Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 3

Ni Komang Pina Lestari 1707531023 Absen 13


Putu Nokia Sustriani 1707531024 Absen 14
Ni Putu Sinta Maryati 1707531025 Absen 15
Ni Kadek Indah Amiliasari 1707531073 Absen 26

TUJUAN DAN MANFAAT STANDAR AKUNTANSI, LEMBAGA-


LEMBAGA PENYUSUN STANDAR AKUNTANSI, SERTA PROSES
PENETAPAN STANDAR AKUNTANSI (SAP 2)

1.1 Tujuan dan Manfaat Standar Akuntansi

Ada beberapa manfaat dengan adanya suatu standar akuntansi yang


bersifat global, yaitu:
1. Akses ke pasar modal asing menjadi lebih mudah
2. Meningkatkan kredibilitas pasar modal domestik di investor asing dan
calon rekan merger asing
3. Meningkatkan kredibilitas untuk calon pemberi pinjaman laporan
keuangan dari perusahaan di negara kurang berkembang (less-developed
country)
4. Biaya modal yang lebih rendah bagi perusahaan
5. Data keuangan yang dapat dibandingkan melintas batas Negara
6. Transparansi yang lebih besar
7. Pemahaman yang lebih baik- penggunaan bahasa keuangan yang sama
8. Adanya kebutuhan dari perusahaan untuk membuat satu pembukuan saja
9. Mengurangi biaya penyusunan standar nasional
10. Meringankan peraturan dari pasar sekuritas – peraturan yang dapat
diterima dari informasi keuangan yang disediakan oleh peserta pasar
11. Kelanjutan pedoman implementasi lokal untuk keadaan yang bersifat lokal
12. Kerentanan yang lebih rendah atas tekanan politik daripada standar
nasional
13. Kemudahan akses ilmu pengetahuan dan pendidikan yang melintasi batas
Negara
14. Konsisten dengan konsep kepercayaan atas satu profesi global

1
KELOMPOK 3
Ni Komang Pina Lestari 1707531023 Absen 13
Putu Nokia Sustriani 1707531024 Absen 14
Ni Putu Sinta Maryati 1707531025 Absen 15
Ni Kadek Indah Amiliasari 1707531073 Absen 26

Menurut Sir David Tweedie, chairman of IASB (Januari 2001-30 Juni


2011), dalam testimoninya sebelum the US Senate Committee on Banking,
Housing and Urban Affairs pada 14 Februari 2002 di Washington menyatakan
bahwa ada empat alasan dibutuhkannya suatu penyusun standar Internasional :
1. Adanya pengakuan dan kebutuhan yang terus berkembang atas standar
akuntansi Internasional

1
2. Tidak ada penyusun standar yang secara individu mempunyai monopoli
atas solusi terbaik dari masalah akuntansi .
3. Tidak ada penyusun standar nasional yang berada dalam posisi untuk
menetapkan standar akuntansi yang dapat memperoleh keuntungan dari
pengakuan di seluruh dunia.
4. Penyusun standar nasional menemukan banyak area dalam laporan
keuangan yang sulit untuk ditetapkan secara secara individu. (Tweedie
2002).

Lebih lanjut, Sir David Tweedie dalam sambutannya untuk Economic and
Monetary Affair Committee of the European Parliement pada 31 Januari 2006
memeberi komentar tentang manfaat dari standar akuntansi yang bersifat global:
1. Dengan adanya bahasa umum yang sama, yang diaplikasikan secara
konsisten, akan memungkinkan penanam modal lebih mudah untuk
membandingkan hasil keuangan dari operasi perusahaan yang berada
dalam yurisdiksi yang berbeda dan menyediakan kesempatan yang lebih
besar untuk investasi dan diversifkasi.
2. Resiko utama investasi menjadi berkurang yang mengakibatkan biaya
modal menjadi lebih rendah
3. Untuk auditor, dengan adanya satu standar akuntansi yang berlaku,
memungkinkan perusahaan audit internasional untuk menstandarisasi
pelatihan dan memberi jaminan kualitas atas pekerjaan mereka dalam
konteks global. Hal ini terkait dengan konsistensi penerapan atas masalah
akuntansi oleh perusahaan audit dan kliennya.
4. Untuk pembuat peraturan, mengurangi kebingungan yang terkait dengan
kebutuhan untuk memahami berbagai jenis laporan dari rezim yang
berbeda.

2
2.1 Lembaga-lembaga Penyusun Standar Akuntansi

2.1.1 IAI dan Sejarahnya

Pada waktu Indonesia merdeka, hanya ada satu orang akuntan peribumi,
yaitu Prof.Dr. Ambutari, sedangkan Prof. Soemardjo lulus pendidikan akuntan di
negeri Belanda pada tahun 1956. Akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan
dalam negeri adalah Basuki Siddharta, Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan
Go Tie Siem, mereka lulus pertengahan tahun 1957 keempat akuntan ini bersama
dengan Prof. Soemardjo mengambil prakarsa mendirikan perkumpulan akuntan
untuk bangsa Indonesia saja. Alasannya, mereka tidak mungkin menjadi anggota
NIVA (Netherdlands Institute Van Accountans) atau VAGA (Vereniging
Academisch Gevormde Accountans) mereka menyadari keindonesiaannya dan
berpendapat tidak mungkin kedua lembaga itu memikirkan perkembangan dna
pembinaan akuntan di Indonesia.

Hari Kamis 17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi mengadakan pertemuan


di aula Univeristas Indonesia dan bersepakat untuk mendirikan perkumpulan
akuntan Indonesia. Karena pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh semua akuntan
yang ada maka diputuskan membentuk Panitia Persiapan Pendirian Perkumpulan
Akuntan Indonesia. Panitia diminta menghubungi akuntan lainnya untuk
menanyakan pendapat mereka. Dalam panitia itu, Prof. Soemardjo duduk sebagai
ketua, Go Tie Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta sebagai bendahara
sedangkan Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe sebagai komisaris. Surat yang
dikirimkan panitia kepada enam akuntan lainnya memperoleh jawaban setuju.
Perkumpulan akhirnya diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akhirnya
berdiri pada tanggal 23 Desember 1957 yaitu pada pertemuan ketiga yang
diadakan di aula UI pada pukul 19.30.

3
Konsep anggaran dasar IAI pertama di selesaikan pada 15 Mei 1958 dan
naskah finalnya selesai pada 19 Oktober 1958. Menteri kehakiman
mengesahkannya pada 11 Februari 1959. Namun demikian, tanggal pendirian IAI
ditetapkan pada 23 Desember 1957. Ketika itu, tujuan IAI adalah :
a. Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu
pendidikan akuntan;
b. Mempertinggi mutu pekerja akuntan

Sejak berdirinya 49 tahun lalu, kini IAI telah mengalami perkembangan


yang sangat luas. Hal ini, merupakan perkembangan yang wajar karena profesi
akuntan tidak dapat dipisahkan dari dunia usaha yang mengalami perkembangan
pesat. Salah satu bentuk perkembangan tersebut adalah meluasnya orientasi
kegiatan profesi, tidak lagi semata-mata di bidang pendidikan akuntansi dan mutu
pekerjaan akuntan, tetapi juga upaya-upaya untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat dan peran dalam perumusan kebijakan publik.

2.1.2 FASB dan Sejarahnya

Didirikan pada tahun 1973, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB)


adalah organisasi independen, sektor swasta, nirlaba yang berbasis di Norwalk
Connecticut, yang menetapkan standar akuntansi dan pelaporan keuangan untuk
perusahaan public dan swasta dan bukan untuk laba organisasi yang mengikuti
Prinsip Akuntansi yang Diterima Secara Umum (GAAP).

FASB diakui oleh Komisi Sekuritas dan Bursa sebagai penentu standar
akuntansi yang ditunjuk untuk perusahaan public. Standar FASB diakui oleh
otoritatif oleh banyak organisasi lain, termasuk Dewan Akuntansi negara dan
American Institute of CPAs (AICPA). FASB mengembangkan dan mengeluarkan
standar akuntansi keuangan melalui proses yang transparan dan inklusif yang
dimaksudkan untuk mempromosikan pelaporan keuangan yang memberikan

4
informasi yang berguna bagi investor dan pihak lain yang menggunakan laporan
keuangan.

Financial Accounting Foundation (FAF) mendukung dan mengawasi


FASB. Didirikan pada tahun 1972, FAF adalah organisasi independen, sector
swasta, nirlaba yang berbasis di Norwalk Connecticut yang bertanggungjawab
atas pengawasan, administrasi, pembiayaan dan penunjukkan FASB dan Dewan
Standar Akuntansi Pemerintahan (GASB).

2.1.3 IASB dan Sejarahnya

Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) adalah badan sektor


swasta yang independen yang mengembangkan dan menyetujui Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (IFRS). IASB beroperasi di bawah pengawasan Yayasan
IFRS. IASB dibentuk pada tahun 2001 untuk menggantikan Komite Standar
Akuntansi Internasional (IASC). Sejarah lengkap IASB dan IASC kembali ke
tahun 1973 tersedia di situs web IASB. Saat ini, IASB memiliki 14 anggota.

Peran IASB, di bawah Konstitusi Yayasan IFRS, IASB memiliki tanggung


jawab penuh untuk semua masalah teknis Yayasan IFRS termasuk kebijaksanaan
penuh dalam mengembangkan dan mengejar agenda teknisnya, tunduk pada
persyaratan konsultasi tertentu dengan Wali Amanat dan publik persiapan dan
penerbitan IFRS (selain Interpretasi) dan draft paparan, mengikuti proses yang
ditentukan dalam Konstitusi, persetujuan dan penerbitan Interpretasi
dikembangkan oleh Komite Interpretasi IFRS.

Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar akademisi akuntansi telah


memperhatikanDewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) dan produksi
Keuangan Internasional Standar Pelaporan (IFRS). Dalam kehidupannya yang
singkat, sejak 2001, IASB telah mengubah bentuk peta dunia pelaporan keuangan

5
perusahaan. Tetapi itu adalah Standar Akuntansi Internasional Komite (IASC),
selama 27 tahun dari 1973 hingga 2000, yang menetapkan panggung untuk IASB,
yang dalamgiliran muncul dari IASC.1 Sudah saatnya untuk memberikan
beberapa perspektif sejarah yang mungkin bersinar cahaya yang berguna pada
IASB hari ini. Fokus saya dalam artikel ini adalah pada perkembangan utama dan
titik balik dalam 37 tahun evolusi ini, dan untuk menyarankan beberapa tantangan
yang IASB hadapi hari ini.

3.1 Due Process Penetapan Standar Akuntansi

3.1.1 Penentuan Standar

Penentuan standar merupakan pilihan sosial sehingga suatu standar


mungkin bermanfaat bagi pihak tertentu dan merugikan pihak lain. Kebanyakan
isu-isu yang berkaitan dengan akuntansi secara politik bersifat sensitif yang
disebabkan oleh :
1. kebutuhan terhadap standar akuntansi muncul bila terdapat
pertentangan
2. informasi akuntansi dapat mempengaruhi tingkat kemakmuran
penggunaannya

Dalam menentukan standar ada dua pendekatan, yaitu:


1. Representative Faithfulness, pendekatan ini menghendaki pelaporan
yang bersifat netral dan penyajian wajar laporan keuangan melalui
proses penentuan standar. Pendekatan ini menyamakan akuntansi
dengan proses pemetaan dimana peta harus dibuat akurat dengan
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan secara wajar.
2. Economic Consequences, pendekatan ini menghendaki asopsi standar
yang memiliki konsekuensi ekonomi menguntungkan

6
3.1.2 Proses Penentuan Standar

Biasanya proses penentuan standar dilakukan melalui proses terbuka


(due-procees). FASB sebagai contoh dalam proses ini mengikuti prosedur sebagai
berikut:
1. Identifikasi masalah dari masalah yang muncul dicatat dalam
agendanya.
2. Penunjukkan group yang anggotanya terdiri dari masyarakat
akuntansi dan bisnis.
3. Discussion Memrorandum (DM) disebarkan kepublik untuk
dievaluasi selama satu periode paling lambat 60 hari.
4. Dengan pendapat dilakukan untuk membahas keunggulan dan
kelemahan berbagai alternatif yang diajukan FASB
5. Atas berbagai komnentar yang diterima, FASB mengeluarkan
‘exposure draft” (ED) mengenai standaar akuntansi yang diajukan.
ED menentukan posisi yang pasti dari FASB tentang masalah yang
dibahas.
6. ED disebar luaskan ke masyarakat untuk dievaluasi paling lambat 30
hari
7. Dengan pendapat untuk membahas kelemahan dan kebaikan berbagai
alternatif yang diajukan FASB
8. Atas dasar berbagai komentar yang diterima, maka FASB mengambil
langkah sebagai berikut:
a. mengadopsi standar tersebut sebagai pernyataan resmi
b. mengajukan revisi terhadap standar yang diusulkan melalui prosedur
“due process”.
c. Menunda pengeluaran standar dan menyimpan masalah dalam agenda
d. Tidak mengeluarkan standar dan menghapus isu dari agenda

7
DAFTAR PUSTAKA

Alfredson, Ketih et. al. 2007. Applying International Financial Reporting


Standards. Australia: John Wiley & Sons Australia Ltd.
Yakuyaya, Agus. 2010. Manfaat Standar Akuntansi yang Bersifat Global.
https://agusyakuyaya.wordpress.com/2010/11/20/manfaat-standar-
akuntansi-yang-bersifat-global/ Diakses 9 September 2019.
Safri Harahap, Sofyan. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
https://www.fasb.org/jsp/FASB/Page/SectionPage&cid=1176154526495
Diakses 9 September 2019
Zeff, Stephen A. (2012). The Evolution of the IASC into the IASB, and the
Challenges it Faces. JURNAL THE ACCOUNTING REVIEW American
Accounting Association Vol. 87, No. 3
https://www.iasplus.com/en/resources/ifrsf/iasb-ifrs-ic/iasb
Diakses 9 September 2019

Anda mungkin juga menyukai