Teori akuntansi adalah susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara
sis tematis gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antar variabel
dengan variable lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat mejelaskan
dan meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul. Hendriksen menilai teori
akuntansi sebagai satu susunan prinsip umum yang akan dapat:
1
1. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi
dinilai.
2. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti
perkembangan ekonomi, social, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang
demikaian cepat.
Teori Akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai suatu konsep modern jika
dibandingkan dengan teori-teori yang lain seperti matematika atau fisik. Chambers
(1994) berpendapat bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang spesifik
bukannya dikembangkan secara sistematik dari teori yang terstruktur. Lebih lanjut
Chambers menyatakan meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan murni, akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan
sosial ( social science). Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak
didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal (Glautier and Underdown, 1994).
Konsep akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi
dipraktekkan.
Oleh karena preskripsi akuntansi dikembangkan untuk memecahkan masalah-
masalah khusus, teori yang mendasarinya juga dikembangkan berdasarkan model-
model yang khusus. Secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah untuk
memberikan kerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan
akuntansi (Mathews and Perera, 1993).
2
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap
informasi yang disajikan laporan keuangan.
5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.
3
2. Pengambilan keputusan (decision usefulness) Pendekatan ini menganggap
bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses
pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang
relevan atau bermanfaat.
Namun terdapat beberapa kelemahan dari teori normatif :
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris,
karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat
diuji keabsahannya secara empiris,
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor
secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas,
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal.
Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada
mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat
dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Lebih lanjut Watt and
Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi
dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis
yang kuat. Untuk menutupi kelemahan dari teori normatif, Watt and Zimmerman
mengembangkan pendekatan positif yang berlaku dalam specific scientific period
(1970-sekarang).
4
tersebut. Hal tersebut yang mendasari bahwa terdapat dua pandangan akuntansi, yaitu
sebagai ilmu profesi (praktis) dan sebagai ilmu pengetahuan yang dilihat dari
perkembangannya.
Akuntansi dapat dipandang dalam dua perspektif, yaitu sebagai ilmu profesi
akuntan yang menerapkan pengetahuan akuntansi dalam dunia profesional, dan juga
sebagai ilmu pengetahuan yang dikembangan dan dipelajari. Sebagai ilmu profesi,
akuntansi menyediakan serangkaian metode dan teknik beserta panduan dalam
menjalankan tugas seorang akuntan. Sementara sebagai sebuah ilmu pengetahuan
yang dikembangkan dan dipelajari, akuntansi kembali dibagi dua menjadi teori dan
praktik. Pada perspektif ini, peran akuntansi berorientasi dalam memberikan
penjelasan dan deskripsi yang memadai mengenai praktik dan fenomena akuntansi
yang terjadi. Keduanya merupakan cakupan dari teori akuntansi.
5
Beberapa tahun belakangan ini, orientasi akuntansi sebagai ilmu pengetahuan
lebih berkembang dengan banyaknya penelitian di bidang akuntansi. Hal ini
menjelaskan bahwa terdapat pergeseran posisi antara ilmu profesi dan ilmu
pengetahuan yang seharusnya berjalan harmonis. Penempatan akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan (sains) membawa konsekuensi bahwa teori akuntansi harus bebas dari
pertimbangan nilai (value-judgment) dan bersifat deskriptif . Oleh karena itu,
sekarang ini banyak sekali penelitian akuntansi yang membahas ilmu akuntansi
secara mendalam dan ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada membahas
mengenai standar akuntansi yang berlaku dalam praktik akuntansi. Hal tersebut
menyebabkan kesulitan bagi para praktisi yang memerlukan pertimbangan terhadap
keputusannya.
6
(Sumber: Suwardjono, 2005)
7
DAFTAR PUSTAKA