1
normal atau umum (normal expectation) pendirian perusahaan adalah untuk
berlangsung terus dan berkembang bukan untuk mati atau likuidasi.
3. Penghargaan sepakatan
Bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau
penghargaan sepakatan (measured consideration) yang terlibat dalam tiap
transaksi atau kegiatan pertukaran (exchange activities) merupakan bahan
olah dasar akuntansi (the basic subject matter of accounting) yang paling
objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk
(pendapatan) dan sumber ekonomik yang keluar (biaya). Sebagai
konsekuensi, elemen-elemen atau pos-pos pelaporan keuangan diatur atas
dasar penghargaan sepakatan tersebut.
4. Kos melekat
Bahwa kos melekat pada objek yang dipresentasinya hingga kos
bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan
kembali mengikuti objek yang didekati. Berbagai kos mempunyai daya saling
mengikat antara yang satu dan yang lainnya ikatan objek-objek yang
disimbolkannya. Bila berbagai komponen digabungkan menjadi suatu objek
atau barang baru, gabungan kos yang baru semata-mata merupakan
penggabungan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen tanpa
memperhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang baru
5. Upaya dan capaian atau hasil
Bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil
berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa
upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan
sebaliknya pendapatan menanggung biaya.
2
(keabsahannya /keautetikannya). Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar
kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau
pengakuan data akuntansi.Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada
objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu objektivitas yang
paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan
dan tersedianya informasi pada waktu tersebut.
7. Asumsi
Bahwa asumsi di sini merupakan penjelasan bahwa keenam dasar
sebelumnya merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan
segala keterbatasannya.
Asumsi – asumsi tersebut adalah :
a. Kesatuan usaha : terbatas penggunaannya jika diterapkan pada kegiatan
departemen, operasi unit pemerintahan, kegiatan usaha perseorangan atau
firma dan kegiatan usaha perusahaan afiliasi (anak).
b. Kontinuitas usaha : asumsinya didasarkan atas pengalaman perusahaan
pada umumnya.
c. Periode satu tahun : satu tahun adalah waktu yang tepat untuk pelapran ,
karena tidak terlalu pendek, juga tidak terlalu panjang.
d. Harga Pokok sebagai bahan olah akuntansi : harga pokok faktor produksi
tersebut adalah HP pada saat terjadinya.
e. Daya beli uang stabil.
f. Tujuannya adalah mencari laba : perusahaan dipandang sebagai suatu
organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan pendapatan.
3
yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan. Masalah-masalah yang
baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori yang telah
ada. Perkembangan kerangka konseptual (conceptual framework) FASB melahirkan
beberapa konsep dasar atau sering disebut dengan Statements of Financial
Accounting Concepts (SFAC) menurut (Wolk, Dodd et al. 2013) diantaranya:
1. SFAC No. 1 (1978), Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises
Secara umum, SFAC No. 1 membahas mengenai tujuan pelaporan keuangan.
Tujuan akuntansi menurut statement ini adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan bisnis oleh pengguna laporan
keuangan tersebut.
2. SFAC No. 2 (1980), Qualitative Characeristics Of Accountingg Information
SFAC No. 2 menjelaskan mengenai karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi. Selain itu, dijelaskan juga mengenai fungsi laporan keuangan yaitu
untuk membantu pengguna dalam pengambilan keputusan bisnis.
4
SFAC No. 4 ini berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan nonbisnis,
dimana karakterisitik dari organisasi non bisnis adalah:
a. Penerimaan sumber daya meskipun jumlahnya besar akantetapi tidak
mengharapakan pengembalian.
b. Tujuan operasi selain untuk menyediakan barang dan jasa
c. Tidak adanya kepentingan pemilik yang dapat dijual, dipindah, atau
ditebus atau yang merupakan jatah bagian dari distribusi sisa sumber daya
pada saat likuidasinya.
5. SFAC No. 5 (1984), Recognition Dan Measurement In Financial Statements
Of Business Enterprises
SFAC No. 5 menjelaskan mengenai pengakuan dan pengukuran. Salah satu
fokus SFAC No. 5 adalah menjelaskan pengertian earning yang berbeda
dengan net income. Earningmerupakan net income dikurangi efek kumulatif
pada tahun sebelumnya karena adanya perubahan prinsip akuntansi yang
digunakan.
