Anda di halaman 1dari 7

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No.

2, November 2019 42

PELAKSANAAN KEAMANAN, KESELAMATAN, DAN


KEAMANAN KERJA (K3) DI KATERING SERVICE KOTA
BANDUNG

Ruly Rahmawati1, Ade Juwaedah1, Tati Setiawati1

Program Studi Pendidikan Tata Boga, Departemen Pendidikan Kesejahteraan


Keluarga, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendididkan
Indonesia

rahmawatiruly31@gmail.com

Abstrak: Peluang terjadinya kecelakaan kerja di industri sangatlah besar. Salah satu upaya
pencegahan preventif yang bisa dilakukan ialah dengan melaksanakan program K3. Semakin baik
pelaksanaan program K3 yang dimiliki suatu usaha, maka akan semakin baik pula mutu kerja
karyawan dan budaya kerja yang tercipta. Namun berdasarkan hasil pengamatan, terdapat suatu
industri yang belum melaksanakan program K3 secara optimal. Hal tersebut dapat membuka potensi
terjadinya kecelakaan kerja yang dapat merugikan dua belah pihak yaitu, pekerja dan pemilik usaha.
Tujuan umum dalam penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja (K3) di katering tersebut. Metode penelitian yang dilakukan ialah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di salah satu katering yang cukup
terkenal di Kota Bandung. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan K3
pada proses katering ini termasuk dalam kategori cukup dilaksanakan. Implikasi yang timbul dari
hasil penelitian ini ialah jika pelaksanaan K3 dalam suatu industri tergolong baik, maka peluang
terjadinya kecelakaan kerja akan berkurang sehingga proses kerja yang tercipta akan menjamin
keselamatan dan keamanan bagi pekerja dan lingkungan.

Kata kunci: Kecelakaan kerja, K3, indsutri katering

PENDAHULUAN dalam menyelesaikan pekerjaannya


Industri jasa boga (katering) (Busyairi, dkk, 2014, hlm.2).
merupakan salah satu industri yang Bahaya yang paling umum terjadi
kini perkembangannya sangat pesat. di industri ialah kecelakaan kerja.
Banyaknya jumlah peminat Menurut Peraturan Menteri Tenaga
(masyarakat) yang memakai jasa Kerja Nomor 03/Men/98 kecelakaan
tersebut membuat produktivitas kerja adalah suatu kejadian yang tidak
karyawan ikut meningkat. dikehendaki dan tidak diduga semula
Produktivitas tenaga kerja adalah yang dapat menimbulkan korban
kemampuan tenaga kerja dalam manusia dan atau harta benda.
menghasilkan barang produksi (BPS, Sebagian besar kecelakaan (65%)
2019). Tingginya produktivitas dikarenakan tingkah laku karyawan
tersebut harus dapat menjamin yang ceroboh, (35%) kecelakaan
kesejahteraan karyawan, karena terjadi karena kondisi kerja yang tidak
perlindungan tenaga kerja dari bahaya aman, sedangkan cedera paling banya
dan penyakit akibat kerja atau akibat adalah karena terjatuh (Bagyono,
dari lingkungan kerja sangat 2010, hlm.4). Usaha pencegahan yang
dibutuhkan oleh karyawan agar dapat dilakukan ialah dengan
karyawan merasa aman dan nyaman menyusun, merencanakan, dan
melaksanakan program kesehatan,
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 2, November 2019 43

keselamatan , dan keamanan kerja Penelitian ini bertujuan untuk


(K3). mendapatkan gambaran umum
Kesehatan, Keselamatan, dan mengenai pelaksanaan K3 di suatu
Keamanan Kerja (K3) didefinisikan katering di Kota Bandung yang
sebagai proses merencanakan dan bernama katering VH.
mengendalikan situasi yang berpotensi
METODE
menimbulkan kecelakaan kerja Penelitian ini menggunakan desain
melalui persiapan prosedur operasi deskriptif dengan pendekatan
standar yang menjadi acuan dalam kualitatif. Penelitian dilakukan selama
bekerja (Ampuh H, R, 2009) dalam tiga hari pada bulan Agustus 2019.
(Jati, Kusuma, dkk. 2010, hlm. 4).
Populasi dalam penelitian ini
Berdasarkan penelitian Tugiono merupakan karyawan katering VH.
(2009) mengungkapkan bahwa Pengambilan sample menggunakan
pengelolaan keselamatan, kesehatan teknik sampel purposive dengan
kerja, dan lingkungan hidup yang baik mengambil 20 orang karyawan
adalah landasan utama dalam semua katering yang terdiri dari karyawan
kegiatan operasional. Merujuk pada katering divisi kitchen, dan karyawan
hal tersebut, penerapan K3 dalam
katering divisi service.
suatu industri menjadi faktor penting Instrumen yang digunakan dalam
yang harus diperhatikan. Dengan tidak penelitian ini ialah pedoman
menerapkan perilaku K3 di tempat observasi, pedoman wawancara, dan
kerja, membuka peluang terjadinya studi dokumentasi. Proses analisis data
kecelakaan kerja yang akan merugikan diperoleh dengan menggunakan skala
karyawan dan pihak perusahaan. Guttman. Setelah memperoleh hasil
Di lapangan, ditemukan fakta penelitian, dilakukan penafsiran data
bahwa masih terdapat perusahaan dan analisis untuk mengetahui
industri jasa boga (katering) yang kategori pelaksanaan K3 di katering
belum menerapkan prosedur VH dengan mengkonversikan ke
keselamatan kerja secara optimal. dalam skala 100. Tafsiran data yang
Katering tersebut merupakan salah digunakan telah disesuaikan dengan
satu katering yang cukup terkenal di kebutuhan penelitian menjadi:
Kota Bandung, yaitu Katering VH.
Rata-rata jumlah produk yang selalu Tabel 1 Penskoran dan penafsiran
diproduksi oleh katering ini berkisar data pelaksanaan
antara 200 - 400 pack per hari yang Persentase Kriteria
membuat proses produksi makanan
Sangat
sangat padat dan beban kerja yang 81%-100%
Dilaksanakan
tinggi. Besarnya beban kerja dan
jumlah produksi yang banyak belum 61%-80% Dilaksanakan
berbanding lurus dengan jaminan
kesehatan, keselamatan dan keamanan Cukup
41%-60%
kerja bagi para pegawainya. Dengan Dilaksanakan
tidak menerapkan perilaku K3 di
Kurang
tempat kerja, membuka peluang 21%-40%
Dilaksanakan
terjadinya kecelakaan kerja yang akan
merugikan pegawai dan katering
tersebut.
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 2, November 2019 44

Persentase Kriteria Tabel 2 Pelaksanaan K3 pada proses


produksi, distribusi, dan motivasi
Sangat internal yang mendorong karyawan
0%-20% Kurang
katering
Dilaksanakan

(Riduwan, 2012, hlm. 89)


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesehatan, Keselamatan, dan
Keamanan Kerja (K3) diartikan
sebagai upaya untuk menjamin
jasmani dan rohani tenaga kerja
khususnya, dan manusia pada
umumnya. Sedangkan industri jasa
boga diartikan sebagai industri yang
menyediakan makanan dan minuman Berdasarkan tabel diatas,
untuk orang banyak. Industri jasa boga menunjukan bahwa lebih dari
memiliki banyak jenisnya, industri setengahnya (68,33%) pelaksanaan K3
jasa boga yang dijadikan objek pada saat proses produksi masuk
penelitian ialah industri katering. dalam kategori dilaksanakan. Dengan
Katering VH merupakan salah hasil yang telah diperoleh tersebut,
satu katering yang cukup terkenal di dapat diartikan bahwa pelaksanaan K3
Kota Bandung. Dari segi pelayanan pada proses produksi, perlu
katering ini masuk dalam klasifikasi ditingkatkan kembali. Peningkatan
jenis usaha golongan A3. Rata-rata tersebut terfokus pada perilaku
jumlah produk yang selalu diproduksi karyawan yang masih rendah dalam
oleh katering ini berkisar antara 200- pemakaian Alat Pelindung Diri.
400 pack, dan juga katering ini Rudyarti (2017, hlm. 22)
termasuk ke dalam outside catering. mengemukakan bahwa semakin
Penelitian dilakukan untuk rendah frekuensi penggunaan alat
memperoleh gambaran khsusus pelindung diri maka semakin besar
mengenai pelaksanaan K3 pada saat kesempatan terjadinya kecelakaan
proses produksi, proses distribusi, dan kerja. Maka dari itu APD menjadi
motivasi internal yang mendorong salah satu syarat keselamatan kerja
pelaksanaan K3 oleh karyawan yang harus diperhatikan oleh tenaga
katering tersebut. Berdasarkan hasil kerja.
penelitian, didapatkan gambaran Data selanjutnya menunjukan
pelaksanaan K3 secara khusus bahwa lebih dari setengahnya
sebagaimana disajikan pada tabel di (54,54%) pelaksanaan K3 pada proses
bawah ini: distribusi masuk dalam kategori cukup
dilaksanakan. Dengan hasil yang telah
diperoleh tersebut, dapat diartikan
bahwa pelaksanaan K3 pada proses
distribusi perlu ditingkatkan.
Peningkatan tersebut terfokus pada
penyediaan fasilitas yang lebih
optimal oleh perusahaan, agar proses
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 2, November 2019 45

distribusi makanan dapat berjalan motivasi internal yang mendorong


aman. Menurut Dahlius, dkk (2016), pelaksanaan K3 oleh karyawan
fasilitas kerja karyawan merupakan katering VH. Berikut merupakan
faktor pendukung bagi kelancaran pertanyaan yang diajukan dalam
tugas yang mereka kerjakan, sehingga pedoman wawancara:
pekerjaan dapat dikerjakan sesuai Tabel 3 Pedoman Wawancara
dengan yang diharapkan. Maka dari
itu, perusahaan sebagai penyedia No Pertannyaan
fasilitas, harus mampu menjamin 1 Penanganan pertama dalam
keselamatan dan keamanan produk memberikan pertolongan
dengan mengadakan fasiltas yang 2 Penggunaan handgloves pada
memadai. pekerja yang memiliki alergi
Data yang ketiga menunjukan 3 Penggunaan APAR
kurang dari setengahnya (43,63%) 4 Penyediaan lap/karung
motivasi internal yang mendorong 5 Selalu memperhatikan rambu-
pelaksanaan K3 oleh karyawan rambu keselamatan kerja
katering masuk dalam kategori cukup 6 Memiliki sertifikat kursus
dilaksanakan. Berdasarkan hasil sanitasi higiene
tersebut, dapat diartikan bahwa 7 Selalu membaca SOP sebelum
motivasi internal yang mendorong bekerja
8 Memiliki buku catatan kesehatan
pelaksanaan K3 oleh karyawan
pribadi
katering sangat perlu ditingkatkan
9 Penggunaan masker saat
kembali. Namun peningkatan tersebut mengalami sakit ringan
perlu didorong oleh optimalnya 10 Penggunaan is kotak P3K sebagai
penyediaan fasilitas oleh perusahaan, salah satu langkah pertolongan
agar motivasi yang muncul dari para
pekerja bisa mewujudkan budaya kerja Hasil wawancara tentang
yang aman dan nyaman. Sejalan penanganan pertama dalam
dengan yang dikemukakan J. Ravianto memberikan pertolongan, sebesar 65%
(1986: 12) dalam (Hidayah, 2013, responden menjawab “tahu” dan 35%
hlm. 22) yang menyebutkan bahwa menjawab tidak tahu. Hasil
faktor yang mempengaruhi wawancara tentang penggunaan
produktivitas karyawan antara lain: handgloves pada pekerja yang
“pendidikan dan keterampilan, disiplin memiliki alergi, sebesar 15%
dan etika kerja, motivasi, gizi dan responden menjawab “iya memakai
kesehatan, tingkat pengahasilan, karena memiliki alergi”, sedangkan
lingkungan dan iklim, teknologi, 85% responden lainnya menjawab
manajerial, hubungan antara anggota “tidak memakai karena tidak memiliki
keluarga, dan sebagainya”. alergi”. Hasil wawancara tentang
Pedoman wawancara digunakan penggunaan Alat Pemadam Api
untuk menjaring data yang kurang Ringan (APAR), sebesar 40%
terlihat keabsahannya yang diperoleh menjawab “tahu”dengan hasil jawaban
dari kegiatan observasi diatas. kurang sempurna karena responden
Pedoman wawancara yang dibuat menyebutkan langkah-langkah
berjumlah 10 pertanyaan yang terdiri penggunaan APAR masih secara garis
dari 2 pertanyaan terkait proses besarnya seperti “buka segel, tarik
produksi dan 8 pertanyaan terkait cincin/kunci, pegang selang, tekan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 2, November 2019 46

tuas kemudian arahkan pada titik api”, responden membatasi interaksi dengan
sedangkan 60% menjawab “tidak rekan kerja. Hasil wawancara tentang
tahu” dengan hasil jawaban “tidak penggunaan isi kotak P3K sebagai
tahu cara menggunakannnya”. Hasil salah satu langkah pertolongan,
wawancara tentang penyediaan sebesar 70% responden menjawab
lap/karung goni basah sebagai “ya, selalu menggunakannya” dan
alternatif alat pemadam api ringan, sebesar 30% responden menjawab
sebesar 60% responden menjawab “terkadang, karena masih
“selalu menyediakan namun hanya lap menggunakan beberapa obat
saja, karena mudah ditemui” dan 40% tradisional”.
responden menjawab “jarang Berdasarkan hasil data
menyiapkan ataupun menyediakan wawancara terkait jawaban pertanyaan
benda tersebut. Hasil wawancara nomor satu dan dua menunjukan
tentang kegiatan selalu bahwa pelakssanaan K3 pada proses
memperhatikan rambu-rambu produksi perlu adanya pembinaan
keselamatan kerja di area dapur, mengenai cara yang dilakukan dalam
sebesar 100% responden menjawab memberikan pertolongan pertama dan
“tidak pernah memperhatikan karena pengetahuan mengenai jenis
di area dapur tidak tersedia rambu- handgloves yang harus dipakai sesuai
rambu tersebut”. Hasil wawancara pekerjan yang sedang dilakukan.
tentang kepemilikan sertifikat kursus Pembinaan diberikan agar karyawan
sanitasi higiene, sebesar 5% responden mengetahui tentang apa yang akan dia
menjawab “ya memiliki” dan 95% hadapi dan dia kerjakan. Menurut
responden “tidak punya”. Hasil Green dalam jurnal yang ditulis
wawancara tentang kegiatan selalu (Shiddiq, dkk. 2014, hlm. 114)
membaca Standar Operasional menyebutkan bahwa peningkatan
Prosedur (SOP) sebelum bekerja, pengetahuan tidak selalu
sebesar 5% responden menjawab “iya” menyebabkan perubahan perilaku,
dan sebesar 95% responden menjawab tetapi pengetahuan sangat penting
“tidak atau jarang membaca karena diberikan sebelum individu melakukan
sudah lupa dan sudah tidak ada suatu tindakan. Tindakan akan sesuai
lembarannya”. Hasil wawancara dengan pengetahuan apabila individu
tentang kepemilikan buku catatan menerima isyarat yang cukup kuat
kesehatan pribadi, sebesar 100% untuk memotivasi dia bertindak sesuai
responden tidak memilikinya. dengan pengetahuannya.
Responden menjawab “tidak Berdasarkan hasil data
memiliki”. Hasil wawancara tentang wawancara terkait jawaban pertanyaan
penggunaan masker pada saat nomor tiga hingga nomor sepuluh
mengalami sakit ringan, sebesar 20% menunjukan bahwa motivasi internal
responden menjawab “iya selalu yang mendorong pelaksanaan K3 oleh
pakai”, dan sebesar 80% resnponden karyawan perlu ditingkatkan kembali
menjawab “tidak”. Jawaban tidak khususnya terkait penggunaan APAR,
tersebut terdiri dari 10% responden selalu memperhatikan rambu-rambu
lebih memilih istirahat dirumah keselamatan kerja, memiliki sertifikat
daripada memaksakan bekerja dan kursus sanitasi higiene, selalu
70% memilih tidak memakai masker membaca SOP sebelum bekerja,
dan agar penyakitnya tidak menular, memiliki buku catatan kesehatan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 2, November 2019 47

pribadi, dan penggunaan masker saat Dampaknya pada Kinerja


mengalami sakit ringan. Enam hal Perusahaan (Studi Kasus pada
diatas, perlu didorong oleh kesadaran PT. Pei Hai International
dari diri karyawan sendiri. Sujak Wiratama Indonesia). Jurnal
(1990) dalam jurnal yang ditulis Ayu Manajemen dan
Brahmasari (2008, hlm.2), Kewirausahaan, Vol. 10, No. 2
mengemukakan bahwa pemahaman Badan Pusat Statistik. (2019).
motivasi, baik yang ada dalam diri Perusahaan Industri
karyawan maupun yang berasal dari Pengolahan (Konsep dan
lingkungan akan dapat membantu Definisi). Jakarta: bps.go.id
dalam peningkatan kinerja. Dengan Badraningsih L., Enny Zuhny K.
begitu, motivasi kerja memiliki (2015). Kecelakaan Akibat
peranan penting dalam menentukan Kerja (KAK) dan Penyakit
kualitas kerja seorang karyawan. Akibat Kerja (PAK).
Yogyakarta:
KESIMPULAN Staffnew.uny.ac.id
Secara khusus, pelaksanaan K3 Bagyono. (2010) Kesehatan,
pada saat proses produksi berada Keselamatan, dan Keamanan
dalam kategori dilaksanakan. Kerja Bidang Perhotelan.
Pelaksanaan K3 pada proses distribusi Bandung: Alfabeta
berada dalam kategori cukup Busyairi, Muhammad dkk. (2014).
dilaksanakan, dan motivasi internal Pengaruh Keselamatan Kerja
yang mendorong pelaksanaan K3 oleh dan Kesehatan Kerja terhadap
karyawan katering berada dalam Produktivitas Kerja Karyawan.
kategori cukup dilaksanakan. Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
Sehingga secara keseluruhan Vol. 13, No. 2
pelaksanaan K3 di katering VH berada Dahlius, dkk. (2016). Pengaruh
dalam kategori cukup dilaksanakan. Fasilitas Kerja Terhadap
Rekomendasi bagi perusahaan Kepuasan Kerja Karyawan
terkait seperti katering VH diharapkan Pada Pt. Bank Riaukepri
untuk dapat memberikan motivasi Cabang Teluk Kuantan
ekstrinsik dan pemahaman kepada Kabupaten Kuantan Singingi.
para pekerja agar dapat JOM FISIP Vol. 3 No. 2 –
melakasanakan program K3 sehingga Oktober 2016
tercipta lingkunga kerja yang aman Hidayah. (2013). Pelaksanaan
bagi dirinya dan lingkungan sekitar. Program Keselamatan dan
Selain itu, peningkatan pembinaan K3 Kesehatan Kerja dalam
harus dilaksanakan secara Meningkatkan Produktivitas
berkelanjutan dengan jangka waktu Kerja Karyawan di PT Tirta
minimal 3 bulan sekali agar aspek K3 Investama Wonosobo. Skripsi:
dapat diterapkan dengan optimal. UNY
REFERENSI Kusuma, dkk. (2010). Pelaksanaan
Ayu, Brahmasari, dkk. (2008). Program Keselamatan dan
Pengaruh Motivasi Kerja, Kesehatan Kerya Karyawan
Kepemimpinan dan Budaya PT. BITRATEX Industries
Organisasi terhadap Kepuasan Semarang. Jurnal Studi
Kerja Karyawan serta
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 2, November 2019 48

Manajemen & Organisasi, Vol.


7 No. 1, hlm 3.
Pemerintah Indonesia. (1998).
Tatacara Pelaporan Dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
Jakarta: Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik
Indonesia
Riduwan. (2007). Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Rudyarti, Edwina. (2017). Hubungan
Pengetahuan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Dan Sikap
Penggunaan Alat Pelindung
Diri Dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja Pada
Pengrajin Pisau Batik Di PT.
X. Prosiding Seminar Nasional
Hasil-Hasil Penelitian Dan
Pengabdian Bidang K3 2017
Shiddiq, S, dkk. (2014). Hubungan
Persepsi K3 Karyawan Dengan
Perilaku Tidak Aman Di
bagian Produksi Unit IV PT.
Semen Tonasa. Jurnal MIKMI,
Juni 2014, hal 110-116
Tugiono, Ali. (2009). Implementasi
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT Bukit Makmur
Mandiri Utama Job Shite Head
Office Jakarta. Laporan
Umum. Jakarta: Universitas
Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai