Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN AKTUALISASI

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN


PEMAHAMAN PASIEN TENTANG CARA PENGGUNAAN
INHALER DAN TURBUHALER PADA RUANG PERAWATAN
PARU DI RSUD LANGSA

DI SUSUN OLEH :
MAULIANA
KELAS II/NO. ABSEN 017

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA


MANUSIA ACEH

2019
BAB I
PROFIL INSTANSI

1.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum Daerah Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh
Pemerintah Kolonial Belanda diatas areal tanah seluas ± 35.800 M2 , yang
merupakan Rumah Sakit rujukan atas mata rantai sistem kesehatan di Pemerintah
Kota Langsa. Berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia Nomor :
51/Men.Kes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status menjadi
Rumah Sakit dalam klasifikasi type C, kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan
klasifikasinya menjadi Rumah Sakit type B Non pendidikan berdasarkan Surat
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997
tanggal 20 Mei 1997. Kemudian berdasarkan Kepres No. 40 tahun 2001 berubah
status menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa dan telah juga ditetapkan
dengan Qanun Pemerintah Kota Langsa No. 5 Tahun 2005, dan Qanun
Pemerintah Kota Langsa No.10 Tahun 2009 tentang rincian pokok dan fungsi
pemangku jabatan struktural dilingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Langsa. RSUD Kota Langsa berdasarkan keputusan Walikota Langsa nomor
450/900/2014 telah ditetapkan penerapan status pola pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum Daerah secara penuh pada RSUD Kota Langsa terhitung mulai
01 Juli 2014.
1.2 Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dari Masa ke Masa
Berikut pimpinan RSUD Langsa terdahulu sampai dengan sekarang :
a. dr. I Made Bagistra (1940 s/d 1950)
b. dr. Thierfelder (1950 s/d 1960)
c. dr. Setia Budi (1961 s/d 1969)
d. dr. Saleh Hasyim (1970 s/d 1977)
e. dr. H. T. Hanafiah MS (1977 s/d 1980)
f. dr. T. Syamaun Yusuf (1980 s/d 1990)
g. dr. Dayeng S (1990 s/d 1997)
h. dr. H. Azwan H Lubis (1997 s/d 2005)
i. dr. Furqan, Sp. B (2005 s/d 2007)
j. dr. T. Razif, Sp. A (2007 s/d 2010)
k. dr. Zahari, Sp. THT (2010 s/d 2012)
l. dr. Herman I ( 2012 s/d 2016 )
m. dr. Syarbaini, M. Kes ( 2016 s/d 2017 )
n. dr. Fardhiyani ( 2017 s/d sekarang )
1.2 Letak Geografis dan Denah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Kota Langsa merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
terletak pada 04O 24’35,68” – 04O 33’27,03” Lintang Utara dan 97O 53’14,59” –
98O 04’42,16” Bujur timur. Luas Wilayah keseluruhan 262,41 Km2, Panjang garis
Pantai 16 Km dengan Batasan Wilayah Kota Langsa.
Adapun lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa yang terletak di
Kecamatan Langsa Kota, dengan status pemilikan Pemerintahan Kota Langsa,
yang berdasarkan wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
 Sebelah Barat berbatasan dengan Birem Bayeun Kab. Aceh Timur
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Birem Bayeun Kab. Aceh Timur
 Sebelah Timur Berbatasan dengan Kec. Manyak Payed Kab. Aceh
Tamiang

Gambar.1 Lokasi RSUD Langsa


Gambar. 2 Denah RSUD Langsa

1.3 Visi, Misi Dan Motto Rumah Sakit


1.3.1 Visi
Menggambarkan potret Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada 5 tahun
mendatang dari hasil pengolahan bersama seluruh organisasi dengan
mempertimbangkan komposisi produk, segmen market, tingkat kompetisi yang
ada, cakupan pelayanan dan aspek keuangan

Adapun visi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa adalah:

“RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA MENJADI RUMAH


SAKIT UNGGULAN DI WILAYAH TIMUR ACEH”

