Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH / PAPER

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP


PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DI PT. VALE INDONESIA

Di Susun oleh:
Nama : Roni Tamar

No.Stb : 091-2019-0143

Fakultas Teknologi Industri

Universitas Muslim Indonesia

1
ABSTRAK

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja
maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan
penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga
dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit. Tingkat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Vale Indonesia merupakan sangat baik karena PT Vale
Indonesia sangat memperhatikan kehsehatan dan keselamatan kerja karyawan mereka,
karena PT Vale Indonesia menggangap karyawan merupakan sebuah asset perusahaan. Hal
ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi pada
perusahaan PT Vale Indonesia. Keadaan ini akan berdampak pada penurunan kinerja
perusahaan.

Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini
adalah “Apakah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta lingkungan kerja
berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Vale Indonesia”.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori Manajemen Sumber
Daya Manusia, yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), lingkungan
kerja dan kinerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey,
jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian ini adalah penjelasan.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan dan studi
dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak dapat diketahui Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja berpengaruh sangat signifikan (high
significant) terhadap kinerja karyawan PT Vale Indonesia. Ini memberi arti bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja sangat menentukan dalam
peningkatan kinerja karyawan pada PT Vale Indonesia. Artinya, PT Vale Indonesia
senantiasa mempertimbangkan pengimplementasian keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan kerja dalam peningkatan kinerja karyawan pada PT Vale Indonesia.

Kata kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan Kerja dan Kinerja

2
ABSTRACT

Occupational Health and Safety (K3) is a program that made workers and
employers as an effort to prevent occupational accidents and occupational diseases by
recognizing the potential for accidents and occupational diseases as well as anticipatory
action in case of accidents and occupational diseases. The goal is to create a safe
workplace, healthy so it can suppress the lowest possible risk of accidents and illnesses.
Level of Occupational Health and Safety (K3) in PT Vale Indonesi still often overlooked.
This is indicated by the still high number of accidents occurring on company PT Vale
Indonesia. This situation will impact on the company's performance.

Based on a brief description, then formulated the problem in this study is "What is
Occupational Health and Safety (K3) and work environment affect the performance of
employees of PT. Vale Indonesia ".

The theory used in this study was the theories of Human Resource Management,
relating to the Occupational Health and Safety (K3), work environment and performance.
The method used in this study is a survey approach, this kind of research is descriptive
quantitative, and the nature of this research is the explanation. Methods of data collection
is done by interviews, questionnaires and documentation study. Methods of data analysis
used is multiple regression.

Results showed that simultaneously knowable Occupational Health and Safety (K3)
Work Environment And very significant effect (high significant) on the performance of
employees of PT Vale Indonesia. It gives the sense that the safety and occupational health
and working environment is crucial in improving the performance of employees at PT Vale
Indonesia. That is, PT Vale Indonesia always consider the implementation of occupational
health and safety and working environment in improving the performance of employees at
PT Vale Indonesia.

Key words: Occupational Safety and Health, Work Environment and Performance.

3
DAFTAR ISI
Contents

ABSTRAK ..................................................................................................................................... 2
ABSTRACT ..................................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 4
BAB I ............................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 5
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 5
B. TUJUAN ............................................................................................................................ 7
BAB II ............................................................................................................................................ 8
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 8
A. Penelitian Terdahulu ........................................................................................................... 8
B. Tinjauan empiris ................................................................................................................. 9
C. Pengertian kesehatan kerja ................................................................................................ 11
D. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja .......................................................................... 13
E. Pengertian kecelakaan kerja .............................................................................................. 14
F. Pengertian produktivitas ................................................................................................... 16
G. Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktifitas karyawan ......... 17
BAB III ........................................................................................................................................... 19
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 19
A. Sistem Di PT.Vale Indonesia ............................................................................................ 19
B. Risiko Operasional............................................................................................................ 19
C. GOLDEN RULES ............................................................................................................ 20
D. Produktivitas di masa Pandemi ......................................................................................... 25
BAB IV ........................................................................................................................................ 25
KESIMPULAN ............................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 26

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dunia industri sekarang berkembang pesat termasuk ditanah air. Hal

ini tentunya berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Akan tetapi

apakah sesimple itu? Bisnis yang sarat akan persaingan sekarang ini

menimbulkan berbagai cara bagi perusahaan untuk meningkatkan

produktivitas. Salah satu cara yang dilakukan adalah upaya peningkatan

produktivitas karyawan. Tidak dapat dipungkiri bahwa, teknologi mutakhir

sangat lebih dari menunjang produktivitas, akan tetapi bagaimanapun juga

motor penggerak teknologi tetaplah manusia (karyawan). Sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Gomes (1995 : 2) sebagai berikut :

“Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang


memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, ketrampilan,
pengetahuan, dorongan, daya dan karya, satu-satunya sumber daya yang
memiliki rasio, rasa dan karsa betapapun majunya teknologi
berkembangnya informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan
namun jika tanpa SDM maka akan sulit bagi organisasi untuk mencapai
tujuannya. Betapapun bagusnya perumusan tujuan dan rencana organisasi
agaknya hanya akan sia-sia belaka jika unsur SDMnya tidak
dipertahankan, apabila kalau ditelantarkan ”.
Sumber Daya Manusia tidak dan tak akan tergantikan. Mengembangkan

Tenaga Kerja adalah tugas penting Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

sebagaimana fungsi Manajemen SDM yaitu fungsi manajerial dan fungsi

operasional. Ketika kita lebih tekankan pada fungsi operasional maka MSDM

berfungsi pada pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,

pemberhentian tenaga kerja, dan pemeliharaan.

Fungsi pemeliharaan adalah memelihara apa yang telah dibentuk yaitu

5
angkatan kerja yang efektif, semangat, dan kegairahan kerja. Fungsi ini dititik

beratkan pada pemeliharaan fisik dan mental para karyawan melalui program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan (K3). Diperinci oleh (Suma’mur,

1998 : 3) :

“Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-


kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan gizi
tenaga kerja, pemberantasan kelelahan kerja dan melipat gandakan
kegairahan dan semangat kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar
suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk industri serta memberikan rasa aman
kepada para karyawan”.

Oleh karena itu karyawan adalah aset penting perusahaan. Disinilah Manajemen

Sumber Daya Manusia berperan penting. Sejauh mana perusahaan memberikan

perhatian yang cukup terhadap kondisi kerja karyawan. Lebih mudah dalam

bahasa sumber daya manusianya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan

(K3).

Dalam upaya yuridis formil Perundang-undangan Pemerintah

membebankan pada majikan atau perusahaan tentang kesehatan dan

keselamatan kerja karyawan sejak karyawan mulai diterima bekerja. Undang-

Undang yang dikeluarkan Pemerintah untuk melindungi tenaga kerja dari

pengusaha atau perusahaan yang tidak melaksanakan program K3 dengan baik

misal : Undang-Undang nomor 14 tahun 1969 dan Undang-Undang nomor 1

tahun 1970 serta peraturan lain yang melengkapi. Dalam ketentuan tersebut

khususnya dalam pasal 9 dan 10 dicantumkan dalam beberapa hal sebagai

berikut “Tiap-tiap tenaga kerja mendapat perlindungan atas keselamatan,

kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril manusia serta perlakuan yang sesuai

dengan martabat manusia dan moral agama.”

6
B. TUJUAN
1. Hubungan keselamatan kerja terhapad produktivitas
2. Dampak keselamatan kerja terhadap produktivitas

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Galuh (1998) dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Keselamatan


dan Kesehatan Kerja dengan Semangat Kerja Karyawan. Dalam penelitian ini
variabel keselamatan dan kesehatan kerja yang digunakan adalah variabel
tingkat K3 karyawan dengan indikatornya terdiri dari :
a. Kondisi lingkungan kerja.
b. Sarana kesehatan kerja yang telah disediakan perusahaan.
c. Sarana keselamatan kerja mencegah kecelakaan kerja.
Pada analisis data secara statistik, metode yang digunakan adalah
analisis korelasi Rank Sperman pada tingkat signifikan 0,01 yang diolah secara
manual dengan kalkulator. Dari hasil analisis dengan metode tersebut dapat
dibuktikan bahwa variabel keselamatan dengan kesehatan kerja karyawan
mempunyai hubungan dengan tingkat semangat kerja karyawan, hal ini terbukti
dengan koofisien 0,738 ini berarti tingkat keeratan korelasi masuk dalam
kategori cukup tinggi, karena nilai korelasi masuk dalam kategori 0,6-0,8.
Nurul (1999) dalam skripsinya yang berjudul : Pelaksanaan Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan untuk. Meningkatkan Prestasi
Kerja Karyawan. Dalam penelitian ini K3 terdiri dari variabel pencegahan
kecelakaan kerja & pemberian kompensasi terhadap kecelakaan yang sudah
terjadi. Analisis data yang digunakan adalah korelasi berganda dengan tingkat
signifikan 0,05 yang diolah dengan komputer program mikrostak. Dari hasil
analisis data menunjukkan bahwa variabel pencegahan kecelakaan dan
pemberian kompensasi terhadap kecelakaan berpengaruh signifikan terhadap
prestasi kerja karyawan. Jadi analisis ini menunjukkan bahwa pemberian
kompensasi terhadap kecelakaan akan mendorong karyawan bekerja dengan
giat karena mereka merasa bahwa kesejahteraannya diperhatikan oleh
perusahaan, sehingga memotivasi mereka untuk bekerja dengan tepat waktu.
Sedangkan pencegahan kecelakaan akibat kerja yang berhasil akan mendukung

8
kesejahteraan karyawan sehingga mereka akan bekerja secara efektif.
Mardiyah (2005) dalam skripsinya yang berjudul : Pengaruh
keselamatan dan Kesehatan kerja terhadap semangat kerja karyawan. Dalam
penelitian ini K3 terdiri dari variabel keselamatan kerja & kesehatan kerja.
Analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tingkat
signifikan 0,05 yang diolah dengan komputer program mikrostak. Dari hasil
analisis data menunjukkan bahwa variabel keselamatan kerja & kesehatan kerja
berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Jadi analisis ini
menunjukkan bahwa keselamatan kerja & kesehatan kerja akan mendorong
karyawan bekerja dengan semangat.

B. Tinjauan empiris
1. Pengertian keselamatan kerja
Masalah keselamatan kerja merupakan suatu hal yang penting,
karenanya dengan lingkungan kerja yang aman, tenang & tenteram, maka orang
yang bekerja akan bersemangat & dapat bekerja secara baik sehingga hasil
kerjanya memuaskan.
Keselamatan kerja menurut Moenir (1983 : 201) adalah : suatu
keadaan dalam lingkungan/ tempat kerja yang dapat menjamin secara
maksimal keselamatan orang-orang yang berada didaerah/ tempat
tersebut baik orang tersebut pegawai/ bukan pegawai dari organisasi
kerja itu.
Lingkup keselamatan kerja menurut Suma’mur (1989 : 12)
adalah bahwa keselamatan kerja bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja & lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja berhubungan erat dengan keadaan tempat
kerja baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air & udara, tempat-
tempat kerja tersebut tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti
pertanian, industri, pertambagan, perhubungan dan lain-lain.
Keselamatan kerja juga menyangkut segenap proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa, salah satu aspek penting sasaran
keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya, adalah : penerapan teknologi,

9
yang maju dan mutakhir.
Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun maka di
Indonesia masalah keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting
seperti diuraikan oleh Suma’mur (1989 : 50) bahwa:
”Didalam masyarakat yang sedang membangun salah satunya
aspek pembangunan adalah bidang ekonomi & sosial, maka keselamatan
kerja lebih terampil kedepan lagi dikarenakan cepatnya menerapkan
teknologi dengan segala seginya termasuk problematik keselamatan
kerja menampilkan banyak permasalahan sedangkan kondisi sosial-
kultural belum cukup siap menghadapinya”.
Maka dari pada itu, sebagai akibat tidak cukupnya perhatian yang
diberikan, disana-sini terlihat adanya problem keselamatan kerja, bahkan
kadang-kadang hilang sama sekali hasil jerih payah suatu usaha dikarenakan
kecelakaan.
Dari beberapa pengertian secara umum dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu pengertian tentang perlunya
tempat kerja, yang dapat menjamin.
secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada ditempat kerja
dan sekitarnya, baik orang tersebut pegawai/ bukan pegawai dari organisasi
tersebut.
Sesuai dengan pengertian keselamatan kerja yang dikemukakan
A.S. Moenir (1983 : 203) diatas maka faktor-faktor dari keselamatan kerja
adalah :
a. Lingkungan kerja secara fisik.
1. Penempatan benda/ barang sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan/ mencelakakan orang-orang yang berada ditempat
kerja/ disekitarnya. Penempatan dapat pula dilakukan dengan diberi
tanda, batas-batas & peringatan yang cukup.
2. Perlindungan pada pegawai/ pekerja yang melayani alat- alat kerja
yang dapat menyebabkan kecelakaan, dengan cara memberikan alat
perlindungan yang sesuai dan baik. Perlengkapan perlindungan
misalnya : gas masker, kaca mata las, sarung tangan, helm
pengaman, pakaian anti api, sepatu, penutup telinga, dsb.
3. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai
10
alat pencegahan pertolongan & perlindungan. Perlengkapan
pencegahan misalnya : alat pencegah kebakaran, pintu darurat,
pertolongan apabila terjad
kecelakaan seperti : alat PPPK, tabung oksigen, ambulan dsb.
b. Lingkungan sosial psikologis .
Sedangkan jaminan keselamatan kerja secara psikologis dapat
dilihat pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan lihat
pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi
atas pegawai/ pekerja yang meliputi :
1. Perlakuan yang adil terhadap semua pegawai/ pekerja tanpa
membedakan agama, suku, kewarganegaraan, turunan &
lingkungan sosial.
2. Perawatan/pemberian asuransi terhadap para pegawai yang
melakukan pekerjaan berbahaya & beresiko, yang kemungkinan
terjadi kecelakaan kerja sangat besar.
3. Masa depan pegawai terutama dalam keadaan tidak mampu lagi
melakukan pekerjaan akibat suatu kecelakaan, baik fisik maupun
mental.
4. Kepastian kedudukan dalam pekerjaan, hal ini merupakan salah satu
jaminan bahwa orang-orang dalam organisasi itu dilindungi
hak/kedudukannya oleh peraturan. Faktor pegawai dijamin secara
seimbang dengan kewajibannya.
C. Pengertian kesehatan kerja
Menurut Moenir (1983 : 207) yang dimaksud kesehatan kerja
adalah “ suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang
mempertahankan kondisi kesehatannya dalam pekerjaan”.
Menurut Soepomo (1985 : 75) : “kesehatan kerja adalah aturan-
aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh dari kejadian/keadaan
perburuhan yang merugikan kesehatan & kesusilaan dalam diri seorang
itu, karena itu malakukan pekerjaan pekerjaan dalam suatu hubungan
kerja tidak jauh dari beberapa pengertian diatas Mannulang (1990 : 87)
menjelaskan bahwa kesehatan kerja dalah bagian dari ilmu kesehatan
yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja
11
secara optimal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu usaha &
aturan-aturan untuk menjaga kondisi perburuhan dari kejadian/keadaan yang
merugikan kesehatan & kesusilaan, baik dalam keadaan yang sempurna fisik,
mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.
Adapun faktor-faktor dari kesehatan kerja adalah :
c. Lingkungan kerja secara medis.
Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap
perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut :
1. Kebersihan lingkungan kerja.
2. Suhu udara & ventilasi di tempat kerja
3. Sistem pembuangan sampah & limbah industri.
d. Sarana kesehatan tenaga kerja.
Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari
tenaga kerjanya hal ini dapat dilihat dari :
1. Penyedia air bersih.
2. Sarana olah raga & kesempatan rekreasi.
3. Sarana kamar mandi & WC.
e. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja.
1. Pemberian makanan yang bergizi.
2. Pelayanan kesehatan tenaga kerja.
3. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Syarat keselamatan kerja menurut Nasution (1994 ; 253) antara lain:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah dan mengendalikan timbul/ menyebarluaskan
kelembapan debu, kotoran asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar matahari suara getaran.
3. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
4. Memperoleh penerangan yang cukup dan serasi.
5. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup.

6. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

12
7. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.

D. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja


Setiap kegiatan dan aktivitas perusahaan selalu memiliki maksud dan
tujuan tertentu dan pada umumnya ditujukan pada peningkatan produktivitas
perusahaan secara menyeluruh. Namun menurut konsep manajemen modern
perusahaan harus menjunjung tinggi keselamatan, keseatan dan kesejahteraan
karyawan. Adapun maksud dan tujuan perusahaan dibidang K3 menurut
Silalahi (1995 : 125) adalah :
a. Pemeliharaan kondisi kerja yang aman dan sehat.
b. Taat azas dengan setiap prosedur operasional yang dirancang untuk
mencegah luka/ penyakit.
c. Mematuhi UU pokok K3.
Tujuan K3 pada tingkat perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Pencegahan terjadinya kecelakaan.
b. Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.
c. Pencegahan/ penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya kematian
akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan.
Penggunaan material, konstruksi bangunan, alat-alat kerja mesin-mesin.

d. Peningkatan produktivitas atas dasar tingkat keamanan kerja yang


tinggi.
e. Penghindaran pemborosan kerja, modal, alat-alat sumber produksi
lainnya sewaktu bekerja.
f. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman dan aman.
g. Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan
pembangunan (Lidya dan Mortiono, 1996 : 78).
Selanjutnya seorang ahli dalam bidang keselamatan kerja Hammer
dalam Moekijat (1999 : 142) mengatakan bahwa program keselamatan kerja
diadakan karena tiga alasan yang penting yakni:
a. Alasan berdasarkan kemanusiaan.
Pertama-tama para manajer yang mengadakan pencegahan
kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya, mereka

13
melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit dan
pekerja yang menderita luka. Serta keluarganya sering diberi penjelasan
mengenai akibat kecelakaan.
b. Alasan berdasarkan UU.
Ada juga alasan mengadakan program keselamatan kerja
berdasarkan UU tentang K3 dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan
denda.
c. Alasan ekonomi.
Alasan ekonomi untuk menjadi sadar akan keselamatan kerja
karena biaya kecelakaan dapat sangat besar bagi perusahaan.
Perusahaanperusahaan kecil juga dianjurkan secara bersama-
sama mempunyai ahli K3 didalam perusahaan perlu dibentuk panitia
pembinaan K3. Tujuannya adalah peningkatan keselamatan dan
kesehatan melalui kerja sama Bipatriet yaitu antara pengusaha dan
pekerja.
Sedangkan organisasi K3 terdapat pada unsure pemerintahan
dalam ikatan profesi, badan konsultasi dimasyarakat, di perusahaan-
perusahaan dan lain-lain. Program pemerintah khususnya pembinaan
dan pengawasan bersama-sama dengan praktek K3 di perusahaan-
perusahaan isi mengisi sehingga dicapai tingkat keselamatan dan
kesehatan di perusahaan setinggi-tingginya, selain itu perusahaan dalam
meningkatkan penerapan keselamatan kerja di perusahaannya dapat
memperoleh bantuan keahlian dari badan-badan
konsultan. Pada tingkat perusahaan, pengusaha dan pekerja
adalah kunci kearah keberhasilan program K3. ikatan profesi
meningkatkan pula profesi keselamatan kerja, agar menunjang program
keselamatan kerja.
E. Pengertian kecelakaan kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya oleh
karena itu kecelakaan dapat dicegah, asalkan kita cukup kemauan untuk
mencegahnya. Oleh karena itu pula sebab-sebab harus diteliti dan
ditemukan agar untuk selanjutnya dengan usaha koreksi yang tujukan
kepada sebab itu kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang kembali,
dengan kata lain, kecelakaan bias terjadi karena kondisi yang tidak
14
membawa keselamatan kerja/ perbuatan yang tidak selamat. Jadi
kecelakaan kerja menurut Silalahi (1995 : 22) adalah : “setiap perbuatan/
kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan”.
Menurut Beach dalam bukunya Moekijat (1996 : 146) mengatakan
kecelakaan adalah suatu kejadian/ suatu peristiwa yang tidak diharapkan
yang merintangi/ menggagu jalannya kegiatan biasa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan/ kondisi,
tidak selamat yang direncanakan & diharapkan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan yang merintangi atau mengganggu jalannya kegiatan.
Dessler (1957: 197) menerangkan 3 alasan dasar dari kecelakaan
ditempat kerja antara lain :
d. Kejadian yang bersifat kebetulan.
e. Kondisi tidak aman merupakan alasan utama dari kecelakaan termasuk
faktor-faktor seperti :
1. Peralatan perlindungan yang tidak memadai.
2. Peralatan rusak.
3. Prosedur yang berbahaya dalam pada atau sekitar mesin/ peralatan.
4. Gedung yang tidak aman sumpek dan terlalu penuh.
5. Penerangan yang tidak memadai suram, tidak cukup penerangan.
6. Ventilasi tidak memadai tidak cukup penggantian udara, sumber
udara tidak murni.
f. Tindakan-tindakan yang tidak aman.
Kebanyakan para ahli keselamatan kerja dalam manajer tahu
bahwa tidak mungkin menghapuskan kecelakaan hanya dengan
mengurangi kondisi yang tidak aman: orang menyebabkan kecelakaan
dan tidak ada yang menemukan jalan. Yang benar-benar pasti untuk
menghilangkan tindakan karyawan yang tidak aman seperti:
1. Menggunakan peralatan dengan tidak aman.
2. Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih,
permainan kasar dll.
3. Menggunakan prosedur kerja yang tidak aman.

15
Selain kondisi tidak aman diatas, 3 faktor berhubungan dengan
kerja lainnya menyumbang terhadap terjadinya kecelakaan : jabatan itu
sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis dari tempat kerja.
Selanjutnya Silalahi (1995 : 22-23) menerangkan peranan
kebijakan manajer dalam K3 :
Manajemen sebagai suatu ilmu perilaku yang mencakup aspek
sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab K3, baik dari segi
perencanaan, maupun pengambilan keputusandalam organisasi, baik
kecelakaan, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan
harus merupakan bagian dari biaya produksi.
Pencegahan kecelakaan, pemeliharaan higiene, dan kesehatan
kerja dinilai tidak hanya dari segi biaya pencegahannya, tetapi : juga
dari segi manusianya antara biaya kecelakaan dan biaya pencegahan
terdapat beberapa pokok.
yang berakar pada manajemen pokok ini menentukan kebijakan
perusahaan yang mengendalikan operasi. Kebijakan ini melahirkan satu/
dua dari dua kemungkinan : hasil yang baik dan hasil yang merugikan
sebagai akibat kecelakaan.
F. Pengertian produktivitas
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk
menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi
penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumnber-
sumber secara efisien dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi
(Sinungan : 1992: 17).
Produktivitas disini mengikut sertakan sumber daya- sumber daya
yang ada seperti halnya sumber daya manusia dan skill atau ketrampilan,
barang, modal, teknologi, manajemen informasi, energi dan sumber daya
lainnya.
Sedangkan menurut Saiyadin (dalam Moekijat : 1999 : 191)
bahwa Productivity is the ratio of a given amount of output to a given
amount of input for a specific period of time (Produktivitas adalah
jumlah keluaran (output) tertentu dengan jumlah masukan (input)
tertentu untuk suatu jangka waktu tertentu).

16
Menurut Internasional Labour Organisation (ILO) adalah
perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan.
Elemen-elemen tersebut adalah berupa tanah, tenaga kerja, modal, dan
organisasi.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)


mendefinisikan produktivitas merupakan output dibagi dengan elemen-
elemen produksi yang dimanfaatkan.
Sebenarnya produktivitas mempunyai pengertian yang luas, lebih
luas dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan teknik manajemen yaitu sebagai
suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari
masyarakat dengan cara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas
kehidupan. Seperti yang diungkapkan oleh Simanjuntak (1985 : 4) bahwa
produktivitas secara philosopi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kualitas kehidupan kerja, yakni hari ini lebih baik dari hari esok.
Sedangkan menurut Agus Dharma (1985 : 55) ada standar yang
meliputi cara pengukuran atas produktivitas yang mencakup dalam tiga hal,
yaitu :
1. kualitas kerja
2. kuantitas kerja
3. ketepatan waktu
Dari definisi-definisi diatas disimpulkan bahwa produktivitas
bukanlah perhitungan akan kuantitas suatu produk tetapi suatu perhitungan
rasio, perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis dari suatu
tingkat efisiensi, hal ini jelas berbeda dengan produksi, dimana produksi
lebih mengutamakan atau menghitung tingkat kuantitas yang dihasilkan
dari produksi.
G. Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktifitas
karyawan
Penyakit akibat kerja bila tidak ditangani secara sungguh-sungguh dan
terpadu dapat menjadi bomerang bagi pekerja dan perusahaan ditempat mana
mereka bekerja. Bagi TK, penyakit akibat kerja dapat menurunkan produktivitas
kerja sekaligus menurunkan semanagat kerja yang dimiliki karyawan, sedangkan
bagi perusahaan berakibat bagi menurunnya jumlah produksi dan kapasitas
perusahaan. Barthos (1995 : 150).
17
Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dengan

produktivitas kerja yaitu pekerja yang kesejahteraannya buruk tidak hanya

menyebabkan rasa kecil hati tetapi produktivitas dan semangat kerja mereka akan

menurun, lebih lanjut mereka tidak menaruh minat, apatis dalam melakukan

pekerjaan dan loyalitas mereka terhadap perusahaan akan berkenaan pula.

Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan merupakan salah satu usaha

untuk melindungi karyawan ditempat kerja, dengan adanya perlindungan

karyawan dari was-was, keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3)

diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas karyawan (Nasution, 1994 :

251).

Hubungan ini juga dapat dilihat dari tujuan utama dari keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan (K3) sebagai berikut : pencegahan dan pemberantasan

penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja dan peningkatan kesehatan dan gizi

TK, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

pemberantasan kelelahan kerja dan pelipat gandaan kegairahan serta semangat kerja,

dan tujuan-tujuan lainnya (Suma’mur, 1998 : 3).

18
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sistem Di PT.Vale Indonesia

PT Vale memiliki sistem pengelolaan risiko strategis yang disebut Framework


for Integrated Risk Management (FIRM) yang sesuai dengan standar ISO 31000.
Sistem FIRM digunakan untuk risiko-risiko yang bersifat strategis, yang berpengaruh
pada keseluruhan organisasi dan berdampak negatif terhadap tujuan-tujuan usaha kami.

Sistem FIRM memberikan panduan dan perangkat untuk mengevaluasi dan


mengelola risiko bagi setiap Risk Event strategis yang telah diidentifikasi dan
ditetapkan sebelumnya. Panduan ini mensyaratkan dikembangkannya Maximum
Foreseeable Loss (MFL), yaitu skenario terburuk yang mungkin terjadi dalam hal
terjadi suatu Risk Event. Selain itu, sistem FIRM mensyaratkan adanya pemahaman
akan faktor penyebab Risk Event, kemungkinan terjadinya faktor penyebab tersebut,
serta tingkat keseriusan dampak yang ditimbulkan jika Risk Event terjadi. Berbagai
metode standar telah dikembangkan untuk menilai dan memilah kategori-kategori
faktor penyebab, kemungkinan kejadian serta keseriusan dampak Risk Event,
sebagaimana yang dicontohkan dalam tabel-tabel di bawah ini yang diberlakukan
secara seragam pada PT Vale dan pada sistem manajemen risikonya. Dengan demikian,
risiko dapat dievaluasi dan dibandingkan di seluruh organisasi Perseroan.

B. Risiko Operasional

Untuk mengelola risiko operasional, PT Vale juga memiliki sistem dan


perangkat yang melekat dalam proses-proses operasional sehari-hari.

• HAZAN (Hazard Analysis) merupakan prosedur untuk mengidentifikasi risiko yang


mungkin terjadi dalam pengembangan dan pengoperasian proyekproyek utam a,
sehingga risiko-risiko tersebut dapat ditangani semaksimal mungkin pada tahap
desain dan rekayasa proyek.
• HAZOP (Hazardous Operations) merupakan prosedur untuk mengidentifikasi risiko
yang mungkin terjadi pada saat modifikasi yang signifikan pada suatu peralatan atau

19
pemasangan peralatan baru, termasuk pengembangan rencana aksi untuk
mengurangi atau mengeliminasi risikorisiko tersebut.
• JSA (Job Safety Analysis) merupakan prosedur untuk menganalisa risiko-risiko
yang terkait dengan suatu pekerjaan lapangan yang spesifik sebelum pekerjaan
tersebut dilakukan, dan kemudian mengembangkan prosedur operasi standar yang
fokus kepada aspek keselamatan untuk mengurangi atau mengeliminasi risiko-
risiko tersebut. Prosedur-prosedur operasi standar tersebut diperbaharui secara rutin
selama pekerjaan dilakukan dan juga dibahas dalam sesisesi Safety Talks sebelum
giliran kerja.
• Safety Talks adalah sesi pertemuan seluruh personil operasional yang dilakukan
sebelum dimulainya suatu giliran kerja untuk mengingatkan kembali pentingnya
keselamatan kerja. Untuk fungsi-fungsi korporasi atau pendukung, pertemuan
diadakan secara mingguan.
• RAC (Critical Activity Requirements) merupakan serangkaian standar keselamatan
kerja yang dikembangkan melalui evaluasi atas aktivitasaktivitas berisiko tinggi.
Seluruh prosedur, peralatan, struktur dan aktivitas di PT Vale diwajibkan memenuhi
standar-standar ini. RAC merupakan penyempurnaan dari perangkat sebelumnya
yaitu Major Hazard Standards (MHS).
• GIP (General Induction Program) adalah program orientasi untuk meningkatkan
kesadaran akan keselamatan kerja secara umum. SSIP (Site Specific Induction
Program) adalah program orientasi untuk karyawan baru, kontraktor dan tamu yang
berkunjung mengenai aspek keselamatan kerja yang secara khusus terkait dengan
instalasiinstalasi spesifik yang akan dikunjungi.
• Mandatory Audits/Inspections adalah kegiatan audit/ inspeksi wajib yang harus
dilakukan oleh setiap personil pemimpin di Sorowako untuk menghentikan atau
mencegah kondisi dan/atau perilaku yang membahayakan. Setiap personil
pemimpin diharuskan menyelesaikan sejumlah tertentu audit/inspeksi setiap
tahunnya.
C. GOLDEN RULES
Golden rules merupakan aturan pokok (baku) yang diterapkan di PT. Vale
Indonesia untuk mencegah terjadi kecelakaan kerja yang sering menyebabkan
kecelakaan yang berakibat fatal pada perusahaan PT. Vale Indonesia, Aturan Baku
merupakan kumpulan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diikuti oleh
karyawan Vale dan kontraktor.

20
Aturan ini menunjukkan persyaratan minimal untuk melakukan pekerjaan dan
tidak menggantikan semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja lainnya.
Aturan ini adalah prinsip utama yang yang harus diterapkan pada semua karyawan.
Aturan ini dibuat untuk menunjukkan salah satu nilai Vale – “Kehidupan adalah Hal
Terpenting” – dan untuk MENYELAMATKAN NYAWA. Hal ini sudah umum pada
perusahaan dengan bahaya operasi yang tinggi untuk memiliki Aturan Baku global dan
standar. Aturan Baku membantu kita untuk tetap waspada. Sebelumnya tidak ada
Aturan Baku yang sama untuk Vale. Angka di bawah ini menunjukkan perbedaan
Aturan Baku yang dapat kita temukan di semua organisasi. Penyatuan Aturan Baku
secara global bertujuan untuk menghilangkan/ mengurangi fatality, insiden yang
Signifikan dan HiPo yang terkait dengan factor perilaku karyawan Vale, termasuk
kontraktor dan untuk menerapkan disiplin operasional dan pengelolaan perilaku
personal.
Aturan Baku Vale global akan diterapkan kepada semua departemen/ unit
bisinis tanpa kecuali. Semua Aturan Baku yang pernah dibuat sebelumnya oleh area/
unit bisnis sudah tidak berlaku lagi.

Apa tujuan penerapan 10 Aturan Baku dalam aktifitas rutin Vale sehari-hari?
✓ Menge nali perilaku yang diharapkan
✓ Mempromosikan lingkungan kerja yang aman
✓ Meningkatkan disiplin operasional
✓ Mempromosikan sikap yang aman dan memperkuat hak untuk menolak pekerjaan
✓ menghilangkan toleransi terhadap penyimpangan dalam cara kerja
✓ Membedakan Kesalahan dari Pelanggaran

21
Adapun penjelasan aturan baku tersebut sebagai berikut:
1. Bekerja di bawah pengaruh obat terlarang
Jangan melakukan pekerjaan ketika berada di bawah pengaruh alkohol, obat terlarang
dan zat lain yang dapat mengurangi kebugaran bekerja
Bekerja, mengoperasikan peralatan dan/ atau mengemudikan kendaraan (alat berat
atau kendaraan ringan) di bawah pengaruh alkohol dan/ atau narkoba, psikotropika &
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) berdasarkan verifikasi petugas yang berwenang.
Mengemudikan kendaraan ringan perusahaan (di luar jam kerja) di bawah pengaruh
alcohol dan atau narkoba, psikotropika & zat adiktif lainnya (NAFZA) yang melewati
batas yang diizinkanberdasarkan verifikasi petugas berwenang. Mengacu pada
kebijakan alcohol dan drugs PTVI.
2. Working at Heights
Jangan melakukan pekerjaan di atas ketinggian (> 1.8 m) tanpa pelatihan yang sesuai,
mendapat izin dan selalu gunakan safety harness yang dicantolkan ke titik jangkar yang
sesuai. Dilarang keras bekerja di ketinggian lebih dari 1,8 meter dari tanah, lantai kerja
atau scaffolding tanpa pelindung atau pencegah jatuh mis: standar hand rail atau harness
dan lanyard. Jangan melakukan pekerjaan di atas ketinggian (> 1.8 m) tanpa pelatihan

22
yang sesuai, mendapat izin dan selalu gunakan safety harness yang dicantolkan ke titik
jangkar yang sesuai.
3. Vehicles and Mobile Equipment
Jangan mengoperasikan kendaraan bermotor atau alat berat tanpa pelatihan yang sesuai,
mendapat kewenangan dan menggunakan peralatan keselamatan. Patuhi rambu lalu
lintas. Dilarang keras mengoperasikan kendaraan atau alat berat tanpa SIMPER PTVI
yang masih berlaku untuk alat tersebut, kecuali dalam program pelatihan oleh instruktur
resmi. Dilarang keras mengemudikan kendaraan melebihi 30 km/jam dari batas
kecepatan yang ditetapkan.
4. Lock and Tag ( isolasi dan penguncian)
Jangan melakukan pemeliharaan atau perbaikan pada instalasi atau peralatan tanpa
memastikan bahwa semua sumber energi ditelah diputus, identifikasi dan diperiksa
untuk dinyatakan sebagai “zero energy”. Memindahkan/ melepas personal lock dan
personal tag karyawan lain, kecuali jika persetujuan diperoleh secara tertulis dari KTT
atau yang diberi wewenang. Tidak mengikuti prosedur lock dan tag yang dapat
mengakibatkan cedera serius/ meninggal dunia atau kerugian property yang signifiakn
bagi perusahaan.
5. Lifting Loads ( pengangkatan beban)
Jangan menempatkan tubuh anda di bawah beban yang sedang tergantung atau
memasuki area yang dibatasi. Hanya boleh menggunakan alat angkat yang.
Mengangkat beban dengan alat angkat atau penopang tanpa mengikuti pelatihan
tentang alat angkat (rigging) dan tanpa memiliki lisensi alat angkat. Mengangkat beban
dengan alat angkat atau penopang tanpa mengikuti prosedur tentang alat angkat
(rigging). Bekerja/ berada di bawah suatu beban yang sedang diangkat oleh alat angkat
tersertifikasi.
6. Confined Spaces (ruang terbatas)
Jangan melakukan pekerjaan sendirian di dalam ruang terbatas, tanpa pelatihan,
kewenangan, izin kerja dan APD yang sesuai. Memasuki atau memerintahkan bawahan
untuk memasuki ruang terbatas tanpa mengikuti prosedur yang berlaku (CS entry permit) yang
dapat menyebabkan cedera serius atau kematian.
7. Restricted Areas ( Area terbatas)
Jangan memasuki area produksi, area tailing, gardu listrik atau area terlarang lain tanpa izin.
Memasuki area dengan jarak satu setangah kali terhadap tinggi permukaan material galian
lepas/ mudah longsor, kecuali berada di dalam kendaraan yang dilengkapi dengan struktur

23
pelindung kabin terhadap benda jatuh yang standar/ disetujui (FOPS) atau apabila JSA telah
dibuat dan disetujui untuk aktifitas tersebut. Memasuki daerah switch yard atau daerah
bertegangan tinggi (daerah tertutup atau berpagar) tanpa izin/ otorisasi, Memasuki area yang
sedang atau telah diisi dengan bahan peledak tanpa izin dari juru ledak yang sedang bertugas,
Memasuki area di mana sementara ada kegiatan pemangkasan/ penebangan pohon tanpa izin
dari pengawas.
8. Tools and Equipment (perkakas dan peralatan)
Jangan menggunakan alat, mesin atau peralatan yang rusak atau dimodifikasi untuk melakukan
pekerjaan. Supervisor (L1) tidak menyediakan dokumen perubahan (MoC) untuk sebuah
desain/ struktur, fasilitas atau peralatan kerja yang diklasifikasikan pekerjaan berisiko tinggi,
Melakukan instalasi dan menggunakan peralatan listrik, alat instrumentasi termasuk kabel
listrik yang tidak sesuai standar yang dapat mencederai manusia dan merusak peralatan lain.
9. Risk Analysis (analisis resiko)
Jangan melakukan pekerjaan jika tidak memahami risikonya dan memenuhi semua
pengendalian yang diwajibkan. Atasan tidak menginformasikan prosedur kerja yang
disyaratkan dan risiko pekerjaan serta memberikan pelatihan yang dapat mengakibatkan cedera
serius atau kerugian property perusahaan, Tidak mengikuti standar dan prosedur kerja sehingga
menyebabkan kecelakaan serius/ fatal atau kerugian yang berdampak besar terhadap
perusahaan.
10. Electronic Devices (perangkat elektronik)
Jangan menggunakan telepon seluler atau perangkat elektronik lain pada saat menggunakan
peralatan atau pada saat berada di area operasional yang tidak diizinkan dan pada saat menaiki
tangga atau menyeberang jalan.
Golden rules yang diterapkan di PT. Vale Indonesia, jika terjadi pelanggaran
pada golden rules tersebut maka sanksi yang akan didapatkan yaitu mendapatkan surat
peringatan/step 5 (berupa pemecatan), hal ini dilakukan karena berdasarkan
pengalaman kecelakaan kerja yang dapat menghambat proses produksi di PT. Vale
Indonesia, sehingga perusahaan mengeluarkan aturan baku tersebut untuk mengurangi
kerugian yang dialami perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja, baik itu kerugian
berupa kehilangan tenaga kerja maupun kerugian materi yang dialami perusahaan
akibat tersendaknya produksi dikarenakan kecelakaan kerja, karean di PT. Vale
Indonesia, jika terjadi kecelakaan kerja maka proses produksi akan terhenti sampai
proses investigasi kecelakaan tersebut diselesaikan.

24
D. Produktivitas di masa Pandemi
PT. Vale dimasa pendemi seperti saat ini untuk menjaga agar proses produksi tetap berjalan
sesaui yang diinginkan maka banyak kebijakan yang dilakukan agar target produksi tetap tercapai
walaupun dimasa pandemi seperti ini, diantaranya yaitu:

1. Perubahan jam kerja


Dimana jam kerja karyawan ada yang berubah seperti proses penjemputan karyawan yang
dahulunya proses penjemputan dilakukan satu kali, dimasa pandemi ini proses penjemputan
dilakukan 2 kali, untuk menghindari kontak dalam artian agar didalam bus jarak tetap terjaga
(social distancing), hal ini juga menyebabkan jam kerja mengalami sedikit perubahan.
2. Melakukan proses home office, atau bekerja dari rumah bagi karyawan yang dapat melakukan
pekerjaannya dari rumah, hal ini dilakukan untuk menghindari terjdinya kondisi orang yang
berkumpul,dan untuk mencegah atau menghambat penyebaran virus covid-19
3. Menyediakan sarana tempat cuci tangan bagi karyawan yang akan masuk dan akan pulang
bekerja.
4. Setiap karyawan sebelum memasuki area pabrik wajib melakukan pemeriksaan suhu tubuh,
jika ada yang melebihi dari yang distandarkan maka langsung akan disarankan umtuk
melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
5. PT.Vale Indonesia juga melakukan proses rapid test kepada seluruh karyawan yang berada pada
ruang lingkup PT.Vale Indonesia secara rutin, semua biaya tersebut ditanggung oleh PT.Vale
Indonesi, hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mendeteksi virus Covid-19 dan mencegah
penyebaran virus tersebut agar tidak menyebar pad daerah kerja PT.Vale Indonesia, karena
akan menyebabkan kerugaian yang sangat besar terhadap perusahaan.

BAB IV
KESIMPULAN

25
1. Keselamatan kerja di PT.Vale Indonesia sangat berpengaruh terhadap
produktivitas pabrik, oleh karena itu PT.Vale Indonesia melaukan bebagai
upaya untuk menekan terjadinya kecelakaan kerja, dan sampai saat ini PT. Vale
Indonesi telah memberlakukan aturan baku yaitu Golden Rules.
2. Di PT.Vale Indonesia jika terjadi kecelakaan baik itu karena Tindakan yang
tidak aman ataupun perilaku yang tidak aman, maka akan menyebabkan
kerugian yang sangat besar terhadap perusahaan dikarena proses produksi akan
terhenti sejenak untuk melakukan investigasi penyebab terjadinya kecelakaan,
kerugian yang dialami perushaan bisa berupa kehilangan tenaga kerja,
kehilangan waktu kerja, biaya pengobatan dan masih banyak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

• SAPUTRA, Andri. Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT.
Buran Nusa Respati di Kecamatan Anggana Kabupaten Kukar. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 2014, 2.3:

26
3059-3069.
• PUTRI, Nikita Kinanti; SARY, Fetty Poerwita. Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas
Karyawan Pabrik Cold Rolling Mill Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk. eProceedings of Management,
2015, 2.1.

• DEPT. EHS(Enviroment, Health, safety) PT VALE INDONESIA

27

Anda mungkin juga menyukai