Anda di halaman 1dari 12

Tinjauan Pustaka

Anatomi

Apendiks merupakan suatu organ yang berbentuk tabung dan panjangnya kira-kira 10
cm ( kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya nsempit di bagian proximal
dan melebar di bagian distal. Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya
dan menyempit diujungnya. Pangkalnya terletak pada posteromedial caecum. Apendiks
terletak dikuadran kanan bawah abdomen. Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan
ketiga taenia coli (taenia libera, taenia colica, dan taenia omentum). Dari topografi anatomi,
letak pangkal appendiks berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus
dan SIAS kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.

Gambar 1: Anatomi apendiks

Apendiks vermiformis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum) yang


bergabung dengan mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale. Mesenteriolum
berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica). Orificiumnya terletak
2,5cm dari katup ileocecal. Mesoapendiknya merupakan jaringan lemak yang mempunyai
pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil.
Pada 65 % kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan
apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang
mesoapendiks penggantungnya.

Page | 15
Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal
dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteriappendikularis,
sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus thorakalis X. Olehkarena itu, nyeri viseral
pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus.

Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari


a.Ileocecalis,cabang dari a. Mesenterica superior. A. Appendikularis merupakan arteri tanpa
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, appendiks akan
mengalami gangren.Secara histologis, appendiks mempunyai basis stuktur yang sama seperti
usus besar.Glandula mukosanya terpisahkan dari vascular submucosa oleh mucosa maskularis.

Bagian luar dari submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus
oleh tunika serosa yang terdiri atas vaskularisasi pembuluh darah besar dan bergabung
menjadi satu di mesoappendiks. Jika apendik terletak retroperitoneal, maka appendik tidak
terbungkus oleh tunika serosa. 1,2,4

Histologis:

Tunika mucosa : memiliki kriptus tapi tidak memiliki villus.

Tunika submucosa : banyak folikel lymphoid.

Tunika muscularis : stratum sirculare sebelah dalam dan stratum longitudinale( gabungan tiga
tinea coli) sebelah luar.

Tunika serosa : bila letaknya intraperitoneal asalnya dari peritoneumviscerale.4

Page | 16
Definisi

Gambar 3 : Apendisitis

Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis. Peradangan akut


apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya.

Etiologi

Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks,


diantaranya :
 Faktor Obstruksi
Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid sub
mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya
1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
 Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut.
Bakteri yang ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus,
Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
 Kecenderungan familiar

Page | 17
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter
dari organ apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang memudahkan terjadi apendisitis.
 Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan
sehari-hari.2
Prevalensi

Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun
jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-
30 tahun, insidens pada lelaki lebih tinggi. 1

Patofisiologi

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya dicurahkan


kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
berperan pada patogenesis appendisitis.

Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang tertutup disebab kan oleh hambatan pada
bagian proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks
yang dapat menyebabkan terjadinya distensi pada kantung apendiks
.Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.Kapasitas lumen
apendiks normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan
intalumen sekitar 60 cmH20.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia


dan menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi
menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena
terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Kemudian terjadi apendisitis
akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan

Page | 18
akan terus meningkat akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif
akut Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Gangren dan perforasi khas
dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena
ditentukan banyak faktor Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.1,2,3

Mekanisme terjadinya apendisitis dapat diliat pada bagan di bawah ini.

Penyumbatan
Fekalit
secret mukus

Mukus >>

Obstruksi
lumen
appendiks

Gangguan aliran mucus


dari Appendik - sekum

Bendungan
mukus
edema,
Peningkatan Gangguan
tekanan aliran limfe diapedesis
intraluminal bakteri, dan
ulserasi mukosa

Obstruksi arteri (a. Obstruksi


terminalis appendikularis) vena apendisitis akut

Edema >>
Nyeri daerah
infark dinding
epigastrium
apendiks
bakteri akan
menembus dinding
apendiks.
Page | 19
gangren
Peradangan Appendisitis
peritoneum Supuratif akut

apendisitis
ganggrenosa Nyeri perut
kanan
bawah

Gambaran klinis

1. Nyeri abdominal
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar-
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium atau sekitar
umbilikus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan
bawah (titik Mc Burney).Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
berupanyeri somatik setempat. Bila terjadi perangsangan peritonium biasanya
penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun
4. Obstipasi atau diare
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya
tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C. Gejala klinis berdasarkan
letak anatomis apendiks

Pemeriksaan

1. Demam ringan :37,5 – 38 oC, bila berlaku perforasi akan menjadi demam lebih tinggi
2. Pada inspeksi perut tidak ada gambaran spesifik, kembung selalu terliat pada perforasi
apendisitis, penonjolan perut kanan bawah bias dilihat pada massa atau abses
periapendikular
3. Palpasi dan tanda – tanda appendicitis yang dapat dilakukan adalah :
- Nyeri tekan Mc Burney - nyeri tekan di titik Mc Burney.
- Rovsing sign - nyeri tekan pada kiri perut bawah
- Blumberg sign – nyeri tekan lepas
- Psoas sign – nyeri pada saat paha pasien diekstensikan
- Obturator sign - . Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat
paha pasien difleksikan

Page | 20
4. Pada auskultasi sering normal peristaltiknya kecuali sudah berlaku perforasi dan
berlaku peritonitis dan menyebabkan berlakunya ileus paralitik.2,3

Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium

1. Hitung darah lengkap (complete bloodcount,CBC)–leukositosis,


2. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan
ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada
apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang
dengan apendiks serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum.
3. Urinalisis—untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih dan di saluran kemih,ginjal
dan ureter.2,3

Skor Alvarado

Skor Alvarado adalah suatu sistem pen-skor-an yang digunakan untuk menetapkan ada atau
tidaknya diagnosis Appendisitis. Skor Alvarado merupakan delapan komponen skor yang
terdiri dari enam komponen klinik dan dua komponen laboratorium dengan total skor
maksimal 10.
Dibawah adalah tabel skor Alvarado:

Tabel 1: Skor Alvarado

Tabel Skor Alvarado Skor


Gejala Klinis
· Nyeri abdominal pindah ke fossa iliaka kanan 1
· Nafsu makan menurun 1
· Mual dan atau muntah 1
Tanda Klinis
· Nyeri lepas 1
· Nyeri tekan fossa iliaka kanan 2
· Demam (suhu > 37,2⁰ C) 1
Pemeriksaan Laboratoris
· Leukositosis (leukosit > 10.000/ml) 2

Page | 21
· Shift to the left (neutrofil > 75%) 1

TOTAL 10

Interpretasi:
Skor 7-10 = Apendisitis akut
Skor 5-6 = Curiga apendisitis akut
Skor 1-4 = Bukan apendisitis akut 5

Diagnosa banding

1. Demam Dengue
Demam Dengue dapat dimulai dengan ssakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan
hasil tes positif untuk Rumple leede, trombositopenia dan hematokrit yang meningkat.

2. Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahalui rasa nyeri. Nyeri perut
bersifat lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering dijumpai adanya hiperperistalsis.
Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.

3. Kehamilan ektopik terganggu

Gejala klinis mirip dengan apendisitis akut. Hamper selalu ada riwayat terlambat haid
dengan keluhanyang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar
rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak dius di daerah pelvis dan
mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vagina, di dapatkan neri
penonjolan dan penonjolan rongga Douglas dan pada kuldosentesis di dapatkan darah

4. Infeksi panggul

Salpingitis akut kanan sering di kacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih
tinggi dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya

Page | 22
disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat di
panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu
untuk diagnose banding.

5. Ureterolithiasis kanan
Ada riwayat kolik dari pinggang kanan ke perut yang menjalar dari inguinal kanan
merupakan gambaran khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos perut atau BNO
IVPdapat memastikan penyakit ini. 2

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perlengketan sehingga berupa massa
yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.

Penatalaksanaan
Perawatan Kegawatdaruratan
 Berikan terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda klinis dehidrasi atau
septicemia.
 Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui
mulut.
 Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.
 Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita usia subur, dan lakukan
pengukuran kadar hCG
 Berikan antibiotik intravena pada pasien dengan tanda-tanda septicemia dan
pasien yang akan dilanjutkan ke laparotomi.
Antibiotik Pre-Operatif
 Pemberian antibiotik pre-operatif telah menunjukkan keberhasilan dalam
menurunkan tingkat luka infeksi pasca bedah.
 Pemberian antibiotic spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob
diindikasikan.
 Antibiotik preoperative harus diberikan dalam hubungannya pembedahan.

Page | 23
Tindakan Operasi
 Apendiktomi, pemotongan apendiks.
 Jika apendiks mengalami perforasi, maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis dan antibiotika.
 Bila terjadi abses apendiks maka terlebih dahulu diobati dengan antibiotika IV,
massanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam
jangka waktu beberapa hari.

Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah apendektomi. Pada
apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan antibiotik kecuali pada apendisitis
gangrenosa dan perforate.penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotic dapat
mengakibatkan abses atau perforasi. 2,3,4

.Tindakan Operasi
Apendiktomi, merupakan tindakan pemotongan apendiks. Dapat dilakukan secara terbuka atau
laparoskopi

Gambar 4: Apendektomi secara terbuka

Pada apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih . operasi ini dilakukan di
bawah pengaruh anestesi umum. Jika apendiks mengalami perforasi maka abses disedot dan
diguyur dengan NaCl dan disedot hingga bersih.

Page | 24
Gambar 5: Apendektomi menggunakan teknik lapaskopi

Laparoskopi merupakan tindakan mengguankan kamera fiberoptik yang dimasukkan kedalam


abdomen, apendiks dapat divisualisasi secara langsung. Teknik ini dilakukan dibawah
pengaruh anestesi umum. Bila saat melakukan tindakan ini di dapatkan peradangan pada
apendiks maka dapat langsung dilakukan pengangkatan apendiks2,3,4

Prognosis

Baik, jika diagnosis yang akurat dan awal serta pembedahan akan menurunkan tingkat
mortalitas dan morbiditas

Page | 25
Daftar pustaka

1. Riwanto. Apendiks. Dalam : De Jong W., Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 3, di terbitkan EGC, Jakarta, 2007 ; hal 755-62

2. Townsend C M, Beauchamp R D,Evers B M, Mattox K L. Sabiston Textbook Of


Surgery, 18th Edition, Elsevier, India, 2008; pg 1333-47

3. Anand N, Kent T S, First Aid For the Surgery. McGraw-Hill, 2003; pg 251-57

4. Medchrome : Medical And Health Articles, Anatomy Of Appendix And Appendicitis,


July 9, 2011: http://medchrome.com/basic-science/anatomy/anatomy-appendix-
appendicitis/

5. Emergency Diagnostic Radiology, Alvarado Score for Acute Appendicitis, 2009 :


http://emergencyradiology.wordpress.com/2009/02/05/alvarado-score-for-acute-
appendicitis/

Page | 26

Anda mungkin juga menyukai