DI SUSUN OLEH :
MAULIANA
KELAS II/NO. ABSEN 017
2019
BAB I
PROFIL INSTANSI
1.3.2 Misi
Merupakan suatu yang menggambarkan norma dan nilai dasar yang harus
dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.
Adapun misi pada Rumah Sakit Umum Daerah Langsa adalah :
Meningkatkan kualitas pelayanan individu yang prima secara
berkesinambungan
Melakukan pengelolaan Rumah Sakit dengan menggunakan prinsip bisnis
sehat
Memberikan pelayanan unggulan, pengembangan dan penelitian
Traumatologi, Kebidanan, Anak dan Penyakit dalam
Sebagai pendukung utama dalam meningkatkan derajat kesehatan di
wilayah Timur Aceh pada umumnya dan Kota Langsa pada khususnya
Membentuk jaringan pelayanan kesehatan dengan seluruh fasilitas
pelayanan primer di Kota Langsa melalui pelayanan dengan sistem
rujukan yang terkoordinasi
1.3.3 Nilai
Dalam memberikan pelayanan harus mengutamakan kerjasama,
kekompakan dan keterbukaan
Dalam bekerja senantiasa berpatokan pada aturan dan prosedur yang
berlaku
Dalam memberikan pelayanan mengutamakan pelayanan yang bermutu,
cepat, tepat dan efisien
1.3.4 Falsafah
“Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan perseorangan yang
berdasarkan keramahtamahan”
1.3.5 Motto
SERAMBI (Senyum, Efisien, Ramah, Aman, Mudah, Bermutu, Islami)
S : SENYUM
E : EFISIEN
R : RAMAH
A : AMAN
M : MUDAH
B : BERMUTU
I : ISLAMI
1.4 Susunan Struktur Organisasi RSUD Langsa
Struktur Organisasi RSUD Langsa diatur sesuai dengan Peraturan
Walikota Langsa No. 66 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Kota Langsa dan dapat
dilihat sebagai berikut:
1.5 Tugas dan Fungsi Pokok
Adapun uraian tugas dan fungsi yang diberikan selama bertugas menjadi
Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa adalah sebagai berikut:
1.5.1 Tugas Pokok
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
Melaksanakan Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
Memberi pelayanan bermutu melalui analisan dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
Melakukan pengawasan berdasarkan aturan – aturan yang berlaku.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
1.5.1 Fungsi
1. Pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai
a. Memilih perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
d. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
e. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit- unit pelayan di rumah
sakit
2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
c. Rekonsiliasi Obat
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
e. Konseling
f. Visite
g. Pemantauan terapi obat
h. Monitoring efek samping obat (MESO)
i. Evaluasi Penggunaan Obat
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI
2.1 Landasan Teori
Sistem pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan (Diklat) Pelatihan Dasar Pola
Terintegrasi menuntut setiap peserta Diklat Latsar untuk mengaktualisasikan nilai-nilai
dasar profesi PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi yang diakronimkan menjadi ANEKA.
2.1.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang ASN
adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok
dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan ASN dalam politik praktis.
c. Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Terdapat 9 (Sembilan) nilai dasar Akuntabilitas, yaitu:
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
2. Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok/instansi.
3. Integritas
Integritas adalah keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
5. Keadilan
Keadilan kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan
serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil
yang diharapkan.
9. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah pondasi bagi Aparatur Sipil Negara untuk
mengaktualisasikan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dengan orientasi
mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Atau sering juga diartikan
sebagai paham kebangsaan. Nilai-nilai dasar Nasionalisme adalah:
A. Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbedabeda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
B. Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.
C. Ketiga: Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
D. Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyarawatan / Perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
E. Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Keterangan Tabel:
A : Aktual
K : Kekhalayakan
P : Problematik
K2 : Kelayakan
MA : Manajemen ASN
PP : Pelayanan Publik
2.3.2 Analisis Isu/Situasi Problematik
Guna mencapai core issue, diperlukan upaya untuk menganalisis secara
mendalam kualitas masing-masing isu. Proses identifikasi isu tersebut
menggunakan dua alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Kriteria pertama
adalah APKL (Aktual, Probematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan). Aktual
artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan solusinya. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Sedangkan Kelayakan artinya isu yang masuk akal dan realistis
serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Kriteria kedua adalah USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). Urgency
artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti.
Seriousness merujuk pada seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang ditimbulkan.
Growth menekankan pada seberapa besar kemungkinan memburuknya isu
tersebut jika tidak ditangani segera. Rentang penilaian yang digunakan pada
matriks USG adalah dengan memberikan skor 1-5, semakin tinggi skor
menunjukkan bahwa isu tersebut sangat urgen dan sangat serius untuk segera
ditangani.
Bobot nilai pada kedua metode tersebut diberikan penulis secara objektif
dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu : Hasil Konsultasi, Analisis
Teoritis dan Analisis Strategis Organisasi. Hasil konsultasi merujuk pada
rekomendasi yang didapatkan penulis dari rekan sejawat, Kabag, Mentor dan
Coach. Analisis teoritis merujuk pada sudut pandang teori yang dapat menjadi
prediksi berkembangnya isu, sedangkan analisis strategis organisasi dilakukan
dengan mempertimbangkan dampak isu terhadap citra organisasi. Hasil penilaian
dengan alat bantu USG dapat dilihat pada Tabel 3.
