Anda di halaman 1dari 7

Pneu

Definisi
Pneumonia aspirasi didefinisikan sebagai inhalasi isi orofaring atau lambung ke dalam larynx
dan saluran pernafasan bawah.Beberapa sindrom pernafasan mungkin terjadi setelah aspirasi,
tergantung pada jumlah dan jenis material aspirasi, frekuensi aspirasi dan respon host terhadap
material aspirasi. Pneumonitis aspirasi (Mendelson’s syndrome) adalah jejas kimia yang disebabkan
oleh inhalasi isi lambung.1Nama lain nya yaitu Anaerobic pneumonia, aspirasi vomitus, pneumonia
necrotizing, pneumonitis aspirasi, pneumonitis kimia.

Epidemiologi
Pada beberapa studi, 5-15% kasus pneumonia merupakan pneumonia aspirasi.Pneumonia
aspirasi terjadi paling sering pada pasien dengan faktor predisposisi yang sudah ada seperti stroke,
kejang dan disfagia karena beberapa kasus. Pneumonia aspirasi adalah penyebab kematian paling
umum pada pasien dengan disfagia karena suatu kondisi akibat gangguan neurologis, yang
mempengaruhi sekitar 300.000 sampai 600.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Sedangkan
aspirasi pneumonitis terjadi pada sekitar 10% pasien yang dirawat di rumah sakit setelah overdosis
obat. Ini juga merupakan komplikasi yang disebabkan oleh anestesi umum, yang terjadi sekitar 1 dari
3000 operasi dengan anesthesia umumdan merupakan 10-30% persen penyebab kematian yang
terkait dengan anestesi. Pneumonia aspirasi lebih sering dijumpai pada pria daripada perempuan,
terutama usia anak atau lanjut.1,4

Etiologi
Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asamlambung yang
menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingealmenyebabkan
pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil dapatmenyebabkan
exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing merupakan kegawatdaruratanparu dan pada
beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial.1,5
Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobialnamun
jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di RS. PadaPAK,
kuman patogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-46%) yang terdapat di sekitargigi dan
dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga dapat disertai Klebsiellapnemoniae dan
Stafilococcus, atau fusobacterium nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan Peptostreptococcus.
Pada PAN pasien di RS kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerobfakultatif, batang Gram
negatif, pseudomonas, proteus, serratia, dan S. aureus di samping bisajuga disertai oleh kuman
ananerob obligat di atas.1,4
Kondisi yang mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain:
• Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil ayang berbahaya dari reflex batuk dan penutupan
glottis.
• Disfagia dari gangguan syaraf
• Gangguan pada system gastrointestinal, seperti penyakit esophageal, pembedahan yang melibatkan
saluran atas atau esophagus, dan aliran lambung
• Mekanisme gangguan penutupan glottis atau sfingter jantung karena trakeotomi, endotracheal
intubations (ET), bronkoskopi, endoskopi atas dan nasogastric feeding (NGT)
• Anestesi faringeal dan kondisi yang bermacam-macam seperti muntahan yang diperpanjang,
volume saluran cerna yang lebar, gastrostomi dan posisi terlentang.
• Lain-lain: fistula trakeo-esofageal, pneumonia yang berhubungan dengan ventilator, penyakit
periodontal dan trakeotomi.
Kondisi-kondisi ini kesemuanya berbagi dalam seringnya dan banyaknya volume aspirasi,
yang meningkatkan kemungkinan pengembangan pneumonitis aspirasi. Pasien dengan stroke atau
penyaki kritis yang membutuhkan perawatan biasanya mempunyai beberapa factor resiko dan
memperbaiki kasus yang mempunyai proporsi yang besar.Kurangnya kebersihan gigi khususnya pada
orang tua atau pasien yang kondisinya lemah, menyebabkan koloni dalam mulut dengan organism
patogenik yang secara potensial bisa menyebabkan bertambahnya jumlah bakteri.

Patofisiologi
Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang.Di sini terdapat perananaksi
mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang teraspirasi. Terdapat 3faktor
determinan yang berperan dalam pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi,volume
aspirasi, serta faktor defensif host.3
Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antaraberbagai
penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertaibronkiolitis dan
gangguan interstisial.Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel,pembentukan mukus dan
akhirnya terjadi penyumbatan bronkus.Selanjutnya terjadi infiltrasi selradang peribronkial
(peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial, duktusalveolaris maupun dinding
alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin danperdarahan intra alveolar. Gangguan
paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.3
Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret orofaringeal,nanah,
atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah. Penyakit ini terjadi pada orang dengan
level kesadaran yang berubah karena serangan cerebrovascular accident (CVA), CNS lesion mass,
keracunan obat atau overdosis dan cidera kepala. Kebanyakan individumengaspirasi sedikit secret
orofaringeal selama tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan secaranormal.3
Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah : 1
1. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, reflex batuk (kejang,stroke,
pembiusan, cedera kepala, tumor otak)
2. Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker nasofaring, scleroderma)
3. Kerusakan sfingter esophagus oleh selang nasogastrik. Juga peran jumlah bahan aspirasi,hygiene
gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran napas.
Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi saluran
pernapasan bagian bawah yang paling sering dan menyebabkan pneumonia bakteri. Pneumonia
anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal yang terdiri dari mikroorganisme anaerob
seperti Bacteroides, Fusobacterium,Peptococcus, dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies
yang paling sering ditemukan diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Awitan
gejala biasanya terjadi secara perlahan-lahan selama 1 hingga 2 minggu, dengan demam, penurunan
berat badan, anemia, leukositosis, dispnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. Abses-
abses paru yang terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan empiema dapat timbul seperti
mikroba-mikroba yang berjalan ke permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut terbentuk
pada paru kanan bagian posterior dan segmen basilar bronkopulmonal akibat gaya gravitasi karena
banyak cabang yang langsung menuju cabang bronkus utama kanan.2
Resiko dari aspirasi secara langsung terkait dengan level kesadaran pasien seperti misalnya
penurunan Glascow ComaScale(GCS) yang dihubungkan dengan resiko aspirasi yang meningkat.
Luasnya dan sulitnya penyakit ini secara langsung terkait dengan volume dan kadar asam cairan yang
dihirup. Aspirasi isi lambung dalam jumlah besar juga dikenal dengan Mendelson syndrome, yang
bisa menyebabkan pernafasan akut dalam waktu 1 jam.Kadar asam dan isi lambung menghasilkan
pembakaran kimia pada cabang tracheobronchial yang terlibat dalam aspirasi.
Sebuah penelitian pada tikus menunjukkan bahwa terdapat dua fase mekanisme kerusakan
paru setelah aspirasi asam. Puncak fase pertama terjadi pada satu hingga dua jam setelah aspirasi dan
menghasilkan efek langsung yang diakibatkan pH yang rendah saat aspirasi pada sel-sel alveolar-
permukaan kapiler. Fase kedua, puncak pada empat hingga enam jam, berhubungan dengan infiltrasi
neutrofil ke dalam alveoli dan intestinum paru, dengan karakteristik gambaran histologist inflamasi
akut. Mekanisme jejas pada paru setelah aspirasi lambung melibatkan mediator-mediator inflamasi,
sel-sel inflamasi, adesi molekuler, dan enzim, terdiri dari Tumor Necrosis Factor a,, interleukin-8,
cyclooxygenase dan produk lipoxygenasedan Reactive Oxygen Species (ROS). Meskipun neutrofil
dan komplemen berperan dalam perkembangan jejas, penelitian pada hewan, neutropenia, inhibitor
fungsi neutrofil, menginaktivasi interleukin-8 (chemoatraktan poten neutrofil), dan inaktivasi
komplemen melemahkan jejas akut pada paru yang diinduksi aspirasi asam.2
Karena asam lambung mencegah pertumbuhan bakteri, isi lambung tetap steril dibawah
kondisi normal.kesterilan isi lambung yang relatif normal, bakteri tidak menjalankan peran dalam
tahap awal penyakit. Ini tidak sepenuhnya baik bagi pasien dengan gastroparesis atau sembelit atau
bagi mereka yang menggunakan antasida (Proton Pump Inhibitor/PPI,H2 receptor
antagonist).Dengan tanpa melihat jumlah bakteri inokulum, infeksi bakteri yang parah bisa saja
terjadi setelah cidera kimia awal.Aspirasi isi lambung secara bersama dengan adanya partikel,
menyebabkan terjadi fokus peradangan dan reaksi tubuh terhadap benda asing dengan
kerusakanjaringan secara menyeluruh akibat asam. Partikel dan asam lambung bekerja sama secara
sinergis menyebabkan kebocoran kapiler alveolar. Isi lambung tidak steril sehingga aspirasi yang
terjadi dapat disertai bakteri.Enam puluh sampai 100% terdiri dari kuman anaerob. Gabungan kuman
aerob dan anaerob sering dijumpai pada aspirasi yang terjadi di Rumah sakit.2,5
Ada dua persyaratan untuk menghasilkan pneumonia aspirasi:
1. Membahayakan bagi pertahanan biasa yang melindungi saluran bawah, termasuk penutupan
glottis, reflek batuk, dan mekanisme pembukaan.
2. Sebuah inolukrum mengganggu saluran bawah dengan sifat toksiknya langsung, stimulasi proses
peradangan dari bakteri inolukrum yang cukup atau penghambatan karena volume zat atau zat
partikelnya yang cukup.
Sindrom aspirasi lain berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan) atau cairan
bukan asam (misalnya karena hampir tenggelam atau saat pemberian makanan) yang menyebabkan
obstruksi mekanik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk menghilangkan
obstruksinya. Bila yang diaspirasi adalah bahan padat, maka gejala yang terlihat akan bergantung
pada ukuran bahan tersebut dan lokasinya dalam saluran pernapasan. Jika bahan tersebut tersangkut
dalam bagian atas trakea, akan menyebabkan obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi
kematian cepat. Jika bahan tersangkut pada bagian saluran pernapasan yang kecil, tanda dan gejala
yang timbul dapat berupa batuk kronik dan infeksi berulang.2

Klasifikasi
Aspirasi bisa terjadi pada individu yang sehat tanpa gejala perkembangan infeksi tergantung
pada faktor-faktor lain seperti ukuran inolukrum, besarnya efek yang dihasilkan oleh organisme dan
pertahanan bagian yang ditempatinya seperti penutupan glottis, reflek batuk, dan status
imunologis.Pneumonia bisa muncul mengikuti aspirasi mikroorganisme yang virulen.Dan istilah
pneumonia digunakan untuk kemunculan pneumonia ketika ukuran inolukrum cukup luas dan/atau
gagalnya pertahanan bagian yang ditempatinya.
Aspirasi bisa dibagi menjadi dua kategori. Ini mempunyai penilaian penting, yang akan
menyebabkan bakteri pneumonia dengan organism mulut mendominasi. Aspirasi isi lambung akan
menyebabkan sebuah pneumonitis kimia (contoh: Mendelson’s syndrome) karena isi lambung
biasanya steril, tapi kadar asamnya menghasilkan perkembangan radang yang cepat pada paru-paru.
Terdapat tumpang tindih antara pneumonia dan pneumonitis, tetapi memungkinkan untuk membuat
perbedaan dan menyesuaikan perawatan yang sesuai.Sindrom-sindrom aspirasi yang lain termasuk
penghambatan saluran karena benda asing dan pneumonia lipoid eksogen.
Aspirasi meliputi beberapa sindrom aspirasi:
1. Pneumonitis kimia: aspirasi agen toksik seperti asam lambung, cidera instanteneus ditandai
dengan hipoksemia. Pengobatan membutuhkan dukungan ventilator bertekanan positif.
2. Reflek penutupan saluran nafas: aspirasi cairan (air, garam, makanan nasogastrik) dapat
menyebabkan laringospasme pada saluran pernafasan dan edema pulmo yang menghasilkan
hipoksemia. Pengobatan termasuk pernafasan dengan tekanan positif yang tidak teratur dengan
100% oksigen dan isoproterenol.
3. Obstruksi mekanik: aspirasi cairan atau zat partikel (saluran pernafasan makanan secara parsial,
hot dog, kacang) bisa menghasilkan penghambatan mekanis yang sederhana. Terjadinya batuk,
desahan dab dispnea dengan atelektasis yang terlihat pada X-ray di dada. Pengobatan memerlukan
penyedotan trakeobronkial dan menghilangkan zat partikel dengan serat optic bronkoskopi.
4. Pneumonia aspirasi: aspirasi bakteri dari orofaring. Pasien mengalami batuk, demam, batuk
berdahak dan hasil radiografi menunjukkan infiltrasi. Pengobatan membutuhkanantibiotik.

Gejala Klinik
Manifestasi klinis pneumonia aspirasi ini bervariasi dari yang ringan hingga berat dengan
syok sepsis atau hingga gagal nafas, semua itu tergantung dengan faktor penjamu, beratnya aspirasi
dan kuman yang menjadi penyebabnya.Gejala klinis dapat berupa bronkopneumonia, pneumonia
lobar, pneumonia nekrotikans,atau abses paru dan dapat diikuti terjadinya empiema.Adapun
gambaran klinis dari pneumonia aspirasi ini didukung dengan adanya sputum berwarna kemerahan
atau bisa juga kehijauan, dan sputum tersebut berbau.Gejala klinis yang bisa ditemui juga dapat
berupa gangguan menelan dan gejala yang ada pada pneumonia yaitu demam, batuk, sesak, kesulitan
saat inspirasi atau inspirasi memanjang, dan ada nafas cuping hidung.Gangguan menelan pada pasien
pneumonia aspirasi ini diketahui bila pasien mengeluarkan cairan atau makanan melalui hidung, lalu
adanya sisa makanan di mulut setelah menelan.Pasien juga biasanya mengeluhkan nyeri saat
menelan, seperti ada yang menyngkut di tenggorokan, terkadang sampai batuk hingga tersedak saat
makan atau minum, serta terdengar adanya bunyi yang terdengar setelah makan.Pasien juga dapat
mendadak batuk dan sesak napassesudah makan atau minum.Awitan umumnya insidious, walaupun
pada infeksi anaerob bisamemberikan gambaran akut seperti pneumonia pneumokokus berupa sesak
napas pada saatistirahat, sianosis.Umumnya pasien datang 1-2 minggu sesudah aspirasi, dengan
keluhan demammengigil, nyeri pleuritik, batuk, dan dahak purulen berbau (pada 50% kasus).
Kemudian bisaditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan, bersuara saat napas
(mengi),takikardi, merasa pusing atau kebingungan, merasa marah atau cemas.1,2,5

Diagnosis
Diagnosis pneumonia aspirasi harus dilihat dari gejala pasien dan temuan daripemeriksaan
fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah dan kultur sputum yangjuga bermanfaat.
Foto torak biasanya digunakan untuk mendiagnosis pasien di rumah sakit danbeberapa klinik yang
ada fasilitas foto polosnya.Namun, pada masyarakat (praktek umum),pneumonia biasanya
didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik saja.Mendiagnosispneumonia bisa menjadi sulit
pada beberapa orang, khususnya mereka dengan penyakit penyertalainnya. Adakalanya CT scan dada
atau pemeriksaan lain diperlukan untuk membedakanpneumonia dari penyakit lain.1,5
Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan fisik olehtenaga
kesehatan menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju pernapasan(tachypnea),
penurunan tekanan darah (hipotensi) , denyut jantung yang cepat (takikardi) danrendahnya saturasi
oksigen, yang merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikanoleh oksimetri atau analisis
gas darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, ataumemiliki sianosis memerlukan
perhatian segera.2,5
Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru.Pada pemeriksaan terlihat bagianyang
sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat disisi yang sakit. Pada perkusiditemukan
redup, pernapasan bronkial, ronki basah halus, egofoni, bronkofoni, “whisperedpectoriloquy”.
Kadang- kadang terdengar bising gesek pleura (pleural friction rub). Distensiabdomen terutama pada
konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu dibedakan dengankolesistitis dan peritonitis akut
akibat perforasi.2

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan jumlah leukosit yang meningkat (lebih
dari10.000/mm3, kadang- kadang mencapai 30.000/mm3), yang mengindikasikan adanyainfeksi atau
inflamasi.Tapi pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung jenisleukosit “shift to the left”.
LED selalu naik. Billirubin direct atau indirect dapatmeningkat, oleh karena pemecahan dari sel darah
merah yang terkumpul dalam alveolidan disfungsi dari hepar oleh karena hipoksia. Untuk
menentukan diagnosa etiologidiperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Analisis gas
darah menunjukanhipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi pilihan untuk pneumonia aspirasi adalah foto toraks.3 Gambaran
radiologi pneumonia aspirasi bervariasi tergantung pada beratnya penyakit dan lokasinya.Lobus
bawah dan lobus tengah kanan paling sering terkena, Tetapi lobus bawah kiri juga sering.Ditemukan
area-area ireguler yang tidak berbatas tegas yang mengalami peningkatan densitas. Pada tahap awal
area densitas tinggi tersebut hanya lokal, akan tetapi pada tahap lanjut akan berkelompok/ menyatu
(infiltrat). Pada beberapa kasus pneumonia aspirasi bersifat akut dan akan bersih dengan cepat ketika
penyebab yang menimbulkan aspirasi telah teratasi. Pada beberapa kasus, pneumonia disebabkan
oleh penyakit kronik dan aspirasi berulang akan mengakibatkan pneumonitis basis paru kronik yang
menampilkan bercak berawan (perselubungan inhomogen). 4,5
Gambaran radiologi klasik dari pneumonia adalah perselubungan inhomogen (konsolidasi)
dengan air bronchograms sign, dengan distribusi segmental atau lobar.Pneumonia aspirasi dapat
terjadi pada pasien yang kesulitan menelan.Pneumonia disebabkan oleh aspirasi bahan-bahan yang
terinfeksi dari orofaring dan esophagus ke dalam saluran napas bawah.Keadaan ini sering ditemui
pada pasien yang tidak sadar dan pada pasien dengan penyakit neuromuscularatau kelainan esophagus
yang menimbulkan refluks (refluks gastroesofageal).Segmen posterior lobus atas kanan atau segmen
superior lobus bawah kanan yang sering terkena.Infiltrat pada basis lobus bawah bilateral juga
pertanda pneumonia aspirasi. Aspirasi dalam jumlah kecil tetapi berulang-ulang akan memberikan
gambaran infiltrate difus.6
Pada foto toraks terlihat gambaran infiltrat pada segmen paru unilateral yang dependen dan
mungkin disertai kavitasi dan efusi pleura. Lokasi tersering adalah lobus kanan tengan dan/atau lobus
atas, meskipun lokasi ini tergantung kepada jumlah aspirat dan posisi badan pada saat aspirasi.8
Pemeriksaan CT scan lebih unggul dibanding dengan foto konvensional dalam menentukan
sifat, luas, dan komplikasi aspirasi. Multidetektor CT (MDCT) telah terbukti efektif dalam
mengevaluasi adanya benda asing atau cairan. Pada pasien yang diduga aspirasi benda asing, dalam
hubungannya dengan MDCT, dapat menggambarkan lokasi yang sesungguhnya. Temuan ini
mungkin dapat membantu penyebab aspirasi seperti fistulla atau tumor tenggorokan, laring, atau
kerongkongan.Gambaran CT scan yang dapat kita peroleh pada pneumonia aspirasi adalah adanya
peningkatan densitas dari paru-paru yang terkena bahan aspirasi berupa bayangan opak. Bayangan
ini terlihat seperti konsolidasi dan ground-glass opacities.3,5
Beberapa penelitian besar dari MRI yang didedikasikan untuk penyakit aspirasi pneumonia
ini telah dilakukan. Namun, hasil dari studi kasus dipublikasikan untuk mengkonfirmasi akurasi
pencitraan MRI untuk kondisi-kondisi seperti peradangan akut, granuloma, dan fibrosis. MRI
berkerja baik dalam mendefinisikan sifat aspirasi dan reaksi tubuh terhadap aspirasi. Beberapa penulis
telah menemukan bahwa MRI lebih unggul daripada CT scan dalam diagnosis lipoid aspirasi.8

Penatalaksanaan
Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan disfagi dan atau gangguan reflex
menelan perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk
menghilangkan obstruksinya. Lakukan maneuver Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi bahan
padat, bila bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan segera lakukan trakeotomi (krikotirotomi).
Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya dilakukan dengan bronkoskopi.Berikan oksigen nasal
atau masker bila ada tanda gagal napas berikan bantuan ventilasi mekanik. Lakukan postural drainage
untuk membantu pengeluaran mukus dari paru-paru 1,2,5
Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan penisilin atau
sefalosporin generasi ke 3, ataupun klindamisin 600 mg iv/ 8 jam bila penisilin tidak mempan atau
alergi terhadap penisilin. Bila PA didapatkan di rumah sakit diberikan antibiotika spectrum luas
terhadap kuman aerob dan anaerob, misalnya aminoglikosida dikombinasikan dengan sefalosporin
generasi ke 3 atau 4, atau klindamisin.Perlu dipertimbangkan pola dan resistensi kuman di rumah
sakit bersangkutan. Dilakukan evaluasi hasil terapi dan resolusi terhadap terapi berdasarkan
gambaran klinis bakteriologis untuk memutuskan penggantian atau penyesuaian antibiotik (AB).1
Tidak ada patokan pasti lamanya terapi.Antibiotik perlu diteruskan hingga kondisi pasien
baik, gambaran radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu.Biasanya diperlukan terapi 3-6
minggu.1

Diagnosis banding
Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan
kolaps.Atelektasis sebenarnya bukan penyakit, tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim
paru.Atelektasis timbul karena alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak berkembang.Terdapat
dua penyebab utama kolaps yaitu atelektasis absorpsi sekunder dari obstruksi bronkus atau
beronkiolus, dan atelektasis yang disebabkan oleh penekanan. 5
Efusi Pleura
Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura.Rongga pleura adalah rongga
yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.Dalam keadaan normal,
hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. Jenis cairan lainnya
yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan cairan yang
mengandung kolesterol tinggi. 2
Massa di paru
Karsinoma bronkogen dimulai sebagai bayangan noduler kecil di perifer paru dan akan
berkembang menjadi suatu massa sebelum terjadi keluhan. Biasanya massa di paru sebesar 4-12 cm
berbentuk bulat atau oval yang berbenjol (globulated) dan kadang-kadang pada pemeriksaan
tomografi terlihat gambaran radiolusen yang menunjukkan adanya nekrosis di dalam tumor.3

Komplikasi
Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia seringkesulitan
bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpabantuan agar tetap
hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu sepertimesin untuk jalan nafas dengan
bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasanganendotracheal tube kalau perlu dan ventilator
dapat digunakan untuk membantu pernafasan.Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh
pencetus acute respiratory distresssyndrome(ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon
inflamasi dalam paru-parusegera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu
dengan kerasmenyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat
ventilasimekanik yang dibutuhkan.2

Efusi pleura, Empyema dan Abses


Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkanbertambahnya (effusi pleura)
cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (cavum pleura).Jika mikroorganisme itu sendiri ada di
rongga pleura, kumpulan cairan ini disebutempyema.Bila cairan pleura ada pada orang dengan
pneumonia, cairan ini sering diambildengan jarum (toracentesis) dan diperiksa, tergantung dari hasil
pemeriksaan ini.Padakasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak
dapatdikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama, karena antibiotik tiak menembus denganbaik
ke dalam rongga pleura. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thoraxdengan sinar x
atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan seringmengandung beberapa
tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses padaparu,tetapi kadang abses harus
dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.2

Prognosis
Angka mortalitas PAK adalah sebesar 5% yang meningkat menjadi 20% pada PAN.Angka
mortalitas pneumonia aspirasi yang tidak disertai komplikasi adalah sebesar5%, sedangkan pada
aspirsai masif dengan atau tanpa disertai sindrom Mendelson mencapai 70%. Angka mortalitas
aspirasi pneumonia disertai empyema sebesar 20%.1,3

Daftar Pustaka
1. Marik. E.P, 2001. Aspiration Pneumonitis and Aspiration Pneumonia. N Engl J Med, Vol 334,
No. 9. Texas tech University Health Science Center: Massacussetts
2. O connor, S. 2003. Aspiration pneumonia and pneumonitis. Australian Prescriber
3. Bartlett, JG, Sexton, DJ, Thorner, AR. 2009. Aspiration Pneumonia In Adult. UpToDate For
Patients
4. Stead L. G, Stead S. M, Kaufman M. S. Aspiration Pneumonia in First Aid for the Emergency
Medicine Clerkship. Singapore: The McGraw-Hill Companies; 2002. p. 116
5. Karlinsky JB, King TE, Crapo JD, Glassroth J. Aspiration Pneumonia in Anaerobic and other
Infection Syndromes. In: Baum’s textbook of pulmonary diseases.7th Ed. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins; 2004.p. 405-8.
6. Mettler AF. Chest dalam Essentials of Radiology. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.
p 94
7. Eisenberg, Ronald L. Aspiration Pneumonia. In: Comprehensive Radiographic Pathology. United
States of America: Mosby Elsevier; 2007. p 48
8. Gurney WJ, Muram, Winer HT. Aspiration Pneumonia. In: Pocket Radiologist Chest Top 100
Diagnoses. China: Amirsys; 2003. p. 6-8
9. Hannawi Y, Vankatasubba R, Suarez J, Bershad E. Stroke-Associated Pneumonia : Mayor
Advances and Obstacle. Cerebrovascular Disease 2013;35; p.430-43
10. Marik, PE. Aspiration Pneumonitis and Aspiration Pneumonia. The New England Journal of
Medicine. 2001:344(9); p. 665-71

Anda mungkin juga menyukai