1.3.2 Misi
Merupakan suatu yang menggambarkan norma dan nilai dasar yang harus
dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.
Adapun misi pada Rumah Sakit Umum Daerah Langsa adalah :
 Meningkatkan kualitas pelayanan individu yang prima secara
berkesinambungan
 Melakukan pengelolaan Rumah Sakit dengan menggunakan prinsip bisnis
sehat
 Memberikan pelayanan unggulan, pengembangan dan penelitian
Traumatologi, Kebidanan, Anak dan Penyakit dalam
 Sebagai pendukung utama dalam meningkatkan derajat kesehatan di
wilayah Timur Aceh pada umumnya dan Kota Langsa pada khususnya
 Membentuk jaringan pelayanan kesehatan dengan seluruh fasilitas
pelayanan primer di Kota Langsa melalui pelayanan dengan sistem
rujukan yang terkoordinasi
1.3.3 Nilai
 Dalam memberikan pelayanan harus mengutamakan kerjasama,
kekompakan dan keterbukaan
 Dalam bekerja senantiasa berpatokan pada aturan dan prosedur yang
berlaku
 Dalam memberikan pelayanan mengutamakan pelayanan yang bermutu,
cepat, tepat dan efisien
1.3.4 Falsafah
“Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan perseorangan yang
berdasarkan keramahtamahan”
1.3.5 Motto
SERAMBI (Senyum, Efisien, Ramah, Aman, Mudah, Bermutu, Islami)
S : SENYUM
E : EFISIEN
R : RAMAH
A : AMAN
M : MUDAH
B : BERMUTU
I : ISLAMI
1.4 Susunan Struktur Organisasi RSUD Langsa
Struktur Organisasi RSUD Langsa diatur sesuai dengan Peraturan
Walikota Langsa No. 66 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Kota Langsa dan dapat
dilihat sebagai berikut:
1.5 Tugas dan Fungsi Pokok
Adapun uraian tugas dan fungsi yang diberikan selama bertugas menjadi
Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa adalah sebagai berikut:
1.5.1 Tugas Pokok
 Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
 Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
 Melaksanakan Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
 Memberi pelayanan bermutu melalui analisan dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
 Melakukan pengawasan berdasarkan aturan – aturan yang berlaku.
 Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
 Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
 Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
1.5.1 Fungsi
1. Pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai
a. Memilih perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
d. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
e. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit- unit pelayan di rumah
sakit
2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Rekonsiliasi Obat
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
e. Konseling
f. Visite
g. Pemantauan terapi obat
h. Monitoring efek samping obat (MESO)
i. Evaluasi Penggunaan Obat
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI
2.1 Landasan Teori
Sistem pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan (Diklat) Pelatihan Dasar Pola
Terintegrasi menuntut setiap peserta Diklat Latsar untuk mengaktualisasikan nilai-nilai
dasar profesi PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi yang diakronimkan menjadi ANEKA.

2.1.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang ASN
adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik antara lain adalah:

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok
dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan ASN dalam politik praktis.
c. Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Terdapat 9 (Sembilan) nilai dasar Akuntabilitas, yaitu:
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
2. Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok/instansi.
3. Integritas
Integritas adalah keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
5. Keadilan
Keadilan kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan
serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil
yang diharapkan.
9. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah pondasi bagi Aparatur Sipil Negara untuk
mengaktualisasikan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dengan orientasi
mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Atau sering juga diartikan
sebagai paham kebangsaan. Nilai-nilai dasar Nasionalisme adalah:
A. Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbedabeda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
B. Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
C. Ketiga: Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
D. Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyarawatan / Perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
E. Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

2.1.3 Etika Publik


Etika publik merupakan refleksi tentang standar/ norma yang menentukan
baik/ buruk, benar/ salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni
sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yan
berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang ASN, yakni sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
1. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
2. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
4. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
5. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
6. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
7. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
8. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
9. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
10. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
11. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
12. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem dan karir demokratis sebagai perangkat sistem
karir.
2.1.4 Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada oranglain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi
pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa
ukran baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai negeri
sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan
kepada stakeholder. Nilai nilai dasar dari komitmen mutu adalah :
Indikator komitmen mutu meliputi:
1) Orientasi mutu, berkomitmen untuk senantiasa melakukan pekerjaan
dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
2) Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa pemborosan sumber daya dan hemat waktu
3) Efektif adalah berhasil guna, menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja.
4) Inovatif adalah suatu yang baru sebagai perwujudan ide kreatifitas untuk
meningkatkan mutu pelayanan.

2.1.5 Anti Korupsi

Korupsi secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Kata
kunci untuk menjauhkan diri dari korupsi adalah internalisasi integritas pada diri
sendiri dan hidup atau bekerja dalam lingkungan yang menjalankan integritas
dengan baik. Identifikasi nilai dasar anti korupsi memberikan nilainilai dasar anti
korupsi yang prioritas dan memiliki signifikansi yang tinggi bagi kita. Nilai – nilai
dasar anti korupsi penting untuk mencegah terjadinya korupsi dan mendukung
prinsip – prinsip anti korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran,
kebijakan dan kontrol kebijakan supaya semua dapat berjalan dengan baik serta,
untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi. Adapun Nilai – nilai dasar
anti korupsi adalah meliputi:
1) Kejujuran Menurut Sugono (2008) kata jujur dapat didefinisikan
sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah
satu sifat yang sangat penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat
jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
2) Kepedulian Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai
dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
3) Kemandirian Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain
untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan karakter
kemandirian pegawai dituntut untuk mengerjakan semua tanggung
jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain.
4) Kedisiplinan Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
(Sugono, 2008). Manfaat dari hidup yang disiplin adalah kita dapat
mencapai tujuan hidup dengan waktu yang lebih efisien, dan juga dapat
membuat orang lain percaya dalam mengelola suatu kepercayaan.
5) Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya (kalau terjadi apa – apa boleh dituntut, dipersalahkan
dan diperkarakan) (Sugono: 2008). Tanggung jawab adalah menerima
segala sesuatu perbuatan yang salah baik itu disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah yang
telah dilakukan.
6) Kerja Keras Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya
tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
7) Sederhana Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan parameter penting
dalam menjalin hubungan antara sesama karena prinsip ini akan
mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egosi
dan juga menghindari dari keinginan yang berlebihan.
8) Keberanian Keberanian diperlukan untuk mencapai kesuksesan, untuk
mengembangkan sikap keberanian demi mempertahankan pendirian
dan keyakinan harus mempertimbangkan masalah dengan sebaik –
baiknya.Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain sebagainya.
9) Keadilan Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Nilai keadilan dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan
pujian yang tulus kepada yang berprestasi, memberikan saran perbaikan
dan semangat pada yang tidak berprestasi, tidak memilih kawan
berdasarkan latar belakang sosial dan lain – lain.
2.2 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
Terdapat 3 (tiga) nilai dasar yang harus ASN terapkan dalam agenda
kedudukan dan peran pegawai negeri sipil (PNS) dalam NKRI, meliputi
Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik.
Penjelasan dari masing-masing nilai dasar tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.1 Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
Hak PNS sesuai dengan ketentuan dalam UU ASN adalah PNS berhak
memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3) jaminan pensiun dan
jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan 5) pengembangan kompetensi.
Sedangkan kewajiban dan tanggung jawab pegawai ASN disebutkan
dalam UU ASN adalah: 1) setia dan taat pada pancasila, undang-undang dasar
negara republik indonesia tahun 1945, negara kesatuan republik indonesia, dan
pemerintah yang sah; 2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 3)
melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4)
menaati ketentuan peraturan perundang undangan; 5) melaksanakan tugas
kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; 7)
menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 8) bersedia
ditempatkan di seluruh wilayah negara kesatuan republik indonesia.
2.2.2 Pelayanan Publik
Pelayanan publik yang baik didasarkan pada prinsip-prinsip yang
digunakan untuk merespon berbagai kelemahan yang melekat pada tubuh
birokrasi. Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
1. Partisipatif. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik
yang diselenggarakan tersebut.
3. Responsif. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak
hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
4. Tidak diskriminatif. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
5. Mudah dan Murah. Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat
harus memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal
dan mudah untuk dipenuhi.
6. Efektif dan Efisien. Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan
mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam
jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan
prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
7. Aksesibel. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik
(dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang
ditemukan, dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang
terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat
untuk mendapatkan layanan tersebut.
8. Akuntabel. Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga
negara melalui pajak yang mereka bayar.
9. Berkeadilan. Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting
adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh
warga negara yang lain.
2.2.3 Whole of Goverment
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya- upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuantujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh
karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.
Ada 3 (tiga) alasan yang menyebabkan WOG menjadi penting dan tumbuh
sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah, yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor eksternal
Seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program
pembangunan, dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih baik.
2. Faktor internal
Dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai
akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan.
3. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta
bentuklatar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi
bangsa.
Terdapat beberapa cara pendekatan WOG yang dapat dilakukan,
baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal, yaitu sebagai
berikut:
1. Penguatan koordinasi antar lembaga
2. Membentuk lembaga koordinasi khusus
3. Membentuk gugus tugas
4. Koalisi sosial
Jenis pelayanan publik yang dikenal dengan pendekatan WoG adalah:
1. Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif. Pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga
masyarakat.
2. Pelayanan Jasa. Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya.
3. Pelayanan Barang. Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga massyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan,
jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.
4. Pelayanan Regulatif. Pelayanan melalui penegakan hukuman dan
peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur
sendi-sendi kehidupan masyarakat.
2.3 Penggalian Core Issue
2.3.1 Deskripsi Isu/ Situasi Problematik
Sistem pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan (Diklat) Prajabatan
Pola Integrasi atau yang disebut Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Formasi
Golongan III menuntut setiap peserta Diklat Latsar untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang diakronimkan menjadi ANEKA. Selain
nilai ANEKA tersebut peserta Latsar juga untuk mengintegrasi nilai Manajemen
ASN, Pelayanan Publik dan Whole of Government dalam kegiatan kerjanya di
instansi masing-masing atau yang disebut dengan Aktualisasi.
Rancangan aktualisasi ini dimulai dengan mengidentifikasi isu yang muncul
pada instansi kerja penulis, yaitu di Instalasi Farmasi bagian Rawat Inap Pasien.
Isu muncul dari berbagai sumber, yaitu : 1) Hasil observasi dan pengalaman
penulis selama masa percobaan (CPNS), 2) Tugas pokok dan fungsi penulis
sebagai apoteker dan 3) Sasaran kinerja pegawai.
Beberapa isu yang muncul dari sumber-sumber diatas kemudian di
inventarisir dengan mengkategorikannya kedalam tiga prinsip ASN yaitu ; 1)
Manajemen ASN, 2) Pelayanan Publik, dan 3) Whole of Government (WoG).
Langkah selanjutnya adalah penulis mengkonsultasikan isu yang telah
teridentifikasi kepada rekan sejawat, Kepala Instalasi Farmasi, Coach dan Mentor
untuk kemudian dapat di analisis secara mendalam sehingga terpilihlah sebuah
core issue.
Berdasarkan alur tersebut, maka didapatkanlah 6 buah isu yang telah
diidentifikasi dan terkategorisasi dengan prinsip ASN, sebagai berikut : 1)
Kurangnya pemahaman visi dan misi program studi oleh civitas akademika 2)
Kurang optimalnya kegiatan pembimbingan akademik 3) Kurangnya nilai soft
skill (etika) mahasiswa yang berlandaskan budaya academik dan nilai-nilai
karakter bangsa dalam kehidupan sehari-hari di kampus 4) Kurangnya
kemandirian belajar mahasiswa dalam Meningkatkan kompetensi diri 5) Belum
maksimalnya pengelolaan perpustakaan bagian dan 6) Kurangnya keterlibatan
mahasiswa dalam penelitian dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dosen
masih sangat minim.
Dengan definisi operasional isu yang telah ditetapkan, akan
menggambarkan kesenjanganan antara kondisi realita dan kondisi ideal yang
diharapkan oleh stakeholder. Hasil penilaian berdasarkan alat bantu penetapan
kriteria dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil Penetapan kualitas isu dengan AKPK

Kriteria AKPK Total


No Isu Ranking
A K P K Skor

1. Kurangnya pengetahuan dan


pemahaman pasien tentang cara
penggunaan inhaler dan
5 5 5 5 20 1
turbuhaler pada ruang perawatan
paru di RSUD Langsa (PP)

2. Kurang optimalnya sistem


pengendalian kartu stok obat di
instalasi farmasi rawat inap RSUD 5 5 5 4 19 2
Langsa (MA)

3. Belum optimalnya Komunikasi


Informasi dan Edukasi (KIE)
tentang kepatuhan minum Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) pada 4 4 5 5 18 3
pasien tuberkulosis di RSUD
Langsa (PP)

4. Kurangnya pelaksanaan pengkajian


resep pasien rawat Inap di RSUD 5 5 4 3 17 4
Langsa (PP)
5. Kurangnya pemahaman pasien DM
tentang aturan minum obat 4 4 4 4 16 5
antidiabetes oral (PP)
6 Rendahnya pemahaman pasien
tentang penggunaan antibiotik yang 3 4 4 4 15 6
rasional (PP)

Keterangan Tabel:
A : Aktual
K : Kekhalayakan
P : Problematik
K2 : Kelayakan
MA : Manajemen ASN
PP : Pelayanan Publik
2.3.2 Analisis Isu/Situasi Problematik
Guna mencapai core issue, diperlukan upaya untuk menganalisis secara
mendalam kualitas masing-masing isu. Proses identifikasi isu tersebut
menggunakan dua alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Kriteria pertama
adalah APKL (Aktual, Probematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan). Aktual
artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan solusinya. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Sedangkan Kelayakan artinya isu yang masuk akal dan realistis
serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Kriteria kedua adalah USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). Urgency
artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti.
Seriousness merujuk pada seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang ditimbulkan.
Growth menekankan pada seberapa besar kemungkinan memburuknya isu
tersebut jika tidak ditangani segera. Rentang penilaian yang digunakan pada
matriks USG adalah dengan memberikan skor 1-5, semakin tinggi skor
menunjukkan bahwa isu tersebut sangat urgen dan sangat serius untuk segera
ditangani.
Bobot nilai pada kedua metode tersebut diberikan penulis secara objektif
dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu : Hasil Konsultasi, Analisis
Teoritis dan Analisis Strategis Organisasi. Hasil konsultasi merujuk pada
rekomendasi yang didapatkan penulis dari rekan sejawat, Kabag, Mentor dan
Coach. Analisis teoritis merujuk pada sudut pandang teori yang dapat menjadi
prediksi berkembangnya isu, sedangkan analisis strategis organisasi dilakukan
dengan mempertimbangkan dampak isu terhadap citra organisasi. Hasil penilaian
dengan alat bantu USG dapat dilihat pada Tabel 3.

