Anda di halaman 1dari 5

Perihal: Permohonan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) KepadaYth :

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten Tulungagung
Di
TULUNGAGUNG

Dengan hormant,
Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Lengkap : YUSUF SULTHON ASRORI, AMd.Kep


Tempat/ Tanggal Lahir : TULUNGAGUNG,29 DES 1976
Jenis Kelamin : LAKI - LAKI
Pendidikan Keperawatan : D III KEPERAWATAN
Tahun Lulusan : 2009
Nomor STR : P2T/8262/03.02/01/VIII/2015
Tempat Bekerja : RSU ISLAM ORPEHA TULUNGAGUNG
Alamat Rumah : MOJOARUM RT/RW 01/02 GONDANG
TULUNGAGUNG
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) sesuai dengan
Kepmenkes Nomor : 1239 / MENKES / SK / XI / 2001, tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
Sebagai bahan pertimbangan terlampir :
1. Fotocopy Ijasah Ahli Madya Keperawatan / foto copy ijasah pendidikan dengan kompetensi lebih
tinggi yang diakui emerintah
2. Surat keterangan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun dari pimpinan sarana tempat kerja,
khusus bagi Ahli Madya Keperawatan
3. Foto copy STR yang masih berlaku
4. Surat keterangan sehat dari dokter
5. Surat rekomendasi dari Organiasi Profesi
6. Foto copy KartuTanda Anggota (KTA)
7. Pas foto berwarna Beackground merah ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar (pakai batik PPNI)
8. Pas fotoberwarna Beackground merah ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 lembar (pakai batik PPNI)

Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.


Tulungagung, ………………………………….
Pemohon

( ___________________ )
Sang Pembuat Jejak
Pengaruh Sekolah Homogen dalam Pembentukan Karakter Siswa
http//PPNITulungagung.wordpress.com
BSM
4 tahun yang lalu
Iklan

Oleh: Ummu Salamah

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang mengutamakan pendidikan untuk perkembangan
rakyat dan negaranya. Berbagai macam bentuk lembaga pendidikan telah berdiri di Indonesia sejak zaman
penjajahan, baik sekolah negeri, swasta, hingga yayasan-yayasan serta pondok pesantren.

Jenis sekolah yang diterapkan di Indonesia pun bervariasi macamnya, antara lain adalah sekolah
homogen dan sekolah heterogen. Fakta yang sering terjadi di zaman ini adalah bahwa banyak siswa yang
lebih tertarik ke sekolah heterogen dibanding sekolah homogen, dengan alasan agar tidak bosan dalam
belajar, dapat mengenal lawan jenis lebih jauh, dan lebih semangat dalam belajar.

Sedangkan mengenai sekolah homogen, banyak presepsi negatif masyarakat tentang ini. Mereka
beranggapan bahwa sekolah homogen kurang menarik karena tak ada lawan jenis di wilayah sekolah.
Akibatnya, yang menjadi perhatian adalah hanya teman-teman satu sekolah dan guru yang rata-rata adalah
bukan lawan jenis. Hal ini berdampak buruk pada perkembangan jiwa remaja. Secara perlahan, ia
cenderung lebih menyukai kawan sesama jenis dan tak dapat mengekspresikan bentuk perasaaannya
kepada lawan jenis yang juga menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok tersendiri dalam sekolah.

Menyikapi permasalahan tersebut, sebenarnya sekolah homogen mempunyai banyak kelebihan yang dapat
membentuk karakter siswa, antara lain adalah terciptanya kebebasan berpendapat dan berekspresi pada
diri remaja yang membuat mereka lebih aktif. Murid-murid di sekolah homogen adalah sesama jenis,
dengan begitu tak ada batasan dan penghalang bagi mereka untuk berekspresi, sehingga interaksi antar
siswa lebih terbuka. Jika di sekolah heterogen, kebanyakan siswa merasa malu jika ingin bertanya tentang
pelajaran atau bertingkah lainnya. Contohnya, dalam pelajaran Biologi yang mempelajari masalah
reproduksi. Campur baur antara murid laki-laki dan murid perempuan menyebabkan siswa terhalang untuk
bertanya.

Selain itu, pergaulan di sekolah homogen lebih terjaga dibanding sekolah heterogen, karena tak ada lawan
jenis dalam sekolah tersebut. Dalam sekolah heterogen kemungkinan terjadinya free sex, berpacaran,
kenakalan remaja, tawuran, dan lain sebagainya lebih besar, karena banyaknya kebebasan yang tercipta di
sana.

Dengan teman yang semuanya adalah perempuan, maka bagi murid perempuan di sekolah homogen dapat
membuatnya terlatih bertindak mandiri dan tidak bergantung kepada lawan jenis. Selain itu, kefokusan
siswa dalam belajar juga lebih tinggi karena tak terganggu oleh lawan jenis. Sehingga, persaingan yang
tercipta pun semakin kuat antara siswa satu dan siswa lainnya.
http//PPNITulungagung.wordpress.com
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wanita akan lebih baik berada di sekolah homogen daripada di
sekolah heterogen, baik dari segi akademis maupun konsep diri (Maersh, 2004; Kayes, 2004; Schemo,
2004; Takahashi, 1997). Carpenter (Dalam Takahashi, 1997). Ketidakhadiran siswa dengan jenis kelamin
yang berbeda sebagai teman bersaing merupakan suatu hal yang penting dalam membentuk identitas
seksual dan pekerjaan individu di masa depan. Berkaitan dengan perkembangan identitas diri remaja putri,
sekolah homogen dapat membantu mengatasi hambatan dari stereotype budaya dan ekspektasi sosial.
Sekolah homogen memberikan kesempatan yang lebih luas pada remaja putri untuk melakukan eksplorasi
identitas ideologi dan interpersonal, dibanding dengan sekolah homogen.1

Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam sekolah homogen, ini menunjukkan bahwa
pendidikan/sekolah homogen perlu untuk dikembangkan. Sedangkan pengaruh-pengaruh buruk di
dalamnya dapat tertutupi dengan banyaknya kelebihan dan tidak akan timbul jika siswa mempunyai niat,
tekad, dan usaha yang kuat dan baik dalam belajar. Namun, semuanya tergantung pada pribadi masing-
masing.

1http:// cynthsproject.blogspot.com/2012/12/my-opinions.html

Iklan
Kategori: Tak Berkategori
Tinggalkan sebuah Komentar
Sang Pembuat Jejak
Buat situs web atau bl

Pengertian Efek Jera dan Sanksi


Home Lain

BAB IV ANALISIS DAYA EFEK JERA SANKSI PIDANA

KEJAHATAN PERKOSAAN
A. Pengertian Efek Jera dan Sanksi

1. Efek Jera
Telah dijelaskan pada bab I dalam skripsi ini, bahwa hukuman ditetapkan untuk menciptakan efek jera
deterrence effect. Dengan
menjatuhkan hukuman, pelaku kejahatan sekurang-kurangnya dihambat untuk melakukan kejahatan.
Pengalaman penderitaan akibat hukuman dapat

http//PPNITulungagung.wordpress.com
membuatnya jera untuk mengulangi kejahatannya special deterrence. Hukuman bahkan dapat
menciptakan efek jera bagi pihak lain publik
sehingga kejahatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif secara umum dapat ditekan atau
dikendalikan.
1
Secara bahasa efek jera berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu deterrence dan
effect.
2
Deterrence berarti menakutkan; supaya jangan. Sedangkan effect berarti hasil atau sesuatu yang timbul
akibat
sesuatu.
3
1
Andrea Ata Ujan, Filsafat Hukum, Membangun Hukum, Membela Keadilan, artikel diakses pada 02
Oktober 2010 dari http:www.books.google.com, h.108.
2
Wojo Wasito dan Tito Wasito, Kamus Lengkap, Inggris Indonesia-Indonesia Inggris, Bandung: Hasta,
1991, h. 42.
3
Ibid., h. 49
Jadi secara istilah efek jera adalah rasa ketakutan kapok yang timbul akibat adanya hukuman yang
diberikan terhadap pelaku tindak pidana.
2. Sanksi
Menurut pemahaman penulis, sanksi adalah sesuatu ganjaran atau hukuman yang diberikan kepada
yang melanggar peraturan. Jadi, sanksi
pidana adalah hukuman yang diberikan dari yang berwajib kepada seseorang yang melakukan pidana.
Istilah hukuman
4
adalah istilah umum yang dipergunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah hukum perdata,
administratif, disiplin dan
pidana, sedangkan istilah pidana diartikan secara sempit yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan
hukum pidana.

Muladi dan Barda Nawawi Arief menyimpulkan bahwa pidana straf itu pada dasarnya mengandung unsur
atau ciri-ciri sebagai berikut:
5
1 Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau
http//PPNITulungagung.wordpress.com
nestapa atau akibat-akibat lainnya yang tidak menyenangkan;
4
Hukuman atau pidana yang dijatuhkan dan perbuatan-perbuatan apa yang diancam pidana, harus lebih
dahulu tercantum dalam undang-undang pidana. Suatu asas yang disebut
dengan nullum crimen sine lege, yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP. Letak perbedaan antara
istilah hukuman dan pidana, bahwa suatu pidana harus berdasarkan kepada
ketentuan undang-undang pidana, sedangkan hukuman lebih luas pengertiannya, meliputi pula
misalnya, guru yang merotan murid, orang tua yang menjewer kuping anaknya, yang
semuanya didasarkan kepada kepatutan, kesopanan, kesusilaan dan kebiasaan. Kedua istilah ini, juga
mempunyai persamaan, yaitu keduanya berlatar belakang tata nilai value, baik dan
tidak baik, sopan dan tidak sopan, diperbolehkan dan dilarang, dst. Lihat Andi Hamzah dan Siti Rahayu,
Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di Indonesia, Jakarta: Akademika
Pressindo, 1983, h. 20.
5
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 2005, h. 4.
2 Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang
mempunyai kekuasaan oleh yang berwenang; 3
Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana menurut undang-undang.
Hukum Islam mendefinisikan sanksihukuman yang disebut dengan istilah “uqubat”
berasal dari bahasa Arab yang arti harfiyahnya adalah pembalasan dengan keburukan.
6
Sedangkan menurut terminologi:
“Uqubah adalah suatu balasan yang diberikan oleh syara’ untuk mencegah pelanggaran terhadap
larangan dan pengabaian terhadap kewajiban.
7
Abdul Qadir Audah mendefinisikan uqubat sebagai berikut:
8
“Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk kemaslahatan ma
syarakat terhadap pendurhakaan perkara yang ditetapkan oleh syar’i” Hukum pidana menentukan
sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum
yang dilakukan. Sanksi itu pada prinsipnya merupakan penambahan penderitaan dengan sengaja.
Penambahan dengan sengaja ini pula yang
6
Luis Ma’lup, al-Munjid, Beirut: Daar al-Masayrik, tt, cet. X, h. 518.
7

Ahmad Fathi Bahnasi, al-Uqubah


http//PPNITulungagung.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai