Anda di halaman 1dari 6

BAB II

GEOLOGI

2.1 Geologi Regional


Wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum PT.Buana Sarana Tama
termasuk dalam Peta Geologi Regional Lembar Malinau, skala 1 : 250.000 yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG), tahun
1995).

2.1.1 Geomorfologi
Berdasarkan interpertasi pada peta geologi lembar Malinau skala 1:250.000 (1995)
geomorfologi daerah Malinau dan sekitarnya dapat dibagi atas dua satuan morfologi
sebagai berikut:
1. Satuan Morfologi Dataran Satuan morfologi dataran merupakan daerah dataran
aluvium yang mendominasi daerah Malinau pada ketinggian berkisar atara 15 – 25
m diatas muka laut. Sungai utama adalah Sungai Sesayap yang mengalir dari arah
timur ke barat dengan anak-anak sungai yang bermuara daerah pegunungan di
daerah timur. Sungai Sesayap berbentuk meander yang lebih ke arah timur menuju
laut di selat Makasar. Proses meandering sungai Sesayap ini akibat dari kondisi
batuan pada satuan aluvium yang berupa lumpur, lanau, pasir, kerikil, sampai
kerakal, dan bersifat lepas. Bentuk sungai Sesayap ini berbentuk “U” yang
menandakan stadia sungai ini stadia dewasa sampai stadia tua.
2. Satuan Morfologi pebukitan rendah-tinggi Satuan morfologi pebukitan rendah-
tinggi ini mendominasi daerah bagian timur dari kota Malinau dan membentang
dari utara ke selatan. Pada satuan morfologi ini merupakan hutan belukar
membentuk tapal kuda mengelilingi kota Malinau. Satuan morfologi berkisar
antara 50-100 m di atas muka laut dengan kemiringan lereng berkisar antara 10–
150 dengan batuan penyusunnya terdiri dari konglomerat, batu-pasir, batu lempeng
dan batu gamping terumbu.Pada satuan morfologi perbukitan tinggi umumnya
menempati daerah bagian barat dengan elevasi berkisar antara 100–200 m diatas
muka laut dengan kemiringan lereng antara 20–250. Pada satuan morfologi
perbukitan tinggi batuan penyusunnya terdiri dari batu pasir, batu lempung, serpih,
dan setempat breksi dan konglomerat. Secara stratigrafi umur batuan pada satuan
morfologi perbukitan tinggi lebih tua (kapur akhir s/d Paleosen) dari pada satuan
batuan pada satuan morfologi pebukitan rendah (umur Eosen Tengah sampai
dengan Eosen Akhir).

2.1.2 Litologi
Batuan Penyusun Dalam penafsiran batuan (litologi), dilihat dari pola dan sifat
garis kontur, maka hasil penafsiran litologi dapat dibedakan antara lain :
1. Batuan keras (litologi resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif tinggi dengan
pola kontur rapat.
2. Batuan lunak (litologi non resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif landai
dengan pola kontur rendah.
3. Batuan urai (endapan alluvial).
4. Batuan karbonat dicirikan oleh kenampakkan pebukitan karst (dolina, uvala, dan
lainnya).
5. Intrusi, dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan berbeda dengan pola
kontur sekitarnya (merupakan bukit terisolir).

2.1.3 Struktur
Struktur geologi yang terdapat di lembar Malinau adalah sinklin, antiklin,
sesar mendatar dan sesar naik.Kegiatan tektonik didaerah ini dimulai sejak
paleosen yang menghasilkan perlipatan yang sangat kuat pada batuan
sedimen kelompok embaluh.Perlipatan tersebut memperlihatkan arah sumber
hamper utara – selatan, yang di ikuti,oleh sesar naik,yang searah dengan
sumbu lipatan dan sesar mendatar mengiring (sinistral) dengan arah baratlaut
– tenggara.Sesar – sesar tersebut diantaranya mensesarkan batuan sekis
paking dan batuan ultrabasa terhadap batuan Kelompok Embaluh.
Pada Kala Eosen batuan Kelompok Embaluh tertindih secara tidak selaras
oleh batuan sedimen Formasi Malinau yang menjemari dengan Formasi
Sebakung. Pada Kala Oligosen sampai Miosen terjadi kegiatan gunungapi
yang menghasilkan batuan gunungapi jelai.Batuan batuan tersebut ditindih
secara tidak selaras oleh Formasi Langap dan di trobos oleh batuan intrusi
tersusun andesit sampai basal dan diduga berumur Miosen.
2.2 Penyelidik dan Hasil Penyelidikan Terdahulu
2.2.1 Nama Instansi/ Organisasi
2.2.2 Rekapitulasi Kegiatan Eksplorasi yang dilakukan
2.2.3 Geomorfologi
Daerah penyelidikan umumnya ditempati oleh satuan perbukitan bergelombah rendah
hingga sedang dengan ketinggian berkisar 70 – 800 meter diatas permukaan air
laut.Kemiringan lereng berkisar 10O – 30O. Proses geomorfologi yang bekerja adalah
pelapukan dan erosi. Proses pelapukan berlangsung cukup intensif, hal ini ditandai
dengan tebalnya top soil sehingga batuan jarang untuk dijumpai Singkapan batuan.

2.2.4 Litologi dan Stratigrafi


Stratigrafi dan litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil
pemetaan geologi secara langsung di lapangan.Berdasarkan variasi dan ciri litologi,
maka litologi daerah penyelidikan dapat dikelompokan ke dalam Formasi Malinau
dan Formasi Langap. Formasi Malinau memiliki litologi terdiri batupasir meta
sebagian warna abu-abu sebagian hitam mengandung karbon, beberapa tempat
ditemukan batubara dengan kilap kaca. Formasi ini menempati 70 daerah
penyelidikan. Umumnya endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada alur-alur
sungai dimana aktifitas erosi terjadi di ketinggian > 200 m. Batubara umumnya
berlapis baik dengan kemiringan antara 11O sampai 15O dengan arah jurus relatif dari
Utara - Selatan. Formasi Langap terdiri atas batupasir kasar abu-abu sebagian keras
selang-seling dengan batu lempung berwarna putih, batubara hitam keras sebagian
kusam sebagian kilap kaca. Formasi ini berbentuk seperti mangkok dengan strike
membentuk antiklin kemiringan dari 10O – 40O.
UMUR
ZAMAN KALA FORMASI PEMERIAN
(Juta)

Alluvial, kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan


Holosen 0.01
sisa tumbuhan
K

U
A
R
T
Plistosen
E
R

1,6
Pliosen
5,3 (4,8)

M Formasi Langap, batupasir kasar abu-


Atas abusebagian kerasselang-seling
i 11, (11,3) dengan batu lempung berwarna putih,

T o Tml batubara hitam keras sebagian kusam


Tengah
sebagian kilap minyak
E s 16,2

R e
Bawah
S n 23 (23,7)

Formasi Malinau, batupasir meta


I
sebagian warna abu-abu sebagian

E Oligosen hitam mengandung karbon, beberapa


36,5
R Tema tempat ditemukan batubara

39 (43,6)
Eosen
53 (57,8)

Paleosen

2.2.5 Struktur
Pengamatan struktur geologi didasarkan pada kedudukan lapisan batuan dan morfologi
daerah penyelidikan. Berdasarkan kedudukan lapisan batuan diketahui bahwa di
daerah penyelidikan terdapat 2 arah umum jurus lapisan yaitu N 350O E dan N 165O E
dengan arah kemiringan lapisan yang saling berlawanan. Hal ini menunjukkan bahwa
daerah penyelidikan mempunyai struktur geologi berupa antiklin. Berdasarkan
morfologi, diketahui dari perbukitan memanjang dengan arah Utara ke Selatan.

2.2.6 Sumber daya


Sumber daya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat
dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan
tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat
kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Jarak titik informasi menurut
kondisi geologi menurut SNI 5015 tahun 2011. Sumber daya ini dapat meningkat menjadi
cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.
Klasifikasi Sumberdaya Batubara (Coal Resource) sebagai berikut :
1. Sumber Daya Tereka (Inferred Coal Resource)
adalah sumber daya batubara yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Eksplorasi Awal. Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap Eksplorasi Pendahuluan.
Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan adalah :
a. Daerah pengaruh yang digunakan adalah 500 – 1000 m dari masing-masing titik bor
dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara.
b. Ketebalan batubara sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung sebagai
potensi sumberdaya batubara.
2. Sumberdaya Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
adalah sumber daya batubara yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Eksplorasi. Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap Eksplorasi Pendahuluan.

Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan adalah :


a. Daerah pengaruh yang digunakan adalah 250 – 500 m dari masing-masing titik bor
dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara.
b. Ketebalan batubara dianggap sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung
sebagai potensi sumberdaya batubara.
3. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resource)
adalah sumberdaya batubara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan,
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat kuantitas dan kualitasnya
diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci. Adapun pendekatan-pendekatan yang
digunakan adalah :
a. Daerah pengaruh yang digunakan adalah 0 - 250 m dari masing-masing titik bor dengan
acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara.
b. Ketebalan batubara dianggap sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung
sebagai potensi sumberdaya batubara.
Untuk perhitungan sumberdaya batubara, data-data yang digunakan sebagai acuan adalah :
1. Peta singkapan batubara (outcrops mapping)
2. Data-data ketebalan batubara pada hasil pemboran yang telah dilakukan.
3. Survey Topografi daerah penyelidikan.
4. Peta daerah pengaruh masing-masing titik bor.

Anda mungkin juga menyukai