6. SFAC No. 6 (1985), Elements Of Financial Statements; A Replacement of
FASB Concepts Statements No. 3 Also Incorporating An Amendment of FASB
Concepts Statements No. 2
SFAC No. 6 merupakan pengganti dari SFAC No. 3, dimana definisi yang
terdapat didalamnya sama persis dengan yang tertulis di SFAC No. 3 yang
ditambahkan cakupan sampai ke organisasi nonbisnis. Dengan demikian,
karakteristik informasi akuntansi pada SFAC No. 2 juga berlaku bagi
organisasi nonbisnis
7. SFAC No. 7 (2000), Using Cash Flow Informasi Dan Present Value In
Accounting Measurements
SFAC No. 7 menjelaskan mengenai permasalahan dalam pengukuran khusus
dan bukannya masalah konseptual yang lebih luas. SFAC No. 7 mencakup
kondisi dimana present-market determined amounts tidak tersedia saat harus
5
diakui. Namun, metode present value tidak digunakan secara konsisten dalam
standar.
8. SFAC No. 8, Conceptual Frameworks for Financial Reporting
SFAC No.8 merupakan salah satu dari serangkaian publikasi di FASB untuk
akuntansi dan pelaporan keuangan yang mencakup dua bab kerangka
konseptual baru yang menggantikan SFAC No.1, tujuan pelaporan keuangan
oleh Business Enterprises, dan SFAC No.2, karakteristik kualitatif informasi
akuntansi. SFAC No.8 dimaksudkan untuk menetapkan tujuan-tujuan dan
konsep-konsep fundamental yang akan menjadi dasar untuk pengembangan
akuntansi keuangan dan pedoman pelaporan.
6
1. Alasan standar berbasis prinsip memerlukan kerangka kerja konseptual karena
untuk menjadi standar berbasis prinsip tidak hanya dapat mengumpulkan
konversi melainkan harus berakar pada dasar.
2. Pentingnya FASB dan IASB berbagai kerangka konseptual adalah dengan
terciptanya konvergensi berarti bahwa FASB dan IASB akan terus bekerja
sama untuk mengembangkan kualitas tinggi,.
3. KLarena kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan
kenyataan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan
menaikan komparabilitas antar laporan keuangan.
4. Cross-cutting issue adalah isu – siu yang berdampak lebih dari suatu bidang
karena kekayaan suatu Negara umumnya dipengaruhi oleh serangkaian factor
yang saling berhubungan.
Hasil dari proyek ini secara langsung akan mempengaruhi bagaimana
pengelolaan suatu entitas laporan keuangan mengkomunikasikan informasi kepada
pengguna laporan keuangan, seperti sekarang dan potensi investor saham, kreditur
dan kreditur lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kegunaan informasi yang
diberikan dalam laporan keuangan suatu entitas untuk membantu pengguna membuat
keputusan dalam kapasitas mereka sebagai penyedia modal.
Dalam menyetujui untuk melanjutkan proyek-proyek serupa mereka bersama-
sama, setuju untuk melihat di penyajian informasi dalam laporan keuangan. Proyek
bersama memiliki perkembangan di luar lingkup presentasi dan menampilkan item
pendapatan dan biaya, melainkan menunjukkan presentasi dan menampilkan di muka
laporan keuangan yang merupakan satu set lengkap laporan keuangan. Pada bulan
April 2004, dewan IASB dan FASB memutuskan untuk pendekatan proyek dalam
tiga tahap:
1. Tahap A akan menunjukkan laporan yang merupakan satu set lengkap laporan
keuangan dan periode yang mereka harus diberikan.
2. Tahap B akan mengatasi isu-isu yang lebih mendasar yang berkaitan dengan
presentasi dan menampilkan informasi dalam laporan keuangan, termasuk
menggabungkan dan disaggregating informasi dalam setiap laporan keuangan
7
utama, mendefinisikan total dan subtotal, dan mempertimbangkan kembali
penggunaan langsung atau metode tidak langsung untuk menyajikan operasi
kas arus.
3. Tahap C akan menunjukkan presentasi dan menampilkan informasi keuangan
interim di AS prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). IASB juga
dapat mempertimbangkan kembali persyaratan dalam IAS 34, tentang
pelaporan keuangan interim.
8
DAFTAR PUSTAKA