pada proses pembelajaran yang
Rivai, 2010, p.4). meliputi seluruh kegiatan pembelajaran
Tella (Norsalisa et al., 2013, p.15) sebagai alur pembimbing kegiatan
menyatakan tanpa dukungan media pembelajaran dan penyedia materi pelajaran
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar yang sehingga mengarahkan peserta didik dalam
hanya menggunakan buku pelajaran sebagai menerapkan pengetahuan dengan cara
satu-satunya sumber belajar oleh peserta didik, menyelesaikan suatu jenis kegiatan yang sudah
menjadikan suasana belajar menjadi kurang dirancang dalam lembar kerja peserta didik
menarik dan membosankan serta membuat sehingga kemampuan berpikir aplikatif dan
anak kurang mengembangkan kemampuan sikap ilmiah dapat ditingkatkan.
serta kreativitas peserta didik, dengan begitu
5
Metode Penelitian
4. Melakukan Uji Produk
Jenis Penelitian Lapangan Awal (terbatas)
Rerata Skor
4
sebesar 4,78.
3
Adapun hasil penilaian oleh guru IPA 2
(1) dan teman sejawat (1) sebagai penilai 1
kelompok pertama diperoleh hasil bahwa 0
Warna
Cerita
Cara penulisan
Anatomi komik
Kelayakan isi
Kemudahan dipahami
Sampul
Mutu gambar
Bahasa digunakan
Sikap ilmiah
Penggunaan media
Materi
Kemampuan berpikir
Kesesuaian media
Jenis balon
Tampilan fisik
media pembelajaran berbentuk komik yang
dikembangkan masuk ke dalam kriteria sangat
baik dengan nilai penskoran yaitu 4,75 untuk
guru IPA (1) dan 4,81 untuk teman sejawat (1).
Berikut disajikan skor rata-rata hasil penilaian
kelompok kedua oleh guru IPA (2) dan teman Sub Aspek
Guru IPA (2) Teman Sejawat (2)
sejawat (2) media pembelajaran berbentuk
komik pada seluruh sub aspek dalam Gambar Gambar 3.Penilaian Media Komik oleh
2. Kelompok Kedua
6 Pada persentase kesepakatan (percent
5 of agreement) antar penilai pada kelompok
kedua diperoleh hasil hasil perhitungan
Rerata Skor
4
koofisien kesepakatan penilaian terhadap
3
komik pada seluruh sub aspek yaitu 0,96 atau
2 96,25 % yang tergolong reliabel atau baik.
1
Baik penilaian oleh ahli, guru IPA
0
maupun teman sejawat menunjukkan bahwa
media pembelajaran IPA komik pada seluruh
sub aspek baik. Dari keseluruhan hasil-hasil
tersebut menunjukkan bahwa media
pembelajaran IPA komik yang dkembangkan
Sub Aspek masuk dalam kriteria sangat baik, sehingga
Guru IPA (1) Teman Sejawat (1) layak dan valid untuk digunakan dalam
pembelajaran
Gambar 2.Penilaian Media Komik oleh
Kelompok Pertama Kemampuan Berpikir Aplikatif
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji statistik MANOVA,
selengkapnya pada Tabel 3. dapat dapat dihasilkan output yang dapat
dilihat selengkapnya pada Tabel 4.
Tabel 3. Rerata Gain Kemampuan Berpikir
Aplikatif Tabel 4. Hasil Uji MANOVA
Aspek Pretest Posttest Gain Value Sig.
Kelas Eksperimen 24,59 69,41 0,59 Wilks’ Lamda 0,645 0,000
Kelas Kontrol 23,72 55,86 0,42
Hasil output pengujian yang diperoleh
Perbandingan rerata Gain Score untuk menunjukkan bahwa nilai sig. of dari Wilks
kemampuan berpikir aplikatif antara kelas Lamda yaitu 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak,
eksperimen dan kelas kontrol terangkum yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
disajikan pada Gambar 4. signifikan pada rata-rata kemampuan berpikir
aplikatif antara peserta didik yang diajar
0.7
dengan menggunakan media pembelajaran IPA
0.6 komik dan peserta didik yang tidak
Rerata Gain
sikap ilmiah kelas kontrol yang tidak Sayekti, Candra, I, Sarwanto, & Suparmi.
menggunakan media pembelajaran komik (2012). Pembelajaran IPA
Menggunakan Pendekatan Inkuiri
Daftar Pustaka
Terbimbing Melaui Metode Eksperimen
Chiappetta, E.L. & Koballa, T.R. (2010). Dan Demonstrasi Ditinjau Dari
Science instruction in the middle and Kemampuan Analisis Dan Sikap Ilmiah
secondary schools: Developing Siswa. Surakarta: Jurnal Inkuiri, 2252-
fundamental knowledge and skills (7th 8793, Vol 1, No 2, 2012 (hal 142-153).
ed.). Boston: Pearson Education, Inc.
Sekar, P (2013. Aug). The scientific Attitude
Dewi, K, Sadia, I. W, & Ristiati, N. P. (2013). and Reasoning Ability of Biology and
Pengembangan Perangkat Computer Group Students. Indian
Pembelajaran IPA Terpadu Dengan journal of research. Volume 3. ISSN
Setting Inkuiri Terbimbing Untuk 2249-555X.
meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Sudjana, N, & Rivai, A. (2011). Media
Kinerja Ilmiah Peserta Didik. E-journal
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Algensindo.
Ganesha. Program Studi Pendidikan IPA
(Volume 3 Tahun 2013).
Suparno, P. (2007). Metodologi pembelajaran
fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata
Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar.
Dharma.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan
Hamdani. (2011). Filsafat Sains. Bandung:
Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Pustaka Setia
Kanisius.
Munadi, Y. (2013). Media Pembelajaran.
Swadarma, D. (2013). Penerapan Mind
Jakarta: Referensi GP Press Group.
Mapping Dalam Kurikulum
Nugraha, E. A, Yulianti, D. & Pembelajaran. Jakarta: PT. Elex Media
Khanafiyah, S. (2013). “Pembuatan Komputindo.
Bahan Ajar Komik Sains Inkuiri Materi
Wahyudi & Khanafiyah, S. (2009).
Benda untuk Mengembangkan Karakter
Pemanfaatan KIT Optik sebagai
Siswa Kelas IV SD”. Unnes Physics
Wahana Peningkatan Sikap Ilmiah.
Education Journal. UPEJ 2, (1), halaman
Jurnal Pendidikan isika Indonesia 5
60-68.
(2009): 113-118.
Osman, K, Iksan, Z.H, & Halim, L. (2007).
Widyawati, A., & Prodjosantoso, A. (2015).
Sikap terhadap sains dan sikap saintifik
Pengembangan Media Komik IPA untuk
di kalangan pelajar sains. Jurnal
Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Pendidikan 32 (2007) 39-60.
Karakter Peserta Didik SMP. Jurnal
Pitafi, A.S. & Farooq, M. (2012). Inovasi Pendidikan IPA, 1(1), 24-35.
Measurement of Scientific attitude of Diakses pada tanggal 14 Agustus 2015,
secondary school students in Pakistan. diambil dari situs
Academic Research International. http://journal.uny.ac.id/index.php/jipi/art
Volume 2,No.2, March 2012. icle/view/4529