Anda di halaman 1dari 36

RINGKASAN MATERI KULIAH

SEMINAR AUDIT
“ Crazy Eddie, Inc.”
Dosen Pengampu: Dr. Maria Mediatrix Ratna Sari, S.E., M.Si., Ak., CA

Oleh:

Kelompok 3

Ni Ketut Ayu Rosiana Dewi (1981621010)


Prema Sanjaya (1981621023)
Ni Luh Putu Ayu Lastri Pramiswari (1981621024)
I Wayan Megayana (1981621025)

PROGRAM STUDI MAGISTERAKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
KASUS CRAZY EDDIE, INC.

Pada tahun 1969, Eddie Antar, 21 tahun putus SMA dari Brooklyn, membuka
sebuah toko elektronik dengan luas lantai 150 kaki persegi di New York City. Meskipun
awal yang sederhana, Antar akhirnya mendominasi pasar elektronik ritel di wilayah
metropolitan New York City. Pada tahun 1987, perusahaan Antar itu, Crazy Eddie, Inc,
memiliki 43 gerai ritel, penjualan melebihi $ 350 juta dan saham yang beredar dengan
nilai pasar kolektif $ 600 juta. Antar pribadi menyadari lebih dari $ 70 juta penjualan
saham Crazy Eddie selama masa jabatannya sebagai kepala eksekutif perusahaan.
Keruntuhan Crazy Eddie di akhir 1980-an menjadi cerita kegagalan bisnis yang
spektakuler disusul dugaan penyalahgunaan keuangan yang luas oleh Antar dan rekan-
rekannya. Tak lama setelah pengambilalihan perusahaan pada November 1987, pemilik
baru perusahaan menemukan bahwa persediaan Crazy Eddie telah dibesar-besarkan
oleh lebih $ 65 juta. Kekurangan persediaan ini telah disembunyikan dari publik dalam
pernyataan pendaftaran yang diajukan kepada Securities and Exchange Commission
(SEC). Investigasi berikutnya oleh pihak berwenang mengungkapkan bahwa Eddie
Antar dan bawahannya telah menggelembungkan laba laporan Crazy Eddie sepanjang
eksistensinya.
Eddie Antar: The Man Behind The Legend
Eddie Antar dilahirkan dalam keluarga besar Syrian pada tahun 1947. Setelah
putus sekolah tinggi pada usia 16 tahun, Antar mulai menjajakan televisi di lingkungan
Brooklyn. Dalam beberapa tahun, Antar dan sepupunya bersama mempunyai cukup
uang untuk membuka toko elektronik dekat Coney Island. Di toko kecil ini Antar
memperoleh julukan "Crazy Eddie." Ketika seorang pelanggan mencoba untuk
meninggalkan toko dengan tangan kosong, Antar akan memblokir pintu keluar,
terkadang mengunci pintu atau apapun sampai pelanggan setuju untuk membeli sesuatu.
Untuk memikat pelanggan yang segan untuk melakukan pembelian, Antar pertama-tama
menanyakan produk mana yang sedang dipertimbangkan oleh pelanggan dan kemudian
menurunkan harga hingga pelanggan tersebut akhirnya menyerah.
Antar menjadi terkenal di lingkungan itu tidak hanya untuk taktik penjualan yang
tidak biasa, tetapi juga untuk yang perilakunya tidak lazim. Seorang binaragawan dan
kebugaran yang fanatik, ia biasanya datang untuk bekerja dengan pakaian olahraga.
Karakternya yang cepat marah menyebabkan banyak masalah dengan vendor, pesaing,
dan bawahan. sifat yang paling khas Antar adalah ketidakmampuannya untuk
mempercayai siapa pun diluar keluarga besarnya. Dalam tahun kemudian, ketika ia
membutuhkan seseorang untuk menjabat sebagai eksekutif di perusahaannya, Antar
hampir selalu mengutamakan anggota keluarga, meskipun individu tersebut tidak
memiliki pelatihan yang tepat atau pengalaman untuk posisi itu. Akhirnya, ayah Antar,
saudara perempuan, dua bersaudara, paman, saudara ipar, dan beberapa sepupu akan
mengisi posisi pemimpin dengan Crazy Eddie, sementara lebih dari satu lusin kerabat
lainnya akan memegang posisi minor dengan perusahaan.
Crazy Eddie’s Formula for Success
Pada awal 1980-an, penjualan di industri elektronik konsumen meledak, dua kali
lipat dalam periode empat tahun 1981-1984. Karena permintaan masyarakat untuk
produk elektronik terus meningkat, Antar mengubah Crazy Eddie menjadi supermarket
elektronik konsumen. Pada tahun 1987, perusahaan mengunggulkanan tujuh lini produk.
Berikut adalah lini produk tersebut dan persentase kontribusinya untuk 1987 pada
penjualan Crazy Eddie.
Televisions 53%
Audio products and systems 15%
Portable and personal electronics 10%
Car stereos 5%
Accessories and tapes 4%
Computers and games 3%
Miscellaneous items-including microwaves,
Air conditioners, and small appliances 10 %
Total 100%
Antar mendorong salesnya untuk melengkapi keuntungan setiap toko dengan
menekan pelanggan untuk membeli jaminan produk. Sebagian besar dari biaya
perbaikan atas jaminan tersebut ditanggung oleh perusahaan manufaktur yang sudah
mengeluarkan jaminan pabrik pada produknya. Akibatnya, perusahaan memperoleh 100
persen margin keuntungan pendapatan garansi.
Antar mulai mencari konsesi harga yang besar dari suppliernya seiring dengan
pertumbuhannya yang pesat 1970-an dan awal 1980-an. Kemampuannya untuk membeli
produk elektronik dalam jumlah besar dan dengan harga cut-rate memungkinkan dia
untuk menjadi "transhipper," atau pemasok sekunder ke pengecer elektronik konsumen
yang lebih kecil di wilayah New York City. Meskipun produsen mengerutkan kening
pada praktek ini dan sering mengancam akan menghentikan penjualannya, Antar terus
meningkatkan skala operasi transhipping nya.
Bagian penting dalam strategi pemasaran Antar adalah iklan besar-besaran. Antar
menciptakan iklan "umbrella" disekeliling pasar ritel utama perusahaannya yang
termasuk wilayah padat penduduk dalam radius 150 mil dari Kota New York. Pada
tahun 1972, Antar menyewa radio lokal dan aktor yang dikenal sebagai Dokter Jerry
sebagai juru bicara iklan Crazy Eddie. Kebijakan diskon Crazy Eddie menjadi fokus
kampanye iklan perusahaan. Perusahaan berjanji mengembalikan selisih antara harga
jual produk dan setiap harga yang lebih rendah untuk item yang sama yang pelanggan
temukan dalam waktu 30 hari dari tanggal pembelian. Meskipun iklan dimaksudkan
untuk meyakinkan masyarakat bahwa Crazy Eddie adalah deep-discounter, harga
perusahaan pada kebanyakan produk sama dengan competitor utamanya.

Crazy Eddie Goes Public

Pada tahun 1983, Antar memutuskan untuk menjual saham Crazy Eddie yang
bertujuan untuk meningkatkan modal dalam pembiayaan program perluasan yang lebih
agresif. Perusahaan underwriting yang disewa oleh Antar melakukan penundaan atas
permintaan untuk Initial Public Offering (IPO) pada perusaahaan Crazy Eddie dalam
waktu lebih dari 1 tahun setelah menemukan bahwa catatan akunatansi perusahaan
dinilai masih kacau. Masalah lain yang belum ditangani oleh underwriter adalah
berhubungan dengan transaksi kelompok, pinjaman bebas bunga kepada karyawan, dan
investasi spekulatif yang tidak terkait dengan lini bisnis utama perusahaan. Perusahaan
underwriting juga menyelidiki temuan bahwa hampir semua eksekutif kunci perusahaan
merupakan anggota keluarga Antar, termasuk istri dan ibu dari Antar yang menerima
gaji berkisar $100.000 untuk suatu pekerjaan dengan intensitas yang kecil ataupun tidak
ada pekerjaan.

Dalam mempersiapkan Initial Public Offerin (IPO), underwriter memastikan


Antar yang merupakan dewan komisaris dan Presiden Crazy Eddie untuk melakukan
bersih-bersih catatan akuntansi perusahaan dan masalah keuangan perusahaan.
Underwriter juga mendesak Antar untuk menyewa seorang Chief Financial Officer
(CFO) yang memiliki pengalaman mengenai perusahaan publik dan bukan merupakan
anggota keluarga Antar. Underwriter memberikan catatan kepada Antar bahwa investor
akan mempertanyakan kompetensi pimpinan eksekutif Crazy Eddie yang masih dalam
lingkungan keluarga. Walaupun Underwriter telah memberikan catatan tersebut, Antar
tidak memperdulikan catatan tersebut sehingga Antar memperkerjakan Adiknya
bernama Sam E. Antar sebagai CFO Crazy Eddie.

Dalam perjalanan dalam melakukan Initial Public Offerin (IPO), penjualan saham
Crazy Eddie ke publik mengalami kesuksesan yang luar biasa. Karena adanya kelebihan
permintaan dalam Penjualan saham Crazy Eddie ke publik, underwriter perusahaan
mendapat izin dari SEC untuk menjual 200.000 lembar saham lebih dari yang
direncanakan. Setelah melakukan penawaran umum, Antar bekerja keras untuk
meyakinkan publik yang berinvestasi terutama analisis keuangan bahwa Crazy Eddie
secara finansial sangat kuat dan dikelola dengan baik. Pada setiap kesempatan, Antar
menggambarkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan pangsa pasar
Crazy Eddie. Salah satu taktik yang digunakan Antar untuk meyakinkan analis
keuangan bahwa perusahaan memiliki masa depan yang cerah adalah mengundang
analisi keuangan tersebut berkunjung ke toko dan melakukan penilaian penjualan toko
yang lebih dekat. Taktik yang dilakukan Antar berhasil dengan sempurna. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan analis dari perusahaan investasi yang dirilis dalam
laporan mengenai tim manajemen Crazy Eddie dan prospek cerah perusahaan. Salah
satu analis menulis tentang, " Crazy Eddie is a disciplined, competently organized firm
with a sophisticated management and a well trained, dedicated staff". Kemudian, analis
lain menulis bahwa Antar adalah "brilliant merchant surrounded by a deeply dedicated
organization eager to create an important retail business ". Selain itu, adanya laporan
keuangan perusahaan tahun 1984 – 1987 yang diliris ke publik yang dinilai kuat,
menyebabkan harga saham Crazy Eddie semakin meningkat. Berbagai investor
melakukan pembelian saham perusahaan karena adanya peningkatan nilai investasi
sebesar 1000 persen.
Crazy Eddie Goes … Bust
Semua hal dalam perusahaan nampak tidak baik meskipun Crazy Eddie
menghasilkan operasi yang begitu mengesankan sepanjang tahun 1980 dan saham
perusahan merupakan salah satu investasi terlaris di Wall Street. Tahun 1986,
perusahaan mengalami masalah yang cukup berat. Sebagai kelanjutan dari bagian tahun
tersebut, hari tersebut kemudian menjadi hari terakhir yang berkesan bagi konsumen
industrik elektronik. Kejayaan industri elektronik telah berakhir di mata konsumen.
Meskipun penjualan dari konsumen elektronik meningkat, namun tingkat
pertumbuhannya menurun dibandingkan laju pertumbuhan yang direalisasi oleh industri
sepanjang tahun 1980. Apalagi konsumen industri elektronik telah bergabung dengan
pengecer, terutama di daerah metropolitan seperti Kota New York, pangkalan induk
Crazy Eddie. Kenaikan persaingan berarti memperkecil profit margin untuk Crazy
Eddie dan mengurangi kemampuan Antar untuk perjanjian transaksi dari para
pemasoknya.
Disamping menghadapi masalah mengenai semakin banyaknya konsumen yang
kompetitif di industri elektronik, Crazy Eddie menghadapi krisis perusahaan pada akhir
tahun 1980. Laporan volume penjualan perusahaan dibuat rangkap tiga antara tahun
1984 dan 1987, dan tanggungjawab yang kompleks dengan mengelola beban
administrasi yang besar dari perusahaan publik yang dilimpahkan pada eksekutif Crazy
Eddie. Berbagai masalah menyebabkan kehancuran dalam lingkaran keluarga Antar,
yang telah bertindak sebagai penasehat utamanya selama 15 tahun sejak perusahaan
tersebut beroperasi. Antar memaksa banyak dari keluarganya untuk meninggalkan
perusahaan setelah mereka berpihak pada mantan isterinya pada saat terjadi perceraian.
Saat masalah Crazy Eddie memuncak menjadi kekacauan dan perusahaan bergerak
kearah kesulitan keuangan, Wall Street terus mengintip saham perusahaan sebagai
investasi yang “tidak boleh dilewatkan”.
Pada akhir tahun 1986, Eddie Antar mengundurkan diri dari jabatan sebagai
presiden direktur perusahaan, meskipun dia tetap menguasai jabatan sebagai pimpinan
perusahaan. Beberapa minggu kemudian, diapun benar-benar menghilang dari
perusahaan. Ketidakhadiran Antar menyebabkan kondisi keuangan Crazy Eddie
langsung anjlok. Hasil kegiatan operasi yang buruk dilaporkan pada awal tahun 1987
untuk keempat triwulan pada tahun fiskal yang membuat harga saham mengalami
penurunan yang tidak pernah bisa pulih. Pada bulan November 1987, kelompok yang
mengambil alih perusahaan dipimpin oleh dua pemodal terkemuka yang memperoleh
hak untuk mengendalikan perusahaan. Pemeriksaan fisik persediaan yang dilakukan
lebih luas pada perusahaan oleh pemilik yang baru, berhasil mengungkapkan bahwa
terdapat kekurangan persediaan sebesar $65 juta. Kekurangan ini lebih besar dari total
keuntungan yang dilaporkan sejak perusahaan go public pada tahun 1984. Hal ini
dengan segera membuat Crazy Eddie bangkrut dan membuat otoritas badan regulator
menuntut penjelasan dari Eddie Antar.
Penyimpangan Akuntansi
Setelah Crazy Eddie go public pada tahun 1984, perusahaan berusaha melaporkan
hasil operasi yang bagus untuk tren kenaikan harga sahamnya. Eddie Antar merekayasa
laporan keuangan, dengan melaporkan nilai persediaan lebih tinggi (over stated) dari
keadaan sebenarnya dan sengaja membuat dokumen palsu sebagai bukti pendukungnya.
Di akhir 1980-an di saat pendapatan toko mulai menurun, Eddie Antar sengaja
menginstruksikan karyawannya untuk mencatat transaksi transshipping sebagai
penjualan toko, kemudian persediaan dilaporkan lebih tinggi, sehingga laba kotor juga
meningkat.
Di manakah para Auditor?
“Di mana para auditor?” Adalah pertanyaan yang berulang kali diajukan oleh
investor, kreditur, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan saat publik mengetahui
kecurangan Crazy Eddie. Kritik ditujukan pada Main Hurdman dan penggantinya, Peat
Marwick. Main Hurdman memasang tarif audit Crazy Eddie relatif rendah untuk audit
tahunan perusahaan. Dalam satu tahun, Main Hurdman hanya mengajukan $85.000
untuk melakukan audit lengkap Crazy Eddie-sebuah bisnis dengan pendapatan ratusan
juta dolar, pendapatan dari beberapa toko ritel, dan dua gudang besar.
Independensi Main Hurdman juga dipertanyakan karena banyak akuntan Crazy
Eddie adalah mantan anggota KAP. Etika kantor akuntan publik adalah mendorong
karyawan mereka untuk bekerja bagi klien dalam rangka memperkuat hubungan
akuntan dengan klien. Kritik ditujukan kepada para auditor Crazy Eddie, yaitu
kegagalan mereka dalam menemukan kelebihan persediaan perusahaan dan terjadinya
pengurangan utang. Pihak ketiga yang mengajukan gugatan terhadap para auditor
menuduh mereka gagal menyelidiki secara menyeluruh berbagai keadaan mencurigakan
yang harusnya ditemukan.
Dalam pembelaan Peat Marwick dan Main Hurdman, Eddie Antar dan rekan-
rekannya sengaja menipu auditor. Sebagai contoh, setelah auditor menentukan
persediaan yang akan diaudit, Eddie Antar sengaja mengirimkan persediaan yang ke
toko atau gudang untuk menyembunyikan kecurangannya. Demikian juga, personil
Crazy Eddie secara sistematis menghancurkan dokumen yang memberatkan untuk
menyembunyikan kekurangan persediaan dari auditor. Eddie Antar juga memerintahkan
karyawannya untuk mengabaikan sistem persediaan berbasis komputer yang dirancang
oleh Main Hurdman dan kembali ke sistem manual.
Aspek yang sangat mengganggu dari skandal Crazy Eddie adalah keterlibatan beberapa
karyawan penentu akuntansi dalam berbagai macam skema penipuan, diantaranya
adalah direktur staf audit internal, pengendalian, dan direktur utang dagang.
JAWABAN KASUS CRAZY EDDIE

1. Hitung rasio-rasio dan pengukuran keuangan lainnya untuk Crazy Eddie, Inc.
selama periode 1984-1987. Identifikasi dan berikan penjelasan dengan singkat
tentang red flag pada laporan keuangan crazy eddie yang diusulkan
perusahaan yang ditempatkan pada tingkat resiko audit yang lebih tinggi dari
pada normal.
Jawaban :
Rasio keuangan yang perlu mendapat perhatian khusus oleh auditor berkenaan
dengan perencanaan audit dengan penetapan tingkat risiko audit yang tinggi,
adalah:
1) Inventory Turn Over

Perputaran persediaan (Inventory turnover) mengalami fluktuasi yang


menurunan terus-menerus sejak tahun 1984-1987. Menandakan bahwa
perusahaan mengalami penurunan penjualan persediaan (alat-alat
elektronik).
2) Rekening Persediaan (Inventory) yang cukup tinggi terjadi pada tahun 1986
dan terus naik sampai tahun 1987, yang memang menaikkan tingkat rasio
current (likuiditas) perusahaan akan tetapi kenaikan ini hanya berasal dari
adanya kenaikan jumlah persediaan yang dilaporkan dalam laporan
keuangan yang sebenarnya merupakan penipuan (fraud) yang dilakukan
oleh Eddie Antar dan rekan. Efek dari kesalahan ini berakibat pada tidak
akuratnya perhitungan rasio lancar (current ratio) dan perbandingan utang
pada modal (debt to equity ratio).
3) Rasio Kas
Perusahaan mengalami kekurangan jumlah uang tunai kas yang tersedia,
dimana tidak terdapat jumlah yang cukup. Sebagian besar aktiva terserap
pada piutang, investasi, dan persediaan yang besar, sehingga perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dalam membayar utang perusahaan.
Perusahaan sedang mengalami masalah likuiditas yang sangat parah
(ilikuid).
4) Perbedaan saldo rekening yang cukup besar antara data keuangan tahun
berjalan dengan tahun sebelumnya yang digunakan dalam perbandingan
merupakan suatu gejala fluktuasi yang tidak biasa, sehingga apabila terdapat
fluktuasi yang tidak biasa dengan jumlah besar dari hasil pembandingan
maka audit harus menemukan alasan apakah hal itu terjadi karena
kekeliruan/kelainan atau karena indikasi kecurangan yang dilakukan oleh
pihak manajemen Crazy Eddie, Inc.

2. Identifikasikan prosedur audit khusus yang mungkin dilakukan untuk


mendeteksi kepastian adanya tindakan kecurangan dan ketidakberesan
akuntansi yang dilakukan oleh personil di Crazy Eddie:
a) Pemalsuan penghitungan sheet/lembar persediaan
b) Memo debit palsu untuk utang dagang
c) Mencatat transaksi transshipping sebagai sales retail (penjualan eceran)
d) Memasukkan penerimaan barang dagangan pada akhir tahun persediaan
Jawaban :
Prosedur audit khusus untuk mendeteksi kepastian adanya tindakan kecurangan
dan ketidakberesan akuntansi yang dilakukan oleh personil di Crazy Eddie:
a. Pemalsuan penghitungan sheet/lembar persediaan
Menghitung ulang jumlah fisik persediaan dengan metode sampling yang
akurat. Kemudian melakukan pengujian substantif atas pembelian dan
penjualan. Dengan menguji pembelian, auditor dapat mengetahui jumlah
persediaan yang masuk, sedangkan dengan pengujian penjualan , auditor dapat
mengetahui jumlah persediaan yang keluar.
b. Memo debit palsu untuk utang dagang
Pihak auditor perlu melakukan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern
dengan memeriksa bagaimana alur penanganan utang dagang baik dari proses
pembelian secara kredit yang akan dicatat menjadi utang dagang kemudian
proses pembayaran utang tersebut. Kemudian melakukan pengecekan otorisasi
apakah sudah dilakukan secara benar dan semestinya, dan melakukan
konfirmasi untuk kebenaran hutang tersebut.
c. Mencatat transaksi transshipping sebagai sales retail (penjualan eceran)
Menginspeksi seluruh kegiatan operasi perusahaan secara teliti dan mendalam
atas dokumen, catatan, dan mengevaluasi seluruh dokumen khususnya yang
berkaitan dengan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
d. Memasukkan penerimaan barang dagangan pada akhir tahun persediaan
Melakukan audit siklus mulai dari kegiatan transaksi dan arus barang dari
penerimaan sampai dengan penjualan dan kartu persediaan. Kemudian pihak
auditor dapat melakukan pemeriksaan terhadap syarat pencatatan nilai
persediaan apakan menggunakan fob destination atau fob shipping point. Selain
itu juga pihak auditor dapat memeriksa arus kas keluar di akhir tahun tersebut
dan memeriksa utang dagang.

3. Industri retail elektronik mengalami perubahan yang cepat dan dramatis


selama era 1980an. Diskusikan bagaimana perubahan industri klien audit
akan mempengaruhi perencanaan keputusan audit. Hubungkan diskusi
tersebut dengan kasus Crazy Eddie.
Jawaban:
Dalam setiap audit yang akan dilakukan, tahapan yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah perencanaan audit. Hal ini karena tahapan perencanaan audit
merupakan suatu tahapan yang sangat vital dalam audit yang mengarahkan
pelaksanaan audit di lapangan. Dalam SA 300 tentang perencanaan suatu audit atas
laporan keuangan mengatur bahwa perencanaan suatu audit melibatkan penetapan
strategi audit secara keseluruhan untuk perikatan dan pengembangan rencana audit.
Auditor menetapkan stategi audit secara keseluruhan meliputi ruang lingkup,
waktu, dan arah audit serta memberikan panduan bagi pengembangan rencana
audit. Dengan demikian, suatu perencanaan audit harus dipertimbangkan lebih
matang dengan menggunakan kompetensi, pengalaman, dan sikap skeptisme
auditor sehingga akan dapat menentukan keberhasilan penugasan suatau audit.
Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai integritas manajemen,
kekeliruan dan ketidakberesan, dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan
audit. Pemahaman dan penerapan SA 315 tentang pengidentifikasian dan Penilaian
Resiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya dan SA 320 tentang Materialitas Dalam Tahap Perencanaan Dan
Pelaksanaan Audit sangat diperkukan ketika memahami bisnis dan industri klien
sehingga dapat membantu auditor dalam menilai risiko-risiko yang berkaitan
dengan lingkup usaha klien dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan
klien.
Menurut pendapat kami, jika dihubungkan dalam kasus skandal Eddie Antar
bahwa auditor dalam menyusun program audit dalam perencanaan audit harus
merevisi program audit yang dijalankannya untuk menemukan salah saji material
dan tindakan kecurangan lainnya yang dilakukan oleh Eddie Antar dan rekan sesuai
dengan standar auditing. Dengan demikian, adanya kompetensi, pengalaman, dan
sikap skeptisme auditor akan dapat memahami perubahan bisnis klien sehingga
perencanan audit yang dibuat telah disesuaikan dengan perubahan bisnis yang
dilakukan dan akan dapat menemukan salah saji yang material dan tindakan
kecurangan yang dilakukan.
4. Jelaskan apa yang tersirat dalam peristiwa lowballing dalam konteks audit.
Bagaimana praktek ini berpotensi mempengaruhi independensi kualitas jasa
audit?
Jawaban:
Lowballing merupakan penetapan fee yang lebih rendah dari penetapan fee yang
seharusnya diberikan oleh KAP. Tindakan lowballing oleh auditor biasanya
dilakukan saat melakukan penugasan pertama kali. Hal ini dilakukan karena adanya
persaingan yang ketat antar KAP untuk mendapatkan klien sehingga Lowballing
dilakukan denga tujuan untuk memperoleh klien yang lebih banyak dan cepat.
Dalam konteks audit, tindakan seperti ini memungkinkan dapat berpengaruh pada
independensi auditor karena tindakan lowballing mengarahkan auditor untuk
membuat opini yang memberikan keuntungan bagi klien dan diharapakan dapat
menjalin perikatan kembali pada periode audit selanjutnya. Selain itu kode etik
profesi dan standar audit akan dilanggar sehingga tindakan ini sangat tidak etis.
Lowballing ini jika dikatikan dengan ketentuan penetapan imbalan jasa audit
telah melanggar Peraturan Pengurus Nomor 2 Tahun 2016 tentang penentuan
imbalan jasa audit laporan keuangan. Adanya pengaruh independensi dan diarahkan
untuk melanggar kode etik serta standar audit dalam lowballing, maka dapat
berpengaruh pada kualitas audit dengan hasil diragukan yang mengandung salah
saji material. Adanya kualitas audit yang jelek dapat merugikan banyak pihak yang
berkepentingan di perusahaan.
5. Asumsikan bahwa anda adalah anggota tim dari audit Crazy Eddie pada
tahun 1986. Anda telah ditugaskan untuk menguji prosedur cut off persediaan
klien pada akhir tahun. Anda memilih 30 invoice yang dimasukkan pada
catatan akuntansi yang paling dekat dengan akhir tahun: 15 pada bebera hari
sebelum akhir tahun fiscal klien dan 15 pada beberapa hari pertama diawal
tahun. Asumsikan bahwa personel klien tidak dapat untuk menempatkan 10
dari invoice tersebut. Tugas apa yang harus dilakukan yang nantinya paling
tepat untuk menyelesaikan masalah ini dan mengapa?
Jawaban :
Auditor perlu melakukan pengujian subtantif pada tanggal interim sebelum
neraca untuk mengidentifikasi adanya kejadian atau peristiwa yang mencurigakan
yang dilakukan oleh pihak klien. Menurut SPAP SA seksi 313 p. 02 “pengujian
audit pada tanggal interim memungkinkan pertimbangan dini atas hal-hal signifikan
yang mempengaruhi laporan keuangan akhir tahun sebagai contoh transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa, kondisi yang berubah, pernyataan standar
akuntansi yang baru dan pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan
penyesuaian. Disamping itu banyak bagian perencanaan audit termauk upaya
memeroleh pemahaman atas pengendalian intern, penentuan tingkat risiko
pengendalian, dan penerapan pengujian subtantif atas transaksi, dapat dilakukan
sebelum tanggal neraca.”
Pengujian subtantif merupakan prosedur-prosedur audit yang didesain untuk
menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari
saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu
adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akunakun. Terdapat 3 (tiga) macam
pengujian substantif yaitu : pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis,
dan pengujian terinci atas saldo.
Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan
apakah semua tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit
objectives) telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor
melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk menguji apakah transaksi yang
dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat.
Prosedur audit seperti konfirmasi piutang usaha, pengujian batas (cut off).
Prosedur pengujian yang dapat dilakukan auditor adalah mencocokkan ke dokumen
pendukung atas setiap pengkreditan dengan pendebetan ke rekening saldo transaksi
yang berkaitan dengan invoice tersebut. Dan menelusuri data transaksi dari
dokumen pasar. Bila memungkinkan, ini dilakukan dengan menelusuri data ke
jurnal penjualan kemudian menelusur posting dari jurnal penjualan ke rekening
penjualan buku besar.
6. Haruskah perusahaan diijinkan untuk mempekerjakan individu yang secara
formal disediakan oleh auditor independen mereka? Diskusikan pro dan
kontra dari praktik ini.
Jawaban :
Peusahaan dapat mempekerjakan auditor intern dalam membantu pelaksanaan
tugas audit, selama audit intern tetap mempertahankan independensinya sebagai
seorang auditor karena peran auditor intern dapat membantu perusahaan untuk
menjelaskan aktivitas audit yang dijalankan dalam perusahaan.
SA Seksi 322 p. 02-03 tentang Peran Auditor Dan Auditor Intern
02 Salah satu tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan keuangan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia adalah
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan entitas. Dalam memenuhi tanggung
jawab ini, auditor mempertahankan independensinya dari entitas tersebut. 03
Auditor intern bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi,
memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada manajemen
entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung
jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, auditor intern
mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.
SA Seksi 322 p. 04-04 tentang Pemerolehan Pemahaman Tentang Fungsi
Audit Intern
04 Tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau kinerja
pengendalian entitas. Pada waktu auditor berusaha memahami pengendalian intern,
ia harus berusaha memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi
aktivitas audit intern yang relevan dengan perencanaan audit. Lingkup prosedur
yang diperlukan untuk memahaminya bervariasi, tergantung atas sifat aktivitas
audit intern tersebut. 05 Auditor biasanya harus meminta keterangan kepada
manajemen yang bersangkutan dan staf audit intern mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan auditor intern berikut ini:
1) Status auditor intern dalam organisasi entitas.
2) Penerapan standar profesional (lihat paragraf 11).
3) Perencanaan audit, termasuk sifat, saat, dan lingkup pekerjaan audit.
4) Akses ke catatan dan apakah terdapat pembatasan atas lingkup aktivitas mereka.
Di samping itu, auditor mungkin meminta keterangan mengenai anggaran dasar
pembentukan fungsi audit intern, pernyataan misi, atau pengarahan lain yang serupa
dari manajemen atau dewan komisaris. Permintaan keterangan ini biasanya akan
menghasilkan informasi mengenai tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk fungsi
audit intern
CONTOH KASUS YANG SAMA TERJADI DI INDONESIA

KASUS PT. SUNPRIMA NUSANTARA (SNP FINANCE), yakni berkaitan


dengan pemalsuan piutang dalam laporangan keuangan.

Latar Belakang :
- Laporan Keuangan PT. Sunprima Nusantara (SNP Finance) diaudit oleh
Akuntan Publik Marlinna, Akuntan Publik Merliyana Syamsul, dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) Satrio Bing, Eny & Rekan (Deloitte Indonesia) dan
mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian.
- Hasil pemeriksaan OJK, SNP Finance terindikasi melakukan pemalsuan data
dana manipulasi laporan keuangan.
- Deloitte sebagai auditor gagal mendeteksi adanya skema kecurangan pada
Laporan Keuangan SNP Finance.
Kesalahan yang terjadi :
- Terjadi pemalsuan data piutang yang dilakuan SNP Finance.
- Hasil penilaian audit SNP Finance dinilai Wajar Tanpa Pengecualian dan
mendapat kredit modal kerja dari 14 bank.
- Pada tahun 2016 SNP Finance mengalami kredit macet sebesar 1,2 Trilliun
pada Bank Mandiri.
- Untuk mengatasi kredit macet SNP Finance menerbitkan obligasi jangka
menengah tetapi ujungnya terjadi gagal bayar bunga.
Kesalahan Direksi :
- Manajemen membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Piutang itulah yang
dijaminkan kepada kreditur sebagai alasan ketika piutang itu ditagih uangnya
akan digunakan untuk membayar utang.
- Memberikan dokumen fiktif yang berisi data customer Columbia kepada KAP
Deloitte.
Image akuntan menjadi turun :
- Deloitte Indonesia tidak boleh lagi menerima pekerjaan untuk mengaudit dari
klien baru yang berasal dari perbankan, pasar modal dan industri keuangan non-
bank.
- Sanksi administratif kepada Akuntan Publik Marlinna dan Akuntan Publik
Merliyana Syamsul berupa pembatasan pemberian jasa audit terhadap entitas
jasa keuangan.
- KAP SBE dan Rekan dikenakan sanksi berupa rekomendasi untuk membuat
kebijakan dan prosedur dalam sistem pengendalian mutu KAP terkait ancaman
kedekatan anggota tim perikatan senior.
RINGKASAN REVIU ARTIEL

A. ARTIKEL INTERNASIONAL

Nama : Ni Ketut Ayu Rosiana Dewi


NIM : 1981621010

Judul Artikel : Internal auditors’ perceptions of the function’s ability to


investigate fraud
Sumber Artikel : Emerald Insight (Journal of Applied Accounting Research)
Vol.20
Penulis : Sourour Hazami-Ammar

1. Latar Belakang
Munculnya skandal berskala besar di dunia telah mengakibatkan hilangnya
kepercayaan di kalangan investor terhadap dunia bisnis, dan mempertanyakan
keandalan informasi keuangan. Salah satu kasus skandal terbesar yaitu Worldcom,
Anderson sebagai auditor eksternal memiliki kekurangan karena hanya bergantung kuat
pada pernyataan manajer tanpa menguatkan informasi yang diperoleh. Selain itu ia tidak
memperhitungkan fakta bahwa manajer telah mampu memanipulasi angka untuk
menghilangkan variasi yang tidak dapat dijelaskan dalam laporan keuangan.
Sebelumnya dalam penelitian Caplan (1999) penelitian bertujuan untuk memeriksa
auditor eksternal 'Keputusan untuk menyelidiki penipuan’, sedangkan tujuan dari artikel
ini adalah untuk menganalisis keputusan auditor internal. Kompleksitas organisasi yang
semakin meningkat menyebabkan fungsi audit keuangan tidak lagi terbatas pada misi
eksternal tetapi lebih merupakan proses kompleks yang mengintegrasikan pekerjaan
jasa audit internal.

2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka tujuan dilakukannya penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menguji hubungan antara karakteristik
fungsi audit internal (IAF) dan variabel organisasi dan IAF ' Investigasi diri
tentang penipuan dan penyimpangan (SIFI) dalam konteks Prancis.

3. Kajian Teoritis
Kajian teoritis merupakan landasan yang dijadikan pegangan dalam penelitian.
Teori yang digunakan adalah Fraud risk investigation.

4. Kajian Empiris
Kajian empiris adalah kajian yang diperoleh dari observasi atau percobaan. Hasil
penelitian terdahulu yang menjadi kajian empiris dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. (Loebbecke dkk., 1989) dalam penelitiannya menyebutkan keputusan yang
didominasi oleh manajemen dan kontrol internal yang lemah meningkatkan peluang
terjadinya kecurangan.
b. (Goodwin-Stewart dan Kent, 2006; Abbott dkk., 2007; Cohen dkk., 2011)
menyebutkan bahwa komite audit dan IAF mendapatkan keuntungan dalam kasus
hubungan fungsional dan dekat di antara mereka, terutama ketika auditor internal
memutuskan untuk menyelidiki kecurangan dan penyimpangan.
5. Hipotesis
a. H1 : There is a positive association between the independence and objectivity
of internal auditors and the IAF’s SIFI.
b. H2 :There is a positive association between the number of activities carried
out and the IAF’s SIFI
c. H3 :There is a positive association between reporting on internal control and
the IAF’s SIFI
d. H4 : There is a positive association between assurance of the internal control
and the IAF’s SIFI.
e. H5 : There is a positive association between a synthetic approach to appreciate
the effectiveness of risk management and the IAF’s SIFI.
6. Metode Penelitian
a. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode survey. Data yang
dikumpulkan berupa data primer.

b. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah 96 kepala audit eksekutif (CAE). Sampel
diperoleh dari Lembaga Auditor Internal.

c. Variabel Dependen dan Independen


Variabel Dependen : Internal Auditor Risk Investigation
Variabel Independen : IAF Characteristic
1. Independence & Objectivity
2. Number of Activity
3. Organization Report on Internal Control System
4. Assurance of the internal control system
5. Effectiveness of risk management
6. Number of years the IAF has existed (YEAREX)
7. Size of the organization

d. Teknik Analisis Data


Model regresi logistik digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi IAF ' s SIFI.

7. Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka hasil dari penelitian ini adalah:
a. Dari hasil uji statistic variabel (IND&OBJECT Indeks) memiliki signifikasi (p
<0,05) yang artinya H1 di diterima, Hasil penelitian menjukkan bahwa
penyelidikan,penipuan dan penyimpangan memerlukan IAF independen dan
internal yang diperkuat oleh komite audit yang menerima laporan audit internal
dan yang aksesnya difasilitasi.
b. Temuan dalam artikel ini juga mendukung H2, yang mengacu pada kegiatan
yang dilakukan oleh auditor (ACTIVITES) secara signifikan (p<0,05) memiliki
hubungan yang positif terkait dengan SIFI IAF. Ketika auditor internal tidak
berkepentingan dalam penyelidikan penipuan dan penyimpangan, penilaiannya
terhadap bukti audit tidak dapat kritis dan memungkinkan mereka akan menurun
dalam mengungkapkan kemungkinan aktivitas penipuan. Perlu ditunjukkan
bahwa pembatasan dalam kegiatan yang dilakukan oleh auditor internal
mungkin tidak hanya karena kurangnya minat dalam penyelidikan tetapi karena
ketidakmampuannya, kurangnya sarana atau bahkan kurangnya kebebasan.
c. Hasil serupa ditemukan untuk variabel "efektivitas manajemen risiko"
(RISKMANAGEMENT) (p < 0.01). Hasil ini berarti bahwa persepsi IAF yang
baik / buruk tentang efektivitas manajemen risiko dikaitkan dengan keputusan
IAF untuk menyelidiki penipuan dan penyimpangan. Dengan demikian, H5
didukung hasil menunjukkan bahwa ketika IAF terlibat dalam menilai proses
manajemen risiko, ia mengidentifikasi, mengelola, dan mengontrol situasi
potensial yang dapat menjadi sumber potensial sebuah penipuan. Sebuah
penyelidikan penipuan dan penyimpangan diproduksi untuk membantu
manajemen dan audit dalam peningkatan kecukupan dan efektivitas risiko
manajemen dan proses control.
d. Hasil lainnya tidak mendukung H3 (ORGANIZATIONIC) terkait dengan
pelaporan pengendalian internal dan H4 (ASSURANCE) terkait dengan kepastian
manajemen risiko yang sehat/kontrol internal.
e. Mengenai variabel kontrol, hasil menunjukkan bahwa variabel control YEAREX
(jumlah tahun IAF telah ada) tidak mengungkapkan korelasi yang signifikan
mengenai IAF SIFI.
f. Di sisi lain, variabel kontrol kedua (SIZE) kami signifikan dan berkorelasi
negatif dengan SIFI IAF. Hasil ini tidak konsisten. Didalam penelitian dikatakan
bahwa mungkin ada hubungan positif antara SIFI IAF dan ukuran Organisasi.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa jika organisasi tumbuh, kepentingan
auditor internal dalam menyelidiki penipuan menurun, semua hal menjadi sama.
Perusahaan besar dapat mengadopsi sistem pengendalian internal berkualitas
baik yang mampu merespons secara tepat waktu untuk risiko potensial apa pun.
Juga, kapasitas auditor internal untuk menyelidiki penipuan dapat diperlambat
perusahaan besar dibandingkan dengan yang kecil, terutama dalam kasus
perusahaan manajerial ditandai dengan tidak adanya pemegang saham
pengendali di perusahaan. Bahkan, dalam direksi melalui komite auditnya dapat
membantu meminimalkan auditor dalam kesediaannya untuk menyelidiki
penipuan.

8. Keterbatasan Penelitian
Peneliti hanya memeriksa persepsi responden yang dijadikan sampel. Oleh karena
itu temuan penelitian hanya mewakili pendapat dan persepsi sampel yang diambil dari
populasi dan bukan perilaku mereka.
Nama : I Wayan Megayana
NIM : 1981621025

Judul : Uncovering Toshiba’s Fraudulent Financial Statements: An Audit Perspective


Penulis : Radiah Othman, Rashid Ameer, Fawzi Laswad
Journal : Journal of Forensic and Investigative Accounting Volume 12: Issue 2, July–
December 2020

1. Masalah Penelitian :
Toshiba memiliki file sejarah yang membanggakan selama lebih dari 140 tahun dan
terkenal dengan mereknya, baik di dalam maupun luar negeri, tetapi tercemardengan
pengungkapan penipuan yang mengejutkan dan telah dihapus dari Dow Jones
Sustainability World Index pada tanggal 3 Agustus,2015. Banyak yang
mempertanyakan budaya perusahaan dan keandalan audit yang dilakukan oleh
independenauditor, Ernst dan Young ShinNihon LLC.

2. Pokok Permasalahan :
Apakah ada metode lain yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi dan
mengunkap penyimpangan (fraud) guna melakukan pemeriksaan lebih lanjut
terhadap Laporan Keuangan Auditan

3. Pendekatan Penulis & Menyelesaikan Masalah :


Dalam artikel ini, 14 tahun laporan keuangan Toshiba, dari 2002 hingga 2015,
dianalisis menggunakan digital dan trendanalisis penjualan, pengeluaran, dan aset
lancar, dengan tujuan untuk memeriksa bagaimana DA dapat digunakan dalam
konteks audituntuk membantu mendeteksi penipuan. artikel ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang tanggung jawab auditor untuk mendeteksi
kecurangan (SAS No.99), yang menunjukkan bahwa keefektifannya pada tahap
perencanaan dapat membuahkan hasil pada tahap audit selanjutnyauntuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan adalah benar dan wajar.
4. Teori yang digunakan : Teori COSO

5. Variabel Yang Digunakan :


a. Variabel Independen :
1) Prosedur analitik (AP) adalah prosedur audit yang biasanya dilakukan oleh
auditor untuk memeriksa hubungan antarainformasi keuangan dan non-
keuangan untuk mengidentifikasi fluktuasi yang tidak biasa dan apakah saldo
akun tidak konsistendengan ekspektasi auditor dan pemahaman klien audit.
2) Analisis tren melibatkan perbandingan saldo akun dari waktu ke waktu dengan
memilih tahun dasar dan kemudian menyajikan kembali semuaakun di tahun-
tahun berikutnya sebagai persentase dari basis itu
b. Variabel Dependen : Laporan Keuangan

6. Sampel Yang Digunakan :


Sampel 14 tahun laporan keuangan Toshiba, dari 2002 hingga 2015, yang di
kelompokkan menjadi laporan keuangan yang menjadi periode pra-penipuan (2002
sampai 2008) dan selama periode penipuan (2009 sampai2015).

7. Uji Statistik :
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Digital (DA). DA
mencakup tes dari digit pertama, digit kedua dan dua digit pertama, Tes digit pertama
adalah tes awal kewajaran, untuk menandai ketidak normalan duplikasi dan audit
dari semua jumlah dengan digit pertama yang ditentukan akan menghasilkan sampel
audit yang besar. Dengan demikian, Uji digit DA pertama berpotensi membantu
auditor untuk mengidentifikasi akun yang berisiko salah saji material pada
perencanaan ttahap audit. Untuk menunjukkan apakah analisis digital akan
menambah nilai selain prosedur analitik sepertianalisis tren, akun yang dianalisis
oleh laporan IIC juga dianalisis menggunakan analisis digital dan dibandingkan
dengan trenanalisis untuk tujuan perbandingan.

8. Hasil Pengujian :
DA berpotensi untuk dimasukkan sebagai bagian dari prosedur analitis sesuai SAS
No. 56 pada audit tahap perencanaan. Dengan cara ini, duplikasi dan penyimpangan
abnormal dapat diidentifikasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, khususnyadalam kasus
di mana analisis tren tidak menunjukkan adanya penyimpangan. Konsisten dengan
temuan COSO, penelitian sebelumnya dankasus penipuan, motif, peluang dan aspek
rasionalisasi penipuan Toshiba tidak mengherankan. Namun,besarnya penipuan dan
sifat sistematis dan kolaboratifnya tersebar luas. Kasus Toshiba juga disorot
pentingnya 'tone at the top' dalam mengarahkan kompas moral karyawannya.
Batasan Penelitian: Pertama, hanya akun terpilih yang dianalisis agar konsisten
dengan aspeknyadicakup oleh laporan IIC. Kedua, konteks terpilih yang dimasukkan
dalam analisis mungkin tidak memberikan komprehensifmeninjau keadaan yang
dialami Toshiba selama periode penelitian. Lebih lanjut, DA hanya bisa menandai
dan tidak bisamemberikan indikasi khusus tentang skema penipuan, sehingga
kesimpulan yang diperoleh dari laporan IIC paling tidak tidak langsung tetapi
tidakpasti. Keempat, sifat studi kasus dari penelitian membatasi generalisasi lebih
lanjut untuk kemungkinan kecurangan di tempat lainperusahaan atau di negara lain.
Terakhir, laporan IIC dibatasi oleh ruang lingkup, yang tidak memungkinkan studi
sepenuhnyamenguraikan berbagai faktor dan skema curang yang dimainkan untuk
akun lain untuk dianalisis dari perspektif audit.
B. ARTIKEL NASIONAL

Nama: Prema Sanjaya


NIM: 1981621023

Tittle : Pengaruh Integritas dan Moralitas Individu pada Kecurangan Akuntansi


dengan Sistem Pengendalian Internal sebagai Variabel Mediasi
Author’s : I Kadek Yogi Anggara, Herkulanus Bambang Suprasto
Journal : e-Jurnal Akuntansi e-ISSN 2302-8556 Vol. 30 No. 9 Denpasar, September
2020 Hal. 2296-2310

1. Masalah Penelitian :
a. Kecurangan akuntansi sangat erat hubungannya dengan etika. “Etika
menggunakan teori perkembangan moral untuk mengobservasi dasar individu
melakukan suatu tindakan. Mengetahui level penalaran moral seseorang akan
menjadi dasar untuk mengetahui kecenderungan individu melakukan suatu
tindakan tertentu, terutama yang berkaitan dengan dilema etika, berdasarkan
level penalaran moralnya.
b. Moralitas individu merupakan salah satu faktor dari dalam diri individu yang
memengaruhi terjadinya kecurangan akuntansi dan perilaku tidak etis.
Organisasi atau instansi juga memiliki tanggung jawab moral. Tanggung jawab
moral dari manajemen organisasi mempengaruhi terjadinya perilaku tidak etis
dan kecurangan akuntansi.
c. Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dari penyataan “Indonesia
Corruption Watch (ICW) tahun 2018 Indonesia menempati posisike-89 dari 180
negara. Pada tahun 2018 ICW menemukan ada sebanyak 454 kasus korupsi yang
ditangani oleh penegak hukum. Total tersangka yang ditetapkan yakni sebanyak
1.087 orang dengan berbagai latar belakang profesi. Indonesia Corruption Watch
(ICW) menyatakan bahwa tata-rata kasus dugaan korupsi yang ditangani oleh
penegak hukum selama empat tahun yaitu tahun 2015 s.d. 2018 sebanyak 392
kasus pertahun. Rata-rata aktor yang ditetapkan sebagai tersangka korupsi
sebanyak 1.153 orang. Rata-rata kerugian negara yang ditimbulkan akibat
korupsi sebesar Rp 4,17 triliun.”

d. Hasil pemeriksaan BPK tahun 2018, Pemerintahan Daerah Kabupaten Badung


pada tahun 2008, BPK RI memberikan opini “Tidak memberikan pendapat”,
pada tahun 2013 BPK RI memberikan opini “Tidak Wajar”. Selanjutnya pada
Tahun 2014 hingga tahun 2017 berturut – turut BPK RI memberikan opini
“Wajar Tanpa Pengecualian” dalam menyajikan laporan keuangan Pemerintah
Daerah.

2. Pokok Permasalahan :
a. Apakah Integritas berpengaruh terhadap Kecurangan Akuntansi?
b. Apakah Moralitas Individu berpengaruh negatif terhadap Kecurangan
Akuntansi?
c. Apakah Integritas berpengaruh positif terhadap Sistem Pengendalian Internal?
d. Apakah Moralitas Individu berpengaruh positif terhadap Sistem Pengendalian
Internal?
e. Apakah Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif pada kecurangan
akuntansi?
f. Apakah Sistem Pengendalian Internal memediasi pengaruh Integritas pada
kecurangan akuntansi?
g. Apakah Sistem Pengendalian Internal memediasi pengaruh Moralitas Individu
pada kecurangan akuntansi?

3. Pendekatan Menyelesaikan Masalah :


Menguji pengaruh variabel integritas dan moralitas individu terhadap kecurangan
akuntansi.
4. Teori yang digunakan :
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk asosiatif.
5. Hipotesis :
H1 : Integritas berpengaruh negatif terhadap Kecurangan Akuntansi.

H2 : Moralitas Individu berpengaruh negatif terhadap Kecurangan Akuntansi.


H3 : Integritas berpengaruh positif terhadap Sistem Pengendalian Internal.

H4 : Moralitas Individu berpengaruh positif terhadap Sistem Pengendalian


Internal.

H5 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif pada kecurangan


akuntansi.

H6 : Sistem Pengendalian Internal memediasi pengaruh Integritas pada kecurangan


akuntansi.

H7 : Sistem Pengendalian Internal memediasi pengaruh Moralitas Individu pada


kecurangan akuntansi.

6. Variabel Yang Digunakan :

Variabel Independen : Integritas dan Moralitas Individu

Variabel Dependen : Kecurangan Akuntansi

Variabel Mediasi : Sistem pengendalian internal

7. Sampel Yang Digunakan :

Populasi dalam penelitian ini adalah entitas akuntansi di Organisasi Perangkat


Daerah di Kabupaten Badung yang masing-masing OPD di Kabupaten Badung
dipilih sebanyak 2 orang sehingga jumlah sampel 74 orang. Responden dalam
penelitian ini yaitu masing-masing OPD di Kabupaten Badung sebanyak 2 orang
sehingga jumlah sampel 74 orang.

8. Uji Statistik :
Model Penelitian ini akan dianalisis menggunakan Structural Equation Model
(SEM).
9. Hasil Pengujian :
a. Berdasarkan hasil analisis pengaruh Integritas terhadap Kecurangan akuntansi
diperoleh nilai Signifikansi sebesar 0,020 dengan nilai koefisien beta -0,421
bernilai negatif. Nilai Signifikansi 0,020 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa Integritas berpengaruh
negatif terhadap Kecurangan akuntansi. Hal ini menandakan semakin tinggi nilai
Integritas maka Kecurangan akuntansi akan menurun, begitu juga sebaliknya.
b. Berdasarkan hasil analisis pengaruh moralitas individu terhadap Kecurangan
akuntansi diperoleh nilai Signifikansi sebesar 0,001 dengan nilai koefisien beta -
0,273 bernilai negatif. Nilai Signifikansi 0,001 < 0,05 mengindikasikan bahwa
H0 ditolak dan H2 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa moralitas individu
berpengaruh negatif terhadap Kecurangan akuntansi.
c. Berdasarkan hasil analisis pengaruh integritas terhadap sistem pengendalian
internal diperoleh nilai Signifikansi sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta
0,647 bernilai positif. Nilai Signifikansi 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0
ditolak dan H3 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa integritas berpengaruh
positif terhadap sistem pengendalian internal. Hal ini menandakan semakin tinggi
nilai integritas maka sistem pengendalian internal akan meningkat, begitu juga
sebaliknya.
d. Berdasarkan hasil analisis pengaruh moral individu terhadap sistem pengendalian
internal diperoleh nilai Signifikansi sebesar 0,032 dengan nilai koefisien beta
0,231 bernilai positif. Nilai Signifikansi 0,032 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0
ditolak dan H4 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa moral individu
berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian internal.
e. Berdasarkan hasil analisis pengaruh sistem pengendalian internal terhadap
Kecurangan akuntansi diperoleh nilai Signifikansi sebesar 0,023 dengan nilai
koefisien beta -0,357 bernilai negatif. Nilai Signifikansi 0,023 < 0,05
mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H5 diterima. Hasil ini mempunyai arti
bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap Kecurangan
akuntansi.
f. Berdasarkan hasil analisis pengaruh integritas terhadap Kecurangan akuntansi
melalui system pengendalian internal diperoleh nilai Signifikansi sebesar 0,017
dengan nilai koefisien beta -0,231 bernilai negatif. Nilai Signifikansi 0,017 <
0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H6 diterima. Hasil ini mempunyai
arti bahwa integritas berpengaruh negatif terhadap Kecurangan akuntansi melalui
system pengendalian internal.
g. Berdasarkan hasil analisis pengaruh moralitas individu terhadap Kecurangan
akuntansi melalui sistem pengendalian internal diperoleh nilai Signifikansi
sebesar 0,174 dengan nilai koefisien beta -0,082 bernilai negatif. Nilai
Signifikansi 0,174 > 0,05 mengindikasikan bahwa H0 diterima dan H7 ditolak.
Hasil ini mempunyai arti bahwa moralitas individu berpengaruh negatif terhadap
Kecurangan akuntansi, karena pengaruh tidak langsung moralitas pada
kecurangan melalui sistem pengendalian internal tidak signifikan menyatakan
tidak ada mediasi.”

10. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan :
a. Integritas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akuntansi. Hal ini
menunjukan bahwa jika Integritas semakin meningkat maka Kecurangan
akuntansi akan menurun.
b. Moralitas individu berpengaruh negatif terhadap Kecurangan akuntansi. Hal ini
menunjukan bahwa jika moralitas individu semakin meningkat maka Kecurangan
akuntansi akan menurun.
c. Integritas berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian internal. Hal ini
menunjukan bahwa jika Integritas semakin meningkat maka sistem pengendalian
internal akan meningkat pula.
d. Moralitas Individu berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian internal.
Hal ini menunjukan bahwa jika Moralitas Individu semakin meningkat maka
sistem pengendalian internal akan meningkat pula.
e. Sistem pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap Kecurangan
akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa jika Sistem pengendalian internal individu
semakin meningkat maka Kecurangan akuntansi akan menurun.
f. Sistem pengendalian internal memediasi secara parsial pengaruh negatif
Integritas terhadap Kecurangan akuntansi. Integritas mampu mempengaruhi
kecurangan akuntansi tanpa atau dengan sistem pengendalian internal sebagai
mediasi.
g. Sistem pengendalian internal tidak memediasi pengaruh negatif Moralitas
Individu terhadap Kecurangan akuntansi. Moralitas individu tidak mampu
mempengaruhi kecurangan akuntansi melalui sistem pengendalian internal.
Nama: Ni Luh Nama: Putu Ayu Lastri Pramiswari
NIM : 1981621024

Tittle : Pengaruh Karakteristik Organisasi, Kesesuaian Kompensasi, Sistem


Pengendalian Internal dan Budaya Etis terhadap Fraud Pengadaan
Barang/Jasa
Author’s : Nurlaili Fithriani, Endang Pituringsih
Jouurnal : e-Jurnal Akuntansi e-ISSN 2302-8556 Vol. 30 No. 7 Denpasar, Juli 2020
Hal. 1843-1856

1. Masalah Penelitian :
a. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) 2018 di NTB, Kepala Pelaksana BPK NTB, Hery Purwanto
mengungkapkan, dari keseluruhan hasil pemeriksaan yang tidak layak atau tidak
sah dari penggunaan anggaran desa-desa besarnya mencapai Rp 1,7 miliar atas
pengelolaan keuangan desa tahun 2017 hingga Semester I Tahun Anggaran
2018.
b. Hery menyoroti jika di Lombok Tengah banyak desa yang memberikan Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) yang tidak sesuai, dalam hal ini
ditemukan sebanyak Rp280 juta, uang negara tidak dapat dipertanggung
jawabkan.
c. Penyalahgunaan uang Negara tersebut dilakukan dalam kasus pengadaan barang
dan jasa seperti pengadaan meuble dimana harganya Rp 10 juta akan tetapi
dalam laporan yang tertuang pada kwitansi sebesar Rp 15 juta. Selain itu juga
terjadi dalam pengerjaan fisik seperti upah tukang per hari, dimana pada nota
pembayaran tertuang sebesar Rp 200.000, setelah didalami dengan seara
langsung bertemu dengan pekerja yang bersangkutan terdapat pengakuan
diminta tanda tangan tidak sesuai fakta.
d. Penelitian ini menguji apakah variabel karakteristik TPK, kesesuaian
kompensasi, sistem pengendalian internal, dan budaya etis memiliki pengaruh
terhadap fraud pengadaan barang/jasa.
2. Pokok Permasalahan :
a. Apakah Karakteristik Tim Pengelola Kegiatan berpengaruh terhadap fraud
pengadaan barang/jasa?
b. Apakah Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap fraud pengadaan
barang/jasa?
c. Apakah Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap fraud
pengadaan barang/jasa?
d. Apakah Budaya Etis Organisasi berpengaruh terhadap fraud pengadaan
barang/jasa?

3. Pendekatan Menyelesaikan Masalah :


Menguji seberapa pengaruh variabel karakteristik TPK, kesesuaian kompensasi,
sistem pengendalian internal, dan budaya etis memiliki pengaruh terhadap fraud
pengadaan barang/jasa tersebut.

4. Teori yang digunakan :


Landasan teori dari penelitian ini adalah Teori Keagenan (Agency Theory) dan fraud
triangle (Tiga Kondisi Penyebab Kecurangan)

5. Hipotesis :
H1 : Karakteristik Tim Pengelola Kegiatan berpengaruh negatif terhadap fraud
pengadaan barang/jasa.
H2 : Kesesuaian Kompensasi berpengaruh negatif terhadap fraud pengadaan
barang/jasa.
H3 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap fraud pengadaan
barang/jasa.
H4 : Budaya Etis Organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud pengadaan
barang/jasa.
6. Variabel Yang Digunakan :
a. Variabel Independen : karakteristik TPK, kesesuaian kompensasi, sistem
pengendalian internal, dan budaya etis
b. Variabel Dependen : fraud pengadaan barang/jasa

7. Sampel Yang Digunakan :


Sampel penelitian dilakukan pada Instansi Pemerinta Desa di Kabupaten Lombok
Tengah. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Claster
Random Sampling. Kemudian berdasarkan random terhadap 127 desa, maka
diperoleh sampel sebanyak 195 orang yang terdiri dari ketua, sekretaris,dan anggota
di 65 desa di kabupaten Lombok Tengah.

8. Uji Statistik :
Data dari kuesioner tersebut diolah menggunakan SPSS.
Analisis data yang digunakan adalah uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas
dan realiabilitas. Uji asumsi klasik yakni uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas. Uji hipotesis menggunakan uji koefisien determinasi (R2), uji
regresi berganda, uji goodness of fit, uji t (t-Test).

9. Hasil Pengujian :
a. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Uji t terhadap hipotesis
pertama (H1) dapat dilihat bahwa karakteristik Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
berpengaruh terhadap fraud pengadaan barang/jasa dengan melihat taraf
signifikansinya yaitu sebesar 0,005 kurang dari 0,05 dan Uji t menunjukkan nilai
2,856 yang berarti lebih besar dari t tabel 1,972. Hubungan yang ditunjukkan
oleh koefisien regresi adalah negatif, artinya semakin baik karakteristik Tim
Pengelola Kegiatan (TPK) maka fraud pengadaan barang/jasa akan semakin
menurun sehingga H1 diterima.
b. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Uji t terhadap hipotesis
kedua (H2) dapat dilihat bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
fraud pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintah desa di kabupaten lombok
tengah dengan melihat taraf signifikansinya yaitu sebesar 0,002 kurang dari 0,05
dan Uji t menunjukkan nilai 3,152 yang berarti lebih besar dari t tabel 1,972.
Hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi adalah positif, hal ini
menunjukkan bahwa koefisien kesesuaian kompensasi memiliki hubungan yang
searah dengan fraud pengadaan barang/jasa, sehingga mengandung arti jika
kesesuaian kompensasi tinggi maka fraud pengadaan barang/jasa juga tinggi,
maka H2 ditolak.
c. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Uji t terhadap hipotesis
ketiga (H3) dapat dilihat bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh
terhadap fraud pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintah desa di kabupaten
lombok tengah. Hal ini dapat dilihat dari taraf signifikansinya yaitu sebesar 0,364
lebih besar dari 0,05 dan Uji t menunjukkan nilai 0,911 yang berarti lebih kecil
dari t tabel 1,972 maka H3 ditolak.
d. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Uji t terhadap hipotesis
keempat (H4) dapat dilihat bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
fraud pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintah desa di kabupaten lombok
tengah dengan melihat taraf signifikansinya yaitu sebesar 0,042 kurang dari 0,05
dan Uji t menunjukkan nilai 2,052 yang berarti lebih besar dari t tabel 1,972.
Hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi adalah negatif, artinya
semakin tinggi tingkat budaya etis orgaisasi maka fraud pengadaan barang/jasa
akan semakin meurun, sehingga H4 diterima.

10. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada 140 Tim Pengelola Kegiatan
(TPK) pada Instansi Pemerintah Desa di Kabupaen Lombok Tengah, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Variabel Karakteristik Tim Pengelola Kegiatan (TPK) (X1) berpengaruh negatif
signifikan terhadap fraud pengadaan barang/jasa, maka H1 diterima. Artinya
semakin baik karakteristik Tim Pengelola Kegiatan (TPK) maka dapat
menurunkan potensi terjadinya fraud.
2. Variabel Kesesuaian Kompensasi (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap
fraud pengadaan barang/jasa, maka H2 ditolak. Artinya jika kesesuaian
kompensasi tinggi maka fraud pengadaan barang/jasa juga tinggi.
3. Variabel Sistem Pengendalian Internal (X3) tidak berpengaruh terhadap fraud
pengadaan barang/jasa, maka variabel X3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
lemahnya sistem pengendalian internal khususnya lingkungan pengendalian dan
monitoring.
4. Variabel Budaya Etis Organisasi (X4) berpengaruh negatif signifikan terhadap
fraud pengadaan barang/jasa, maka variabel X4 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat budaya etis organisasi dalam suatu instansi maka
akan megurangi adanya tindakan kecurangan (fraud).
REFRENSI
Michael C. Knapp. 2007. Auditing Cases. Sixth Edition. International Student Edition.
South-Western: Thomson
https://accounting.binus.ac.id/2018/12/03/merunut-kasus-snp-finance-auditor-deloitte-
indonesia-1/
Sourour Hazami-Ammar. Internal auditors’ perceptions of the function’s ability to
investigate fraud. Emerald Insight (Journal of Applied Accounting Research)
Vol.20
Radiah Othman, Rashid Ameer, Fawzi Laswad. Uncovering Toshiba’s Fraudulent
Financial Statements: An Audit Perspective. Journal of Forensic and
Investigative Accounting Volume 12: Issue 2, July–December 2020
I Kadek Yogi Anggara, Herkulanus Bambang Suprasto. Pengaruh Integritas dan
Moralitas Individu pada Kecurangan Akuntansi dengan Sistem Pengendalian
Internal sebagai Variabel Mediasi. e-Jurnal Akuntansi e-ISSN 2302-8556 Vol.
30 No. 9 Denpasar, September 2020 Hal. 2296-2310
Author’s : Nurlaili Fithriani, Endang Pituringsih. Pengaruh Karakteristik Organisasi,
Kesesuaian Kompensasi, Sistem Pengendalian Internal dan Budaya Etis
terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa. e-Jurnal Akuntansi e-ISSN 2302-8556
Vol. 30 No. 7 Denpasar, Juli 2020 Hal. 1843-1856

Anda mungkin juga menyukai