TENTANG
42
2006/ Nomor 5
43
2006/ Nomor 5
44
2006/ Nomor 5
MEMUTUSKAN :
45
2006/ Nomor 5
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
46
2006/ Nomor 5
13. Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil
pengolahan/pemurnian bahan galian.
14. Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan bahan galian pertambangan
umum dari satu lokasi ke lokasi lain.
15. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya.
16. Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengelolaan sumber daya alam
yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
17. Surat izin adalah dokumen yang menetapkan wewenang, kewajiban dan
hak untuk melakukan semua atau sebagian tahap kegiatan usaha
pertambangan umum.
18. Kontrak Karya disingkat KK adalah dokumen yang berisikan wewenang
serta hak dan kewajiban untuk melakukan kegiatan semua atau
sebagian tahap kegiatan usaha pertambangan umum untuk perusahaan
atau badan usaha dalam rangka modal asing.
19. Kuasa Pertambangan disingkat KP adalah dokumen yang berisikan
wewenang serta hak dan kewajiban untuk melakukan kegiatan semua
atau sebagian usaha pertambangan umum untuk perusahaan atau
badan usaha dalam rangka modal dalam negeri.
20. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara disingkat
PKP2B, adalah dokumen yang berisikan wewenang serta hak dan
kewajiban untuk melakukan semua kegiatan atau sebagaimana tahap
kegiatan usaha pertambangan umum untuk perusahaan atau badan
usaha.
21. Surat Izin Pertambangan Daerah disingkat SIPD adalah dokumen yang
berisikan wewenang serta hak dan kewajiban untuk melakukan kegiatan
semua atau sebagian tahap kegiatan usaha pertambangan umum
khusus bahan Galian Golongan C untuk BUMN, Koperasi/KUD, Badan
Hukum Swasta, Perorangan, dengan modal menengah dan kecil.
47
2006/ Nomor 5
48
2006/ Nomor 5
30. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lainnya.
31. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup disingkat AMDAL adalah
Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan / atau kegiatan.
32. Kerangka Acuan disingkat KA adalah ruang lingkup kajian Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang merupakan hasil
pelingkupan.
33. Analisis Dampak Lingkungan disingkat ANDAL adalah telaahan secara
cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana
usaha dan / atau kegiatan.
34. Rencana Pengelolaan Lingkungan disingkat RKL adalah dokumen
Rencana pengelolaan / penanganan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha
dan / atau kegiatan.
35. Rencana Pemantauan Lingkungan disingkat RPL adalah dokumen
Rencana pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena
dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan / atau
kegiatan.
36. Upaya Pengelolaan Lingkungan disingkat UKL, adalah pedoman teknis
penyusunan pengelolaan lingkungan.
37. Upaya Pemantauan Lingkungan disingkat UPL, adalah pedoman teknis
penyusunan upaya pemantauan lingkungan.
38. Kepentingan Negara adalah segala hal yang berkaitan dengan
kepentingan Pemerintah.
39. Kepentingan Umum adalah segala hal yang berkaitan dengan
kepentingan Masyarakat.
40. Pembinaan dan Pengawasan adalah melakukan pengawasan segala
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan pertambangan
pemegang KP.
49
2006/ Nomor 5
41. Penanaman Modal Asing adalah setiap alat pembayaran luar negeri
yang bukan merupakan bagian dari pembayaran devisa Indonesia yang
dipergunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia dengan
persetujuan pemerintah.
42. Membahayakan adalah suatu keadaan yang mempunyai resiko yang
tinggi baik terhadap karyawan perusahaan atau masyarakat di dan
sekitar tambang termasuk lingkungan hidup, yang disebabkan oleh
suatu kegiatan pertambangan.
43. Contoh Ruah adalah suatu kegiatan pengambilan bahan galian batubara
pada suatu wilayah pertambangan dalam jumlah tertentu untuk
keperluan analisa penelitian dan uji coba pasar.
44. Wilayah Pertambangan adalah wilayah usaha pertambangan yang
ditetapkan dalam bentuk KK, PKP2B, KP, SIPD dan SIPRD.
45. Surat Keterangan Izin Peninjauan disingkat SKIP adalah izin yang
diberikan kepada Badan Hukum atau Perorangan untuk melakukan
kegiatan peninjauan di lapangan dengan menggunakan alat yang
terbatas dalam waktu singkat.
BAB II
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB URUSAN
DI BIDANG USAHA PERTAMBANGAN UMUM
Pasal 2
Pasal 3
50
2006/ Nomor 5
51
2006/ Nomor 5
BAB III
JENIS BAHAN GALIAN
Pasal 4
52
2006/ Nomor 5
BAB IV
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Ketentuan Perizinan
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
(1) Pada suatu wilayah usaha pertambangan umum dapat diberikan Surat
Izin untuk jenis bahan galian lain yang terdapat pada satu lokasi, setelah
mendapat persetujuan dari Pemegang Surat Izin terdahulu.
(2) Pemegang Surat Izin terdahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mempunyai hak mendapatkan prioritas pertama untuk mengusahakan
bahan galian lain dalam wilayah kerjanya.
Pasal 9
(1) Bentuk (format) dan Isi kontrak untuk KK dan PKP2B mengacu kepada
standar kontrak yang dibuat oleh Pemerintah Pusat.
(2) Pemerintah Daerah dalam mengadakan kontrak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus dengan persetujuan DPRD.
Pasal 10
Bagian Kedua
Penugasan Pertambangan Umum
Pasal 11
Bagian Ketiga
Pertambangan Rakyat
Pasal 12
BAB V
WILAYAH PERTAMBANGAN
Pasal 13
Pasal 14
56
2006/ Nomor 5
Pasal 15
BAB VI
TATA CARA MEMPEROLEH IZIN
Pasal 16
BAB VII
ISI DAN SIFAT IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 17
Pasal 18
58
2006/ Nomor 5
Pasal 19
(1) Izin Usaha Pertambangan yang berisikan wewenang untuk melakukan
usaha pertambangan eksplorasi diberikan oleh Bupati untuk jangka
waktu paling lama 2 (dua) tahun, atas permintaan yang bersangkutan
dan setiap tahun dilakukan Registrasi.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali, dengan jangka waktu perpanjangan
selama 1 (satu) tahun, atas permintaan yang bersangkutan dan harus
diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
yang telah ditetapkan.
(3) Dalam hal pemegang Izin Usaha Pertambangan untuk kegiatan
eksplorasi telah menyatakan bahwa usahanya akan dilanjutkan dengan
usaha pertambangan eksploitasi, maka Bupati dapat memberikan lagi
perpanjangan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun yakni untuk
keperluan pembangunan fasilitas-fasilitas eksploitasi penambangan,
atas permintaan yang bersangkutan.
Pasal 20
(1) Izin Usaha Pertambangan yang berisikan wewenang untuk melakukan
usaha pertambangan eksploitasi diberikan oleh Bupati untuk jangka
waktu paling lama 20 ( dua puluh ) tahun dan setiap tahun dilakukan
Registrasi.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diperpanjang
sebanyak 2 (dua) kali, dengan jangka waktu masing-masing
perpanjangan paling lama 10 ( sepuluh ) tahun.
(3) Permintaan perpanjangan harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pasal 21
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diperpanjang
sebanyak 2 (dua) kali, dengan jangka waktu masing-masing
perpanjangan selama 1 (satu) tahun.
(3) Permintaan perpanjangan harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.
(4) Tahap kegiatan pertambangan umum meliputi SKIP (Penyelidikan
Umum), Eksplorasi, Studi Kelayakan, AMDAL, Contoh Ruah, Eksploitasi,
Pengolahan dan Pemurnian, Penjualan dan Pengangkutan.
BAB VIII
CONTOH RUAH
PASAL 22
BAB IX
LUAS WILAYAH IZIN
Pasal 23
60
2006/ Nomor 5
Pasal 24
BAB X
KEWAJIBAN DAN HAK PEMEGANG SURAT IZIN
Pasal 25
Pasal 26
62
2006/ Nomor 5
(1) Khusus untuk Pemohon KP, KK, dan PKP2B diwajibkan memberikan
pembuktian kesanggupan dan kemampuan kepada Pemerintah Daerah
dalam bentuk uang jaminan kesungguhan.
(2) Uang jaminan kesungguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditentukan sesuai dengan tahap kegiatan usaha pertambangan yang
dilakukan terdiri dari :
a. tahap eksplorasi sebesar Rp. 10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah)
per hektar; dan
b. tahap eksploitasi sebesar Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah)
per hektar.
(3) Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dititipkan pada
Bank Pemerintah.
Pasal 27
BAB XI
PEMINDAHAN IZIN
Pasal 28
63
2006/ Nomor 5
(2) Izin Bupati hanya dapat diberikan jika pihak yang akan menerima Izin
Usaha Pertambangan tersebut memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Apabila Pemegang Izin Usaha Pertambangan meninggal dunia,
sedangkan para ahli warisnya tidak dapat memenuhi syarat-syarat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Bupati dapat memindahkan
Izin Usaha Pertambangan tersebut kepada Badan atau orang lain yang
telah memenuhi syarat.
BAB XII
OBYEK , SUBYEK DAN BESARNYA PUNGUTAN DAERAH
Pasal 29
Pasal 31
Subyek Pajak Daerah, Retribusi Daerah atau pungutan lainnya adalah setiap
BUMN, BUMD, Koperasi /KUD, Badan Hukum, orang pribadi atau
perusahaan kerjasama yang melaksanakan kegiatan usaha di bidang
pertambangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
64
2006/ Nomor 5
Pasal 32
(1) Besarnya Iuran tetap per hektar per tahun, iuran hasil produksi yang
diperoleh dari kegiatan eksplorasi (uji coba produksi) dan eksploitasi
bahan galian, ditetapkan dengan Peraturan Bupati ;
(2) Biaya administrasi, biaya pengukuran dan biaya pemetaan ditetapkan
dengan Peraturan Bupati;
(3) Khusus biaya pengukuran dan pemetaan dipergunakan untuk keperluan
pengukuran dan pemetaan oleh Dinas Pertambangan, Perindustrian,
dan Perdagangan.
BAB XIII
PERHITUNGAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN PUNGUTAN
Pasal 33
(1) Besarnya Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan pungutan lainnya dari
kegiatan usaha pertambangan umum ditetapkan dengan sistem/cara
sebagai berikut :
a. Sistem laporan dari Pemegang Surat Izin dengan pengawasan
Dinas Pertambangan, Perindustrian dan Perdagangan;
b. Melalui Kontraktor atau pemakai lainnya selaku Wajib Pungut
(WAPU);
c. Sistem Tol/Pos dengan surat berharga; dan
d. Unit Pelayanan Teknis Dinas ( UPTD ).
(2) Tata cara pungutan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan pungutan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.
(3) Semua hasil penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan pungutan
lainnya disetor ke Kas Daerah.
Pasal 34
65
2006/ Nomor 5
Pasal 35
(1) Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pungutan lainnya atas usaha
pertambangan umum harus dilunasi sekaligus setelah subyek pajak
yang bersangkutan menerima Surat Ketetapan Pungutan (SKP).
(2) Pembayaran Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan pungutan lainnya yang
terlambat dibayar 1 (satu) bulan setelah ditetapkan SKP dikenakan
denda sebesar 5 % ( Lima Perseratus ) dari pokok pungutan setiap
bulan dan selama-lamanya 6 (enam) bulan.
(3) Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tidak dipenuhi, maka subyek pungutan diberikan peringatan sebanyak 3
(tiga) kali berturut-turut dan apabila tidak juga dipenuhi maka Surat
Izinnya dicabut.
Pasal 36
BAB XIV
TUMPANG TINDIH LAHAN
Pasal 37
(1) Dalam hal terjadi tumpang tindih lahan antara usaha pertambangan
dengan kegiatan selain usaha pertambangan, maka prioritas peruntukan
lahan ditentukan oleh Bupati sesuai dengan kewenangannya.
66
2006/ Nomor 5
(2) Jika lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kawasan hutan,
maka status lahan yang dikuasai oleh Pemegang Izin Usaha
Pertambangan adalah pinjam pakai;
(3) Dalam hal perizinan lintas sektoral Propinsi dan Pemerintah Pusat harus
ada rekomendasi dari Bupati, sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (2).
BAB XV
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 38
Pasal 39
BAB XVI
PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT SERTA KEMITRAUSAHAAN
Pasal 40
(1) Pemegang Izin Usaha Pertambangan pada tahap Eksploitasi wajib
melaksanakan program pengembangan masyarakat dan pengembangan
67
2006/ Nomor 5
Pasal 41
BAB XVII
HUBUNGAN PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM
DENGAN PEMILIK HAK ATAS TANAH
Pasal 42
68
2006/ Nomor 5
BAB XVIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 43
Pasal 44
69
2006/ Nomor 5
Pasal 45
Pasal 46
BAB XIX
PELAPORAN DAN EVALUASI
Pasal 47
70
2006/ Nomor 5
(1) Semua Izin usaha pertambangan yang dikeluarkan oleh Bupati setiap
tahun harus dilakukan evaluasi terhadap kemajuan kegiatan usaha
pertambangan.
(2) Evaluasi atas laporan kegiatan Pemegang Izin Usaha Pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dilakukan oleh Bupati melalui
Dinas Pertambangan, Perindustrian dan Perdagangan.
BAB XX
PASCA TAMBANG
Pasal 49
BAB XXI
LAR AN G AN
Pasal 50
BAB XXII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 51
BAB XXIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 52
72
2006/ Nomor 5
BAB XXIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 53
73
2006/ Nomor 5
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), dalam
melakukan tindakan penyidikan wajib membuat berita acara yang
menyangkut :
a. pemeriksaan tersangka ;
b. pemasukan rumah ;
c. penyitaan barang ;
d. pemeriksaan saksi ; dan
e. pemeriksaan tempat kejadian.
BAB XXV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
(1) Izin Usaha Pertambangan yang telah diterbitkan atau disetujui sebelum
ditetapkan Peraturan Daerah ini, tetap berlaku dan dihormati wewenang
dan hak serta kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan sampai batas waktu berlakunya izin.
(2) Keputusan Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat yang dikeluarkan
sebelum Peraturan Daerah ini masih tetap berlaku.
Pasal 55
BAB XXVI
KETENTUAN PENUTUP
74
2006/ Nomor 5
Pasal 56
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 57
Dengan diundangkannya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Barito Utara Nomor 09 Tahun 2003 tentang Usaha Pertambangan
Umum Di Kabupaten Barito Utara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 58
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal pengundangannya.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan, pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Barito Utara.
75
2006/ Nomor 5
S U B A N D I, SH
76