Angka Pengaruh
No Isu U S G Total
Keterangan
U: Urgensi; S: Serious; G: Growth
Interval penentuan prioritas
Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 2: tidak mendesak/gawat dan dampak
Angka 3: cukup mendesak/gawat dan dampak;
Angka 4: mendesak/gawat dan dampak
Angka 5; sangat mendesak/gawat dan dampak
Mendapatkan izin
2. Meminta izin dan Saya akan meminta izin
(Rencana bukti: Foto
mengkoordinasikan kegiatan dan Surat Izin) secara sopan dan santun
dengan kepala instalasi
farmasi serta menggunakan
bahasa Indonesia yang
baik dan benar tentang
rincian kegiatan dengan
jelas secara lisan dan
tertulis (Etika publik,
Nasionalisme dan
Akuntabilitas) lalu
mengkoordinasikan
kegiatan dengan kepala
instalasi farmasi (WOG)
2 Meminta izin dan 1. Menemui Kepala Instalasi Mendapatkan izin Saya akan meminta
Farmasi dan meminta izin (Rencana bukti: Foto
melakukan konsultasi izin secara sopan dan
diruangannya dan Surat Izin)
dengan Kepala Instalasi santun serta
Farmasi terkait rencana menggunakan bahasa
kegiatan yang akan Indonesia yang baik
dilakukan dan benar tentang
rincian kegiatan dengan
jelas secara lisan dan
tertulis (Etika publik,
Nasionalisme dan
Akuntabilitas) lalu
mengkoordinasikan
kegiatan dengan kepala
instalasi farmasi
(WOG)
2. Menjelaskan maksud dan Kepala instalasi Saya akan memaparkan
tujuan dengan menunjukan farmasi mengetahui
rencana kegiatan kepada
rancangan kegiatan apa tujuan dan siapa
sasaran dari kegiatan kepala instalasi farmasi
tersebut (Rencana
dengan jelas
bukti: Foto)
(Akuntabilitas) serta
dengan mengunakan
bahasa yang sopan,
santun dan ramah (Etika
Publik), sehingga
kepala instalasi farmasi
mengetahui maksud dan
tujuan kegiatan tersebut
(Akuntabilitas)
Saya akan lebih Saya akan berdiskusi
3. Meminta masukkan dari
kepala instalasi farmasi paham dalam dengan kepala instalasi
mengenai kegiatan yang akan
melakukan kegiatan farmasi dengan sopan,
dilakukan
ini (Rencana bukti: santu dan ramah (Etika
foto) publik) dan
menghormati keputusan
yang diberikan oleh
pimpinan yang nantinya
akan saya lakukan
dengan penuh tanggung
jawab dan amanah
(Akuntabilitas)
3 Mempersiapkan bahan 1. Berdiskusi dengan rekan kerja Saya akan mendapat Saya mendapatkan
dan/ sejawat dokter di mengenai informasi informasi yang jelas,
dan keperluan rencana
Instalasi Farmasi Rawat Inap yang dibutuhkan akurat dan terpercaya
kegiatan dan Ruang Perawatan Paru di untuk kegiatan ini dari rekan kerja dan
RSUD Langsa (Rencana bukti: sejawat dokter untuk
Foto dan Absensi) kegiatan di Ruang
Perawatan Paru
(Nasionalisme, etika
publik, Akuntabilitas,
WOG dan Manajemen
ASN)
Saya bekerja dengan
2. Membuat lembar PIO dan Mendapatkan form
penuh tanggung jawab
konseling pasien pada saat lembar PIO dan
dalam hal pembuatan
kegiatan tersebut konseling pasien
lembar PIO dan
(Rencana bukti: forto
konseling pasien dengan
polio)
mengunakan bahasa
EYD (Nasionalisme)
serta mengunakan
bahasa yang mudah
dimengerti sehingga
didapatkan informasi
yang jelas dan akurat.
(Komitmen mutu,
Akuntabilitas dan
WOG)
4 Melakukan visit 1. Memperkenalkan diri kepada Pasien dan/ Saya akan mendatangi
pasien dan keluarganya keluarganya pasien dan
(kunjungan) pasien oleh
mengetahui identitas memperkenalkan diri
apoteker di Ruang Apoteker (Rencana kepada pasien dengan
bukti: Foto dan senyum, sapa dan salam
Perawatan Paru
Video) serta menjelaskan
maksud dan tujuan
kunjungan (visit) secara
jelas, tidak berbelit-belit
dan menggunakan
bahasa Indonesia yang
baik dan benar
Terjawabnya
5. Menjawab pertanyaan pasien masalah pasien
dan/ keluarganya (Rencana bukti:
Foto)
Dokumen lembar
6. Meminta pasien atau PIO yang telah
keluarganya untuk ditandatangani
menandatangani lembar PIO (Rencana bukti: Foto
dan lembar PIO)
6 Melakukan Konseling 1. Mengunjungi pasien di ruang Bertemu pasien di
rawat ruang rawat
pasien pulang terkait
(Rencana bukti:
terapi farmakologis dan Foto)
non farmakologis
2. Mengedukasi pasien dan/ Pasien memahami
terhadap penyakitnya keluarganya terkait terapi obat tentang terapi
pulang pasien (terapi obatnya dan terapi
farmakologis) dan terapi non non farmakologis
farmakologis terhadap terhadap penyakit
penyakitnya (Rencana bukti: Foto
dan lembar
konseling)
3. Meminta kesediaan pasien Dokumen konseling
dan/ keluarganya (Rencana bukti:
menandatangani lembar lembar konseling
konseling pasien pasien dan foto)