Dalam pelaksanaan aktualisasi, peserta dituntut untuk menemukan core


issue yang menjadi permasalahan pokok dalam instansinya. Dalam menemukan
Core Issue pada instasi penulis yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
Penulis menggunakan Metode USG. Metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan
perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Skala Urgency USG

Angka Pengaruh

1 Sangat Rendah/Sangat Kecil


2 Rendah/Kecil
3 Sedang/Cukup
4 Tinggi/Besar
5 Sangat Tinggi/Sangat Besar

Urgency yaitu seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan


dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. Seriousness yaitu seberapa
serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Dan growth yaitu seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu
tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan.
Dalam menjalankan beberapa tugas pokok dan fungsi ada beberapa isu
yang ditemukan di lapangan antara lain sebagai berikut
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang cara
penggunaan inhaler dan turbuhaler pada ruang perawatan paru di
RSUD Langsa.
2. Kurang optimalnya sistem pengendalian kartu stok obat di instalasi
farmasi rawat inap RSUD Langsa
3. Belum optimalnya Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis
di RSUD Langsa
Penetapan kriteria suatu isu didasarkan pada hasil analisis yang
menetapkan suatu permasalahan memenuhi syarat sebagai suatu isu atau bukan.
Penentuan tersebut dapat menggunakan menggunakan metode USG. Analisa isu
yang mempunyai dampak jika tidak segera dipecahkan adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang cara
penggunaan inhaler dan turbuhaler pada ruang perawatan paru di
RSUD Langsa. Jika isu ini tidak diatasi maka outcome pengobatan
pasien tidak tercapai. Pelaksanaan pelayanan informasi obat
merupakan kewajiban farmasis yang didasarkan pada kepentingan
pasien, dimana salah satu bentuk pelayanan informasi obat yang wajib
diberikan oleh tenaga farmasis adalah pelayanan informasi yang
berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan
penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional. Jika pasien tidak
tepat dalam menggunakan inhaler/turbuhaler maka dosis obat yang
diharapkan memberi efek terapi tidak mencapai terget pengobatan,
sehingga tujuan pengobatan tidak tercapai yang akan berdampak pada
penurunan kualitas hidup pasien dengan gangguan pernapasan.
2. Kurang optimalnya sistem pengendalian kartu stok obat di instalasi
farmasi rawat inap RSUD Langsa. Jika isu ini tidak diatasi akan
berdampak terhadap proses pengelolaan obat. Ketidaksesuaian antara
jumlah obat dalam kartu stok dengan jumlah fisik obat dapat
mengakibatkan terjadinya kekosongan obat atau penumpukan jumlah
stok obat sehingga berdampak pada terhambatnya pelayanan obat
kepada pasien dan/ peningkatan pemeliharaan stok obat berlebih
untuk mencegah terjadinya kerusakan obat dan obat kadaluarsa.
3. Belum optimalnya Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien
tuberkulosis di RSUD Langsa. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE) sebagai bentuk kegiatan komunikasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien terhadap kepatuhan minum
Obat Anti Tuberkulosis. Jika isu ini tidak diatasi, maka akan
berdampak terhadap kegagalan terapi OAT sehingga peningkatan
kualitas hidup pasien tidak tercapai.
Untuk memilih isu dari semua permasalahan di atas, maka dilakukan analisis
core issue untuk menyaring keempat permasalahan utama menjadi satu core issue
yang akan diangkat menjadi permasalahan dalam aktualisasi ini.
Tabel 2.2 Identifikasi isu berdasarkan Kriteria USG (analisis core isu)

No Isu U S G Total

1 Kurangnya pengetahuan dan pemahaman 5 5 4 14


pasien tentang cara penggunaan inhaler dan
turbuhaler pada ruang perawatan paru di
RSUD Langsa (PP)

2 Kurang optimalnya sistem pengendalian kartu 4 5 3 12


stok obat di instalasi farmasi rawat inap RSUD
Langsa (MA)

3 Belum optimalnya Komunikasi Informasi dan 3 3 4 10


Edukasi (KIE) tentang kepatuhan minum Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) pada pasien
tuberkulosis di RSUD Langsa (PP)

Keterangan
U: Urgensi; S: Serious; G: Growth
Interval penentuan prioritas
Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 2: tidak mendesak/gawat dan dampak
Angka 3: cukup mendesak/gawat dan dampak;
Angka 4: mendesak/gawat dan dampak
Angka 5; sangat mendesak/gawat dan dampak

Isu Yang Diangkat


Dari hasil analisis USG diatas maka yang menjadi core isu pada
aktualisasi ini adalah “Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien
tentang cara penggunaan inhaler dan turbuhaler pada ruang perawatan
paru di RSUD Langsa.”

Gagasan Pemecahan Isu


Adapun yang menjadi gagasan pemecah isu adalah “Upaya
Peningkatan Pengetahuan Dan Pemahaman Pasien Tentang Cara
Penggunaan Inhaler Dan Turbuhaler Pada Ruang Perawatan Paru di
RSUD Langsa.” Berdasarkan isu tersebut, penulis mengangkat beberapa
kegiatan yang menjadi fokus pembenahan dalam permasalahan di RSUD Langsa.
2.4 Tahapan Kegiatan dan Output

Unit Kerja : Rumah Sakit Umum Daerah Langsa


1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang cara penggunaan inhaler dan turbuhaler
Identifikasi isu :
pada ruang perawatan paru di RSUD Langsa
2. Kurang optimalnya sistem pengendalian kartu stok obat di instalasi farmasi rawat inap RSUD Langsa.
3. Belum optimalnya Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang kepatuhan minum Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis di RSUD Langsa
Kurangnya Pengetahuan Dan Pemahaman Pasien Tentang Cara Penggunaan Inhaler Dan
Isu yang diangkat :
Turbuhaler Pada Ruang Perawatan Paru Di RSUD Langsa

Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Pemahaman Pasien Tentang Cara Penggunaan


Gagasan Pemecahan Isu : Inhaler, Turbuhaler dan/ Breezhaler Pada Ruang Perawatan Paru Di RSUD Langsa

Tabel 2.3 Tahapan Kegiatan dan Output


Kontribusi
Keterkaitan subtansi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil terhadap Visi -
mata pelatihan Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Menetapkan dan 1. Menyusun dan menetapkan - Draft rencana - Saya akan menyusun Dengan menerapkan Kegiatan ini
rencana serta menemui nilai-nilai dasar
menyusun rencana serta - Bertemu atasan kerangka Daftar mengandung nilai-
direktur Rumah Sakit ASN dalam
Melakukan koordinasi diruangannya (bukti foto dan Rincian Kegiatan melaksanakan nilai organisasi
rencana kegiatan
rencana kegiatan dengan portofolio) dengan bahasa yang yaitu
aktualisasi ini,
atasan baik sesuai EYD dan maka dapat - Dalam
berkontribusi
jelas (Akuntabilitas memberikan
tercapainya misi
dan Nasionalisme). RSUD Langsa yaitu: pelayanan harus
- Meningkatkan
Lalu menetapkan mengutamakan
kualitas pelayanan
kebutuhan sesuai kerjasama,
individu yang
dengan kebutuhan di kekompakan dan
prima secara
lapangan dengan keterbukaan
berkesinambungan
lengkap dan jelas, tidak - Dalam bekerja
- Sebagai
melebih-lebihkan senantiasa
pendukung utama
kebutuhan dan berpatokan pada
dalam
menjauhi pemborosan aturan dan
meningkatkan
memastikan kegiatan prosedur yang
derajat kesehatan
tepat saran (Anti berlaku
di wilayah Timur
korupsi, dan - Dalam
Aceh pada
Komitmen mutu) memberikan
umumnya dan
- Saya mengucap salam pelayanan
Kota Langsa pada
dan bersikap sopan mengutamakan
khususnya
dan ramah saat pelayanan yang
menemui atasan (Etika bermutu, cepat,
Publik) tepat dan efisien

Mendapatkan izin
2. Meminta izin dan Saya akan meminta izin
(Rencana bukti: Foto
mengkoordinasikan kegiatan dan Surat Izin) secara sopan dan santun
dengan kepala instalasi
farmasi serta menggunakan
bahasa Indonesia yang
baik dan benar tentang
rincian kegiatan dengan
jelas secara lisan dan
tertulis (Etika publik,
Nasionalisme dan
Akuntabilitas) lalu
mengkoordinasikan
kegiatan dengan kepala
instalasi farmasi (WOG)

Saya akan memaparkan


3. Menjelaskan maksud dan Direktur Rumah
tujuan dengan menunjukan Sakit mengetahui rencana kegiatan kepada
rancangan kegiatan apa tujuan dan siapa
Direktur Rumah Sakit
sasaran dari kegiatan
tersebut (Rencana dengan jelas
bukti: Foto)
(Akuntabilitas) serta
dengan mengunakan
bahasa yang sopan,
santun dan ramah (Etika
Publik), sehingga
Direktur Rumah sakit
mengetahui maksud dan
tujuan kegiatan tersebut
(Akuntabilitas)

2 Meminta izin dan 1. Menemui Kepala Instalasi Mendapatkan izin Saya akan meminta
Farmasi dan meminta izin (Rencana bukti: Foto
melakukan konsultasi izin secara sopan dan
diruangannya dan Surat Izin)
dengan Kepala Instalasi santun serta
Farmasi terkait rencana menggunakan bahasa
kegiatan yang akan Indonesia yang baik
dilakukan dan benar tentang
rincian kegiatan dengan
jelas secara lisan dan
tertulis (Etika publik,
Nasionalisme dan
Akuntabilitas) lalu
mengkoordinasikan
kegiatan dengan kepala
instalasi farmasi
(WOG)
2. Menjelaskan maksud dan Kepala instalasi Saya akan memaparkan
tujuan dengan menunjukan farmasi mengetahui
rencana kegiatan kepada
rancangan kegiatan apa tujuan dan siapa
sasaran dari kegiatan kepala instalasi farmasi
tersebut (Rencana
dengan jelas
bukti: Foto)
(Akuntabilitas) serta
dengan mengunakan
bahasa yang sopan,
santun dan ramah (Etika
Publik), sehingga
kepala instalasi farmasi
mengetahui maksud dan
tujuan kegiatan tersebut
(Akuntabilitas)
Saya akan lebih Saya akan berdiskusi
3. Meminta masukkan dari
kepala instalasi farmasi paham dalam dengan kepala instalasi
mengenai kegiatan yang akan
melakukan kegiatan farmasi dengan sopan,
dilakukan
ini (Rencana bukti: santu dan ramah (Etika
foto) publik) dan
menghormati keputusan
yang diberikan oleh
pimpinan yang nantinya
akan saya lakukan
dengan penuh tanggung
jawab dan amanah
(Akuntabilitas)

3 Mempersiapkan bahan 1. Berdiskusi dengan rekan kerja Saya akan mendapat Saya mendapatkan
dan/ sejawat dokter di mengenai informasi informasi yang jelas,
dan keperluan rencana
Instalasi Farmasi Rawat Inap yang dibutuhkan akurat dan terpercaya
kegiatan dan Ruang Perawatan Paru di untuk kegiatan ini dari rekan kerja dan
RSUD Langsa (Rencana bukti: sejawat dokter untuk
Foto dan Absensi) kegiatan di Ruang
Perawatan Paru
(Nasionalisme, etika
publik, Akuntabilitas,
WOG dan Manajemen
ASN)
Saya bekerja dengan
2. Membuat lembar PIO dan Mendapatkan form
penuh tanggung jawab
konseling pasien pada saat lembar PIO dan
dalam hal pembuatan
kegiatan tersebut konseling pasien
lembar PIO dan
(Rencana bukti: forto
konseling pasien dengan
polio)
mengunakan bahasa
EYD (Nasionalisme)
serta mengunakan
bahasa yang mudah
dimengerti sehingga
didapatkan informasi
yang jelas dan akurat.
(Komitmen mutu,
Akuntabilitas dan
WOG)

3. Membuat brosur/leaflet Mendapatkan Brosur


Saya bekerja dengan
tentang cara penggunaan dan leaflet dalam
penuh tanggung jawab
inhaler, breezhaler dan bentuk softfile
dalam hal pembuatan
turbuhaler (Rencana bukti: foto
lembar brosur
brosur atau leaflet
dan/leaflet dengan
dalam bentuk pdf)
mengunakan bahasa
EYD (Nasionalisme)
serta mengunakan
bahasa yang mudah
dimengerti sehingga
didapatkan informasi
yang jelas dan akurat.
(Komitmen mutu,
Akuntabilitas dan
WOG)
4. Menentukan jadwal kegiatan Kalender kegiatan Saya akan
(Rencana bukti: mengkoordinasikan
Foto, portofolio) dengan kepala instalasi
farmasi mengenai
jadwal kegiatan secara
rinci dengan bahasa
yang baik dan benar,
secara sopan dan santun
serta jelas, sehingga
kegiatan dapat
terstruktur dengan baik
dan lancar (WOG,
pelayanan publik,
managemen ASN,
Akuntabilitas, Anti
korupsi dan
Nasionalisme)

5. Mencetak brosur/leaflet Lembaran


Saya mendesain dan
brosur/leaflet
menarik mengenai cara
(Rencana bukti foto: mencetak brosur yang
penggunaan inhaler, printout brosur atau
menarik minat baca
leaflet)
turbuhaler dan breezhaler
menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan
benar dengan biaya
sendiri tanpa
menuntut ganti rugi
pada pemerintah
(Anti Korupsi dan
Komitmen mutu)

4 Melakukan visit 1. Memperkenalkan diri kepada Pasien dan/ Saya akan mendatangi
pasien dan keluarganya keluarganya pasien dan
(kunjungan) pasien oleh
mengetahui identitas memperkenalkan diri
apoteker di Ruang Apoteker (Rencana kepada pasien dengan
bukti: Foto dan senyum, sapa dan salam
Perawatan Paru
Video) serta menjelaskan
maksud dan tujuan
kunjungan (visit) secara
jelas, tidak berbelit-belit
dan menggunakan
bahasa Indonesia yang
baik dan benar

2. Menggali permasalahan Mendapatkan


pasien terkait penyakit dan informasi mengenai
penggunaan penggunaan obat kondisi klinis pasien
dan terapi
pengobatan yang
diterima (Rencana
bukti: Foto dan
video)

3. Memberikan edukasi terkait Pasien paham


pengobatan pasien tentang terapi obat
yang digunakan
(Rencana bukti: Foto
dan/ Video)

5 Melakukan Pelayanan 1. Mengidentifikasi pasien yang Mendapatkan


menggunakan inhaler maupun informasi pasien
Informasi Obat (PIO)
turbuhaler dan/ breezhaler di pengguna inhaler
kepada pasien dan Ruang Perawatan Paru maupun turbuhaler
dan/ breezhaler
keluarga pasien di Ruang
(Rencana bukti: Foto
Perawatan Paru dan resep pasien)

2. Memberikan brosur/leaflet Pasien mendapatkan


cara penggunaan selebaran
inhaler/turbuhaler/breezhaler brosur/leaflet
kepada pasien atau keluarga (Rencana bukti:
pasien Foto)

3. Menjelaskan dan Pasien paham


memperagakan kepada penjelasan yang
pasien tentang cara disampaikan
penggunaan penggunaan (Rencana bukti:
inhaler maupun turbuhaler Foto)
dan/ breezhaler
4. Meminta pasien untuk Pasien mengerti dan
mengulangi kembali paham cara
penjelasan yang telah penggunaan inhaler
diberikan (evaluasi maupun turbuhaler
pemahaman pasien) dan/ breezhaler

Terjawabnya
5. Menjawab pertanyaan pasien masalah pasien
dan/ keluarganya (Rencana bukti:
Foto)

Dokumen lembar
6. Meminta pasien atau PIO yang telah
keluarganya untuk ditandatangani
menandatangani lembar PIO (Rencana bukti: Foto
dan lembar PIO)
6 Melakukan Konseling 1. Mengunjungi pasien di ruang Bertemu pasien di
rawat ruang rawat
pasien pulang terkait
(Rencana bukti:
terapi farmakologis dan Foto)
non farmakologis
2. Mengedukasi pasien dan/ Pasien memahami
terhadap penyakitnya keluarganya terkait terapi obat tentang terapi
pulang pasien (terapi obatnya dan terapi
farmakologis) dan terapi non non farmakologis
farmakologis terhadap terhadap penyakit
penyakitnya (Rencana bukti: Foto
dan lembar
konseling)
3. Meminta kesediaan pasien Dokumen konseling
dan/ keluarganya (Rencana bukti:
menandatangani lembar lembar konseling
konseling pasien pasien dan foto)

7 Pelaporan kegiatan Membuat laporan kegiatan Adanya laporan


tertulis ( bukti fisik
laporan)
2.4 Jadwal Kegiatan Aktualisasi
Kegiatan yang telah dirancang oleh penulis dalam tabel di atas
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa selama kegiatan Pelatihan
Dasar memasuki tahap off class yaitu pada 23 Juli sampai 21 Agustus 2019.
Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan aktualisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Jadwal Kegiatan Aktualisasi


No. Daftar Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

1. Menetapkan dan menyusun rencana serta 24 s.d 26 Juli 2019


Melakukan koordinasi rencana kegiatan dengan
atasan dan manajemen RSIA

2. Mempersiapkan keperluan penyuluhan 29 s.d 2 Agustus 2019

3. Melakukan Koordinasi dan Sosialisasi kepada 5 s.d 7 Agustus 2019


Puskesmas terdekat tentang penyuluhan/diskusi
STUNTING tgl 8 Agustus 2019

4. Melaksanaan penyuluhan/diskusi tentang 8 Agustus 2019


stunting

5. Mengevaluasi hasil dan pelaporan kegiatan 12 s.d 21 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai